Anda di halaman 1dari 25

RANGKUMAN BIOPSIKOLOGI

DISUSUN OLEH :
HANIFAH FAIZAH AZZAHRA ( 21101157510151)
PSIKOLOGI D

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2022
Topik 6 Bab 13

13.1 Sistem Neuroendokrin


Bagian ini mengintroduksikan prinsip-prinsip itu dengan memfokuskan pada
kelen jar-kelenjar dan hormon-hormon yang terlibat lang sung dalam
perkembangan dan perilaku seksual.
Menurut konvensi, hanya organ-organ yang fung utamanya tampaknya melepaskan
hormon yang di- sebut endocrine glands (kelenjar endokrin). Akan tetapi organ-
organ lain (misainya, lambung, hati, dan usus) dan lemak tubuh juga melepaskan
hormon-hormon ke dalam sirkulasi secara umum dan oleh karenanya, secara strict,
juga merupakan bagian sistem endokrin Kelenjar Ada dua tipe glands
(glandula/kelenjar), kelenjarekso- krin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin
(misal- nya, kelenjar keringat) melepaskan bahan-bahan kimia mereka ke dalam
pembuluh, yang mengangkumnya ke target, sebagian besar di permukaan tubuh.
Kelenjar endokrin (kelenjar tanpa pembuluh) melepaskan ba- han-bahan kimia
mereka. yang disebut hormon, secara langsung ke dalam sistem sirkulatorik. Begitu
dilepas kan oleh sebuah kelenjar endokrin, sebuah hormon berjalan melalui sistem
sirkulatorik sampai mencapai targetnya, yang normalnya ia memberikan efek
(target iha misalnya kelenjar endokrin lain atau tempat-tempat dalam sistem saraf).

Golongan-Golongan Hormon
Sebagian besar hormon termasuk dalam salah satu di antara tiga golongan (1)
derivat asam amino; (2) pep tida dan protein, dan (3) steroid. Amino acid deriva
tive hormones (hormon derivatif asam amino) adalah hormon-hormon yang
disintesiskan.
Hormon steroid memainkan peran penting dalam perkembangan dan perilaku
seksual. Kebanyakan hor mon lain menghasilkan efeknya dengan mengikatkan diri
pada membran sel. Molekul steroid dapat meme- ngaruhi sel-sel dengan cara ini,
tetapi, karena mereka kecil dan dapat larut dalam lensak, mereka dapat de- ngan
mudah memenetrasi membran sel dan sering me mengaruhi sel-sel dengan cara
yang kedua. Begitu di delam sebuah sel, molekul steroid dapat mengikatkan diri
pada reseptor-reseptor dalam sitoplasma atau nu- kleus dan dengan itu,
memengaruhi secara langsung ekspresi gen (hormon derivatif asam amino dan hor
mon peptida juga dapat memengaruhi ekspresi gen tetapi jauh lebih jarang dan
melalui mekanisme yang tidak begitu langsung karena tidak dapat memenetrasi
membran sel). Konsekuensinya, dari semua hormon, hormon steroid cenderung
memiliki efek yang paling beragam dan jangka panjang pada fungsi seluler.

Gonad
Aspek sentral di semua diskusi tentang hormon dan seks adalah gonad-testis laki-
laki dan ovarium perempuan. Setelah kopulasi (hubungan seksual), sebuah sel
sperma dapat memfertilisasi/membuahi sebru- ah orum untuk membentuk sebuah
sel yang disebut zigot yang berisi semua informasi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan normal makhluk hidup dewasa yang lengkap di lingkungan
alamiahnya. Dengan pengecualian pada sel telur dan sel sperma, setiap sel tubuh
manusia memiliki 23 pasang kromosom. Sebaliknya, sel telur dan sel sperma hanya
berisi separuh jumlah itu, satu anggota dari setiap pasangan kromosom. Sel-sel
perempuan memiliki dua kromosom seks besar, yang disebut kromosom X. Pada
laki-laki, satu kromosom seksnya adalah kromosom X, dan yang satu disebut
kromesum Y. Konsekuensinya, kromosom seks setiap sel telur adalah sebuah
kromosom X, sementara separuh sel sperma memiliki kromosom X dan sepa-
ruhnya lagi memiliki kromosom Y. Gender Anda de- ngan seluruh percabangan
sosial, ekonomi, dan perso- nalnya, ditentukan oleh bagaimana sel-sel sperma ayah
Anda memenangkan perlombaan ke sel telur ibu An- da. Bila sebuah sel sperma
dengan sebuah kromosom seks X menang Anda adalah perempuan dan bila se-
buah sel sperma dengan kromosom seks Y menang, Anda adalah laki-laki

Stereoid Seks
hasilkannya akan memiliki 23 pasang kromosom leng Gonads tidak hanya sekadar
membuat sel sperma dan sel telur, mereka juga memproduksi dan melepaskan
hormon-hormon steroid. Kebanyakan orang terkeju ketika mengetahui bahwa testis
dan ovarium melepas kan hormon-hormon yang sama. Dua golongan utama
hormon gonadal itu disebut androgen dan estrogen, testosteron adalah androgen
yang paling banyak, dan estradiol adalah yang paling sedikit. Fakta bahwa ovarium
orang dewasa cenderung melepaskan lebih ba nyak estrogen dibanding androgen
dan bahwa testa orang dewasa melepaskan lebih banyak androgen da ripada
estrogen telah menyebabkan praktik penyebut an yang lazim tetapi menyesatkan,
yaitu androgen se bagai "hormon seks laki-laki dan estrogen sebaga "hormon seks
perempuan."
Hormon-Hormon Pituitari
Kelenjar pituitari sering disebut master gland (kelenja master) karena sebagian
besar hormonnya adala hormon-hormon tropik. Tropic hormones (hormon t pik)
adalah hormon-hormon yang fungsi primen adalah untuk memengaruhi pelepasan
hormon-ho mon dari kelenjar-kelenjar lain (tropic adalah kata sifa yang
mendeskripsikan hal-hal yang menstimulasi ata mengubah hal-hal lain).

Kadar Horman Gonadal Perempuan Bersifat Siklik; Kadar Hormon Gonadal Laki-
Laki Bersifat Tetap Meskipun laki-laki dan perempuan memiliki hormon hormon
yang sama, hormon-hormon tersebut tidak pada kadar yang sama, dan belum tentu
menjalankan fungsi yang sama. Perbedaan utama antara fungsi endokrin
perempuan dan laki-laki adalah pada perempuan kadar hormon gonadal dan
gonadotropik melalui siklus yang berulang setiap kira-kira 28 hari.

