Anda di halaman 1dari 17

PENGOLAHAN PROPOSISI MAJEMUK

DAN
SILOGISME MAJEMUK DAN DILEMA
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Logika Bahasa
Dosen Pengampu: Khoirul Fajri, M.Pd.

Oleh :
- Evi Nurmala Sari : 2188201077
- Nafatillah Basa : 2188201091
- Rini : 2188201099
- Vika Oktaviani : 2188201103
- Ipah musaropah : 2188201083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kita
semua nikmat dan kesehatan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rosulullah SAW. Berkat rahmat dan ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Pengolahan Proposisi Majemuk dan Silogisme Majemuk
dan Dilema ini.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
Dosen Khoirul Fajri, M.Pd pada Mata Kuliah Logika Bahasa. Selain itu juga tujuan
dari makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa judul di atas
bagi para pembaca serta bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Logika Bahasa
yang telah memberikan kami tugas ini sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih belum sempurna
ataupun kurang rapih dalam pembuatannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Indramayu, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan ...................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Proposisi Majemuk ..................................................... 3
B. Pengolahan Proposisi Majemuk ................................................... 6
C. Silogisme Majemuk ...................................................................... 9
D. Dilema .......................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah wacana dapat dipahami sebagai seperangkat kalimat yang memiliki


pertlian semantik (koherensi). Karena terdapat pertalian semantic, seperangkat
kalimat itu dapat diterima dalam pemakaian bahasa sebagai keseluruhan yang reatif
lengkap. Seperangkap kalimat yang tidak memiliki pertalian semantic tidak
membentuk suatu wacana. Jadi, wacana merupakan rngkain kalimat yang disusun
secara koheren dan terpadu. Dalam aktivitas berbahasa seahri-hari, pertalian
semantic atau koherensi dalam wacana itu dinyatakan dalam dua cara, yakni secara
kontekstual dan secara pemarkah bahasa.

Dalam wacana, proposisi merupakan kajian dalam sebuah wacana. Maka


dalam makalah ini akan lebih ditekankan untuk pembahasan proposisi yaitu tentang
penafsiran proposisi dan macam-macam proposi., penkajian masalah tentang
penafsiran proposisi dan macam-macam proposisi dalam makalah ini agar pembaca
mampu memahaminya.

B. Rumusan Masalah.

Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa rumusan masalah, yakni:

1. Bagaimana Pengertian Proposisi Majemuk dan Tabel Kebenarannya?


2. Bagaimana Pengolahan Proposisi Majemuk?
3. Bagaimana Pengertian Silogisme Majemuk?
4. Bagaimana Bentuk Silogisme Majemuk?
5. Apa saja Macam-Macam Silogisme Majemuk?
6. Bagaimana Pengertian Dilema?

1
C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini yaitu untuk
mengetahui dan memahami:

1. Pengertian Proposisi Majemuk dan Tabel Kebenarannya


2. Pengolahan Proposisi Majemuk
3. Pengertian Silogisme Majemuk
4. Bentuk Silogisme Majemuk
5. Macam-Macam Silogisme Majemuk
6. Pengertian Dilema

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Proposisi Majemuk

Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas hubungan dari dua
bagian yang dapat dinilai benar atau salah.

Contoh :
1. Soekarno adalah seorang Proklamator dan seorang Presiden I RI.
2. Jika anda mencuri maka anda akan dihukum.
3. Benda X itu hidup atau mati.

Berdasarkan bentuk hubungan antara dua bagian itu proposisi majemuk dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu proposisi hipotetik, proposisi disjungtif, dan proposisi
konjungtif.

1. Proposisi hipotetik
Proposisi hipotetik atau hipotetis adalah pernyataan yang terdiri dari dua
bagian yang hubungan kedua bagian itu adalah ketergantungan yang satu
sebagai antesenden (premis) yang satu sebagai konsekuen (kesimpulan).
Proposisi hipotetetik ada dua yakni hipotetik yang ekuevalen (bikondisional
atau biimplikasi) dan hipotetik implikasi (kondisional).
a. Proposisi Hipotetik Kondisional.
Proposisi ini ditandai dengan « jika ... maka.... » Misalnya : jika hujan
maka jalan menjadi basah. Jika p maka q dan q belum tentu p.
Diagram simbolnya : p Þ q
Tabel kebenarannya :
p q pÞ q
1 1 1
1 0 0
0 1 1
0 0 1

3
Proposisi Hipotetik Kondisional bernilai salah jika nilai antesenden
benar dan konsekuen salah.

b. Proposisi Hipotetik Bikondisional.


