Data penggelapan pajak ini terbongkar berkat jasa seorang pakar komputer yang
bekerja di kantor HSBC Geneva. Ia kemudian menjadi pengungkap kasus yang
berkolaborasi dengan konsorsium jurnalis investigasi internasional yang berbasis
di Washington, sejumlah media terkemuka, Pemerintah Perancis, dan Pemerintah
AS.
Kejahatan penghindaran pajak dan pencucian uang dengan aktor utama bank-
bank raksasa global sebagai mitra para penghindar pajak merupakan fenomena
yang sudah berlangsung puluhan tahun, bahkan setua usia bank itu, tanpa
hukum internasional mampu menyentuhnya.
Kasus yang melibatkan HSBC ini dilakukan melalui bank cabangnya di Swiss.
Sebelumnya, dua bank terbesar Swiss – UBS dan Credit Suisee – dan bank
tertua Swiss, Wegelin & Co, juga dinyatakan bersalah dan dijatuhi denda oleh
Pemerintah AS akibat kejahatan serupa. UBS didenda 1,5 miliar dollar AS dan
Credit Suisee 2,6 miliar dollar AS.
Bank menjadi besar dari kegiatan ini. AS mengklaim negaranya dirugikan ratusan
miliar dollar AS per tahun akibat praktek ini. Mengingat bank yang terlibat dalam
1
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
jaringan ini adalah bank-bank raksasa dari negara maju, dengan jangkauan
puluhan negara, bisa dibayangkan magnitude dari kejahatan kerah putih ini.
Kasus HSBC, UBS, Credit Suisse, dan yang lain mempertegas bahwa perang
global besar-besaran yang dilancarkan dunia sejak peristiwa 11 September 2001
belum mampu memberangus suburnya simbiosis mutualisme antara perbankan
offshore di negara-negara surga pengemplang pajak dan pelaku berbagai tindak
kejahatan global yang terus berlangsung hingga sekarang.
2
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
Contoh: manajemen aset & risiko, memilih strategi pembiayaan dan instrumen
keuangan, menyusun rencana keuangan dan manajemen uang tunai (cash
pooling).
3
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
f. Earnings Management
4
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
to "smooth" earnings,
to make a company's profits look less volatile and more consistent.
5
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
Neraca
Asset (A) = Liabilies (L) + Equity (e) + Revenue (R) - Expense (E) - Divident (D)
A = L + e + (R - E - D)
A+D+E=L+e+R
6
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
A+0+E=L+0+R
R-E=A-L
R=E+A-L
Dari persamaan diatas dapat dilakukan pengujian Laporan Laba Rugi Wajib Pajak
dengan menggunakan menguji Neraca (Balansheet) atau dengan kata lain dapat
dilakukan Penggalian Potensi Pajak dari Neraca (Balansheet).
8
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
Kedua tahapan dalam siklus penghindaran pajak ini dapat dilakukan WP secara
terus-menerus dan simultan atau berhenti di tahap kedua.
a. PM > PK
Pajak Masukan akan selalu lebih besar dibandingkan dengan Pajak
Keluarannya yang akan menyebabkan SPT Masa PPN akan selalu Lebih
Bayar, yang beararti Wajib Pajak meminta kompensasi dan atau restitusi
PPN;
b. DPP WHT > Sumber Objek
Dasar Pengenaan Pajak Objek Pemotongan dan atau Pemungutan akan
selalu lebih besar dibandingkan dengan sumber objeknya. Misalnya DPP PPh
Pasal 21 masa pajak Januari – Desember suatu tahun pajak akan selalu lebih
besar dibandingkan dengan sumber objeknya yaitu Biaya Gaji, Tunjangan,
Upah dan lain-lain.
9
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
Berdasarkan data dashboard tax amnesty dapat diperoleh data sebagai berikut :
a. Data Komposisi Uang Tebusan berdasarkan SPH yang disampaikan sebesar Rp 115
triliun, uang tebusan terbesar dibayarkan oleh WP OP Non UMKN sebesar Rp 91.4
triliun, yang berasal dari para WP OP Pemilik Usaha (Hight Net Wealth Individual /
HNWI).
b. Data Komposisi Harta berdasarkan SPH yang disampaikan sebesar Rp 4.884 triliun,
data deklarasi harta yang terbesar disampaikan baik deklarasi harta di DN maupun di
LN sebesar masing-masing Rp 3.701 triliun dan Rp 1.037 triliun, sedangkan
repatriasi hanya sebesar Rp 147 triliun.
10
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
c. Data Komposisi Realisasi berdasarkan SSP yang diterima sebesar Rp 135 triliun,
data Pembayaran Tebusan sebesar Rp 114 triliun, pembayaran tunggakan dan
bukper masing-masing senilai Rp 19.4 triliun dan Rp 1.75 triliun.