13.2 Hormon dan perkembangan seksual


Hormon-Hormon Fetal dan Perkembangan Organ-Organ Reproduktif
Pada tahap perkembangan ini setiap fetus (janin), apa pun seks (jenis kelamin)
genetiknya, memiliki pananigan struktur gonadal yang sama, yang disebut
primordial gonada (gonad primordial; primordial berarti "ada pada awal"). Setiap
gonad primordial memiliki selubung luar, atau korteks, yang berpotensi untuk
berkembang menjadi ovarium (indung telur): dan masing-masing

Saluran Reproduktif Internal Ensam minggu setela buahan, baik perempuan


maupun laki-laki memil dua set reproductive duct (saluran reproduktif) lengkap
Mereka memiliki sebuah Sistem Wolffian laki-la yang memiliki kapasitas untuk
berkembang me saluran reproduktif laki-laki (misalnya, vesikel sen yang menahan
cairan yang sel-sel spermanya diejaku lasikan, dan vas deferens, yang dilalui sel-
sel sperma untuk menuju ke vesikel seminal). Mereka mem sebuah Sistem
Müllerian, yang memiliki kapasitas an tuk berkembang menjadi saluran reproduktil
p puan (misalnya, uterus [rahim); bagian atas agit dan fuba fallopi, yang dilalui ova
untuk berjalan dari arvat um ke rahim, yang mereka dapat dibuahi). Pada bulan
ketiga perkembangan fetal laki- testis menyekresi testosteron dan substansi
penghar bat-Müllerian.
Organ-Organ Reproduktif Ekarnal Ada perbedaan mendasar antara diferensiasie
an-organ reproduktif eksternal dan diferensiasi organ-organ reproduktif internal
(yakni gonad dan saluran reproduktif). Seperti yang baru saja Anda baca, setiap
fetus normal me ngembangkan precursor (perintis jalan) terpisah untuk gonad laki-
laki (medula) dan gonad perempuan (kor- teks) dan untuk saluran reproduktif laki-
laki (Sistem Wolffian) dan saluran reproduktif perempuan (Sistem Müllerian); jadi
hanya ada satu set, laki-laki atau pe- rempuan, yang berkembang. Sebaliknya, baik
geni- talia-organ-organ reproduktif eksternal-laki-laki maupun perempuan
berkembang dari prekursor yang sama. Prekursor bipotensial dan diferensiasi
selanjutnya diilustrasikan dalam Gambar 138.

Pada bulan kedua kehamilan, prekursor bipoten- sial organ-organ reproduktif


eksternal terdiri atas em pat bagian: glans, lipatan uretral, badan lateral, dan
pembengkakan labioscrotal. Setelah itu organ itu mulai terdiferensiasi. Glans
tumbuh menjadi kepala penis pa- da laki-laki atau menjadi klitoris pada
perempuan; lipat- an uretral menyatu pada laki-laki atau membesar dan menjadi
labia minora pada perempuan; badan lateral membentuk batang penis pada laki-laki
atau tudung klitoris pada perempuan, dan pembengkakan labioscro- tal membentuk
scrotum pada laki-laki atau labia mayora pada perempuan.

Perbedaan Seks di Otak


Otak laki-laki dan otak perempuan mungkin tampak sama dan secara politis
barangkali ada benarnya untuk percaya bahwa memang demikianlah adanya-tetapi
sebenarnya tidak. Otak laki-laki cenderung lebih besar sekitar 15% dibanding otak
perempuan, dan ada sejumlah besar perbedaan anatomis lain di antara keduanya.
Perbedaan struktural otak laki-laki dan perempuan biasanya diteliti pada non
manusia, namun juga banyak yang didokumentasikan pada manusia.

Penemuan Dimorfisme Seksual Otak Mamalia yang Pertama Upaya awal untuk
menemukan perbedaan seks dalam otak mamalia difokuskan pada faktor-faktor
yang mengon trol perkembangan pola tetap dan pola siklik pelepasan gonadotro-
pin masing-masing pada laki-laki dan perempuan. Eksperimen-eks- perimen
seminal dilaksanakan oleh Pfeiffer pada 1936.
Hormon-Hormon Perinatal dan Perkembangan Perilaku
Mengingat fakta bahwa hormon perinatal memenga ruhi perkembangan otak,
mestinya tidak mengejutkan bila mereka juga memengaruhi perkembangan per
laku. Banyak penelitian tentang hormon dan perkem bangan perilaku yang
difokuskan pada peran horman hormon perinatal dalam perkembangan perilaku ko
pulatorik yang secara seksual bersifat dimorfik pada hewan-hewan laboratorium

Phoenix dan rekan-rekan sejawatnya (1959) ada lah sebagian peneliti yang pertama
kali mendemons trasikan bahwa suntikan perinatal testosteron mas calinizes
(memaskulinkan) dan defeminizes (mende femininkan) perilaku kupulatorik
dewasa betina ge netik Pertama-tama mereka me- dung dengan testosteron. Setelah
itu pada saat anak-anaknya lahir, para peneliti me- movariektomi anak betinanya.
Terakhir, ketika mar mut-marmut betina yang diovaríektomi mencapai ke
matangan, para peneliti menyuntik mereka dengan testosteron dan mengases
perilaku kopulatorik mereka. Phoenix dan rekan-rekan sejawatnya menemukan
bahwa marmut betina yang telah dipapari testosteron perinatal memperlihatkan
perilaku menunggangi se perti marmut jantan (pada saat kopulasi) sebagai res-
pons terhadap suntikan testosteron ketika mereka dewasa bila dibandingkan dengan
betina-betina dewasa yang belum pernah dipapari dengan testosteron perinatal.
Ketika tikus betina dewasa disuntik dengan progesteron dan estradiol dan
ditunggangi oleh mar mut jantan, mereka kurang memperlihatkan lordo sis-postur
punggung melengkung yang memfasili tasi intromisi yang memberi sinyal
reseptivitas bi- natang pengerat betina.

Pubertas: Hormon dan Perkembangan


Pubertas berhubungan dengan meningkatnya pelepasan hormon-hormon oleh
pituitari anterior (li- hat Grumbach, 2002). Meningkatnya pelepasan hor mon
pertumbuhan-satu-satunya hormon pituitari anterior yang tidak memiliki kelenjar
sebagai target primernya secara langsung memengaruhi tulang dan Jaringan otot
untuk menghasilkan laju pertumbuhan Sudah ada banyak upaya untuk mempelajari
pe pubertal yang pesat. Peningkatan pelepasan hormon gonadotropik dan hormon
adrenokortikotropik me nyebabkan gonad dan korteks adrenal meningkatkan
pelepasan hormon gonadal dan adrenal, yang pada gilirannya menginisiasi
kematangan genitalia dan Perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder.

13.3 Tiga kasus perkembangan seksual manusia yang eksepsional


Kebanyakan kasus Sindroma Adrenogenital pe rempuan didiagnosis pada saat
kelahiran. Dalam kasus-kasus semacam itu, abnormalitas genitalia eksternal segera
dikoreksi, dan kortisol diadministrasikan untuk menurunkan kadar androgen
adrenal yang ber sirkulasi. Menyusul penanganan awal, perempuan admogenital
tumbuh normal secara fisik kecuali bah wa onset menstruasinya lebih lambat
dibanding nor mainya. Hal ini menjadikan mereka subjek yang baik untuk studi
tentang efek paparan androgen fetal pada perkembangan psikoseksual.

Gadis-gadis remaja adrenogenital yang telah me nerima penanganan dini biasanya


memperlihatkan pe rilaku tombol dan kurang berminat pada hal-hal yang bersifat
keibuan. Mereka lebih menyukai pakaian dan mainan anak laki-laki, lebih banyak
bermain dengan anak laki-laki, kurang suka menggendong bayi, dan cenderung
melamunkan karier di masa depan daripada membayangkan menjadi ibu.
konsekuensi langsung dari paparan androgen dini tetapi muncul dari fakta bahwa
sebagian ga dis adrenogenital memiliki genitalia yang ambigu dan ciri-ciri laki-laki
lain (misala bulu-bulu di tubuh). yang mungkin menghasilkan pengaruh
eksperiensial yang berbeda.