Proposisi ini ditandai dengan « jika dan hanya jika… maka….” Jika
dan hanya jika orang menjadi warga negara indonesia maka harus
berpancasila.
Jika siku-siku maka sudutnya 90 derajat.
Jika sesuatu itu manusia maka sesuatu itu berakal.
Jika p maka q dan jika q maka p.
Diagram simbolnya : p Û q
Tabel kebenarannya :
p q pÛ q
1 1 1
1 0 0
0 1 0
0 0 1
Proposisi Hipotetik Bikondisional bernilai benar apabila kedua
komponennya bernilai sama.

c. Proposisi Disjungtif
Proposisi ini ditandai dengan « atau ». Proposisi disjungtif dibagi
menjadi :
- Proposisi Disjungtif Eksklusif : - ditandai dengan « atau ». Jadi dua
bagian merupakan pilihan tetapi tidak dapat menyatu dan ada
kemungkinan ketiga.
Misalnya : si Amir ketika terjadi pembunuhan berada di kampus atau
di rumah.
Diagram simbolnya : p Ú q
Tabel Kebenarannya :
p q pÚq
1 1 0

4
1 0 1
0 1 1
0 0 1
Proposisi Disjungsi Eksklusif bernilai benar jika salah satu
komponennya bernilai salah.
- Proposisi Disjungtif Inklusif : - ditandai dengan ‘dan atau ‘ salah
satu/keduanya dapat benar, tidak bisa keduanya salah. Misalnya :
Peserta pelatihan logika adalah hanya mahasiswa atau guru.
Diagram simbolnya : p v q
Tabel kebenarannya :
p q pvq
1 1 1
1 0 1
0 1 1
0 0 0
Proposisi Disjungsi Inklusif bernilai benar jika salah satu kedua
komponennya bernilai benar.
- Proposisi Disjungtif Alternatif.
Ditandai dengan ‘atau’ tetapi dua bagian itu tidak dapat menyatu dan
tidak ada kemungkinan ketiga. Jadi salah satu harus benar atau harus
salah.. Misalnya : benda X itu termasuk benda hidup atau benda
mati.
Diagram simbolnya adalah p v q
Tabel kebenarannya :
P q p v q
1 1 0
1 0 1
0 1 1
0 0 0
Proposisi Disjungsi Alternatif bernilai benar jika kedua
komponennya bernilai berbeda.

5
d. Proposisi Konjungtif.
Proposisi majemuk yang menegaskan bahwa 2 predikat dihubungkan
dengan subyek yang sama. Proposisi ini ditandai dengan « ... dan ...»
Misalnya : Bung Karno adalah seorang proklamator dan Presiden
pertama RI.
Diagram simbolnya : p Ù q
Tabel kebenarannya :
p q pÙ q
1 1 1
1 0 0
0 1 0
0 0 0
Proposisi Konjungsi bernilai benar jika nilai kedua komponennya
bernilai benar.

B. Pengolahan Proposisi Majemuk

Dalam pengolahan proposisi majemuk untuk membuktikan syah atau tidak


syahnya suatu penalaran dengan sistem nilai kebenaran. Yang dimaksud dengan
nilai kebenaran disini dalah juga nilai salah.

Hasil penalaran majemuk ada tiga kemungkinan, yakni bisa terjadi


tautologi, terjadi kontradiksi atau terjadi kontingensi. Penalaran terjadi tautologi
jika dibuktikan dengan tabel kebenaran nya hasil akhirnya benar semua dari semua
kemungkinan nilai logis.

Penalaran terjadi kontradiksi jika dibuktikan dg tabel kebenaran hasil


akhirnya salah semua dari semua kemungkinan nilai logis.

Terjadi kontingensi jika dibuktikan dengan tabel kebenaran hasil akhirnya


ada yang benar dan ada yang salah dari semua kemungkinan nilai logis.

6
Jika terjadi tautologi maka dapat dikatakan penalaran majemuk itu adalah
sah atau valid. Jika terjadi kontradiksi atau kontingensi maka bisa dikatakan
penalaran majemuk tersebut tidak sah atau tidak valid.

1. Terjadi Tautologi
Berikut ini contoh-contoh penalaran majemuk yang syah, dan dijadikan
kaidah dasar dalam penalaran.
Kaidah dOuble (ganda) negasi
1. Konversi.
Jika dan hanya jika sudut itu siku-siku maka sudut itu 90 derajat,
berarti jika sudut itu 90 derajat maka sudut itu siku-siku.
Simbul diagramnya : ( p Û q ) Û (q Û p)
2. Inversi.
Jika segitiga sudutnya sama besar maka segitiga itu sama sisi,
berarti jika segitiga sudutnya tidak sama besar maka segitiga itu
tidak sama sisi.
Simbul diagramnya : ( p Û q ) Û ( -p Û -q )
3. Kontraposisi.
Jika dan hanya jika manusia maka berakal budi, berati jika tidak
berakal budi maka bukanlah manusia.
Simbul diagramnya : ( p Û q ) Û ( -q Û -p )
Jika ada hujan maka jalan-jalan basah, berarti jika jalan tidak basah
maka tidak ada hujan.
Simbul diagramnya : ( p Þ q ) Û ( -q Þ -p )
4. Kondisionaliti.
Jika mencuri maka dihukum, berarti keadaannya tidak mencuri dan
atau dihukum.
Simbul diagramnya : ( p Þ q ) Û ( -p Ú q)
5. Negasi Implikasi.
Tidaklah demikian halnya bahwa jika belajar maka akan lulus,
berarti keadaannya belajar dan tidak lulus.
Simbul diagramnya : - ( p Þ q ) Û ( p Ù -q )

7
6. Negasi Ekuivalen.
Bukanlah bilangan genap setara dengan bilangan ganjil, berarti
hanya bilangan genap saja atau bilangan ganjil saja.
Simbul diagramnya : - ( p Û q) Û ( p q)
7. De Morgan.
Dia bukanlah bahwa seorang penjahat atau pencuri, berarti dia
bukan penjahat dan bukan pencuri.
Simbul diagramnya : - ( p Ú q ) Û ( -p Ù -q )
Bukan dia seorang koruptor dan penjahat, berarti dia bukan koruptor
atau bukan penjahat.
Simbul diagramnya :- ( p Ù q ) Û ( -p Ú -q )
8. Distribusi.
Mahasiswa, atau dosen dan wartawan, setara dengan mahasiswa
atau dosen dan mahasiswa atau wartawan.
Simbul diagramnya :
p Ú (q Ù r) Û (p Ú q) Ù (p Ú r)

2. Terjadi Kontradiksi
Contoh :
Tidaklah bahwa jika hujan maka jalan basah, berarti jika jalan tidak
basah maka tidak ada hujan.
Tidak bahwa jika mencuri maka dihukum berarti keadaannya tidak
mencuri dan atau dihukum.
3. Terjadi Kontingensi.
Contoh :
Jika memalsu uang maka dihukum berarti jika tidak memalsu uang
maka tidak dihukum.
(p → q) ↔ ( -p → -q)
Tidak bahwa dia itu mahasiswa dan guru berarti dia bukan mahasiswa
dan bukan guru.
(p Ù q) Û ( -pÙ -q )

8
C. Silogisme Majemuk.

Suatu bentuk penyimpulan berdasarkan hubungan dua pernyataan, yang


salah satu diantaranya merupakan pernyataan atas hubungan dua bagian sebagai
premis mayor yang dapat mewujudkan pernyataan lain sebagai kesimpulannya.
Contoh :
Barang siapa korupsi akan diajukan ke pengadilan. Dia adalah seorang yang
korupsi. Maka dia harus diajukan ke pengadilan.