Berdasarkan data-data tax amnesty dapat dilakukan Penggalian Potensi Pajak atas WP
Badan dimana WP OP sebagai Pemilik Usaha yang telah mengikuti Program Tax Amnesty.
a. Untuk AR
1. Para Kepala Seksi Waskon berdasarkan data tax amnesty melakukan
analisa ALE, dimana dilakukan analisa resiko atas WP Badan yang
pemegang sahamnya adalah WP OP Pemilik Usaha beserta
keluarganya yang mengikuti Program Tax Amnesty dengan kriteria
WP Badan sebagai berikut :
WP Badan yang 2 tahun sampai dengan 5 tahun rugi berturut-turut
atau bahkan yang selalu rugi, namun secara bisnis perusahaan
memperlihatkan kondisi running wel,
WP Badan bukan eksportir yang SPT PPN Masa menyatakan LB,
WP Badan yang berdasarkan ekualisasi antara DPP PPh With
Holding Tax menyatakan lebih besar di SPT dibandingkan dengan
sumbernya. Misalnya SPT Masa Januari-Desember PPh Pasal 21
lebih besar dibandingkan dengan Biaya Gaji, Upah, Bonus dan
pembayaran lainnya terkait dengan karyawan, buruh dan lain-lain.
2. Melakukan Analisa Resiko Net Worth (kekayaan bersih) WP OP
Pemilik usaha dibandingkan dengan sumber penghasilannya,
misalnya gaji, bonus, dividen dan lain-lain.
3. Melakukan Analisa Resiko guna menemukan Scheme Transaction
(Skema transaksi) antara WP Badan dengan WP OP Pemilik Usaha
sebagai Pemegang saham beserta keluarganya.
4. Temukan modus penghindaran dan atau penggelapan pajak.
5. Usulkan untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus dan atau Pemeriksaan
Bukti Permulaan sampai ke Penyidikan.
11
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
b. Untuk FPP
Para Ketua Kelompok berdasarkan data tax amnesty melakukan analisa ALE,
dimana dilakukan analisa resiko atas WP Badan yang pemegang sahamnya adalah
WP OP Pemilik Usaha beserta keluarganya yang mengikuti Program Tax Amnesty
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pada dasarnya WP yang mengikuti Program Tax Amnesty adalah sedang
melaksanakan kewajiban perpajakan atas Net Worth (kekayaan bersih) atau
Retained Earning yang belum dikenakan pajak dengan tarif pajak sesuai
dengan ketentuan tax amnesty yaitu 2% atau 4%. Oleh karena itu FPP
diharapkan melakukan Equal Treathment atas pemeriksaan WP Badan yang
tidak mengikuti Program Tax Amnesty dengan tarif normalnya yaitu 25%
2. FPP dapat melakukan pemeriksaan dengan analisa ALE dengan fokus
pemeriksaan atas Neraca, yaitu menguji keberadaan Liabilities. FPP
diharapkan dapat melakukan pemeriksaan PPh Badan tahun terakhir dengan
fokus pada Liabilities yang nantinya bisa menemukan koreksi atas Retained
Earning yang kurang dibayar pajaknya dengan skema transaksi hutang
piutang antar perusahaan afiliasi.
3. FPP dapat menerapkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf p UU PPh, yaitu
tambahan kekayaan bersih yang belum dikenakan pajak dengan fokus
kepada Substance Over Form Doctrin.
4. FPP dapat menindaklanjuti pemeriksaan ke Penegakan Hukum dengan
diusulkan ke Pemeriksaan Bukti Permulaan untuk selanjutnya dilakukan
Penyidikan atas Penggelapan Pajak.
12
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
VIII. Simpulan
a. Berdasarkan tulisan diatas, maka penulis memberi simpulan bahwa dapat
dilakukan Penggalian Potensi Pajak atas WP Badan yang Pemegang
Sahamnya adalah WP OP Pemilik Usaha menggunakan data Tax Amnesty
dengan menggunakan analisa ALE dengan fokus audit pada Liabilities
dengan harapan dapat mengamankan penerimaan pajak tahun 2018 sebagai
berikut :
1. Account Representative :
Analisa Resiko WP Badan, WP OP pemilik ikut TA;
Net Worth VS Sumber (Gaji, Dividen, dll);
Scheme Transaction;
Modus;
Riksus or Sidik.
2. Fungsional Pemeriksa Pajak :
Equal treatment TA;
Net worth RE;
Pasal 4 (1) huruf p UU PPh;
Bukper;
Sidik.
b. Sesuai dengan tulisan diatas, penulis berharap agar bisa menjadi bahan
pemikiran untuk diterapkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf p UU PPh atas
temuan koreksi dari Neraca, karena :
Neraca itu bersifat terbuka, dari perusahaan pertama kali didirikan
sampai dengan perusahaan itu ditutup;
Sulit atau bahkan tidak mungkin melakukan rekayasa Neraca, karena
Neraca tidak akan balance.
c. Sebagai bahan sumbangsi turut mengamankan target penerimaan pajak
tahun 2018 sebesar Rp 1.424 triliun.
Penulis
Joko Ismuhadi
13
ALE, Penggalian Potensi Pajak Pasca Tax Amnesty, Study Kasus Industri CPO
14