Hasil-hasil studi oleh Meyer-Bahlburg dan rekan- rekan sejawatnya (2006) dapat
menjelaskan sebagian ketidakkonsistenan studi-studi sebelumnya tentang Sindroma
Adrenogenital. Para peneliti ini menetapkan bahwa ada tiga bentuk Sindroma
Adrenogenital yang berbeda, yang memiliki penyebab molekuler yang ber beda
yang terkait dengan derajat paparan dini andro gen yang berbeda. Para peneliti ini
tidak menemukan perubahan orientasi seksual pada perempuan dengan bentuk
paling ringan sindroma ini, hanya sedikit per ubahan pada sebagian di antara
mereka yang memiliki sindroma dengan bentuk sedang, dan perubahan yang jelas
pada sebagian di antara mereka yang memiliki sindroma dengan bentuk paling
berat. Akan tetapi, sebagian besar perempuan, bahkan mereka yang memi liki
bentuk Sindroma Andrenogenital paling berat sekalipun, memiliki orientasi seksual
yang masih dalam kisaran normal, dan tidak jelas apa yang membedakan mereka
yang berada dalam kisaran normal dan mereka yang menunjukkan perubahan
Sebelum perkembangan terapi kortisol pada 1950, perempuan genetik dengan
Sindroma Andrenogenital dibiarkan tanpa penanganan. Sebagian dibesarkan se
bagal anak laki-laki dan sebagian sebagai anak perempuan, tetapi arah
perkembangan pubertal mereka tidak dapat diprediksi. Di sebagian kasus, androgen
adrenal mendominasi dan memaskulinkan tubuh mereka, di sebagian lainnya,
estrogen ovarian yang mendominasi dan memfemininkan tubuh mereka Jadi,
sebagian yang dibesarkan sebagai anak laki-laki ditransformasikan menjadi
perempuan pada saat pubertas, dan seba formasikan menjadi laki-laki.

13.4 Efek-efek Hormon Gonadal pada Orang Dewasa


Perilaku Terkait-Reproduksi dan Testosteron Laki-Laki
Peran penting yang dimainkan oleh hormon-hormon gonadal dalam pengaktifan
perilaku seksual laki-laki didemonstrasikan dengan jelas oleh efek-efek orkide tomi
yang meng-aseksualisasi. Bremer (1959) mereviu 157 kasus orang Norwegia yang
diorkidektomi. Ba- nyak yang melakukan penyerangan terkait-seksual dan setuju
untuk dikastrasi untuk mengurangi masa Laporan kasu ipalli mengeral efek terapi
hukuman penjaranya laki-laki yang dikastrasi, tetapi tidak ada buktilang sung
untuk hipotesis ini. Orkidektomi membuang dengan sekali sambar atau lebih
tepatnya, dengan dua kali sambar-apa sang kelenjar yang melepaskan banyak
hormon. Oleh karena testosteron adalah salah satu hormon testikule yang utama,
gejala-gejala utama orkidektomi pada umumnya lebih diatribusikan pada hilangnya
testos teron daripada hilangnya hormon testikuler tertentu lainnya atau konsekuensi
nonhormonal tertentu dan operasinya. Efek-efek terapeutik replacement inject. ions
(suntikan untuk menggantikan) testosteron me ngonfirmasikan asumsi ini.
Dua generalisasi penting dapat ditarik dari studi teran Perarut Bremer Yang
pertama adalah orkidektomi menyebab pada 1918 sangat kan berkurangnya minat
dan perilaku seksual yang kedua adalah tingkat dan derajat kehilangan itu berva-
Bdak mungatak riasi. Sekitar separuh laki-laki menjadi sepenuhnya aseksual dalam
waktu beberapa minggu setelah operasi: yang lain dengan cepat kehilangan
kemampu annya untuk mencapai ereksi tetapi masih terus meng tampak alami
minat dan kenikmatan seksual: dan sebagian kecil masih terus berhasil berkopulasi,
meskipun agak kurang antusias, selama masa penelitian. Juga ada ber- bagai
perubahan tubuh berkurangnya rambut di ba tang tubuh, anggota badan (kaki dan
tangan), dan wa jah: deposisi lemah di pinggul dan dada; kula yang melembut, dan
berkurangnya kekuatan.

Fakta bahwa testosteron perlu bagi perilaku sek mal laki-laki telah memunculkan
dua asumsi yang meluas (1) bahwa tingkat seksualitas laki-laki merupa kan fungsi
banyaknya testosteron yang dimilikinya dalam darah, dan (2) bahwa dorongan seks
seorang laki-laki dapat ditingkatkan dengan meningkatkan ka-2 dar testosteronnya.
Kedua asumsi ini keliru. Dorong an seks dan kadar testosteron tidak berkorelasi
pada laki-laki sehat dan suntikan testosteron tidak meningkatkan dorongan seks
mereka. Tampaknya setiap laki-laki sehat memiliki lebih banyak testosteron.

Dihidrotestosteron, sebuah androgen yang tak dapat diaromatisasi merestorasi


perilaku kopulatorik primata-primata jantan yang dikastrasi tetapi, la gagal
merestorasi perilaku kopulatorik binatang pengerat jantan yang dikastrasi. Temuan-
temuan ini menunjukkan bahwa restorasi perilaku kopulatorik terjadi melalui
mekanisme yang berbeda pada primata dan binatang pengerat. Tampaknya testoste
ron memiliki efek langsung pada primata, sementara pada binatang pengerat
restorasinya tampaknya dihasilkan oleh Estradiol yang diaromatisasikan dari
testosteron.

Perilaku Terkait Reproduksi dan Hormon-hormon Gonadal Perempuan oleh


estradiol yang diaromatisasikan dari testosteron estrogen (ihar Davis & Tran, 2001;
Sherwin, 198 Tampaknya, cukup banyak androgen yang dilepask dari kelenjar
adrenal manusia untuk mempertahanka motivasi seksual perempuan bahkan setelah
indung telur mereka diambil. Dukungan untuk teori bah androgen mengontrol
seksualitas perempuan datang dari tiga sumber:
° eksperimen-eksperimen pada primata betina non manusia.
° studi-studi korelasional pada perempuan-perempuan sehat
° studi-studi terhadap perempuan-perempuan setelah ovariektomi dan
adrenalektomi.

Penelitian ini telah melahirkan perkembang testasteran skin patch (pemberian


testosteron mela tempelan di kulit) yang dewasa ini digunakan un menangani
dorongan seks yang rendah pada perem puan. Tempelan itu ditunjukkan efektif
untuk para perempuan yang telah kehilangan dorangan seksnya s telah mengalami
histerektomi radikal. Meskipun hanya ada beberapa studi yang me porkan korelasi
positif antara kadar testosteron dam dan kekuatan dorongan seks pada perempuan
nya, kebanyakan perempuan ngan dorongan seks yang rendah tidak memiliki kadar
testosteron darah yang rendah.

Penyalahgunaan Steroid Anabolik


Anabolic steroids (steroid anabolik) adalah steroid, misalnya testosteron, yang
memiliki efek anabolik (mendorong pertumbuhan). Testosteron itu sendiri tidak
begitu berguna sebagai obat anabolik karena ia diural dengan cepat setelah
disuntikkan dan karena a memiliki efek samping yang tidak diinginkan para ahli
kimia telah mampu mensintesiskan sejumlah steroid anabolik yang long-acting
(bekerja dalam waktu lama), tetapi tidak mampu mensintesiskan salah satu steroid
yang tidak memiliki efek samping.

Saat ini kita berada di tengah epidemi pengguna- an sternid anabolik. Banyak atlet
dan binaragawan kompetitif yang mengadministrasikan sensiri steroid Elinical
Implication anabolik dalam dosis yang sangat besar untuk meningkatkan mus
kularitas dan kekuatannya, tetapi masalahnya jauh lebih ekstensif lagi Selama
beberapa tahun terakhir, penggunaan-kosmetik steroid telah mencapai proporsi
yang meresahkan

Oleh karena steroid ilegal di kebanyakan negara di dunia, sulit untuk menentukan
insiden penggunaannya. Akan tetapi, sebuah survei pada 2005 oleh LS Centers for
Descase Control and Prevention menemukan bahwa hampir 5% siswa sekolah
menengah atas pernah menggunakan steroid secara gelap.

studi-studi eksperimental sering kali dilaksana kan pada subjek-subjek yang tidak
terlibat dalam la than intens Akan tetapi, terlepas dari tidak adanya bukti
eksperimen yang kuat, hasil yang dicapai oleh efek Fisiologis Steroid Anabolik
Ada kesepakatan umum bahwa orang yang memakai steroid anabolik dengan dosis
tinggi berisiko mengalami berbagai macam efek samping Pada laki-laki, umpar
bilik negatif dari ka- dar steroid anabolik yang tinggi mengurangi pelepas an
gonadotropin; hal ini mengakibatkan berkurangnya aktivitas testikuler, yang dapat
berakibat testicular atro- ply (atrofi testikuler, testis yang lemah) dan sterili- tas
Gynecomastia (pertumbuhan buah dada pada laki- laki) juga dapat terjadi, diduga
sebagai akibat aromati- sasi steroid anabolik pada estrogen. Pada perempuan,
steroid anabilik dapat mengakibatkan amenorrhea (amenore, terhentinya
menstruasi), sterilitas, hirsutisme (pertumbuhan bulu-bulu tubuh ng eksesif),
pertum- buhan klitoris, perkembangan bentuk tubuh yang mas kulin, kebotakan,
buah dada yang mengecil, dan suara yang menjadi dalam dan kanar Sayangnya,
beberapa efek steroid anabolik pada perempuan yang bersifat memaskulinkan itu
tampaknya tidak dapat dikembangkan.

13.5 Mekanisme-Mekanisme Neural Perilaku Seksual


Ada tiga alasan yang jelas untuk perilaku seksual difokuskan nyaris secara
eksklusif pada sirkuit-sirkuit hipotalamik,
Pertama, karena kesulitan untuk mempelajari mekanisme neural perilaku seksual
manusia yang begitu kompleks, para peneliti telah memfokus- kan pada perilaku-
perilaku kopulatorik yang relatif sederhana yang dapat dikontrol (misalnya,
ejakulasi, menunggangi, dan lordosis) binatang-binatang labora torik, yang
cenderung dikontrol oleh hipotalamus.
Kedua, karena hipotalamus mengontrol pe lepasan gonadotropin, maka dialah
tempat yang jelas untuk mencari struktur-struktur dan sirkuit-sirkuit yang secara
seksual dimorfik, yang mungkin mengontrol kopulasi.
Ketiga, studi-studiawal mengonfirmasikan bahwa hipotalamus memang
memainkan peran utama dalam pe rilaku seksual, dan temuan ini mem buat
penelitian neurosaintifik se lanjutnya lebih difokuskan pada struktur otak.

Pada waktu lahir, sexually dimorphic muclei tikus jantan dan betina memiliki
ukuran yang sama. Dalam beberapa hari pertama setelah lahir, sexually dimorphic
nuclei tikus jantan tumbuh dengan kecepatan tinggi dan sexually dimorphic nuclei
tikus betina tidak. Pertum buhan sexually dimorphic nuclei jantan normalnya dipl
cu oleh estradiol, yang telah diaromatisasi dari testosteron.

Hipotalamus dan Perilaku Seksual Laki-laki


Hipotalamus dan Perilaku Seksual Laki-Laki Daerah preoptik medial (termasuk
sexually dimorphic nucleus) adalah sebuah daerah hipotalamus yang memainkan
peran kunci dalam perilaku seksual laki-laki. Destruksi seluruh daerah ini
meniadakan perilaku seksual pada semua spesies mamalia jantan yang sudah
diteliti (lihat Hull et al., 1999). Sebaliknya, lesi daerah preoptik medial tidak
mengeliminasi perilaku seksual betina pada hewan betina, tetapi mengeliminasi
perilaku seksual jantan (misalnya, menunggangi) yang sering terobservasi pada
betina. Jadi, lesi preoptik medial tampaknya meniadakan perilaku kopulatorik pada
kedua jenis kelamin. Sebaliknya, stimulasi elektrik terhadap daerah preoptik
medial memicu perilaku kopulaterik.

Hipotalamus dan Perilaku Seksual perempuan


Ventromedial nucleus (VMN) (nukleus ventromedi- al) hipotalamus tikus berisi
sirkuit-sirkuit yang tam- pak kritis untuk perilaku seksual betina. Tikus betina
dengan lesi bilateral pada VMN tidak mem- perlihatkan lordosis, dan mereka
cenderung menye- rang "pelamar" yang menjadi terlalu bernafsu.
progesteron itu sendiri tidak menginduksi estrus, pasti estradiollah yang de- ngan
cara tertentu memprimakan sistem saraf sedemikian rupa sehingga progesteron
dapat memberikan efeknya. Efek penerimaan ini tampaknya dimediasi oleh
peningkatan besar pada jumlah reseptor progesteron yang terjadi di VMN dan
daerah sekitarnya me- nyusul suntikan estradiolestradiol memberikan efeknya
dengan memasuki sel-sel YMN dan memengaruhi ekspresi gen. Yang mengon-
firmasikan peran VMN dalam estrus adalah fakta bah- wa mikroinjeksi estradiol
dan progesteron secara lang- sung ke dalam VMN menginduksi estrus pada tikus
betina yang diovaridektomi (Pleim & Barfield, 1988).

Pengaruh VMN pada pada perilaku seksual tikus betina tampaknya dimediasi oleh
sebuah traktus yang turun ke periaqeductal gray (PAG) di tegmentum. Des- truksi
pada traktus ini mengeliminasi perilaku seksual betina, seperti halnya lesi pada
PAG itu sendiri.
Sebagai kesimpulan, meskipun banyak bagian otak berperan dalam perilaku
seksual, banyak pene- litian yang difokuskan pada peran hipotalamus dalam
perilaku kopulatorik tikus. Beberapa daerah di hipota- lamus memengaruhi
perilaku kopulatorik ini, dan be- berapa nuklei hipotalamik bersifat dimorfik secara
seksual.
13.6 Orientasi Seksual, Hormon, dan otak
Orientasi Seksual dan Gen
Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pada orientasi seksual memiliki dasar
genetik. Sebagai contoh, Bailey dan Pillard meneliti sekelompok homoseksual laki-
laki yang memiliki saudara kembar, dan mereka menemukan bahwa 52% pasangan
kembar monozigotik dan 22% pasangan kembar dizigotik adalah homoseksual
pula. Dalam sebuah studi komparatif terhadap kembar perempuan oleh kelompok
peneliti yang sama menemukan angka kordansi untuk homoseksualitas adalah
sebesar 48% untuk kembar monozigotik dan 16% untuk kembar dizigotik.

Kegairahan yang cukup tinggi tercipta oleh ada- nya klaim bahwa sebuah gen
untuk homoseksualitas telah ditemukan lokasinya di salah satu ujung kromo som X
(Hamer et al., 1993). Akan tetapi, penelitian ber kutnya tidak mengonfirmasikan
klaim ini

Orientasi Seksual dan Hormon-hormon Awal


Banyak orang yang keliru berasumsi bahwa homoseksual memiliki kadar hormon
seks yang lebih rendah. Tidak benar. Heteroseksual dan homoseksual tidak berbeda
dalam hal kadar hormon-hormon yang bersirkulasi. Selain itu, orkidektomi
mengurangi perilaku seksual laki-laki heteroseksual maupun homoseksual, tetapi
tidak mengubah arah orientasinya; dan replacement injection (suntikan
penggantian) hanya sekadar mengaktifkan kembali preferensi yang sudah ada
sebelum operasi.

Banyak orang juga berasumsi bahwa preferensi seksual adalah masalah pilihan.
Bukan. Orang menemukan preferensi seksualnya. Mereka tidak memilihnya.
Preferensi seksual tampaknya berkembang sangat awal, dan indikasi pertama arah
ketertarikan seksual seorang anak biasanya tidak berubah ketika ia mencapai
kematangan.

Upaya untuk menentukan apakah kadar hormon perinatal memengaruhi


perkembangan orientasi seksual difokuskan pada spesies non manusia. Sebuah pola
temuan yang konsisten telah muncul dari penelitian ini.
Di lain pihak, kita perlu berhati-hati dalam menarik kesimpulan tentang
perkembangan preferensi seksual pada manusia berdasarkan hasil-hasil eksperimen
terhadap spesies laboratorik. Akan keliru bila kita mengabaikan komponen-
komponen kognitif dan emosional yang kuat di dalam seksualitas manusia, yang
tidak ada bandingannya dengan binatang-binatang laboratorium. Di lain pihak, juga
keliru bila berpikir bahwa pola hasil-hasil yang konsisten pada begitu banyak
spesies sama sekali tidak memiliki relevansi pada manusia.

Salah satu lini penelitian yang menjanjikan tentang orientasi seksual difokuskan
pada efek urutan kelahiran fraternal, temuan bahwa probabilitas seorang laki-laki
untuk menjadi homoseksual meningkat sebagai fungsi jumlah kakak laki-laki yang
dimilikinya. Sebuah studi terhadap keluarga-keluarga campuran (keluar- ga-
keluarga yang saudara-saudara terkait-biologis dibesarkan bersama saudara-
saudara yang diadopsi atau saudara-saudara tiri) menemukan bahwa efek itu
berhubungan dengan jumlah anak laki-laki yang sebelumnya dilahirkan oleh ibu,
bukan jumlah anak laki-laki yang dibesarkan bersama subjek.

Pemicu perkembangan ketertarikan seksual


Bukti menunjukkan bahwa kebanyakan anak perempuan dan anak laki-laki yang
hidup di negara-negara Barat mengalami perasaan ketertarikan seksual pertamanya
pada sekitar umur 10 tahun, heteroseksual atau homoseksual. Temuan-temuan ini
berselisih jalan dengan asumsi lazim bahwa ketertarikan seksual dipicu oleh
pubertas yang, seperti Anda ketahui, saat ini cenderung terjadi pada umur sekitar
10,5 tahun pada anak perempuan dan 11,5 tahun pada anak laki-laki.

McClintock dan Herdt mengatakan bahwa timbulnya ketertarikan seksual mungkin


distimulasi oleh steroid korteks adrenal. Berbeda dengan kematangan gonadal
kematangan adrenal terjadi pada sekitar umur 10 tahun.

Perbedaan otak homoseksual dan heteroseksual


Otak homoseksual dan heteroseksual pasti memiliki perbedaan. Sudah ada
beberapa laporan perbedaan respons neuroanatomis, neuropsikologis, dan
hormonal antara homoseksual dan heteroseksual. Kebanyakan studi
membandingkan heteroseksual dan homoseksual; studi-studi terhadap para lesbian
sangat jarang.
Dalam studi yang banyak dipublikasikan, LeVay menemukan bahwa struktur
sebuah nukleus hipotalamik pada homoseksual laki-laki berada di antara
heteroseksual perempuan dan heteroseksual laki-laki. Akan tetapi, studi ini belum
direplikasi secara konsisten. Bahkan, tidak ada perbedaan antara otak heteroseksual
dan homoseksual yang telah ditemukan.

Transeksualisme
Transeksualisme adalah gangguan identitas seksual yang menyebabkan seorang
individu yakin bahwa dirinya terperangkap di tubuh jenis kelamin lain. Lebih
halusnya, transeksual menghadapi konflik yang aneh: "Saya adalah perempuan
(atau laki-laki) yang terperangkap dalam tubuh laki-laki (atau perempuan).
Tolong!" Penting untuk memahami keputusasaan mereka; mereka tidak sekadar
berpikir bahwa hidup mungkin akan lebih baik bila gender mereka berbeda.
Meskipun banyak transeksual berusaha mendapatkan surgical sexual reassignment
(operasi untuk mengubah jenis kelamin), keputusasaan mereka dapat lebih
diungkapkan melalui cara-cara yang digunakan oleh sebagian di antara mereka
untuk mengatasi masalahnya sebelum mengambil pilihan operasi pengubahan jenis
kelamin: Sebagian laki-laki biologis (perempuan psikologis) berusaha melakukan
kastrasi diri, dan sebagian lainnya mengonsumsi krim-krim wajah yang
mengandung es trogen dalam jumlah untuk memfemininkan tubuhnya.

prosedur mengubah laki-laki-menjadi-perempuan.


Prosedur mengubah perempuan menjadi-laki-laki jauh lebih kompleks (karena
penis harus dibuat) dan hasilnya jauh kurang memuaskan (misalnya, karena penis
yang dibuat melalui operasi tidak memiliki po- tensi ereksi), dan pengubahan jenis
kelamin laki-laki- menjadi-perempuan tiga kali lebih banyak dilakukan

Langkah pertama, untuk mengubah laki-laki-men- jadi-perempuan adalah asesmen


dan konseling psikiatrik yang saksama untuk menetapkan bahwa individu yang
bersangkutan benar-benar transeksual dan mem persiapkannya untuk menghadapi
hal-hal selanjutnya.
Kedua, resep pemakaian estrogen seumur hidup dini siasikan untuk
memfemininkan tubuhnya dan mem pertahankan perubahan-perubahannya.
Ketiga, penis dan testis dibuang, dan genitalia eksternal perempuan dan vagina
dikonstruksikan. Vagina dibuat dengan kulit yang diambil dari penis sedemikian
rupa sehingga akan memiliki ujung-ujung saraf sensorik yang akan merespons
stimulasi seksual. Terakhir, beberapa pasien menjalani operasi kosmetik untuk
memfemininkan wajahnya (misalnya, untuk mengurangi ukuran jakun- nya).
Secara umum, penyesuaian transeksual setelah pengubahan kelamin melalui
operasi cukup baik.

Independensi orientasi seksual dan identitas seksual


eksistensi homoseksual dan transeksualisme itu belaka adalah tantangan bagi
mamawawa, asumsi bahwa laki-laki dan perempuan merupakan anggota kategori-
kategori yang sama sekali berbeda dan saling berlawanan. Banyak orang cenderung
memiliki "keperempuanan" dan "kelaki-lakian" sebagai yang berlawanan beberapa
kasus abnormal yang terletak di antara keduanya. Mungkin, seperti itulah Anda
cenderung berpikir. Akan tetapi, fakta bahwa tipe tubuh, orientasi seksual, dan
identitas seksual sering kali independen satu sama lain menjadi serangan serius
terhadap asumsi bahwa keperempuanan dan kelaki-lakian terletak di ujung-ujung
yang berlawanan dari sebuah skala yang sama. Jelas, keperempuan dan kelaki-
lakian masing-masing merupakan kombinasi beberapa atribut yang berbeda
(misalnya, tipe tubuh, orientasi seksual, dan identitas seksual), yang masing-
masing dapat berkembang secara cukup independen satu sama lain. Hal ini benar-
benar merupakan teka- teki bagi banyak orang, termasuk para ilmuwan, tetapi apa
yang sudah Anda pelajari di bab ini menawarkan sebuah solusi.

Pikirkan kembali bagian tentang diferensiasi otak. Sampai baru-baru ini, dulu
diasumsikan bahwa dife- rensiasi otak manusia menjadi bentuk-bentuk perempuan
dan laki-laki seperti lazimnya terjadi melalui sebuah mekanisme berbasis-
testosteron. Akan tetapi, sebuah pendapat yang berbeda telah berkembang dari
bukti-bukti mutakhir. Sekarang, jelas bahwa otak laki- laki dan perempuan
biasanya berbeda dalam banyak hal dan bahwa perbedaan-perbedaan itu di waktu
yang berbeda dan oleh mekanisme yang berbeda. Bila Anda selalu berpegang pada
prinsip perkembangan ini, Anda tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami
bagaimana mungkin sebgaian individu perempuan dalam beberapa hal dan laki-laki
dalam hal-hal lain, dan sebagian lainnya terletak di antara kedua norma itu.
Analisis ini merupakan contoh poin yang banyak saya buat di buku ini. Studi
biopsikologi sering memiliki implikasi-implikasi personal dan sosial penting.
Pencarian basis neural sebuah perilaku sering kali memberi kita pemahaman yang
lebih banyak tentang perilaku itu. Saya harap Anda sekarang memiliki pemahaman
yang lebih banyak dan penerimaan yang besar terhadap perbedaan seksualitas
manusia

Bab 17
Biopsikologi Emosi , Stress , dan Kesehatan

17.1 Biopsikologi Emosi : Pendahuluan


Emosi dan Sistem Saraf Otonom
Penelitian tentang peran autonomic nervous system (ANS) (sistem saraf otonom)
difokuskan pada dua isu: sejauh mana pola aktivitas ANS tertentu berhubungan
dengan emosi-emosi tertentu dan efektivitas ukuran-
ukuran ANS dalam poligrafi (deteksi kebohongan). Kespesifikan Emosional
Sistem Saraf Otonom Tori James Lange dan Cannon Bard berbeda dalam
pandangan mereka tentang kespesifikan emosional sistem saraf otonom. Teori
james-Lange mengatakan bahwa stimuli emosional yang berbeda menginduksi pola
aktivitas ANS yang berbeda dan bahwa pola-pola yang berbeda ini menghasilkan
pengalaman emosional yang berbeda. Bukti-bukti eksperimental menunjukkan
bahwa kespesifikan reaksi-reaksi ANS teletak di antara ekstrem spesifik total dan
generalitas-total (Levenson, 1994). Ada banyak bukti bahwa tidak semua emosi
„berhubungan dengan pola aktivitas ANS yang sama (hat Ax, 1955); tetapi, ada
cukup bukti untuk menguatkan pandangan bahwa setiap emosi ditandai oleh pola
aktivitas ANS yang berbeda.

Emosi dan Ekspresi Wajah


Ekspresi wajah dalam atlas Ekman dan Friesen adalah foto-foto paramodel yang
dinstruksikan untuk mengontraksikan otot-otot wajah tertentu berdasarkan analisis
Ekman dan Friesen. Sebagai contoh, untuk menghasilkan ekspresi wajah kaget,
model diinstruksikan untuk menarik alisnya ke atas sehingga keningnya terkerut,
memhuka mata mereka lebar-lebar sehingga bagian putih matanya berada di atas
iris, untuk mengendurkan otot-otot di seputar mulutnya,dan menjatuhkan
rahangnya.
Universalitas Ekspresi Wajah
Terlepas dari pendapat Darwin bahwa ekspresi wajah manusia khas untuk spesies
itu, secara luas diyakini bahwa ekspresi wajah itu dipelajari dan variabel secara
kultural. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa orang dari budaya yang
berbeda memang membuat ekspresi-ekspresi wajah yang serupa dalam situasi-
situasi yang serupa dan bahwa mereka dapat mengidentifikasi dengan benar
singnifikansi amosional berbagai ekspresi wajah

Ekspresi-Ekspresi Wajah Primer


Ekman dan Fiesen menyimpulkan bahwa ekspresi-ekspresi wajah keenam emosi
di bawah in adalah ekspresi-ekspresi primer: terkejut,marah, sedih, muak, takut,
dansenang Mereka lebih jauh menyimpulkan bahwa semua ekspresi wajah lain dari
emosi murni terdiri atas campuran yang dapat diprediksi dari keenam ekspresi
primer tersebut. Ekman sendiri mengilustrasikan keenam ekspresi wajah primernya
dan kombinasi dua di antaranya untuk membentuk sebuah ekspresi nonprimer.

Hipotesis Umpan Balik Fasial Poligrafi


Adakah kebenaran dalam ide kuno bahwa memasang wajah bahagia dapat
membuat Anda merasa lebih baik? Penelitian menunjukkan bahwa hal itu memang
ada benarnya

Kontrol Ekspresi Wajah yang Disengaja


Oleh karena kita dapat mengontrol otot-otot wajah kita secara sengaja,maka
dimungkinkan untuk menghambat ekspresi wajah aslinya dan menggantinya
dengan ekspresi wajah palsu. Ada banyak alasan untuk memilih memasang
ekspresi wajah palsu. Sebagian di antaranya positif (misalnya, memasang
senyuman palsu untuk menenangkan seorang teman yang sedang khawatir), dan
sebagian negatif (misalnya, memasang senyuman palsu untuk menutupi
kebohongan).

17.2 Ketakutan , Pertahanan dan Agresi

Takut adalah reaksi emosional terhadap ancaman, iaadalah kekuatan pendorong


untuk perilaku defensif. Perilaku defensif adalah perilaku yang fungsi primer nya
adalah untuk melindungi organisme dari ancaman atau bahaya. Sebaliknya,
perilaku agresit adalah perilaku yang fungsi primernya adalah untuk mengancam
atau mencelakai.Meskipun salah satu maksud bagian ini adalah untuk
mendiskusikan ketakutan, pertahanan, dan agresi, tetapi ia juga memiliki maksud
penting lain,yaitu untuk menjelaskan masalah yang lazim dihadapi oleh para
biopsikolog dan bagaimana mereka yang melaksanakan penelitian di bidang
khusus ini mampu mengelakkannya. Barrett (2006) mengatakan bahwa kemajuan
dalam studi tentang dasar neural emosi terbatas karena para pakar neurosains
sering kali dipedomani oleh asumsi-asumsi kultural tentang emosi yang tidak dapat
dibenarkan: Oleh karena kita memiliki kata-kata, seperti ketakutan, kebahagiaan,
dan kemarahan dalam bahasa kita, maka para ilmuwan seringkali berasumsi bahwa
emosi-emosi ini ada sebagai entitas-entitas dalam otak, dan mereka telah berusaha
menemukannya-~- biasanya tidak banyak membawa hasil.

Tipe-Tipe Perilaku Agresif dan Defensif


Kemajuan yang cukup besar dalam pemahaman tentang perilaku agresif dan
defensif berasal dari penelitian Blanchard dan Blanchard( lihat 1989, 1990) tentang
colony-intruder model of aggression and defense (model penyusup-koloni untuk
agresi dan per tahanan) pada tikus. Blanchard dan Blanchard mengambil deskripsi-
deskripsi yang kaya dari perilaku-perilaku agresif dan defensif intraspesifik dengan
mempelajari interaksi antara jantan alfa --jantan yang dominan dalam sebuah
koloni berjenis kelamin campuran yang established dan seekor penyusup jantan
yang bertubuh kecil

Agresi dan Testosteron


Fakta bahwa agresi sosial pada banyak spesies terjadi lebih lazim di kalangan
spesies jantan daripada betina biasanya dijelaskan dengan mengacu pada efek-efek
organsiasional dan aktivasional testosteron. Perode singkat pelepasan testosteron
yang terjadi di seputar kelahiran spesies jantan genetik diduga mengorganisasikan
sistem saraf mereka di sepanjang garis maskulin dan oleh sebab itu menciptakan
potensi bagi pola-pola agresi sosial jantan untuk diaktifkan oleh kadar testosteron
yang tinggi yang muncul setelan pubertas. Efek organisasional dan aktivasional ini
telah didmonstrasikan di beberapa spesies mamalia nonprimata. Sebagai contoh,
kastrasi neonatal tikus jantan mengeliminasi kemampuan suntikan testosteron
untuk menginduksi agresi sosial dimasa dewasa, dan kastrasi di masa dewasa
mengeliminasi agresi sosial pada tikus jantan yang tidak menerima suntikan
penggantian testosteron. Akibatnya,lazim dipercaya bahwa agresi manusia -
khususnya agresi laki-laki adalah produk testosteron.

17.3 Mekanisme Neural untuk Pengondisian Ketakutan


Fear conditioning (pengondisian ketakutan) adalah pembentukan ketakutan
sebagai respons terhadap stimulus yang semula netra! (stimulus kondisional)
dengan memperlihatkan nya , biasanya heberapa kali, sebelum datangnya sebuah
stimulus aversif (stimulus tak-kondisional). Pengondisian ketakutan menjadi salah
satu metode yang disukai untuk mempelajari ketakutan karena sumber
ketakutannya (stimulus tak-kondisionalnya) selalu tidak ambigu dan
karenaperkembangan respons ketakutannya dapat diteliti secara sistematis (lihat
Maren, 2001). Dalam eksperimen pengondisian-ketakutan biasa, subjek, biasanya
tikus, mendengar sebuah bunyi (stimulus kondisional) dan setelah ilu menerima
kejutan listrik ringan di telapak kakinya (stimulus takkondisional). Setelah
beberapa pemasangan bunyi dan kejutan lisrik, tikus merespons bunyi itu dengan
berbagai perilaku defensif (misalnya, diam tak bergerak dan meningkatnya
kerentanan untuk kaget) dan respons sistem saraf simpatik (misalnya,
meningkatnya detak jantung dan tekanan darah ).

Amigdala dan Penyondisian Ketakutan


Mereka menemukan bahwa lesi bilateral pada nukleus geni kulat medial (nukleus
relay [pemancar sinyal] auditorik di talamus) memblokir pengondisian ketakuan
terhadap bunyi,tetapi lesi bilateral pada korteks auditorik tidak demikian. Hal ini
menunjukkan bahwa agar pengondisian ketakutan auditorik terjadi, sinyal-sinyal
yang diberikan oleh bunyi itu perlu mencapai nukleus genikulat medial, tetapi
bukan korteks auditoriknya. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebuah jalur dari
nukleus genikulat medial ke sebuah struktur selain korteks auditorik memainkan
peran kunci dalam pengondisian ketakutan. Jalur ini terbukti merupakan jalur dari
nukleus genikulat medial ke amigdala. Lesi amigdala, seperti lesi pada nukleus
genikulat medial, memblokir pengondisian ketakutan. Amigdala menerima input
dari semua-sistem sensorik, dan amigdala diyakini merupakan tempt struktur
signifikansi emosional dari sinyal- sinyal sensorik dipelajari dan disimpan.

Pengondisian Ketakutan Kontekstual dan Hipokampus


Lingkungan, atau konteks, tempat stimuli yang menginduksi ketakutan ditemui,
dapat membangkitkan ketakutan. Sebagai contoh, bila Anda berulang kali bertemu
seekor beruang di jalan tertentu di hutan, jalan itu saja akan membangkitkan
ketakutan dalam diriAnda.

Nukleus Lateral Amigdala dan Pengondisian


Ketakutan
amigdala adalah sebuah struktur otak tunggal. Tidak. la sebenarnya sebuah klaster
dari banyak nuklei, yang sering disebut amygdala complex (kompleks amigdala).
Amigdala terdiri atas kira Kira selusin nuklei utama, yang masing-masing terbagi
menjadi subnuklei. Masing-masing subnuklei sangat berbeda secara struktural dan
masing-masing
memiliki koneksi yang berbeda. Yang membuatnya lebih membingungkan adalah
kenyataan bahwa anatomi amigdala begitu kompleksnya sehingga tidak ada
konsensus umum tentang bagaimana cara membaginya menjadi komponen-
komponen

17.4 Stres dan Kesehatan


Ketika tubuh Anda terpapar bahaya ancaman, hasilnya adalah sekumpulan
perubahan fisiologis yang secara umum disebut respons stress -atau stres saja.
Semua stressor (pengalaman yang menginduksi respons stres), yang bersifat
psikologis (misalnya, kecemâsan karena kehilangan pekerjaan) atau fisik
(misalinya, paparan dingin dalam waktu lama), menghasilkan pola inti perubahan
fisiologis yang serupa tetapi, stres psikologis kronis (misalnya dalam bentuk:
ketakutan kronis) adalah yang paling sering terimplikasi dalam kesehatan.

Respons Stres
Hans Selye adalah yang pertama kali mendeskripsikan respons stres pada 1950-
an, dan ia dengan cepat menengarai sifat gandanya. Dalam jangka pendek, stres
menghasilkan perubahan adaptif yang mem bantu binatang untuk merespons
stresornya (misalnya, mobilisasi sumber energi); tetapi, dalam jangka panjang a
menghasilkan perubahan-perubahan yang maladaptif (misalnya, kelenjar adrenal
yang membesar). Selye mengatribusikan respons stres pada aktivasi sistem
korteks-adrenal pituitaria-anterior. la menyimpulkan bahwa stresor yang memen
garuhi sirkuit-sirkit neural menstimulasi pelepasan adrenocortico tropic hormone
(ACTH) (hormon adrenokortiko tropik) dari pituitaria anterior, sehingga ACTH
pada gilirannya akan memicu pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal,
sehingga glukokortikoid menghasilkan banyak di antara efek-efek respons stres

Stress dan Gastric Ulcers


Stres sudah lama dimplikasikan dalam perkembangan banyak gangguan-
misalnya, penyakit jantung, asma, dan depresi.Keterlibatan stres dalam gastric
ulcers saat ini menjadi perhatian khusus para peneliti karena terobosan mutakhir
dalam pengidentifikasian sebuah mekanisme yang mempunyai kontribusi pada
gastric ulcers,Selama berdekade-dekade, gastric ulcers dianggap sebagai penyakit
psikosomatik (penyakit fisik yang terbukti memiliki penyebab psikologis)
prototipikal.Akan tetapi, pandangan ini tampaknya berubah dengan adanya laporan
bahwa gastric ulcers disebabkan
oleh bakteria.

Psikoneuroimunologi: Stres, Sistem Imun,


dan Otak
Perubahan penting dalam studi tentang stres dan ke-
sehatan datang pada 1970-an dengan adanya penemuan bahwa stres dapat
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi, yang sampai saat itu
dianggap "strictly physical". Penemuan bahwa stres dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi ini terjadi pada awal 1980-an dengan munculnya
sebuah bidang bar dalam penelitian
biopsikologis. Bidang ini adalah psikoneuroimunologi studi tentang interaksi
antara faktor psikologis, sistem saraf, dan sistem imun (sistem kekebalan) (lihat
Fleshner & Laudenslager, 2004).Penelitian psikoneuroimunologis adalah fokus
subbagian ini. Marilah kita mulai dengan pengantar tentang sistem imun.Sistem
Kekebalan Mikroorganisme dari semua deskripsi menyukai iklim nutritif tubuh
Anda yang hangat dan lembab (Sistem imun (sistem ke-
kebalan) membuat tubuh Anda tidak dibuat kewa-
lahan oleh para penyerbu ini.

Apa Efek Stres pada Fungi Kekebalan?


Salah satu masalah dengan pandangan bahwa
stres mendisrupsi fungi kekebalan adalah karena hal
itu tidak konsisten dengan prinsip evolusi. Hampir setiap individu organisme
menemui banyak stresor
selama hidupnya, dan sulit untuk melihat bagaimana
sebuah respons maladaptif terhadap stres, misalnya
disrupsi fungsi kekebalan, telah berevolusi - atau ma-
sih tetap bertahan bila respons maladaptif itu terben-
tuk oleh sebuah kecelakaan genetik atau sebagai sebuah spandel

Bagaimana Stres Memengaruhi Fungs| Kekebalan?


Stres menghasilkan perubahan yang meluas pada tubuh melalui efeknya pada
sistem korteks adrenal pituitaria-anterior dan sistem medula-adrenal simpatik, dan
ada mekanisme yang tak terhitung jumlahnya dalam hal bagaimana sistem-sistem
ini dapat memengaruhi fungsi kekebalan. Sebagai contoh,
baik sel-sel T maupun sel-sel B memiliki reseptor untuk glukokortikoid; dan
limfosit memiliki reseptor untuk epinefrin, norepinefrin, dan glutikortikoid.

Pengalaman Stres di Usia Dini


Paparan stres berat di usia dini dapat memiliki berbagai macam efek adversif
pada perkembangan. Anak-anak yang menjadi subjek perlakuan yang tidak
semestinya atau bentuk-bentuk stres berat lainnya memperlihatkan berbagai macam
abnormalitas otak dan sistem endokrin.

Stres dan Hipokampus


Banyak studi tetang efek stres pada otak menunjukkan bahwa hipokampus sangat
rentan terhadap efek-etek yang diinduksi-stres. Alasan untuk kerentanan ini ,
mungkin populasi reseptor glukokortikoid yang sangat padat di hipokampus,Stres
diketahui mengurangi percabangan dendritik di hipokampus, mengurangi
neurogenesis dewasa di hipokampus, memodifikasi struktur beberapa sinapsis
hipokampal, dan mendisrupsi performa dalam tugas-tugas yang bergantung-
hipokampus Efek-efek stres pada hipokampus ini tampaknya dimediasi oleh
meningkatnya kadar glukokortikoid. Mereka dapat diinduksi oleh cortico sterone
(kortikosteron, sebuah glukokortikoid utama) dan dapat diblokir oleh
adrenalectomy (adrenalektomi, pembuangan kelenjar adrenal meialui operasi)-lihat
Brummelte, Pawluski, dan Galea.
17.5 Mekanisme-mekanisme Otak. untuk Emosi Manusia

Peran Spesifik Amigdala dalam Emosi Manusia


Peran Spesifik Lobus Prefrontal Medial dalam
Emosi Manusia
Emosi dan kognisi sering kali diteliti secara independen, tetapi sekarang diyakini
bahwa mereka lebih baik diteliti sebagai komponen-komponen dari sistem sama.
Porsi-porsi medial lobus E prefrontat (termasuk porsi-porsi medial korteks orbi
tofrontal dan korteks singulat) adalah tempat-tempat interaksi emosi-kognisi yang
telah menerima perha tian paling besar. Studi-studi pencitraan-otak mutaKhir telah
menemukan bukti aktivitas dalam lobus frontal medial ketika berbagai reaksi
emosional sedang ditekan atau di reevaluasi secara kognitif.

LaterallsaslEmosi
Ada banyak bukti bahwa fungsi-fungsi emosional
terlateralisasi, yakni, bahwa hemisfer serebral kiri
dan kana terspesialisasi untuk menjalankan fungsi- fungsi emosional yang berbeda.

Perbedaan-Perbedaan Individual dalam Mekanisme Neural Emosi


Secara umum, fungsi-fungsi otak yang lebih kompleks
cenderung menunjukkan lebih banyak perbedaan individual dalam lokalisasi
serebral.
DAFTAR PUSTAKA
Pinel, John P.J. 2009. Edisi Ketujuh Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai