Anda di halaman 1dari 16

ETIKA DALAM KEPEMIMPINAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur,kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa krena atas rahmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudu “ETIKA DALAM
KEPEMIMPINAN” tepat pada waktunya. Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis
mendapatkan bantuan,bimbingan yang baik dari berbagai pihak.
Oleh karena itu,melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kekurangan dan banyak kelemahan.
Oleh karena itu,penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi penulis
melainkan juga kepada para pembaca.

Penulis

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Makalah................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Kepemimpinan....................................................................................................
B. Pengertian Etika Kepemimpinan......................................................................................
C. Beberapa Teori Etika........................................................................................................
D. Fungsi Etika Kepemimpinan............................................................................................
E. Dilema dalam Mengevaluasi Kepemimpina Etis..............................................................
F. Perilaku Etis.....................................................................................................................
G. Etika Profesi Pemimpin...................................................................................................
H. Determinan dari Kepemimpinan Etis..............................................................................
I. Etika dalam Pemerintah...................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan tanpa etika adalah malapetaka karena dapat menimbulkan
ketidakstabilan dan kehancuran. Seorang pemimpin wajib untuk memimpin dengan
berpondasikan etika yang kuat dan santun. Sebab, tanpa etika kepemimpinan, maka
pemimpin tidak akan pernah mampu menyentuh hati terdalam dari para pengikut. Dan dia
juga akan mnejadi yang gampang untuk di olok-olok oleh lawan dan kawan. Bila lawan,
kawan, dan bawahan sudah suka meperolok-olokkan pemimpin, maka malapetaka akan
menjadi sahabat kepemimpinan tersebut.
Seorang pemimpin yang memiliki etika akan mampu membawa organisasi yang
dipimpinnya sampai ke puncak keberhasilan dengan memanfaatkan semua potensi yang ada
pada semua anggota organisasi yang dipimpin. Seorang pemimpin menjadikan etika sebagai
dasar mengoptimalkan semua bakat dan potensi sumber daya manusia, dan meningkatkan
nilai dari semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi serta menghargai semua kualitas
dan kompetensi sumber daya manusia. Dan bukan seorang pemimpin yang menciptakan
jarak antara mimpi dan realitas. Tetapi dia seorang pemimpin beretika yang membantu
semua mimpi pengikutnya menjadi kenyataan dalam kebahagiaan.
Pemimpin yang beretika tidak akan pernah punya niat untuk menyingkirkan bakat-
bakat hebat yang menjanjikan masa depan cerah. Dia akan mengilhami semua orang dengan
motivasi dan keteladanan untuk mampu mencapai keunggulan, dan merangsang semua
orang untuk berfikir positif dan bekerja efektif.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Apa Hakikat dari etika kepemimpinan itu?
2. Apa pengertian dari etika kepemimpinan itu?
3. Apa saja teori dari etika itu?
4. Apa saja fungsi dari etika kepemimpinan itu?
5. Bagaimana dilema dari etika kepemimpinan itu?

C.            Tujuan Masalah


Dengan adanya rumusan masalah diatas,maka tujuan masalahnya ialah:
1. Mengetahui apa hakikat dari etika kepemimpinan itu.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan etika kepemimpinan itu.
3. Mengetahui apa saja teori dari etika.
4. Mengetahui apa saja fungsi dari etika kepemimpinan.
5. Mengetahui bagaimana dilemma dari etika kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.           Hakikat Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama
pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuk tunggal), atau morse
(bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara
hidup.
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, dibawah ini dikutip
beberapa pengertian etika.
1)Ada dua pengertian etika, sebagai praksis dan sebagai refleksi.
2)Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan, atau
ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk.
3)Istillah lain dari etika adalah susila. Su artinya baik, dan sila artinya kebiasaan atau tingkah
laku. Jadi, susila berarti kebiasaan atau tingkah laku pembuatan manusia yang baik.
4)Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral.
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
5)Menurut Lawrence, Weber, dan post etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan
salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak dan berkaitan
dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita berpikir dan bertindak
terhadap kita.
6)Menurut David P. Baron, etika adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral, yang
didasarkan atas penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti.
Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
a. Etika sebagai praksis, sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
b. Etika sebagai ilmu atau tata susila, adalah pemikiran atau penilaian moral. Etika
sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap
moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Dalam taraf ini ilmu etika
dapat saja mencoba merumuskan suatu teori, konsep, asa, atau prinsip-prinsip tentang
perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut
dianggap baik atatu tidak baik, mengapa menajdi baik itu sangat bermanfaat, dan
sebagainya.

B.            Pengertian Etika Kepemimpinan


Etika adalah ilmu dan standar mengenai sesuatu yang salah, sesuatu yang diboleh
dilakukan, dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perilaku yang benar merupakan perilaku
yang etis dan perilaku yang salah merupakan perilaku yang tidak etis. Apa yang dianggap
benar dan etis dan apa yang dianggap salah atau tidak etis di suatu negara atau budaya
berbeda dengan negara lain atau budaya lainnya. Sesuatau perbuatan dianggap etis juga
ditentukan oleh tujuannya. Misalnya, memberikan sesuatu sebagai hadiah ulang tahun di
anggap etis, akan tetapi memberikan sesuatu dengan tujuan menyuap merupakan perbuatan
tidak etis.
Menurut teoritis kepemimpinan, kepemimpinan etis adalah kepemimpinan yang
mendemonstrasikan perilaku yang secara normative tepat melalui tindakan-tindakan personal
dan hubungan interpersonal, dan promosi perbuatan seperti itu kepada para pengikut melalui
komunikasi dua arah, penguatan, dan pembuatan keputusan.
Pengaruh merupakan esensi dari kepemimpinan, dan para pemimpin yang berkuasa
dampaka memiliki dampak besar pada kehidupan dari para pengikut dan nasib dari sebuah
organisasi. Seperti yang diingatkan oleh Gini, masalah utamanya bukanlah apakah para
pemimpin akan menggunakan kekuasaan, tetapi apakah mereka akan menggunakannya
dengan bijaksana dan baik. Potensi besar sekali untuk pengaruh adalah satu alasan begitu
banyak orang yang tertarik dalam aspek etis dari kepemimpinan. Subjek ini menjadi
menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Satu alasan mungkin adalah kepercayaan public
yang menurun kepada para pemimpin bisnis dan politik selama tiga decade terakhir (Kouzes
& Posher).
Etika adalah penyelidikan filosofi mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan tentang
hal-hal yang baik dan buruk jadi penyelidikan tentang bidang moral. Maka etika juga
didefinisikan sebagai filsafat tentang bidang moral. Etika tidak membahas kondisi atau
keadaan manusia melainkan tentang bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku.
Karena itu pula etika adalah filsafat mengenai praktis manusia yang harus berbuat menurut
aturan dan norma tertentu.
Norma merupakan aturan mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Sedangkan yang
dimaksud dengan etika adalah suatu pendekatan sitematis atas pertimbangan moral
berdasarkan penalaran, analisis, sintesis, dan perenungan. Dalam melakakukan pilihan etis
terhadap pertimbangan moral tertentu maka nilai dari masing-masing pihak yang terlibat
dalam suatu pengambilan keputusan etis akan sangat menentukan pilihan mana yang akan
dilakukan. Dengan demikian senantiasa terdapat hubungan yang sangat erat antara nilai
dengan keputusan etis yang dibuat.
Organisasi merupakan penjelasan yang menguntungkan bagi pemahaman yang lebih
baik dan mengembangkan etika organisasi. Jika perilaku organisasi dapat memberikan
wawasan mengenai bagaimana mengelola perilaku kerja manusia, kemudian ia dapat
mengajarkan kepada kita cara menghindari perilaku yang buruk. Etika mencakup penelitian
mengenai pilihan dan masalah moral. Ia menyangkut benar versus salah, baik versus buruk,
dan banyak bayangkan kelabu dalam isu-isu yang diduga berwarna hitam dan putih.
Implikasi moral bersumber dari setiap keputusan yang sebenarnya, baik didalam maupun
diluar kerja.
Kepemimpinan etis merupakan gagasan yang ambigu yang terlihat meliputi beragam
elemen berbeda. Amatlah berguna membuat sebuah perbedaan antara etis dari seorang
pemimpin dengan etika dari jenis perilaku kepemimpinan tertentu (Bass & Steidlmeier,
1999). Kedua jenis etika itu sulit dievaluasi. Heifetz (1994) menyatakan tidak ada landasan
netral secara etis bagi teoti-teori kepemimpinan, karena mereka selalu melibatkan nilai dan
asumsi implicit mengenai bentuk pengaruh yang tepat.
Etika meliputi persoalan moral dan pilihan dan berhubungan dengan perilaku yang
benar dan salah. Meskipun selama ini etiak yang kurang mendapat perhatian, mulai dari
kegagalan Entron dan segera diikuti oleh kasus profil tinggi lainnya, eksekutif berkedudukan
tinggi ditahan dan dituduh “merampok” perusahaan, perusahaan akuntan umum dinyatakan
bersalah karena beberapa gangguan, dan masih banyak lagi etika telah mengambil posisi
penting.
Disamping persoalan moral dan pedoman program etika serta iklim budaya organisasi,
dalam kerangka mengenai diversitas, etika juga mempunyai dampak pada bagaimana
bawahan diperlakukan, dan bagaimana mereka melakukan pekerjaannya. Dengan kata lain,
etika dapat mempengaruhi keadaan karyawan dan kinerja mereka. Secara khusus, masalah-
masalah sosial saat ini yang berhubungan dengan keterlibatan perusahaan dalam pelecahan
seksual dan hak privasi, secara khusus relavan dengan studi perilaku etis dalam organisasi
sekarang ini.
C.            Beberapa Teori Etika
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.
Sebagai ilmu etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika masih
dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat atau objek
perilaku yang sama dari sudut pandang atau prespektif yang berlainan. Sebagaimana
dikatakan oleh Peschke S.V.D, pelbagai teori etika muncul antara lain karena adanya
perbedaan prespektif dan penafsiran tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup umat
manusia.
Disamping itu, sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk menjelaskan
sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk mengontrol sutau
tindakan atau perilaku. Banyaknya teori etika yang berkembang tampak cukup
membingungkan. Padahal, sifat teori yang semakin sederhana dan makin mengurucut menuju
suatu teori tunggal yang mampu menjelaskan suatu gejala secara komprehensif, justru makin
menunjukkan kemapanan disiplin ilmu yang bersangkutan. Untuk memperoleh pemahaman
tentang berbagai teori etika yang berkembang, berikut ini diuraikan secara garis besar
beberapa teori yang berpengaruh.
1)             Egoisme
Rachel memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoism, yaitu: egoisme
psikologis dan egoisme etis. Kedua konsep ini tampak mirip karena keduanya menggunakan
istilah egoisme, namun sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Egoisme
psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi
oleh kepentingan berkutat diri. Menurut teori ini, orang boleh saja yakin bahwa ada tindakan
mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang suka berkorban
tersebut hanyalah ilusi.
Munculnya paham egoisme etis memberikan landasan yang sangat kuat bagi
munculnya paham ekonomis capitalis dalam ilmu ekonomi. Paham ekonomi kapitalis ini
diperoleh oleh Adam Smith. Adam Smith berpandangan bahwa kekayaan suatu negara akan
tumbuh maksimal bila setiap individu diberi kebebasan untuk mengejar kepentingan nya
masing-masing. Pada awalnya paham ini hanya dianut oleh negara-negara barat, namun kini
hampir semua negara didunia ini telah dipengaruhi oleh sistem kapitalis ini.
2)             Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata inggris utility yang
berarti bermanfaat. Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa
manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal. Jadi, ukuran baiknya tindakan dilihat dari akobat konsekuensi, atau tujuan dari
tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak. Itulah sebabnya, paham ini disebut juga
paham teleologis. Teleologis berasal dari kata yunani telos yang berarti tujuan.
Perbedaan paham Utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,
sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan
bersama, kepentingan masyarakat).
3)             Deontologi
Paradigma teori deontology sangat berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme
yang sudah dibahas. Kedua teori yang disebut terakhir, yaitu teori egoisme dan utilitarianisme
sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari
tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu tindakan memberikan manfaat entah untuk individu
atau untuk banyak orang atau kelompok masyarakat, maka tindakan itu dikatakan etis.
Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar kelompok
masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan
berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teleology.

D.           Fungsi Etika Kepemimpinan


Etika memengaruhi perilaku pemimpin dan perilaku pera pengikut. Fungsi etika
kepemimpinan ialah sebagai berikut:
1) Norma etika. Setiap organisasi. Setiap organisasi atau sistem soisal yang mapan
mempunyai norma dan nilai-nilai etika di samping peraturan. Norma dan nilai-nilai
tersebut merupakan bagian daripada budaya organisasi.
2) Pemimpin. Norma dan nilai-nilai memengaruhi perilaku semua anggota organisasi
termasuk pemimpin. Khusus bagi pemimpin ia harus memimpin aplikasi dan penegakan
pelaksanaan norma dan nilai-nilai dalam perilaku organisasi dan perilaku pribadi para
anggota organisasi.
3) Perilaku memengaruhi pemimpin yang etis. Norma dan nilai-nilai organisasi diterapkan
dalam perilaku memengaruhi pemimpin. Jika pemimpin menerapkan norma dan nilai-
nilai etika maka terciptalah teknik memengaruhi dari pemimpin yang etis. Pemimpin
menggunakan teknik memengaruhi yang dapat diterima oleh para pengikut yang juga
telah menerapkan norma dan nilai-nilai organisasi dalam perilakunya.
4) Iklim etika. Penggunaan norma dan nilai-nilai organisasi oleh pemimpin dalam teknik
memengaruhi pemimpin yang dapat diterima oleh para pengikut yang telah
menyesuaikan perilakunya dengan norma dan nilai-nilai organisasi menciptakan iklim
etika dalam organisasi. Iklim etika adalah persepsi pemimpin dan pengikut mengenai apa
yang terjadi secara rutin dalam lingkungan internal organisasi.
5) Kinerja Pengikut. Iklim etika memungkinkan para pengikut bekerja secara maksimal,
meningkatkan motivasi, etos kerja dan kepuasan kerja para pengikut. Hambatan-
hambatan psikologis pengikut dalam bekerja dihindari. Dengan demikian akan tercipta
kinerja maksimal dari para pengikut.
6) Visi tercapai. Jika kinerja pengikut maksimal maka dapat diprediksi kinerja organisasi
akan maksimal dan visi pemimpin akan tercapai.

E.            Dilema dalam Mengevaluasi Kepemimpinan Etis


Mempengaruhi komitmen dan optimisme pengikut adalah aspek pusat dari kebanyakan
teori mengenai kepemimpinan efektif. Para pemimpin biasanya diharapkan untuk
mempengaruhi komitmen para pengikut terhadap sebuah tugas yang ada atau sebuah aktivitas
baru. Namun, pengaruh ini juga merupakan sumber dari kekhawatiran etis. Masalah untuk
mengevaluasi kepemimpinan etis adalah untuk menentukan kapan pengaruh demikian kapan
pengaruh demikian itu tepat.
Etika mempengaruhi para pengikut adalah perhatian utama untuk teori kepemimpinan
transformasional dan karismatik. Kebanyakan teori ini melibatkan pengaruh pemimpin yang
besar atas sikap dan perilaku pengikut. Lebih mudah untuk mengevaluasi kepemimpinan etis
saat minat dari pemimpin, pemgikut dan organisasi kongruen dan dapat dicapai dengan
tindakan yang tidak melibatkan terlalu banyak resiko atau biaya kepada suatu pihak.
Namun, dalam banyak situasi proses mempengaruhi dapat melibatkan, penciptaan
antuasiasme untuk sebuah strategi atau proyek yang berkuasa, membujuk para pengikut untuk
mengubah keyakinan dan nilai mereka yang mendasari atau ketiga mempengaruhi keputusan
yang akan menguntungkan sebagian orang dengan mengorbankan yang lain. Setiap jenis
pengaruh ini melibatkan beberapa dilema etis.
Mempengaruhi Harapan, sebuah tanggung jawab kepemimpinan yang penting adalah
untuk menerjemahkan peristiwa yang membingungkan dan membangun consensus di sekitar
strategi untuk berhadapan dengan ancaman dan kesempatan. Nilai dan Keyakinan yang
Mempengaruhi yang lebih controversial adalah sebiah untuk mengubah nilai dan keyakinan
yang mendasari dari masing-masing pengikut. Berbagai Stakeholder kesulitan dalam
mengevaluasi efektivitas kepemimpinan meliputi berbagai criteria yang memiliki pertukaran
yang rumit, dan para stakeholder yang sebagian memiliki kepentingan untuk saling
berkonflik.
Evaluasi harus mempertimbangkan batasan dimana seorang pemimpin yang
menyeimbangkan dan mengintegrasikan kepentingan dari stakeholder berbeda di dalam
batasan yang dikenakan oleh kewajiban hukum dan kontraktual. Sebuah orientasi integrative
terlihat lebih etis bagi pemimpin daripada mendukung fraksi yang akan memberikan
keuntungan pribadi yang tertinggi bagi pemimpin, mempermainkan stakeholder satu sama
lain atau berusaha mengabaikan konflik kepentingan substantive.

F.             Perilaku Etis


Seorang pemimpin, yang etis perilakunya mengacu pada norma-norma etika.
Karakteristik perilaku etis antara lain:
1. Dapat dipercaya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya oleh para pengikutnya. Ia
seorang yang jujur berupaya menyatukan antara apa yang dikatakan, dijanjikan dengan
apa yang dilakukannya.
2. Menghargai dan menghormati orang lain. Pemimpin harus memperlakukan para pengikut
dengan baik seperti ia ingin diperlakukan pengikutnya dan orang lain. Pemimpin juga
harus menghargai hak asasi para pengikut dan orang-orang yang berhubungan dengan
organisasinya.
3. Bertanggung Jawab. Pemimpin harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya
dan perannya dalam organisasi untuk mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi.
4. Adil. Seorang pemimpin harus adil dalam melaksanakan peraturan tidak mengambil
keuntungan untuk diri sendiri, keluarganya dan kroninya.
5. Kewargaan oraganisasi. Pemimpin melaksankan tugas untuk membuat kehidupan lebih
baik, melindungi lingkungan, melaksanakan tugasnya sesuai dengan undang-undang dan
peraturan dan menerapkan prinsip-prinsip dasar organisasi.
6. Menggunakan kekuasaannya secara bijak. Pemimpin mempunyai betbagai jenis kekuasaan
yang dapat dipergunakannya untuk memengaruhi para pengikutnya dan orang lain yang
berhubungan dengan organisasinya.
7. Jujur. Pemimpin harus memegang prinsip kejujuran, ia harus jujur kepada dirinya sendiri,
kepada para pengikutnya dan kepada orang yang berhubungan dengan organisasinya.
Pemimpin merupakan faktor penentu terciptanya perilaku etis dan iklim etika dalam
organisasi. Pemimpin menyusun strategi pengembangan perilaku etis yang merupakan bagian
dari strategi organisasi. Pemimpin menyusun kode etik organisasi san melaksanakannya
sebagai panduan perilaku para anggota organisasi. Dalam melaksanakan kode etik, pemimpin
menjadi role model atau panutan perilaku etis. Dalam organisasi dibentuk komisi atau badan
kode etik yang menegakkan pelaksanaan kode etik.

G.           Etika Profesi Pemimpin


Profesi adalah vak, pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kepemimpinan itu
harus dijadikan satu profesi, dan oleh tugas-tugasnya yang berat pemimpin tersebut
mendapatkan imbalan materiil dan imateriil tertentu, maka sebagai konsekuensinya pada
dirinya bisa dikenakan sanksi-sanksi tertentu. Karena itu profesi kepemimpinan selalu
menyandang nilai-nilai etis dan pengenaan sanksi tersebut. Dengan demikian etika profesi
pemimpin memberikan landasan kepada setiap pemimpin untuk selalu.
1. Bersikap kritis dan rasional. Berani mengemukakan pendapat sendiri dan berani bersikap
tegas sesuai dengan rasa tanggung jawab etis sendiri.
2. Bersikap otonom. Dengan otonomi ini bukan berarti sang pemimpin dapat berbuat semau
sendiri, atau bisa bertingkah laku sewenang-wenang, melainkan dia bebas memeluk
norma-norma diyakini sebagai baik dan wajib dilaksanakan, untuk membawa anak buah
pada pencapaian tujuan tertentu.
3. Memberikan perintah-perintah dan larangan-larangan yang adil dan harus ditaati oleh
setiap lembaga dan individu. Yaitu oleh pemimpin , orang tua, keluarga, sekolah, badan
hukum, lembaga agama, negara, dan lain-lain.

H.           Determinan dari Kepemimpinan Etis


Kepemimpinan etis juga berhubungan dengan kebutuhan individual dan ciri
kepribadian dari pemimpin. Perilaku yang destruktif dan berorientasi diri sendiri lebih
memungkinkan bagi pemimpin yang memiliki ciri kepribadian yang seperti amat menyukai
diri sendiri, Kematangan emosional yang rendah, pusat orientasi kendali eksternal, orientasi
kekuasaan pribadi. Jenis pemimpin ini lebih merasa bahwa orang lain tidak dapat dipercaya
dan memandang mereka sebagai objek untuk dimanipulasi untuk keuntungan pribadi.
Pemimpin menggunakan kekuasaan mengeksploitasi orang lain dan memajukan keriernya
sendiri, bukannya untuk mencapai sasaran organisatoris.
Perilaku etis terjadi dalam konteks sosial dan dapat dipengaruhi oleh aspek situasi.
Perilaku yang tidak etis akan lebih mungkin bagi organisasi yang memiliki tekanan tinggi
untuk meningkatkan produktivitas, kompetisi yang ketat untuk penghargaan dan kemajuan,
penekanan yang kuat pada kepatuhan kepada yang berwenang, kekuasaan posisi yang kuat
bagi para pemimpin, dan nilai dan norma budaya yang lemah mengenai perilaku etis dan
tanggung jawab individual.
Kepribadian pemimpin dan perkembangan moral kognitif berinteraksi dengan aspek
dari situasi dalam penentuan perilaku eis dan tidak etis. Perilaku etis dapat dijelaskan secara
lebih baik dengan pertimbangan dari individual dan situasinya, daripada salah satu variabel
itu saja. Pemimpin yang matang secara emosional memiliki tingkat perkembangan moral
yang tinggi lebih mungkin menentang tekanan sosial untuk menggunakan praktik destruktif
atau tidak etis.

I.              Etika dalam Pemerintah


Dalam konteks organisasi, etika organisasi dapat berarti pada sikap dan perilaku yang
diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi, yang secara keseluruhan
akan membentuk budaya organisasi, yang sejalan dengan tujuan maupun maksud tujuan
organisasi yang bersangkutan.
Dalam organisasi administrasi public atau pemerintah pola sikap dan perilaku serta
hubungan antarmanusia dalam organisasi tersebut, dan hubungannya dengan pihak luar
organisasi, pada umunya diatur dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam sistem
hukum negara yang bersangkutan. Bagi aparatur pemerintah budaya dan etika kerja
merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemerintahan pusat ataupun daerah, pada tingkat
depertemen atau organisasi dan unit-unit kerja dibawahnya.
Adanya etika ini diharapkan mampu membangkitkan kepekaan birokrasi (pemerintah)
dalam melayani kepentingan masyarakat. Tujuan yang hakiki dari setiap pemerintah di
negara manapun adalah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat warga negara yang
bersangkutan. Walaupun demikian, pola atau cara-cara yang ditempuh dari perilaku
pemerintah dalam hal itu berbeda dari satu negara ke negara lainnya, bergantung pada kondisi
dan situasi yang berlaku di negara masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Etika adalah ilmu dan standar mengenai sesuatu yang salah, sesuatu yang diboleh
dilakukan, dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perilaku yang benar merupakan perilaku
yang etis dan perilaku yang salah merupakan perilaku yang tidak etis. Apa yang dianggap
benar dan etis dan apa yang dianggap salah atau tidak etis di suatu negara atau budaya
berbeda dengan negara lain atau budaya lainnya. Sesuatau perbuatan dianggap etis juga
ditentukan oleh tujuannya. Misalnya, memberikan sesuatu sebagai hadiah ulang tahun di
anggap etis, akan tetapi memberikan sesuatu dengan tujuan menyuap merupakan perbuatan
tidak etis.
Kepemimpinan etis merupakan gagasan yang ambigu yang terlihat meliputi beragam
elemen berbeda. Amatlah berguna membuat sebuah perbedaan antara etis dari seorang
pemimpin dengan etika dari jenis perilaku kepemimpinan tertentu (Bass & Steidlmeier,
1999). Kedua jenis etika itu sulit dievaluasi. Heifetz (1994) menyatakan tidak ada landasan
netral secara etis bagi teoti-teori kepemimpinan, karena mereka selalu melibatkan nilai dan
asumsi implicit mengenai bentuk pengaruh yang tepat.
Dalam konteks organisasi, etika organisasi dapat berarti pada sikap dan perilaku yang
diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi, yang secara keseluruhan
akan membentuk budaya organisasi, yang sejalan dengan tujuan maupun maksud tujuan
organisasi yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Ardana. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya. 2009. Jakarta. Salemba Empat.
Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku Keorganisasian.
2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1 jil. : 23 cm.
Fred, Luthans. Perilaku Organisasi. 2006. Yogyakarta.
Kartono,Kartini. 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal itu?.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Kreitner, Robert. Angelo Kinicki. Perilaku Organisasi. 2005. Jakarta. Salemba Empat.
Rivai,Veithzal. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen. 2009. Jakarta. Gelora Aksara Pratama.
Umar, Khairul. Manajemen Organisasi. 2012. Bandung. Pustaka Setia.
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. 2014. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Wirawan. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.
2013. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Yuki, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi. 2005. Jakarta. Macanan Jaya Cemerlang.

Anda mungkin juga menyukai