1. Bentuk Silogisme Majemuk.


a. Modus Ponendo Ponen (MPP). Yakni bentuk penyimpulan dg cara
mengakui salah satu bagian pada premis mayor, kesimpulannya
menetapkan bagian yang lain.
b. Modus Tolendo Tolen (MTT), yakni bentuk penyimpulan dg cara
mengingkari salah satu bagian pada premis mayor dan kesimpulannya
mengingkari bagian yang lain.
c. Modus Tolendo Ponen, (MTP) yaitu bentuk penyimpulan dg cara
mengingkari salah satu bagian pada premis mayor dan kesimpulannya
mengakui bagian lainnya.
d. Modus Ponendo Tolen, (MPT) yaitu bentuk penyimpulan dg cara
mengakui salah satu bagian pada premis mayor dan kesimpulannya
mengingkari bagian lainnya.

2. Macam-macam Silogisme Majemuk :


a. Silogisme Hipotetis Disjungtif Inklusif ; silogisme yang menyatakan
bahwa kedua proposisi yang ada bisa benar, tetapi keduanya tidak
mungkin salah.
Silogisme Hipotesis Disjungtif inklusif berbentuk Modus Tolendo
Ponen (MTP), yaitu suatu penyimpulan dengan cara mengingkari salah
satu bagian disjungtif inklusif sebagai premis mayor maka
kesimpulannya adalah mengakui bagian yang lain. Misalnya : Anda

9
bisa mengambil mangga dan atau pisang, ternyata tidak mengambil
mangga, maka pasti mengambil pisang.
1. (p v q) Ù p Þ -q 2. (p v q) Ù -q Þ p
3. (p v q) Ù -p Þ q 4. (p v q) Ù q Þ
Dari empat kemungkinan tersebut maka yang sahih adalah nomor 2 dan
3.
b. Silogisme Hipotetis Disjungtif Eksklusif ; silogisme yang menyatakan
bahwa hanya satu proposisi yang benar.
Silogisme Disjungtif Eksklusif berbentuk Modus Ponendo Tolen.
(MPT) yaitu suatu penyimpulan dengan cara mengakui salah satu bagian
disjungsi eksklusif sebagai premis mayor maka kesimpulannya adalah
mengingkari bagian yang lain. Misalnya : Andi hanya dibolehkan
minum kopi atau sirup saja. Ternyata ia memilih sirup. Jadi pasti tidak
minum kopi.
1. (p v q) Ù p Þ -q 2. (p v q) Ù q Þ -p
3. (p v q) Ù -p Þ q 4. (p v q) Ù -q Þ
Dari empat kemungkinan tersebut yang sahih adalah nomor 1 dan 2
c. Silogisme Hipotetis Kondisional ; silogisme yang menyatakan bahwa
salah satu proposisinya menjadi syarat (antecedens) bagi proposisi
yang lain (onsequens). Silogisme ini lazim disebut dengan
silogisme bersyarat (implikasi).
Silogisme Kondisional bisa Modus Ponendo Ponen (MPP) dan Modus
Tolendo Tolen (MTT). MPP adalah suatu penyimpulan dengan cara
mengakui salah satu bagian proposisi hipotetik sebagai premis mayor
maka kesimpulannya adalah menetapkan bagian yang lain. Sedangkan
MTT adalah suatu penyimpulan dengan cara mengingkari salah satu
bagian proposisi hipotetik sebagai premis mayor maka kesimpulannya
adalah mengingkari bagian yang lain. Misalnya : Jika dia anggota DPR
maka dia anggota MPR. Ternyata dia DPR jadi dia pasti MPR.
Jika hari ini hujan maka jalan basah. Ternyata jalan tidak basah. Jadi
pasti tidak hujan.
Simbul diagramnya :

10
1. (p Þ q) Ù p Þ q 2. (p Þ q) Ù -q Þ -p
3. (p Þ q) Ù q Þ p 4. (p Þ q) Ù -p Þ -q
Dari keempat kemungkinan tersebut yang sahih adalah Nomor 1 dan 2
d. Silogisme Hipotetis Bikondisional ; silogisme yang menyatakan
bahwa masing-masing proposisinya menjadi syarat bagi proposisi
lain. Silogisme ini lazim disebut dengan silogisme bolak-balik (bi-
implikasi). Silogisme Hipotetis Bikondisional bisa MPP dan MTT
Misalnya : Jika dan hanya jika lulus ujian, dia tamat sekolah.
Ternyata ia lulus. Jadi pasti ia tamat sekolah.
Jika sudut siku-siku maka sudutnya 90 derajat. Ternyata sudutnya
tidak 90 derajat. Jadi bukan siku-siku.
Simbul diagramnya :
1. (p Û q) Ù p Þ q 2. (p Û q) Ù q Þ p
3. (p Û q) Ù -p Þ -q 4. (p Û q) Ù -q Þ -p
Dari empat kemungkinan tersebut maka yang sahih adalah nomor 1, 2,
3, dan 4

Jadi ada empat bentuk silogisme majemuk yakni. :

1. Modus Ponendo Ponen (MPP). Yang bisa dirumuskan secara MPP kalau
premis mayornya proposisi hipotetik ekuivalen dan proposisi hipotetik
implikasi dengan mengakui antesenden dan kesimpulannya menetapkan
konsekuen.
2. Modus Tolendo Tolen (MTT). Yang bisa dirumuskan secara MTT kalau
premis mayornya proposisi hipotetik ekuivalen dan proposisi hipotetik
implikai dengan mengingkari konsekuen dan kesimpulannya mengingkari
antesenden.
3. Modus Ponendo Tolen (MPT). Yang bisa dirumuskan secara MPT kalau
premis mayornya proposisi disjungsi eksklusif atau disjungsi alternatif.
4. Modus Tolendo Ponen (MTP). Yang bisa dirumuskan secara MTP kalau
premis mayornya proposisi disjungsi inklusif atau disjungsi alternatif.

11
D. Dilema

Dilema adalah suatu silogisme yang terdiri atas dua pilihan yang serba
salah. Dilema selalu ada dua proposisi hipotetik sebagai premis mayor. Dilema
ada dua macam yakni dilema konstruktif dan dilema distruktif. Dilema konstruktif
jika dirumuskan secara MPP. Dilema distruktif jika dirumuskan secara MTT.
Misalnya Dilema Konstruktif:

Jika siswa hanya absen ketika masuk kelas , maka ia lalai, dan jika ia masuk kelas
tetapi tertidur maka ia lalai. Siswa itu absen atau tertidur. Jadi siswa itu lalai.
í (p Þ q) Ù (r Þ q) ý Ù (p v r) Þ q

Contoh Dilema Distruktif :

Jika ia peri ke Bandung dengan menumpang pesawat terbang maka ia akan tiba
dua jam sebelum acara, dan jika ia menumpang bis umum maka ia akan
terlambat satu jam. Ia tidak tiba dua jam sebelum acara, atau ia tidak terlambat
satu jam. Jadi ia tidak pergi dengan menumpang pesawat terbang atau bis umum.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas hubungan dari dua
bagian yang dapat dinilai benar atau salah. Berdasarkan bentuk hubungan antara
dua bagian itu proposisi majemuk dapat dibedakan menjadi tiga yaitu proposisi
hipotetik, proposisi disjungtif, dan proposisi konjungtif.

Dalam pengolahan proposisi majemuk untuk membuktikan syah atau tidak


syahnya suatu penalaran dengan sistem nilai kebenaran. Yang dimaksud dengan
nilai kebenaran disini dalah juga nilai salah. Hasil penalaran majemuk ada tiga
kemungkinan, yakni bisa terjadi tautologi, terjadi kontradiksi atau terjadi
kontingensi. Penalaran terjadi tautologi jika dibuktikan dengan tabel kebenaran nya
hasil akhirnya benar semua dari semua kemungkinan nilai logis.

Suatu bentuk penyimpulan berdasarkan hubungan dua pernyataan, yang


salah satu diantaranya merupakan pernyataan atas hubungan dua bagian sebagai
premis mayor yang dapat mewujudkan pernyataan lain sebagai kesimpulannya.
Dilema adalah suatu silogisme yang terdiri atas dua pilihan yang serba salah.
Dilema selalu ada dua proposisi hipotetik sebagai premis mayor. Dilema ada
dua macam yakni dilema konstruktif dan dilema distruktif. Dilema konstruktif jika
dirumuskan secara MPP. Dilema distruktif jika dirumuskan secara MTT.
Misalnya Dilema Konstruktif:

13
DAFTAR PUSTAKA

- http://diariesofbunga.blogspot.com/2011/06/pengolahan-proposisi-
majemuk.html (diakses pada 10 November 2022, pukul 16.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai