Anda di halaman 1dari 69

HUKUM

TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL


(International Business Transactions Law)







Dr Candra Irawan, SH., M. Hum
NIP. 197310151997021001
Rahma Fitri, SH., M.H
NIP. 198406112010122003




FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020









HUKUM
TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL
(International Business Transactions Law)




Penulis:
Dr Candra Irawan, SH., M. Hum
NIP. 197310151997021001
Rahma Fitri, SH., M.H
NIP. 198406112010122003

















~ ii ~
KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa atas
segala rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Semoga kita semua
senantiasa berada dalam perlindungan Allah SWT.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi, serta saling
ketergantungan antar negara semakin mempercepat terjadi globalisasi
pereknomian. Saat ini tidak ada lagi suatu negara yang membangun
perekonomiannya hanya berbasis pada kepentingan nasionalnya
semata, tetapi dipengaruhi oleh pergaulan internasional dan
perdagangan internasional. Apalagi jika negara yang tersebut telah
menjadi anggota World Trade Organization (WTO) dan mengesahkan
berbagai konvensi internasional lainnya. Globalisasi perekonomian
dunia memunculkan berbagai bentuk transaksi bisnis internasional. Hal
tersebut membutuhkan aturan yang berlaku secara internasional agar
dapat berlangsung dengan tertib dan apabila terjadi sengketa dapat
diselesaikan secara baik dan damai. Literasi mengenai hal ini perlu
ditingkatkan, salah satunya melalui penulisan buku.
Buku yang ditulis oleh Dr Candra Irawan, SH., M. Hum dan
Rahma Fitri, SH., M.H yang berjudul Hukum Transaksi Bisnis
Internasional (International Business Transactions Law) sangat
dibutuhkan dalam mendukung proses belajar mengajar pada mata
kuliah Hukum Transaksi Bisnis Internasional pada Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu dan mahasiswa Fakultas Hukum pada Perguruan
Tinggi lain. Tidak hanya itu, buku ini juga sangat direkomendasikan
dibaca oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta masyarakat
umum yang ingin mengetahui seluk beluk Hukum Transaksi Bisnis
Internasional.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Bengkulu, 27 November 2020
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu

Dr Amancik, SH., M. Hum
~ iii ~
PRAKATA


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa atas
segala rahmat dan karuniaNya kepada kita semua, sehingga buku yang
berjudul Hukum Transaksi Bisnis Internasional (International Business
Transactions Law).
Buku ini berisi tentang uraian umum transaksi bisnis
internasional, berbagai konvensi internasional yang terkait dengan
transaksi bisnis internasional, sumber hukum transaksi bisnis
internasional, bentuk-bentuk transaksi bisnis internasional, sistim
pembayaran internasional dan penyelesaian sengketa bisnis
internasional. Setelah membaca buku ini, para pembaca diyakini dapat
memahami seluk beluk hukum transaksi bisnis internasional.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan buku ini, antara lain: Dekan dan Wakil
Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Ketua Program Studi
Hukum Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, teman sejawat dan
mahasiswa yang selama ini menjadi teman diskusi.
Buku ini dibutuhkan dalam mendukung proses belajar mengajar
pada mata kuliah Hukum Transaksi Bisnis Internasional pada Fakultas
Hukum Universitas Bengkulu, mahasiswa Fakultas Hukum pada
Perguruan Tinggi lain, dan sangat perlu dibaca oleh mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, serta masyarakat umum yang ingin mengetahui
seluk beluk Hukum Transaksi Bisnis Internasional.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Bengkulu, November 2020
Penulis

Dr Candra Irawan, SH., M. Hum
Rahma Fitri, SH., M.H

~ iv ~
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

PRAKATA .......................................................................................................... iv

BAB 1 PENGERTIAN, SUMBER HUKUM DAN SUBYEK HUKUM


TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL .............................................................. 1
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................. 1
B. Pendahuluan ............................................................................................... 1
C. Pengertian Transaksi Bisnis Internasional ................................................ 2
D. Sumber Hukum Transaksi Bisnis Internasional......................................... 3
E. Subyek Hukum Transaksi Bisnis Internasional.......................................... 8
F. Evaluasi / Soal Latihan............................................................................. 11

BAB 2 PRINSIP-PRINSIP HUKUM TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL .... 13


A. Tujuan Pembelajaran ............................................................................... 13
B. Pendahuluan ............................................................................................. 13
C. Prinsip-Prinsip Hukum Transaksi Bisnis Internasional ........................... 14
D. Evaluasi / Soal Latihan............................................................................. 20

BAB 3 BENTUK TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL.................................. 21


A. Tujuan Pembelajaran ............................................................................... 21
B. Ekspor dan Impor ..................................................................................... 21
C. Joint Venture ............................................................................................. 26
D. Jual Beli Internasional .............................................................................. 28
E. Lisensi ........................................................................................................ 29
F. Franchising (Waralaba) ........................................................................... 29
G. Kontrak Produksi (Manufacturing Contract) .......................................... 30
H. Kontrak Manajemen ................................................................................. 31
I. Evaluasi / Soal Latihan............................................................................. 32
A. Tujuan Pembelajaran ............................................................................... 33
B. Pendahuluan ............................................................................................. 33
C. Sistim Pembayaran Internasional ............................................................ 34

~v~
D. Sistim Pembayaran Internasional Melalui Bitcoin................................... 41
E. Evaluasi / Soal Latihan ............................................................................. 43

BAB 5 PENYELESAIAN SENGKETA TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL ... 44


A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 44
B. Pendahuluan .............................................................................................. 44
C. Penyelesaian Sengketa Melalui Mekanisme WTO .................................... 45
D. Penyelesaian Sengketa Melalui Aribtrase ................................................ 46
E. Evaluasi / Soal Latihan ............................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

GLOSARIUM ..................................................................................................... 58

INDEKS ............................................................................................................. 59

BIOGRAFI PENULIS.......................................................................................... 61

~ vi ~






BAB 1
PENGERTIAN, SUMBER HUKUM DAN SUBYEK HUKUM
TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL

A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa setelah mempelajari bab ini dapat mengetahui dan
menjelaskan tentang pengertian, ruang lingkup, sumber hukum dan
subyek hukum transaksi bisnis internasional.

B. Pendahuluan
Hukum transaksi bisnis internasional sebetulnya merupakan
bagian utama dari hukum perdagangan internasional. Hukum transaksi
bisnis internasional berkembang sangat pesat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang
berkaitan erat dengan aspek perdagangan barang dan jasa. Baik pada
perdagangan lokal, nasional, regional dan global. Apalagi di zaman
teknologi informasi yang sangat maju ini, transaksi bisnis dapat
dilakukan secara dalam jaringan (daring/elektronik atau online) tanpa
harus bertemu dan bertatap muka secara langsung, termasuk cara
pembayaran dan penyerahan barang atau jasa.
Ruang lingkup bidang hukum transaksi bisnis internasional
sangat luas. Transaksi bisnis semakin berlangsung dengan mudah, cepat
dan masif. Jika dulu, batas territorial negara menjadi salah satu yang
menyebabkan lambatnya kegiatan bisnis, saat ini hal tersebut tidak lagi

~1~
menjadi halangan. Transaksi yang terjadi justru lebih banyak dilakukan
secara daring, dan melahirkan istilah baru yaitu perdagangan secara
elektronik (e-commerce). Maraknya aplikasi/ platform bisnis secara
elektronik membuat nilai transaksi bisnis baik nasional dan
internasional meningkat. Pada lima tahun terakhir, berbagai platform e-
commerce bermunculan dan tumbuh pesat. Bank Indonesia, di tahun
2019 jumlah transaksi perdagangan daring setiap bulannya mencapai
Rp 13 triliun. McKinsey, menyebut pertumbuhan e-commerce di
Indonesia meningkat delapan kali lipat pada periode 2017 sampai
2018. Dari total belanja daring senilai US$8 miliar di 2017, meningkat
menjadi US$55 miliar hingga US$65 miliar pada 2020. Menurut Data
Survey Perilaku Belanja Online 2019 yang dirilis Pusat Data dan
Analisa Tempo (PDAT), cara pembayaran secara elektronik mencapai
70%.1 Selama tahun 2018 transaksi dari 13.485 usaha e-commerce
terjadi sebanyak 24.821.916, dengan nilai transaksi yang mencapai
17,21 triliun rupiah. Rata-rata setiap usaha e-commerce melakukan
transaksi sebanyak 1.841 kali dengan rata-rata nilai transaksinya
sebanyak 694 ribu rupiah.2

C. Pengertian Transaksi Bisnis Internasional
Transaksi bisnis internasional merupakan kegiatan
perdagangan barang, jasa, modal, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dilaksanakan secara lintas batas negara yang melibatkan dua negara
atau lebih (transnasional). Bisnis internasional dapat didefinisikan
sebagai pertukaran barang dan jasa antar individu dari berbagai
negara. Bisnis internasional terdiri dari semua transaksi komersial baik
swasta dan/atau pemerintahan, investasi, penjualan, dan transportasi
yang terjadi antara dua atau lebih negara dan wilayah di luar batas
negara (International business can be defined as the exchange of services
and goods among individuals and multiple countries. International
business comprises all commercial transactions, whether private and/or

1https://bisnis.tempo.co/read/1274672/bank-indonesia-transaksi-e-commerce-per-

bulan-capai-rp-13-t, diakses 05/10/2020.


2BPPS, 2019, Statistik E-Commerce 2019, Badan Pusat Statistik, hlm 22.

~2~
governmental, investments, sales, and transportation that takes place
between two or more countries and regions beyond political boundaries). 3
Merujuk pada pengertian tersebut, beberapa karakteristik dari
suatu transaksi bisnis internasional, terdiri dari:
a. Transaksi yang terjadi melibatkan dua negara atau lebih;
b. Terikat pada perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh para pihak;
c. Transaksi yang dilakukan terkait dengan sistem hukum dua negara
atau lebih;
d. Hukum yang berlaku merupakan hukum yang bersifat
internasional, baik berupa konvensi internasional maupun
perjanjian internasional antar negara atau kelompok negara
tertentu;
e. Para pihak pada umumnya menentukan pilihan hukum yang
tercantum dalam kontrak yang dibuat;
f. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui mekanisme
penyelesaian sengketa internasional.
Hukum transaksi bisnis internasional sangat luas, semua hal
yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan (bisnis) yang terjadi
secara internasional. Bahkan dalam praktiknya, bukan hanya soal
hukum, perjanjian/kontrak, barang atau jasa, ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, modal, sistem pembayaran tetapi juga berkaitan
dengan budaya dan kearifan lokal yang hidup pada masyarakat masing-
masing negara.

D. Sumber Hukum Transaksi Bisnis Internasional
Pada umumnya para ahli hukum dalam berbagai tulisan
mengutif Article 38 of the Statute of the International Court of Justice
sebagai acuan dalam menjelaskan sumber hukum, termasuk dalam
hukum transaksi bisnis internasional. Secara lengkap Pasal 3 statuta
Mahkamah internasional adalah:

3Rabiul Islam, A. Fakhrorazi, H. Hartini, Md. Abu Raihan, Globalization And Its

Impact On International Business, Humanities & Social Sciences Reviews eISSN:


2395-6518, Vol 7, No 1, 2019, pp 256-265
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7130, hlm 256.

~3~
1. The Court, whose function is to decide in accordance with
international law such disputes as are submitted to it, shall
apply:
a. international conventions, whether general or particular,
establishing rules expressly recognized by the contesting
states;
b. international custom, as evidence of a general practice
accepted as law;
c. the general principles of law recognized by civilized nations;
d. subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and
the teachings of the most highly qualified publicists of the
various nations, as subsidiary means for the determination
of rules of law.
2. This provision shall not prejudice the power of the Court to
decide a case ex aequo et bono, if the parties agree thereto.

Selanjutnya, sumber hukum tersebut akan dibahas secara satu
per satu dengan penambahan satu sumber hukum, yaitu kontrak.
a. Perjanjian Internasional.
Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama
tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara
tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum
publik.4 Perjanjian internasional yang dimaksud adalah setiap
perjanjian di bidang hukum publik, diatur oleh hukum internasional,
dan dibuat oleh Pemerintah dengan negara, organisasi internasional,
atau subjek hukum internasional lain. Bentuk dan nama perjanjian
internasional, antara lain: treaty,5 convention,6 agreement,7

4Pasal 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian


Internasional, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012.
5Treaty adalah bentuk perjanjian internasional yang mengatur hal-hal penting

yang mengikat negara secara menyeluruh dan bersifat multilateral.


6Convention adalah bentuk perjanjian internasional yang mengatur hal-hal

penting dan resmi yang bersifat multilateral, lebih bersifat Law Making Treaty
(meletakkan kaidah-kaidah hukum bagi negara-negara yang menyepakatinya
sebagai suatu masyarakat internasional).

~4~
memorandum of understanding,8 protocol,9 charter,10 declaration,11
final act,12 arrangement,13 exchange of notes,14 agreed minutes,15
summary record,16 process verbal,17 modus vivendi,18 dan letter of
intent.19 Pada umumnya bentuk dan nama perjanjian menunjukkan
bahwa materi yang diatur oleh perjanjian tersebut memiliki bobot
kerja sama yang berbeda tingkatannya. Namun demikian, secara
hukum, perbedaan tersebut tidak mengurangi hak dan kewajiban

7Agreement adalah bentuk perjanjian internasional yang pada umumnya

digunakan dalam perjanjian bilateral.


8Memorandum of understanding adalah nota kesepahaman yang dibuat antara

subyek hukum yang satu dengan subyek hukum lain dalam dalam satu negara
maupun antar negara untuk melakukan kerjasama.
9Protocol adalah sebuah persetujuan yang isinya dimaksudkan untuk

melengkapi suatu konvensi. Protokol hanya mengatur hal-hal tambahan.


10Charter adalah istilah yang biasa digunakan sebagai dasar pembentukkan

suatu organisasi internasional.


11Declaration adalah pernyataan sepihak suatu negara tentang pemahamam

atau penafsiran mengenai suatu ketentuan dalam perjanjian internasional, yang


dibuat ketika menandatangani, menerima, menyetujui, atau mengesahkan
perjanjian internasional yang bersifat multilateral, guna memperjelas makna
ketentuan tersebut dan tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi hak dan
kewajiban negara dalam perjanjian internasional.
12Final act adalah ketentuan penutup merupakan suatu dokumen yang

mencatat ringkasan hasil konferensi, disebutkan negara peserta dan nama


utusan yang ikut dalam perundingan tentang hal yang disepakat dalam
konferensi.
13Arrangement, umumnya digunakan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya

mengatur dan sementara saja.


14Exchange of notes, suatu tindakan pertukaran nota/catatan yang masih

bersifat umum.
15Agreed minutes merupakan catatan mengenai hasil perundingan yang telah

disepakati pihak-pihak dalam perjanjian.


16Summary record merupakan catatan yang selanjutnya digunakan sebagai

rujukan dalam perundingan-perundingan berikutnya.


17Process verbal, merupakan pertukaran catatan atau pencatatan kesepakatan

terkait hal-hal sifatnya teknis administratif atau perubahan kecil dalam suatu
persetujuan.
18Modus vivendi adalah sebuah dokumen yang ditujukan untuk mencatat

persetujuan internasional yang sifatnya cuma sementara, sampai bisa


diwujudkan secara permanen. Modus vivendi ini nggak perlu ratifikasi. Modus
vivendi ini biasanya dipakai buat menandai adanya perjanjian yang baru
dilakukan.
19

~5~
para pihak yang tertuang di dalam suatu perjanjian internasional
bagi perjanjian internasional, pada dasarnya menunjukkan keinginan
dan maksud pada pihak terkait serta dampak politiknya bagi para
pihak tersebut.20 Secara umum, perjanjian internasional terbagi ke
dalam tiga jenis, yaitu: perjanjian multilateral, regional dan bilateral.
b. Hukum Kebiasaan Internasional
Dalam studi hukum perdagangan internasional, sumber hukum ini
disebut juga sebagai lex mercatoria atau hukum para pedagang (the
law of the merchants). Ketentuan lex mercatoria dapat ditemukan
antara lain di dalam kebiasaaan-kebiasaan yang berkembang dan
dituangkan dalam kontrak-kontrak perdagangan internasional,
misalnya berupa klausul-klausul kontrak standar, atau kontrak-
kontrak dibidang pengangkutan.
c. Prinsip-prinsip Hukum Umum
Prinsip-prinsip hukum umum, sebagaimana telah diungkap pada
Pasal 38 ayat (1) butir c Statuta Mahkamah Internasional merupakan
prinsip-prinsip atau asas-asas yang fundamental yang diakui oleh
bangsa-bangsa beradab. Tujuan dari pengakuan terhadap prinsip-
prinsip hukum umum ini untuk menghindari keadaan yang tak
terbatas (open-ended) dan pengaturan yang samar. Keberadaan
prinsip-prinsip umum dimaksudkan agar pengadilan dapat bemeng-
gunakan keadilan yang bersifat abstrak (absract of justice). Setiap
negara dan bangsa memiliki prinsip-prinsip hukum umum yang satu
dengan lainnya mungkin saja memiliki persamaan, meskipun tentu
saja pasti ada perbedaannya.
d. Putusan Badan Pengadilan
Sumber hukum ini dalam hukum konteks perdagangan/bisnis
internasional tidak memiliki kekuatan hukum yang kuat seperti yang
lazim digunakan pada sistem hukum common law. Tetapi, tetap
dimungkinkan putusan badan pengadilan yang sudah memiliki
kekuatan hukum yang tetap dijadikan sebagai acuan atau
pembanding bagi hakim selanjutnya dalam memutus suatu sengketa.
e. Doktrin

20Penjelasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian

Internasional.

~6~
Doktrin merupakan ajaran, pendapat dari ahli yang memiliki
kewibawaan ilmiah dan dapat digunakan secara praktis. Doktrin
dapat menjadi salah satu sumber hukum bagi seorang hakim dalam
membangun argumentasi hukumnya dalam memutus suatu sengketa
atau perkara. Black’s Law Dictionary mengartikan doktrin sebagai a
principle, esp. a legal principle, that is widely adhered to.21 Doktrin
merupakan secondary authority.22 Doktrin hanya bersifat
melengkapi, dan hakim tidak terikat pada doktrin pada saat memutus
suatu sengketa atau perkara.
f. Kontrak.
Kontrak merupakan sumber utama dan terpenting dalam transaksi
bisnis internasional. Kontrak yang dibuat secara sah berlaku seperti
halnya suatu undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
Kontrak dalam transaksi bisnis internasional merupakan hard laws
yang wajib ditaati oleh para pihak. Tentu saja kontrak yang bersifat
internasional wajib mengikuti ketentuan hukum yang berlaku secara
internasional. Sebab, jika masing-masing pihak kokoh ingin kontrak
dibuat sesuai ketentuan hukum negaranya, sedangkan terdapat
perbedaan aturan masing-masing negara, sehingga akan menjadi
faktor penghambat terjadinya transaksi bisnis internasional.23
g. Hukum Nasional
Peran hukum nasional tidak hanya dalam kontrak perdagangan
internasional semata, tetapi sangat signifikan perannya dalam
membentuk hukum internasional karena kedaulatan yang dimiliki
negara yang melahirkan yurisdiksi (kewenangan) negara.
Kewenangan tersebut bersifat mutlak dan eksklusif, apabila tidak ada
pengecualian, maka kewenangan tersebut tidak dapat diganggu
gugat.24 Termasuk dalam kewenangan ini adalah membentuk

21Bryan A. Garner (editor in chief), 2004, Black’s Law Dictionary 8th edition,

hlm 1457.
22Titon Slamet Kurnia, 2009, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, P.T Alumni,

Bandung, hlm 144.


23Huala Adolf, 2008, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, PT Refika

Aditama, Bandung, hlm 29.


24Huala Adolf, 200, Hukum Perdagangan Internasional, PT Rajagrapindo

Persada, Jakarta, hlm 93.

~7~
peraturan perundang-undangan terkait perdagangan/bisnis,
kebendaan, hak dan kewajiban pelaku bisnis/individu, hal-hal yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, serta sanksi
terhadap pelanggaran peraturan tersebut. Dalam hal terjadi
sengketa, hakim atau arbiter dalam memutus sengketa terlebih
dahulu melihat pilihan hukum yang termuat dalam kontrak bisnis
internasional, yang pilihan hukum tersebut biasanya merujuk pada
hukum nasional.

E. Subyek Hukum Transaksi Bisnis Internasional
Hukum internasional mengatur hak dan kewajiban subjek
hukum internasional. Subyek hukum internasional adalah pemegang
atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional dan
setiap pemegang atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum
internasional adalah subjek hukum internasional.25 Subjek Hukum
dalam hukum perdagangan/bisnis internasional terdari: negara,
organisasi internasional, perusahaan transnasional, dan individu.
a. Negara
Negara merupakan subyek hukum terpenting dan yang paling
sempurna dalam hukum perdagangan internasional. Negara satu-
satunya subyek hukum yang memiliki kedaulatan. Berdasarkan
kedaulatan ini, negara memiliki wewenang untuk menentukan dan
mengatur segala sesuatu yang masuk dan keluar dari wilayahnya.
Negara adalah satu-satunya subyek hukum yang memiliki
kedaulatan. Negara yang berdaulat memiliki kewenangan untuk
menentukan dan mengatur segala sesuatu baik orang, barang,
teknologi, modal atau investasi yang masuk dan keluar dari
wilayahnya. Negara juga yang membuat hukum yang berlaku dalam
wilayahnya. Negara dalam pergaulan internasional memiliki peran
dalam pembentukan organisasi-organisasi internasional yang terkait
dengan perdagangan/bisnis internasional, seperti IMF, World Bank,
ADB, WTO, UNCTAD, UNCITRAL dan lainnya. Selain itu, negara
dengan negara lain melakukan perjanjian internasional yang

25I Wayan Parthiana, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju,

Bandung, hlm 58.

~8~
melahirkan hukum yang berlaku secara internasional dalam kegiatan
perdagangan internasional.
b. Organisasi Perdagangan Internasional
Organisasi perdagangan internasional terbagi atas dua, yaitu
organisasi internasional antar negara (publik) dan organisasi
internasional non negara. Dari segi hukum perdagangan
internasional, organisasi internasional lebih banyak berperan
sebagai regulator. Organisasi internasional publik antara lain: United
Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL), World
Trade Organization (WTO). Organisasi internasional non negara,
antara lain: IMF, World Bank, ADB.
c. Perusahaan Transnasional (multinational corporation/MNC)
Perusahaan Trans Nasional (multinational corporation/MNC)
merupakan suatu badan usaha yang memiliki, mengendalikan dana
tau mengelola berbagai fasilitas produksi yang sebarannya di
beberapa negara. Perusahaan jenis ini merupakan aktor utama dalam
bisnis internasional. Menjadi pemain utama dalam kegiatan ekspor,
impor, transaksi internasional, dan pola operasi internasional lain
seperti usaha patungan, penanaman modal asing dan sistem lisensi.26
Perusahaan Trans Nasional yang banyak beroperasi di dunia, antara
lain:
1. Acer, Founded in 1976, today Acer is one of the world’s top ICT
companies and has a presence in over 160 countries. As Acer looks
into the future, it is focused on enabling a world where hardware,
software and services will infuse with one another to open up new
possibilities for consumers and businesses alike. From service-
oriented technologies to the Internet of Things to gaming and
virtual reality, Acer’s 7,000+ employees are dedicated to the
research, design, marketing, sale, and support of products and
solutions that break barriers between people and technology.27

26Pandji Anoraga, 2011, Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis Dalam Era

Globalisasi, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 334.


27https://www.acer-group.com/ag/en/TW/content/home, diakses
07/10/2020.

~9~
2. Adidas AG, sebuah perusahaan sepatu Jerman. Perusahaan ini
didirikan oleh Adolf (Adi) Dassler, yang mulai memproduksi
sepatu pada 1920-an di Herzogenaurach, Jerman. Terkenal
dengan tiga strip paralel dengan warna yang sama, sebagai logo
resmi adidas. Adidas adalah perusahaan pakaian olahraga
terbesar di Eropa. Ada lebih dari 150 cabang perusahaan, dan
sejak 31 Desember 2009, Adidas tercatat mempekerjakan
sebanyak 38.982 orang.28
3. Samsung
Samsung Electronics Co, Ltd adalah perusahaan elektronik
multinasional asal Korea Selatan yang berkantor pusat di Suwon,
Korea Selatan. Perusahaan ini adalah anak perusahaan unggulan
dari Samsung Group dan telah menjadi perusahaan teknologi
informasi terbesar di dunia berdasarkan pendapatannya. Sejak
tahun 2009, Samsung Electronics memiliki pabrik perakitan dan
jaringan penjualan di 88 negara dan mempekerjakan sekitar
370.000 orang.29
4. PT Freeport-McMoRan (FCX)
Freeport-McMoRan (FCX) merupakan suatu perusahaan tambang
internasional terkemuka dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona,
Amerika Serikat. Freeport-McMoran, perusahaan industri
pertambangan penghasil tembaga dan emas terbesar di dunia.
Bermarkas pusat di Arizona, mineral bumi yang diambil dan
diolah perusahaan ini adalah tembaga, emas, perak, dan
molybdenum. Kini perusahaan ini dipimpin oleh James R. Moffet.
ada awal berdirinya di tahun 1912, perusahaan ini didirikan oleh
Langbourne Williams Snr. dan bernama Freeport Sulfur Company.
kemudian diteruskan oleh putranya Langbourne Williams Jr.
berkolaborasi bersama Payne Whitney. Pada tahun 1955,
Freeport menginvestasikan $119.000.000 dalam membangun
pertambangan nikel-kobalt di Moa Bay, Kuba, dan kilang minyak
di pelabuhan Nickel, Lousiana. berselang dua tahun, 1957,

28https://www.adidas.co.id/blog/sejarah-adidas/Diakses 08/10/2020.
29https://m.merdeka.com/samsung/profil/Diakses 08/10/2020, https://
www.samsung.com/id/aboutsamsung/company/history/Diakses 08/10/2020.

~ 10 ~
pemerintah Amerika Serikat mengumumkan kontrak untuk
membeli Freeport nickel dan kobalt hingga 1965. Pada tahun
1971 perusahaan ini berganti nama menjadi Freeport Minerals
Company untuk tujuan menunjukkan citra sebagai produsen
pengolah mineral bumi.30 FCX mengoperasikan aset yang besar,
berumur panjang yang tersebar secara geografis, dengan
cadangan tembaga, emas dan molybdenum yang signifikan.
Portofolio aset FCX meliputi kawasan mineral Grasberg di Papua,
Indonesia, hingga gurun-gurun di Barat Daya Amerika Serikat,dan
operasi penambangan yang signifikan di Amerika Utara dan
Amerika Selatan, termasuk kawasan mineral Morenci yang
berskala besar di Arizona dan operasi Cerro Verde di Peru. FCX
merupakan perusahaan publik penghasil tembaga terbesar di
dunia. Saham FCX diperdagangkan di New York Stock Exchange
dengan symbol “FCX”.31
d. Individu
Individu biasanya dipandang sebagai subjek hukum dengan sifat
hukum perdata. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi
Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10
Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensikonvensi
hak asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu adalah
sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.32

F. Evaluasi / Soal Latihan
Setelah mahasiswa mempelajari materi kuliah sebagaimana
diuraikan sebelumnya, diharapkan mahasiswa dapat menjawab/
menjelaskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian hukum transaksi bisnis internasional?
2. Jelaskan sumber hukum transaksi bisnis internasional?

30https://m.merdeka.com/freeport-mcmoran/profil/ Diakses 08/10/2020.


31https://ptfi.co.id/index.php/id/overview, Diakses 08/10/2020.
32Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum

Internasional, PT. Alumni, Bandung, hlm 102.

~ 11 ~
3. Jelaskan subyek hukum transaksi bisnis internasional dan
argumentasi hukumnya sebagai dasar pengakuan sebagai subyek
hukum transaksi bisnis internasional?


~ 12 ~







BAB 2
PRINSIP-PRINSIP HUKUM TRANSAKSI BISNIS
INTERNASIONAL


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada Bab ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan prinsip-prinsip hukum transaksi bisnis
internasional dan penerapannya dalam transaksi bisnis internasional.

B. Pendahuluan
Setiap hukum bersandar pada prinsip-prinsip dasar atau asas-
asas hukum. Asas hukum merupakan meta kaidah tertentu (prinsip-
prinsip dasar).33 Asas hukum merupakan jantungnya peraturan
hukum.34 Asas hukum bukan merupakan peraturan hukum, dan untuk
dapat memahami suatu peraturan hukum maka harus diketahui asas-
asas hukumnya. Asas hukum memberi makna etis terhadap suatu
peraturan.35

33JJ. Bruggink, 1999, Refleksi Tentang Hukum (Alih Bahasa Arief Sidharta), Citra

Aditya Bhakti, Bandung, hlm 119.


34Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, hlm 45.
35 Ibid, Hlm. 47.

~ 13 ~
C. Prinsip-Prinsip Hukum Transaksi Bisnis Internasional
1. Prinsip Hukum Transaksi Bisnis Internasional Bersumber Contracts
for the internasional Sale of Goods (CISG) dan the UNIDROIT Principle
of International Contracts Tahun 1994.
a. Prinsip kebebasan berkontrak.
Tercantum pada Pasal 1.1, “The parties are free to enter into a
contract and to determine its content”. Para pihak diberi kebebasan
yang seluas-luasnya untuk membuat suatu kontrak bisnis dan bebas
menentukan isi kontrak yang disepakati sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip hukum internasional dan menghormati
hukum nasional masing-masing negara yang bersangkutan. Sejalan
dengan Mandatory Rule in the principles of international commercial
contracts, 1994, UNIDROIT, Pasal 1.4, “Nothing in these Principles shall
restrict the application of mandatory rules, whether of national,
internasional or supranational origin, which are applicable in
accordance with the relevant rules of private international law.”
Prinsip kebebasan berkontrak berkaitan dengan lima hal, yaitu:
kebebasan menentukan isi kontrak, kebebasan menentukan bentuk
kontrak, prinsip kontrak yang ditandatangani secara sah mengikat
seperti halnya undang-undang, tunduk pada aturan yang bersifat
memaksa (mandatory rules) sebagai pengecualian dalam kontrak,
dan wajib memperhatikan prinsip-prinsip hukum yang bersifat
dalam penafsiran kontrak.36
b. Prinsip pengakuan hukum terhadap kebiasaan bisnis yang berlaku.
Prinsip ini tercantum pada Pasal 1.8:
1) The parties are bound by any usage to which they have agreed and
by any practices which they have established between themselves;
2) the parties are bound by a usage that is widely known to and
regular observation in international trade by parties in the
particular trade concerned except where the application of such
usage would be unreasonable.

36Taryana Soenandar, 2006, Prinsip-Prinsip UNIDROIT Sebagai Sumber Hukum

Kontrakdan Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Sinar Gafika, Jakarta,


hlm 37.

~ 14 ~
Prinsip ini mengakomodasikan berbagai praktik perdagangan/bisnis
yang lazim dan dilakukan secara terus menerus di berbagai negara,
serta dianggap patut dihormati dan diikuti. Hal ini merupakan
pengakuan terhadap adat istiadat dan kearifan lokal yang hidup dan
terpelihara dari waktu ke waktu.
c. Prinsip itikad baik (good faith) dan transaksi jujur (fair dealing).
Prinsip ini tercantum pada Pasal 1.7:
(1) each party must act in accordance with good faith and fair
dealing in international trade;
(2) The Parties may not exclude or limit this duty.
Secara hakekat, prinsip ini merupakan prinsip utama dalam
transaksi bisnis internasional, meskipun sering dianggap bersifat
abstrak dan subyektif. Prinsip-prinsip yang lain menjadi tidak
bermakna positif apabila prinsip ini tidak dipraktikkan oleh para
pihak dalam melakukan transaksi bisnis internasional. Prinsip
itikad baik dapat dikatakan sebagai prinsip fundamental dan
paling sentral dalam penyelesaian sengketa. Prinsip ini
mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak
dalam menyelesaikan sengketanya. Dalam penyelesaian sengketa,
prinsip ini tercermin pada: Pertama, prinsip itikad baik
disyaratkan untuk mencegah timbulnya sengketa yang dapat
mempengaruhi hubungan-hubungan baik di antara negara. Kedua,
prinsip ini disyaratkan harus ada ketika para pihak
menyelesaikan sengketanya melalui cara-cara penyelesaian
sengketa yang dikenal dalam hukum (perdagangan) internasional,
yakni negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan atau
caracara pilihan para pihak lainnya.37 Prinsip Itikad baik terbukti
dijalankan atau tidak oleh para pihak ketika terjadi sengketa
sebagai akibat adanya wanprestasi. Pasal 2.15 UPICCs (Unidroit
Principles of International Commercial Contracts) menyatakan
bahwa: 1. A party is free to negotiate and is not liable for failure to
reach an agreement. 2. However, a party who negotiates or breaks
off negotiations in bad faith is liable for losses to the other party. 3.

37Huala Adolf, 2004, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Rajawali Pers,

Jakarta, hlm 186.

~ 15 ~
It is bad faith, in particular, for a party to enter into or continue
negotiations when intending not to reach an agreement with the
other party.
d. Prinsip force majeure
Prinsip force majeure atau keadaan memaksa (keadaan kahar) diatur
pada Pasal 7.1.7 UNIDROIT, yaitu: (1) Non-performence by a party is
execused if that party proves that the non-performance was due to an
impediment beyond its control and that it could not reasonably be
expected to have taken the impediament into account at the time of the
conclusion of the contract or to have avoided or overcome it or its
consequences. (2) When the impediment is only temporary, the execuse
shall have effect for such period as is reasonable having regard to the
effect of the impediment on the performance of the contract. (3) The
party who fails to perform must give notice to the other party of the
impediment and its effect on its ability to perform. If the notice is not
received by the other party within a reasonable time after the party
who fails to perform knew or ought to have known of the impediment,
it is liable for damages resulting from such nonreceipt. (4) Nothing in
this article prevent a party from exercising a right to terminate the
contract or to withhold performance or request interest on money due.
Force majeure adalah terjadinya peristiwa yang di luar kemampuan
para pihak dan tidak diduga akan terjadi sebelumnya. Peristiwa
tersebut wajib diketahui oleh pihak lainnya agar terhindar dari
perbuatan wanprestasi.
e. Prinsip Retroactive effect of Avoidance
Kontrak bisnis bersandar pada prinsip tidak berlaku surut. Hal ini
diatur pada Article 3.17 (1) yang menyatakan: Avoidance takes effect
retroactively.
2. Prinsip Hukum Transaksi Bisnis Internasional Bersumber dari World
Trade Organization (WTO)
1. Prinsip Hukum TRIPs Agreement Bersumber dari Konvensi Pem-
bentukan WTO
a. Prinsip ketundukan utuh (full compliance)
TRIPs Agreement sebagai bagian dari WTO Agreement, maka
prinsip full compliance juga berlaku, meskipun ada ketentuan

~ 16 ~
khusus bagi negara berkembang dan negara kurang ber-kembang
yang dikenal dengan istilah Special and Differential Treatment (S &
D). Ketentuan S & D terdapat pada Article 65, 66 TRIPs Agreement.
Ketundukan negara anggota terhadap ketentuan WTO Agreement
bersifat full compliance atau total harmonization (unifikasi). Setiap
anggota diharuskan memastikan penyesuaian hukum ini, peraturan
dan prosedur administratif dengan kewajiban-kewajibannya
sebagaimana yang tertera dalam perjanjian (Article XVI.4) dan
penerimaan kesepakatan-kesepakatan dari perjanjian dilakukan
tanpa reservasi. Reservasi terhadap Multilateral Trade
Agreement (MTA) hanya diterima apabila memperkuat
perjanjian-perjanjian tersebut. Reservasi terhadap kesepakatan
MTA diterima sepanjang diatur dalam perjanjian-perjanjian
(Article XVI.5).
b. Prinsip pembalasan silang (cross retaliation).
Pembalasan silang diatur dalam Article 22.3 Dispute Setlement
Understanding (DSU). Ungkapan cross retaliation adalah istilah
untuk menggambarkan situasi di mana negara yang merasa
dirugikan melakukan pembalasan, misalnya melalui penundaan
konsesi atau kewajiban lainnya di bawah sektor atau perjanjian
yang telah dilanggar oleh negara lain. Negara yang dirugikan
selama waktu mempersiapkan permohonan penyelesaian kepada
Badan Penyelesaian Sengketa dapat menangguhkan konsesi atau
kewajiban lainnya sebagai balasan pada sektor yang sama di mana
telah terjadi pelanggaran. Jika itu tidak efektif, maka dapat
melakukan balasan pada sektor lain tetapi di bawah perjanjian
yang sama di mana telah terjadi pelanggaran.38
c. Prinsip penyelesaian sengketa melalui mekanisme WTO.
WTO memberlakukan ketentuan penyelesaian sengketa sesuai
mekanisme WTO sepanjang tidak diatur secara khusus dalam
TRIPs Agreement (Article 64). Prosedur penyelesaian sengketa
dagang dalam WTO diatur dalam artikel XXII dan XXIII GATT 1994
dan Understanding on Rules and Procedures Governing the

WTO, Understanding the WTO, http://www.wto.org/english/thewto_e


38

/minist_e/min03_e/brief_e/brief13_e.htm, Diakses 25/12/09.

~ 17 ~
Settlement of Disputes (DSU). (Article XXII dan XXIII GATT 1994 dan
Article 4 DCU). Tergugat dalam tempo 10 hari (kecuali disepakati
lain) harus menyampaikan jawaban atas permintaan tersebut.
Jika dalam 10 hari tidak ada jawaban atau tidak melakukan
konsultasi dalam jangka waktu 30 hari, pihak penggugat dapat
meminta Dispute Setlement Body (DSB) untuk dibentuk panel
(Article 4.3 DSU). Disamping prosedur resmi, Dirjen GATT/ WTO
berdasarkan kapasitas sebagai pejabat tinggi WTO dapat
menawarkan perdamaian kepada kedua belah pihak yang
bersengketa. Panel dibentuk oleh DSB atas dasar permintaan salah
satu pihak yang bersengketa dan biasanya oleh pihak penggugat.
Tim panel berfungsi membantu DSB untuk menganalisa, menilai
dan membuat penafsiran terhadap persetujuan GATT/WTO dan
membuat rekomendasi dalam waktu 6 bulan dan dalam waktu
60 hari DSB akan melakukan pengesahan laporan tersebut.
Pihak yang kalah dapat mengajukan banding (appeal) dan tiga
orang hakim akan ditetapkan untuk menangani kasus tersebut.
Keputusan badan banding ini dapat berisi penolakan atau merubah
laporan panel dan membuat laporan tersendiri atau mengukuhkan
laporan panel. Apabila panel dan banding menyimpulkan bahwa
tindakan yang diambil oleh pihak tergugat bertentangan dengan
persetujuan (GATT/WTO), maka rekomendasi panel dan banding
akan meminta agar negara yang kalah segera menyesuaikan
(adjusment) kebijakan perdagangannya dengan ketentuan-
ketentuan WTO. Laporan panel dan badan banding baru
mempunyai kekuatan hukum yang tetap (legally binding) setelah
disahkan dalam sidang DSB. Tujuan dari sistim penyelesaian
sengketa WTO adalah agar semua anggota WTO mematuhi
komitmen yang telah ditandatangani dan diratifikasinya. DSU-
WTO mengatur bahwa apabila rekomendasi dan keputusan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap (legally binding) tidak
dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
maka negara tergugat (negara yang kalah) akan diminta untuk
memberikan kompensasi (ganti rugi). Segera setelah DSB
mensahkan laporan panel atau banding, negara yang kalah harus

~ 18 ~
membuat laporan tentang pelaksanaan keputusan DSB tersebut
dan bila diperlukan dengan bantuan juri (arbitrator) sebagai
pengawas. DSU juga diatur mengenai cross retaliation apabila pihak
yang kalah tidak melaksanakan keputusan DSB yang telah
mensahkan keputusan appellate body.39
3. Prinsip Hukum Transaksi Bisnis Internasional Bersumber dari
Charter of the Economic Rights and Duties of States (CERDS)
Tujuan CERDS adalah ingin membentuk tatanan ekonomi
internasional baru yang berdasarkan pada keadilan, persamaan
kedaulatan, interpedence, kepentingan bersama dan kerjasama di
antara negara-negara tanpa melihat sistem ekonomi sosialnya.
Fundamentals of international economic relations, terdiri dari:
a. Sovereignty, territorial integrity and political independence of
States;
b. Sovereign equality of all States;
c. Non-aggression;
d. Non-intervention;
e. Mutual and equitable benefit
f. Peaceful coexistence;
g. Equal rights and self-determination of peoples;
h. Peaceful settlement of disputes;
i. Remedying of injustices which have been brought about by force
and which deprive a nation of the natural means necessary for its
normal development;
j. Fulfillment in good faith of international obligations;
k. Respect for human rights and international obligations;
l. No attempt to seek hegemony and spheres of influence;
m. Promotion of international social justice;
n. International co-operation for development;
o. Free access to and from the sea by land-locked countries within
the framework of the above principles.

39DEPPERIN, Mengenal WTO, http://www.depperin.go.id/


Ind/publikasi/djkipi/ wto.htm, Diakses 25/12/09.

~ 19 ~
D. Evaluasi / Soal Latihan
Setelah mahasiswa mempelajari materi kuliah sebagaimana
diuraikan sebelumnya, diharapkan mahasiswa dapat menjawab/
menjelaskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Jelaskan prinsip-prinsip hukum transaksi bisnis internasional?
2. Berikan dua contoh kasus yang melanggar prinsip prinsip-prinsip
hukum transaksi bisnis internasional?

~ 20 ~






BAB 3
BENTUK TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada bab ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan bentuk-bentuk transaksi bisnis dan membedakan
satu dengan lainnya.

B. Ekspor dan Impor
Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah
pabean Indonesia ke daerah pabean negara lain. Biasanya proses ekspor
dimulai dari adanya penawaran dari suatu pihak yang disertai dengan
persetujuan dari pihak lain melalui sales contract process, dalam hal ini
adalah pihak Eksportir dan Importir. Proses pembayaran untuk
pengiriman ini dapat melalui metode Letter of Credit (L/C) atau non-L/C,
masing-masing metode memiliki risiko dan keuntungan tersendiri.40
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.41
Faktor-faktor yang dapat mendorong produsen atau pelaku
usaha melakukan kegiatan ekspor antara lain:42

40http://djpen.kemendag.go.id, Diakses 23/11/2020.


41Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan,


Pasal 1 angka 14.
42Ibid.

~ 21 ~
1. Komoditas Tradisional
Biasanya sebuah perusahaan memproduksi suatu komoditas
sebagai lanjutan atau sisa-sisa peninggalan ekonomi jaman kolonial
seperti karet, kopi, teh, lada, tengkawang, timah, tembaga dan hasil
tambang sejenis lainnya. Hal ini kemungkinan berlanjut menjadi
kegiatan ekspor sekarang ini
2. Optimalisasi Laba
Selain menjual suatu produk dalam negeri, dengan ekspor, sebuah
perusahaan mampu memperluas daerah penjualan sampai ke luar
negeri, selain itu jenis barang yang ditawarkan menjadi tidak
terbatas untuk konsumen dalam negeri saja
3. Penelusuran Pasar
Bagi perusahaan yang mempunyai pasar domestik yang kuat,
ekspor merupakan peluang untuk melakukan diversifikasi pasar
yang dapat memperkuat kedudukan komoditas yang
diperdagangkan
4. Pemanfaatan kelebihan kapasitas (Excess Capacity)
Jika kapasitas produksi suatu industri masih belum melebih
kapasitas mesin maka sisa kapasitasnya (idle capacity) dapat
digunakan untuk memenuhi pasar ekspor
5. Export Oriented Products
Terdapat industri-industri padat karya yang sengaja dipindahkan
dari Negara-negara industri seperti Jepang, Korea, Taiwan atau
Singapura ke Indonesia dengan tujuan relokasi industri pabrik
sepatu, garment, dan sejenisnya.
6. Wisma Dagang atau Trading House
Saat ini Pemerintah mengembangkan konsep trading house, seperti
yang dikembangkan Jepang, sehingga akan memudahkan eksportir
dalam melakukan penetrasi pasar Internasional. Trading House ini
akan membantu eksportir menganalisis pasar atau
mengidentifikasi Pembeli dan memberikan informasi lainnya yang
bermanfaat terkait dengan kondisi pasar di Negara di mana wisma
tersebut berada
7. Komoditas Berdaya Saing Tinggi

~ 22 ~
Produk-produk yang berbahan asli Indonesia dan mempunyai
keunggulan tersendiri (absolute advantage) atau produk lain yang
memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) memiliki
peluang untuk pasar ekspor. Misalnya bahan-bahan seperti karet
alam, kayu hutan tropis, agrobisnis, kerajinan dan lainnya, semua
memiliki daya saing yang cukup tinggi di pasar ekspor.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 01/M-
DAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007, barang-barang ekspor dapat
diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi, yaitu:
1. Jenis barang yang diatur tata niaga ekspornya.
Jenis barang ini hanya dapat diekspor oleh eksportir terdaftar saja.
Sedangkan eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang
telah mendapatkan pengakuan dan tercatat pada Kementerian
Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Suatu barang yang diatur ekspornya karena
pertimbangan untuk meningkatkan devisa dan daya saing, terikat
dengan perjanjian internasional, kelestarian alam dan tersedianya
bahan baku. Barang yang diatur ekspornya ini terdiri dari:
a. Produk Perkebunan, berupa kopi digongsang/tidak digongsang,
olahan.
b. Produk Kehutanan, berupa produk dari rotan ataupun kayu.
c. Produk Industri, berupa asetat anhidrida, asam fenilasetat, efedrin,
aseton, butanol
d. Produk Pertambangan, berupa intan, timah, emas.
2. Jenis barang yang diawasi ekspornya
Barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang telah
mendapatkan persetujuan ekspor dari Kementerian Perdagangan atau
Pejabat yang ditunjuk. Barang yang diawasi ekspornya hanya dapat
dilakukan oleh eksportir yang telah mendapat persetujuan ekspor dari
Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk (eksportir khusus).
Suatu barang diawasi ekspornya karena pertimbangan untuk menjaga
keseimbangan pasokan di dalam negeri agar tidak mengganggu
konsumsi dalam negeri. Barang Diawasi ekspornya ini meliputi:

~ 23 ~
a. Produk peternakan, berupa bibit sapi, sapi bukan bibit, kerbau,
kulit Buaya, wet blue, binatang liar dan tumbuhan (appendix II
cites).
b. Produk perikanan, berupa ikan napoleon, wirasse, benih ikan
bandeng
c. Produk perkebunan, berupa inti kelapa sawit (palm kernel)
d. Produk pertambangan, berupa gas, kokas/minyak petroleum, bijih
logam Mulia, perak, emas.
e. Produk industry, berupa sisa dan scrap dari besi, baja steinless,
tembaga, kuningan, aluminium, pupuk urea.
3. Jenis barang yang dilarang diekspor
Suatu barang yang dilarang diekspor berdasarkan pertimbangan:
a. Menjaga kelestarian alam
b. Tidak memenuhi standar mutu
c. Menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin
d. Peningkatan nilai tambah
e. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya
Barang yang dilarang diekspor meliputi:
a. Produk pertanian, berupa anak ikan dan ikan arwana, benih ikan
sidat, ikan hias botia, udang galah ukuran 8 cm dan
udang panaedae.
b. Produk kehutanan, berupa kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan
kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian.
c. Produk kelautan, berupa pasir laut.
d. Produk pertambangan, berupa biji timah dan konsentratnya, abu
dan residu yang mengandung arsenik, logam atau senyawanya dan
lainnya, terutama yang mengandung timah dan batu mulia.
4. Jenis barang yang bebas
Semua jenis barang yang tidak tercantum dalam peraturan tersebut
dikategorikan sebagai barang bebas ekspor. Tentu saja eksportir harus
memenuhi persyaratan sebagai eksportir yang sah.

~ 24 ~
Mekanisme ekspor dari Indonesia ke negara lain mengikuti
ketentuan negara tujuan ekspor melalui beberapa tahapan. Tahapannya
sebagaimana tergambar pada skema berikut:43



Berlawanan dengan kegiatan ekspor adalah impor, yaitu
kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.44 Mekanisme

43https://www.beacukai.go.id, Diakses 24/11/2020.

~ 25 ~
impor di Indonesia melalui beberapa tahapan sebagaimana tergambar
pada skema berikut:45



C. Joint Venture
Joint venture (JV) adalah suatu pendirian perusahaan yang
melibatkan oleh dua atau lebih pelaku usaha untuk melakukan kegiatan
usaha secara bersama-sama dalam jangka waktu tertentu. Perusahaan
yang bekerjasama tersebut dapat berasal dari dalam negeri atau dari
luar negeri (asing).

44Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan,


Pasal 1 angka 13.
45http://eksimp.com/wp-content/uploads/2017/08/impor.png, Diakses
34/11/2020.

~ 26 ~
Skema investasi Joint Venture (JV) banyak dipilih oleh investor.
JV diyakini dapat meningkatkan potensi keuntungan investasi karena
melalui JV terjadi kolaborasi keunggulan sumber daya, keahlian,
teknologi dan good will yang dimiliki masing-masing entitas bisnis
menjadi satu untuk melakukan kegiatan investasi. Selain itu, juga dapat
menghemat biaya operasional perusahaan. JV pada umumya akan
membentuk satu anak usaha baru yaitu joint venture company (JVC) JVA
walaupun dapat juga dilakukan tanpa membentuk anak usaha baru
sepanjang disepakati para pihak dalam kontrak JV. Perusahaan yang
didirikan melalui JV, misalnya:
1. PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) membentuk dua perusahaan
patungan di Indonesia dan Thailand bersama dengan Malee
Capital Company Limited untuk mendorong penjualan produk
perawatan dan pemeliharaan tubuh serta produk minuman.
Perseroan telah menandatangani perjanjian usaha patungan
dengan Malee Capital Company Limited. Perseroan mendirikan
dua perusahaan patungan yaitu PT Kino Malee Indonesia dan
Malee Kino (Thailand) Company Limited. Finance Corporate
Division Head PT Kino Indonesia Tbk. Perseroan menjadi
pemegang saham mayoritas sebesar 51% kepemilikan saham
pada PT Kino Malee Indonesia. Perseroan juga akan menjadi
pemegang saham minoritas sebesar 49% kepemilikan saham
pada Malee Kino (Thailand) Company Limited. Melalui
perusahaan patungan tersebut, perseroan bersama dengan Malee
akan membangun sebuah sinergi, di mana Kino akan mengekspor
produk perawatan dan pemeliharaan tubuh dan farma miliknya
ke Thailand untuk dipasarkan dan dijual oleh Malee Kino
(Thailand) Company Limited.46
2. Perusahaan roti dan restoran BreadTalk Group Limited
menandatangani kesepakatan JV dengan Shinmei Co Ltd,
perusahaan Jepang yang sudah beroperasi selama 115 tahun.
Kedua perusahaan ini membentuk perusahaan patungan

46https://market.bisnis.com/read/20171031/192/704842/kino-indonesia-

kino-bentuk-2-joint-venture, Diakses 25/11/2020.


~ 27 ~
bernama BTG-Shinmei Venture Pte Ltd. BreadTalk memiliki 66%
saham BTG-Shinmei lewat anak usahanya, Together Inc. Shinmei
akan memiliki 34% sisa saham. BTG-Shinmei ini akan bergerak di
bisnis makanan dan minuman. Shinmei bergerak di bisnis
perdagangan komoditas pangan seperti gandum dan tepung
terigu. Melalui keahlian Shinmei ini, BTG-Shinmei mengurus
pasokan bahan mentah dan bahan baku grup BreadTalk secara
global.47
3. Telkom, merealisasikan kesepakatan membentuk perusahaan JV
bersama operator telekomunikasi asal Australia, Telstra
Corporation Limited. Komposisinya, Telkom Group 51% dan
Telstra 49%. JV ini untuk menggarap bisnis cloud computing
dalam penyediaan Network & Application Services (NAS) bagi
pelanggan enterprise dan perusahaan multinasional, khususnya
perusahaan Australia yang beroperasi di Indonesia.
4. Malindo Air, Malindo Airways Sdn Bhd melakukan bisnis
sebagai Malindo Air adalah maskapai penerbangan bertarif
rendah yang berbasis di Malaysia. Maskapai ini merupakan hasil
JV antara Malaysia National Aerospace and Defence Industries
(NADI) dengan 51% saham dan Lion Air dari Indonesia dengan
49% saham. Nama Malindo berasal dari nama negara masing-
masing, yaitu Malaysia dan Indonesia. Pada awalnya Malindo Air.

D. Jual Beli Internasional
Kegiatan jual beli secara internasional merupakan transaksi
bisnis yang paling banyak dilakukan. Dibutuhkan suatu kontrak jual beli
internasional antara pihak penjual dan pembeli yang memiliki
kewarganegaraan yang berbeda, teritorial negara dan hukum nasional
yang berbeda pula (transaksi jual beli lintas negara).
Secara internasional, aturan jual beli internasional mengacu
pada The United Nations Convention on Contracts for the International

47https://internasional.kontan.co.id/news/breadtalk-shinmei-bentuk-joint-

venture, Diakses 25/11/2020.



~ 28 ~
Sale of Goods (CISG). CISG berupaya 6 menjembatani kesenjangan antara
sistem-sistem hukum yang berbeda di dunia, terutama antara civil law
(sub tradisi Perancis dan Jerman) dan common law (sub tradisi Inggris
dan Amerika), dengan cara menyeragamkan hukum yang berlaku bagi
jual beli barang internasional. CISG mengatur mengenai pembuatan
kontrak jual beli, serta hak dan kewajiban pembeli dan penjual
(termasuk upaya-upaya hukum bagi mereka). CISG mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 1988 bagi negara-negara yang pada waktu itu menjadi
pesertanya. CISG bertujuan mengharmoniskan hukum nasional masing-
masing negara dalam kontrak perdagangan internasional, sehingga
memudahkan para pihak menyelesaikan sengketa Ketika terjadi
persengketaan diantara para pihak.

E. Lisensi
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik atau pemegang
suatu hak kekayaan intelektual baik yang bersifat eksklusif maupun non
eksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian tertulis untuk
menggunakan hak kekayaan intelektual yang masih dilindungi dalam
jangka waktu dan syarat tertentu.
Lisensi merupakan salah satu strategi pemilik suatu hak
kekayaan intelektual untuk makin meningkatkan value added (nilai
tambah) dalam rangka memperbesar skala bisnis baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.48

F. Franchising (Waralaba)
Wujud nyata dari lisensi terlihat pada kegiatan bisnis franchising
(waralaba). Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas
usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah
terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh
pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.49

48Ray August, Don Mayer and Michael Bixny, 2009, International Business Law:

Text, Cases, and Practice, Pearson Education International, London, hlm 164.
49Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 Tentang

Waralaba, Pasal 1 Angka 1.

~ 29 ~
Secara umum dalam kegiatan bisnis waralaba terdapat tiga jenis,
yaitu:50
1. Tradename franchising, suatu sistem waralaba yang memberi hak
pada pembeli waralaba untuk menggunakan nama dagang penjual
waralaba tanpa mendistribusikan produk tertentu dengan nama
penjual waralaba.
2. Product distribution franchising, suatu sistem waralaba yang
penjual waralaba memberikan hak ke pembeli waralaba untuk
menjual produknya dengan nama dagang penjual waralaba melalui
jaringan distribusi yang selektif dan terbatas.
3. Franchise pure franchising (business format franchising), suatu
system waralaba murni. Pemberi waralaba menyediakan format
waralaba yang lengkap, mulai dari pemanfaatan merek dagang dan
jasa untuk dijual, perangkat manajemen, pengawasan mutu, jalur
distribusi, dan pelayanan lainnya. Jenis ini banyak ditemukan pada
kegiatan usaha restoran, jasa pendidikan, penyewaan mobil,
penjualan rumah, penjualan bahan bakar minyak, retail/took
modern.
Di Indonesia, waralaba diatur melalui Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tentang Waralaba, Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 12/M-
DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat
Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.
Bisnis dengan format waralaba mulai masuk ke Indonesia sejak
tahun 1980 oleh perusahaan waralaba asing. Diantaranya KFC, Mc
Donalds, Burger King, dan Wendys. Tahun 1991 berdiri Asosiasi
Franchise Indonesia (AFI) yang diharapkan makin mendorong
kemajuan industri waralaba di Indonesia yang focus pada usaha kecil
dan menengah.

G. Kontrak Produksi (Manufacturing Contract)
Suatu manufacturing contract, di Indonesia biasa disebut
makloon. Makloon berasal dari Bahasa Belanda, yang berarti pengerjaan

50Sutrisno Iwantoro, 2006, Kiat Sukses Berwirausaha, Grasindo, Jakarta, 2006,

hlm 197-198.

~ 30 ~
produksi yang dilakukan oleh pihak lain. Pihak lain ini disebut
pemakloon, yang memiliki kompetensi usaha di bidang tertentu,
misalnya untuk di bisnis fashion, berupa perusahaan konveksi atau
garmen. Istilah lain yang umum dipakai untuk makloon adalah CMT (Cut
Make Trim), karena biasanya pengerjaan yang dilakukan makloon/CMT
ini hanyalah memotong bahan (cutting), menyablon/membordir/
memasang aplikasi lain dan menjahit (making), memasang kancing,
membuang benang (finishing/trimming). Namun pengerjaan tersebut
bisa disesuaikan dengan kebutuhan pengorder. Ada yang mulai dari
pembuatan pola, potong, jahit, finishing dan packing. Ada juga yang jahit
saja, atau jahit dan finishing saja, atau jahit, finishing dan packing,
misalnya. Lain halnya dengan sistem FOB (full order buyer), bahan baku
disediakan oleh pemakloon, sampai pengerjaan packing dikerjakan oleh
pemakloon. Pengorder hanya melakukan penjualan produk yang
dihasilkan.51
Sepanjang perjalanan suatu kontrak, perusahaan contract
manufacturer tidak menghadapi risiko pasar secara langsung (direct
market risk) karena mendapat jaminan arus penghasilan (revenue
stream) dari pelanggan dengan siapa membuat dan menandatangani
kontrak. Perusahaan contract manufacturer menerima remunerasi
berdasarkan suatu basis fee (cost plus), atau berdasarkan harga per unit
yang ditetapkan dimuka (pre-established price per unit) yang mungkin
juga ditetapkan berdasarkan basis biaya-plus (cost plus basis).52

H. Kontrak Manajemen
Kontrak manajemen menjadi salah satu pilihan bisnis agara
suatu kegiatan usaha berlangsung dengan baik, professional dan
mendapatkan keuntungan. Kontrak manajemen merupakan suatu
kontrak yang dibuat oleh para pihak yang berisi kesepakatan mengenai
pengendalian pengelolaan atau operasional suatu perusahaan. Kontrak
manajemen dapat meliputi berbagai aspek, seperti teknis operasional,

51http://tdabandung.com/memahami-seluk-beluk-makloon.html, Diakses
25/11/2020.
52https://www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/136476-T 28306-Analisis struktur-

full text.pdf, Diakses 25/11/2020.

~ 31 ~
fasilitas produksi, manajemen personalia, akuntansi, layanan
pemasaran, dan pelatihan serta aspek lainnya.
Kontrak manajemen umumnya banyak terjadi pada pengelolaan
hotel, Gedung perkantoran, pusat perbelanjaan/mall, resort wisata dan
bisnis penerbangan. Kontrak manajemen pertama kali tercatat
dilakukan oleh Qantas dan Duncan Upton tahun 1978.

I. Evaluasi / Soal Latihan
Setelah mahasiswa mempelajari materi kuliah sebagaimana
diuraikan sebelumnya, diharapkan mahasiswa dapat menjawab/
menjelaskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Uraikan bentuk-bentuk transaksi bisnis internasional dengan
disertai contoh konkritnya?
2. Ungkapkan perbedaan bentuk-bentuk transaksi bisnis
internasional tersebut?

~ 32 ~






BAB 4
SISTIM PEMBAYARAN INTERNASIONAL


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajarai bab ini, mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan sistim pembayaran yang digunakan dalam transaksi bisnis
internasional.

B. Pendahuluan
Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat
klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan
sejumlah uang) merupakan salah bentuk prestasi terpenting yang harus
dilaksanakan oleh salah satu pihak. Di pihak lain pembayaran
merupakan hak yang wajib diperoleh berdasarkan kontrak. Tidak
jelasnya tata cara pembayaran atau tidak terjaminnya keamanan
mengenai tata cara pembayaran dapat muncul menjadi resiko usaha dan
sumber perselisihan (sengketa) dalam hubungan bisnis para pihak yang
terlibat. Dalam kontrak-kontrak bisnis internasional, kejelasan, dan
aspek keamanan dalam cara pembayaran menjadi lebih penting
mengingat para pihak yang terlibat dalam kontrak yang demikian
dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh dan tidak jarang para pihak tidak
saling mengenal satu sama lain atau tidak pernah bertemu sebelumnya.
Dipilihnya cara pembayaran yang tepat selain dapat memberikan

~ 33 ~
jaminan keamanan juga dapat memberikan keringan atau kemudahan
bagi pihak-pihak tertentu. Misalnya dalam transaksi ekspor impor,
dipilihnya cara pembayaran advance payment (pembayaran di muka)
akan memberikan kemudahan bagi eksportir, karena pembeli (importir)
terlebih dahulu melakukan pembayaran sebelum barang dikirimkan
oleh penjual (eksportir).53

C. Sistim Pembayaran Internasional
Pelaksanaan transaksi perdagangan luar negeri dapat diatur
dengan cara pembayaran berikut:54
1. Advance Payment/Cash Payment
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau
bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya.
Cara ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah
dan belum kenal baik dengan importir. Metode pembayaran ini
disebut juga dengan pembayaran uang dimuka. Sistem pembayaran
ini mengharuskan pembeli melakukan pembayaran uang terlebih
dahulu kepada penjual di negara lain sebagai syarat pengiriman
barang. Pengiriman uang melalui bank merupakan pembayaran atas
barang yang dipesan. Advance payment merupakan salah satu bentuk
cara pembayaran non L/C yang dikenal dalam berbagai kontrak
bisnis, termasuk kontrak bisnis yang bernuansa internasional. Cara
pembayaran dengan sistem advance payment biasa dikenal dengan
sebutan pembayaran dimuka, karena melalui cara ini pembeli
(importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual (eksportir)
melalui perintah transfer bank ke rekening penjual (ekportir),
sebelum penjual (eksportir) yang bersangkutan mengirimkan barang
yang diperjanjikan. Setelah menerima pembayaran harga baik
keseluruhan maupun sebahagian baru kemudian penjual (eksportir)
melakukan kewajibannya mengirimkan barang melalui port of
loading. Barang yang dikirim tersebut sudah tercatat atas nama

53Mahyus Ekananda, Tanpa Tahun, Modul 1 Sistem Pembayaran dan Neraca

Pembayaran Internasional, Hlm 1.3 melalui


http://repository.ut.ac.id/3979/1/ESPA4420-M1.pdf
54Ibid.

~ 34 ~
pembeli (importir). Cara pembayaran dengan advance payment
mempunyai beberapa variasi sesuai dengan jumlah harga yang
terlebih dahulu dibayarkan oleh pembeli (importir). Adakalanya
pembeli membayar keseluruhan harga barang termasuk ongkos
angkut, asuransi dan semua biaya yang disepakati dalam kontrak
bisnis mereka. Dengan pengiriman harga tersebut, maka pembeli
(importir) telah menyelesaikan seluruh kewajibannya sepanjang
mengenai pembayaran dan oleh karena itu, tidak ada lagi biaya
tambahan yang harus dibayar oleh pembeli (importir). Cara ini
dikenal dengan istilah payment with order. Variasi lain adalah partial
payment with order. Sesuai dengan namanya, dalam sistem
pembayaran ini pembeli hanya membayar sebagian dari harga
terlebih dahulu, misalnya hanya membayar harga barang saja. Biaya-
biaya lain sesuai yang diperjanjikan, misalnya ongkos angkut,
asuransi, dan biaya lainnya akan dibayar oleh penjual setelah penjual
melakukan kewajibannya mengirimkan barang. Penagihan sisa
pembayaran oleh penjual umumnya dilakukan dengan
mempergunakan sistem collection. Cara pembayaran dengan
mempergunakan sistem pembayaran advance payment mengandung
resiko yang harus dipertimbangkan, khususnya oleh importir yang
terlebih dahulu melakukan pembayaran. Bisa saja terjadi
wanprestasi dari penjual yang berakibat fatal bagi pembeli, misalnya
penjual tidak mengirimkan barang tepat waktu yang diperjanjikan,
atau penjual mengirimkan barang yang kualifikasinya dan mutunya
tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Oleh karena itu, kontrak
bisnis yang mendasari transaksi seperti ini harus diperkuat dengan
berbagai klausula yang dapat menjamin kepentingan pembeli,
misalnya klausula tentang ganti rugi atau sanksi. Perlu diperhatikan
bahwa cara pembayaran dengan advance payment umumnya dipilih
oleh para pihak dalam kontrak bisnis apabila antara para pihak
terdapat hubungan bisnis yang sudah berjalan baik. Dengan kata lain,
kontrak bisnis yang terjadi umumnya bukan hubungan bisnis yang
pertama bagi para pihak. Cara ini baru bermanfaat apabila para
pihak sudah saling mengenal satu sama lain dan sudah sering

~ 35 ~
melakukan transaksi atau bila pembeli telah mengenal sebelumnya
performance dari penjual.
2. Open Account
Cara ini merupakan kebalikan dari pembayaran cash. Dengan cara
open account, barang telah dikirim kepada importir tanpa disertai
surat perintah membayar serta dokumen-dokumen. Pembayaran
dilakukan setelah beberapa waktu atau terserah kebijakan importir.
Dengan cara itu, risiko sebagian besar ditanggung eksportir.
Misalnya, eksportir harus mempunyai banyak modal dan apabila
pembayaran akan dilakukan dengan mata uang asing maka risiko
perubahan kurs menjadi tanggungannya. Dengan metode ini maka
pembayaran dilakukan setelah barang diterima, atau kebalikan dari
sistem advance payment. Sistem pembayaran ini mengharuskan
penjual (eksportir) mengirim barang terlebih dahulu setelah kontrak
ditandatangani. Pembayaran dilakukan setelah pembeli menyetujui
barang-barang yang diterima. Pengiriman uang dilakukan melalui
bank. Cara pembayaran dengan open account merupakan kebalikan
dari advance payment. Jika pada advance payment pembeli yang
terebih dahulu melakukan pembayaran harga barang maka pada
open account penjual yang terlebih dahulu melakukan pengiriman
barang, baru setelah itu pembeli membayar harga melalui perintah
transfer bank ke rekening penjual. Dalam open account nama pemilik
barang yang tercantum dalam dokumen ekspor sudah atas nama
pembeli (importir). Dokumen yang diserahkan oleh eksportir kepada
importir dapat melalui bank. Namun demikian, penyerahan dokumen
tersebut kepada bank hanya sebatas sebagai kurir. Cara pembayaran
dengan open account akan sangat menguntungkan bagi pembeli,
karena melalui sistem ini pembeli terlebih dahulu melihat barang
yang dikirimkan oleh penjual. Pembeli dapat melihat dan memeriksa
terlebih dahulu spesifikasi barang yang diperjanjikan baru kemudian
melakukan pembayaran. Dengan demikian, pembeli memiliki waktu
untuk menyatakan penolakan atas barang yang telah dikirimkan oleh
penjual. Keuntungan lain adalah pembeli memiliki waktu yang cukup
longgar untuk menyediakan dana guna keperluan pembayaran. Di
sisi lain resiko dapat muncul di pihak penjual, misalnya barang telah

~ 36 ~
dikirimkan penjual ke pelabuhan tempat kedudukan pembeli, akan
tetapi pembeli tidak melakukan pembayaran atau melakukan
pembayaran tidak tepat waktu. Dengan sendirinya penjual akan rugi
karena telah menanamkan modal atas harga barang dan biaya-biaya
lain yang dikeluarkan untuk kepentingan ongkos pengangkutan dan
biaya asuransi. Sama seperti cara pembayaran advance payment
maka cara pembayaran dengan open account jarang dipergunakan
oleh pihak-pihak yang belum saling mengenal dengan baik reputasi
mitra kontraknya. Oleh karena cara ini sangat menguntungkan
pembeli maka pada umumnya cara pembayaran open account
banyak dilakukan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan.
Dengan cara pembayaran kemudian maka induk perusahaan
sebenarnya telah memberikan pembiayaan kepada anak perusahaan.
Keuntungan cara pembayaran seperti ini sama seperti pada
pembayaran dengan advance payment yaitu dapat mengurangi biaya
jasa perbankan.
4. Letter of Credit (L/C)
L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan
pembeli barang (importir) dimana bank tersebut yang menyetujui
dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir).
Dengan demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank
dan dapat menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait
dalam L/C adalah opener (importir), issuer (bank yang
mengeluarkan l/c), beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam
praktiknya ada satu pihak lagi yaitu confirming bank, yaitu bank di
negara eksportir. Pada saat ini lebih dari 50% pembayaran
internasional menggunakan L/C karena metode ini mempunyai
beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut. a. Adanya jaminan
pembayaran bagi eksportir/penjual b. Adanya jaminan penerimaan
barang bagi importir melalui perbankan yang akan menyerahkan
pembayaran sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan dlm L/C. c.
Adanya fasilitas kredit eksportir atau importir melalui perbankan. d.
Adanya fasilitas hedging. Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam L/C adalah: a. Sifat L/C, apakah revocable atau
irrevocable. b. Tanggal expired L/C. c. Tanggal pengapalan. d. Syarat-

~ 37 ~
syarat dalam L/C, misalnya apakah dapat dilakukan transhipment
atau partial shipment Pembayaran transaksi dengan
mempergunakan L/C merupakan cara pembayaran yang paling
umum dipergunakan dalam transaksi-transaksi bisnis, khususnya
transaksi jual beli barang (sales of good). Cara pembayaran dengan
mempergunakan L/C terlebih dahulu dicantumkan dalam sales
contract. Berdasarkan klausula cara pembayaran dengan L/C yang
tercantum dalam kontrak inilah selanjutnya pembeli (importir)
mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa di negaranya (opening
bank) untuk manfaat penjual. Opening bank selanjutnya akan
mengirim surat L/C kepada beneficiary melalui bank
korespondennya di negara penjual (eksportir). Bank
Koresponden/advising bank kemudian memberi tahu beneficiary
bahwa kepadanya telah dibuka L/C. Setelah menerima L/C tersebut
kemudian penjual (eksportir) mengirimkan barang kepada pembeli.
Dokumen-dokumen asli mengenai barang tersebut diserahkan
kepada advising bank dan duplikatnya dikirimkan kepada pembeli.
Setelah melakukan penelitian terhadap kelengkapan dokumen, maka
advsing bank akan melakukan pembayaran. Dokumen yang diterima
dan telah diperiksa oleh advising bank kemudian dikirim ke opening
bank (issuing bank) dan setelah itu issuing bank melakukan
pembayaran kepada advising bank. Pembuka kredit (importir)
membayar semua kewajiban kepada issuing bank setelah
dinotofikasi bahwa semua dokumen telah datang. Issuing akan
mengirim dokumen asli kepada pembuka kredit, sebagai dasar untuk
meminta barang dari pengangkut. Dengan mempergunakan L/C
pembayaran akan menjadi lebih mudah, aman dan terjamin
kelengkapan dokumen pengapalan, serta resiko dapat dialihkan
kepada bank yang terkait. Selain itu, bagi eksportir L/C juga dapat
dijadikan jaminan untuk memperoleh pinjaman.
4. Commercial Bills of Exchange
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft
atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual yang berisi
perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade

~ 38 ~
drafts. Jenis draft terdiri dari; clean draft dan documentary draft.
Commercial bills of exchange yang sering disebut juga wesel (draft)
atau trade bills, adalah surat yang ditulis oleh penjual yang berisi
perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang pada
waktu tertentu di masa datang. Surat perintah semacam itu sering
disebut wesel.
5. Collection
Collection merupakan cara pembayaran dengan mempergunakan
jasa bank untuk melakukan penagihan. Dalam collection, penjual
(eksportir) bertindak sebagai principal yang memberikan
kepercayaan kepada bank untuk melakukan penagihan kepada
importir (pembeli). Penagihan tersebut didasarkan pada dokumen-
dokumen. Bank yang menerima amanat untuk melakukan penagihan
(remitting bank) setelah menerima dokumen akan meneruskan
collection. Remitting bank setelah menerima dokumen collection
selanjutnya meneruskan dokumen tersebut ke collecting bank
dengan menggunakan collection instruction. Collection bank inilah
yang akan meneruskan dokumen kepada pihak yang harus
membayar (drawee). Dalam hal collection bank belum bisa langsung
meneruskan dokumen kepada kepada drawee maka collection bank
bisa meneruskan ke bank lain (presenting bank) yang
memungkinkan untuk berhubungan langsung dengan drawee.
Setelah drawee melakukan pembayaran atau melaksanakan amanat
kepada collection bank atau presenting bank maka collection bank
akan meneruskan kembali kepada remitting bank. Remitting bank
inilah yang akan melakukan pembayaran kepada principal. Untuk
menghindari kesalah pahaman mengenai tata cara pembayaran
transaksi dengan mempergunakan collection, International Chamber
of Commerce (ICC) menerbitkan Uniform Rules for Collection (URC),
yang terakhir direvisi pada tahun 1995 tercatat dengan nomor
publikasi 522 (URC 522). Berdasarkan URC 522 cara pembayaraan
dengan collection dapat terjadi dengan dua kondisi, yaitu: document
againt payment dan document againt acceptance. Dalam document
againt payment, penjual (eksportir) menahan dokumendokumen
pemilikan barang dan hanya menyerahkan dokumen ekspor setelah

~ 39 ~
adanya pembayaran dari pembeli (importir). Sedangkan dalam
document againt acceptance eksportir (penjual) akan menyerahkan
dokumen ekspor setelah pembeli (importir) telah melakukan
akseptasi.
2. Konsinyasi
Konsinyasi juga dikategorikan sebagai cara pembayaran transaksi.
Konsinyasi sebenarnya merupakan variasi lain dari cara pembayaran
dengan open account. Melalui konsinyasi penjual yang terlebih
dahulu mengirimkan barang. Perbedaanya dengan open account
adalah mengenai waktu pembeli mengirimkan barang. Kalau pada
open account pembeli mengirimkan harga pembelian setelah barang
dikirimkan atau pada waktu tertentu yang disepakti setelah barang
dikirimkan oleh penjual maka pada konsinyasi pembeli berkewajiban
mengrimkan harga pembayaran barang setelah pembeli berhasil
menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Cara pembayaran
seperti ini cenderung mengandung resiko yang sangat besar bagi
penjual. Kemungkinan terjadinya wanprestasi sangat besar dan
dalam keadaan tertentu sulit terpantau. Kemungkinan wanpretasi
antara lain: a. pembeli tidak membayar harga kepada penjual; atau b.
pembeli telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga,
akan tetapi pembeli menunda pembayaran kepada penjual dan
menyatakan barang tersebut belum lagi terjual. Dengan demikian,
pembeli mendapat keuntungan dari penundaan pembayaran
tersebut, atau; c. bila pembeli telah menjual barang tersebut kepada
pihak ketiga pada saat terjadinya kenaikan atas harga barang
tersebut, tetapi kemudian memberitahukan kepada penjual bahwa
barang tersebut dijual kepada pihak ketiga pada saat sebelum
terjadinya kenaikan harga. Oleh karena besarnya kemungkinan
resiko yang mungkin dialami oleh penjual, maka dalam kontrak-
kontrak yang mempergunakan cara pembayaran konsinyasi seperti
ini dilengkapi dengan klausula yang tegas tentang ganti rugi atau
sanksi dalam hal terjadinya wanprestasi. Pengenalan yang baik
tentang berbagai bentuk klausula ganti rugi akan sangat membantu
menghindari kerugian. Juga sangat penting diatur tentang
mekanisme pengawasan dalam kontrak-kontrak konsinyasi.

~ 40 ~
Mengingat resiko dalam kontrak konsinyasi maka umumnya
kontrakkontrak konsinyasi jarang dipergunakan, kecuali oleh pihak-
pihak yang telah lama saling mengenal baik, mengetahui reputasi
masing-masing, dan yang terpenting para pihak telah berulang kali
melakukan transaksi atau kerjasama bisnis lainnya. Meskipun
demikian, kontrak-kontrak yang mempergunakan cara konsinyasi
dalam pembayaran juga mempunyai berbagai keuntungan. Bagi
penjual (eksportir), akan memperoleh keuntungan berupa
kemudahan untuk memasarkan barangnya di luar negeri, karena
cara ini banyak diminati importir. Sementara itu, bagi importir,
sangat menguntungkan karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk
pembayaran harga barang terlebih dahulu.

D. Sistim Pembayaran Internasional Melalui Bitcoin
Pesatnya pertumbuhan perekonomian nasional telah
menghasilkan perubahan yang sangat signifikan terhadap kegiatan
finansial, investasi dan perdagangan. Salah satu perubahan
perekonomian yang signifikan terletak pada kegiatan finansial dengan
digunakannya Bitcoin. Bitcoin ini tidak hanya merupakan
perkembangan finansial nasional, namun perkembangan finansial
dunia. Kemunculan Bitcoin masih menjadi perdebatan terkait
legalitasnya sebagai alat pembayaran yang sah. Bitcoin adalah
jaringan konsensus yang memungkinkan sistem pembayaran baru dan
uang yang sepenuhnya berbentuk digital atau dapat juga diartikan
sebagai mata uang elektronik yang menggunakan sistem jaringan
pengguna ke pengguna (peer to peer) yang bersifat terbuka (open
source). Bitcoin juga memiliki satuan yang biasa disebut dalam kode
BTC, dan karena nilainya yang cukup tinggi saat ini (1 BTC sempat
bernilai hingga USD 1200) maka untuk memudahkan para pelaku
transaksi Bitcoin yang menyebut nilai Bitcoin dalam jumlah 0.000...
BTC (nol koma nol sekian Bitcoin).1 Bitcoin menawarkan cara
pembayaran lebih mudah tanpa memerlukan rekening bank, kartu
kredit atau perantara. Bitcoin adalah uang tunai yang disimpan dalam
komputer yang dapat digunakan untuk menggantikan uang tunai

~ 41 ~
dalam transaksi jual beli online. Berbeda dengan mata uang online
lainnya yang berhubungan dengan bank dan menggunakan sistem
payment seperti Paypal. Bitcoin secara langsung di distribusikan
antara pengguna tanpa diperlukan perantara. Konsep pembentukan
Bitcoin ini merupakan mata uang virtual hasil kriptografi (crypto-
currency) yang mana sangat dimungkinkan untuk terus berkembang di
masa mendatang. Dalam konsep crypto-currency ini, benar-benar
identik dengan syarat alat tukar sah, yakni unik, tidak mudah rusak,
dan disepakati bersama. Sehingga, Bitcoin ini dapat menjadi alat tukar
di masyarakat internasional. Namun, legalitas Bitcoin sebagai mata
uang virtual masih menjadi perdebatan di berbagai negara, tidak
terkecuali negara Indonesia. Tahun 2014 melalui siaran pers Bank
Indonesia menyatakan bahwa Bitcoin dan mata uang virtual lainnya
bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di
Indonesia. Pernyataan ini tidak secara eksplisit melarang penggunaan
Bitcoin. Hanya segala risiko terkait kepemilikan atau penggunaan
Bitcoin menjadi tanggungan sendiri karena tidak mendapat
perlindungan hukum dari negara.55
Bitcoin menggunakan teknologi peer-to-peer untuk beroperasi,
tanpa otoritas pusat atau bank sentral; pengelolaan transaksi dan
penerbitan bitcoin dilakukan secara kolektif oleh jaringan. Bitcoin
merupakan sumber-terbuka; rancangannya bersifat umum, tidak ada
seorang pun yang menjadi pemilik dan mengendalikan Bitcoin
dan semua orang dapat mengambil bagian. Dengan sifatnya yang unik,
Bitcoin memungkinkan cara-cara penggunaan yang tidak bisa dilakukan
oleh sistem pembayaran lain sebelumnya, yaitu transaksi peer-to-peer
instan, pembayaran global, dan biaya pemrosesan rendah.56
Ada banyak bisnis telah berkembang dan individu pengguna
Bitcoin. Termasuk bisnis riil di dunia nyata seperti restoran, apartemen,

55Dwikky Ananda Rinaldi, Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Online Dalam

Perdagangan Internasional, Jurnal Perspektif Hukum, Vol. 16 No. 1 Mei 2016,


hlm 123, melalui http://perspektif-hukum.hangtuah.ac.id/index.php/
perspektif/issue/view/1
56https://bitcoin.org/id/#maindesc-title, Diakses 26/11/2020.

~ 42 ~
firma hukum, dan juga layanan online terkenal seperti Namecheap,
Overstock.com, dan Reddit. Meski Bitcoin dianggap sebagai sebuah
fenomena baru, namun telah berkembang cukup pesat. Pada bulan Mei
2018, total nilai dari keseluruhan bitcoin yang beredar lebih dari USD
100 milyar, dengan transaksi di bursa-bursa bitcoin senilai jutaan dolar
setiap harinya.57

E. Evaluasi / Soal Latihan
Setelah mahasiswa mempelajari materi kuliah sebagaimana
diuraikan sebelumnya, diharapkan mahasiswa dapat menjawab/
menjelaskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Jelaskan mekanisme penerbitan L/C sebagai cara pembayaran
transaksi bisnis internasional?
2. Apa perbedaan sistim pembayaran internasional melalui L/C, Open
Account dan Commercial Bills of Exchange?
3. Jelaskan sistim pembayaran Bitcoin dalam transaksi bisnis
internasional?
4. Jelaskan, mengapa pemerintah Indonesia belum mengakui Bitcoin
sebagai alat pembayaran yang sah dalam transaksi bisnis di
Indonesia?



57https://bitcoin.org/id/faq#bagaimana-cara-kerja-bitcoin, Diakses
26/11/2020.

~ 43 ~






BAB 5
PENYELESAIAN SENGKETA TRANSAKSI BISNIS
INTERNASIONAL


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajarai bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan cara penyelesaian sengketa transaksi bisnis internasional.

B. Pendahuluan
Konflik umumnya berawal dari perbedaan pandangan atau
kepentingan yang terjadi antara para pihak, yang kemudian dipertajam
sehingga memunculkan konflik yang sebenarnya. Bisa perbedaan
pandangan (persepsi) tentang sesuatu hal, gengsi dan perbedaan
kepentingan yang tajam. Di dalam dunia bisnis, konflik berawal dari
adanya pertentangan kepentingan antara para pelaku bisnis, yang
mungkin diakibatkan karena penafsiran berbeda terhadap klausula
kontrak, wan prestasi, kondisi perekonomian yang berubah drastis,
adanya iktikad buruk dari salah satu pihak, atau adanya perubahan
peraturan terkait dengan obyek dari kontrak.58

58Candra Irawan, 2017, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Indonesia,

CV Mandar Maju, Bandung, hlm 2.

~ 44 ~
Sengketa yang terjadi wajib diselesaikan dengan cara-cara
yang patut dan sesuai ketentuan hukum transaksi bisnis
internasional.

C. Penyelesaian Sengketa Melalui Mekanisme WTO
Prosedur penyelesaian sengketa dagang dalam WTO diatur dalam
artikel XXII dan XXIII GATT 1994 dan Understanding on Rules and
Procedures Governing the Settlement of Disputes (DSU). (Article XXII dan
XXIII GATT 1994 dan Article 4 DCU). Tergugat dalam tempo 10 hari
(kecuali disepakati lain) harus menyampaikan jawaban atas permintaan
tersebut. Jika dalam 10 hari tidak ada jawaban atau tidak melakukan
konsultasi dalam jangka waktu 30 hari, pihak penggugat dapat meminta
DSB untuk dibentuk panel (Article 4.3 DSU).
Disamping prosedur resmi, Dirjen GATT/ WTO berdasarkan
kapasitas sebagai pejabat tinggi WTO dapat menawarkan perdamaian
kepada kedua belah pihak yang bersengketa. Panel dibentuk oleh DSB atas
dasar permintaan salah satu pihak yang bersengketa dan biasanya oleh
pihak penggugat. Tim panel berfungsi membantu DSB untuk
menganalisa, menilai dan membuat penafsiran terhadap persetujuan
GATT/WTO dan membuat rekomendasi dalam waktu 6 bulan dan dalam
waktu 60 hari DSB akan melakukan pengesahan laporan tersebut. Pihak
yang kalah dapat mengajukan banding (appeal) dan tiga orang hakim
akan ditetapkan untuk menangani kasus tersebut. Keputusan badan
banding ini dapat berisi penolakan atau merubah laporan panel dan
membuat laporan tersendiri atau mengukuhkan laporan panel. Apabila
panel dan banding menyimpulkan bahwa tindakan yang diambil oleh pihak
tergugat bertentangan dengan persetujuan (GATT/WTO), maka
rekomendasi panel dan banding akan meminta agar negara yang kalah
segera menyesuaikan (adjusment) kebijakan perdagangannya dengan
ketentuan-ketentuan WTO.
Laporan panel dan badan banding baru mempunyai kekuatan
hukum yang tetap (legally binding) setelah disahkan dalam sidang DSB.
Tujuan dari sistim penyelesaian sengketa WTO adalah agar semua
anggota WTO mematuhi komitmen yang telah ditandatangani dan
diratifikasinya. DSU-WTO mengatur bahwa apabila rekomendasi dan

~ 45 ~
keputusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (legally
binding) tidak dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan maka negara tergugat (negara yang kalah) akan diminta
untuk memberikan kompensasi (ganti rugi). Segera setelah DSB
mensahkan laporan panel atau banding, negara yang kalah harus
membuat laporan tentang pelaksanaan keputusan DSB tersebut dan bila
diperlukan dengan bantuan juri (arbitrator) sebagai pengawas. DSU juga
diatur mengenai cross retaliation apabila pihak yang kalah tidak
melaksanakan keputusan DSB yang telah mengesahkan keputusan
appellate body.59

D. Penyelesaian Sengketa Melalui Aribtrase
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, Pasal 1 ayat
(1), arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar
peradilan umum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak. berpendapat, arbitrase
merupakan suatu tindakan hukum di mana ada pihak yang menyerahkan
sengketa atau selisih pendapat antara dua orang atau lebih maupun dua
kelompok atau lebih kepada seseorang atau beberapa ahli yang
disepakati bersama dengan tujuan memper-oleh satu keputusan final
dan mengikat.60 Lembaga arbitrase terdiri dari arbitrase nasional dan
arbitrase internasional.
Lembaga arbitrase mengalami perkembangan yang pesat,
dengan didirikannya Lembaga arbitrase terkait dengan penyelesaian
sengketa perdagangan/bisnis yang terjadi diantara pelaku bisnis
internasional. Kemudian mulai dibentuklah beberapa lembaga atau
badan arbitrase yang bersifat internasional, diantaranya:
1. International Commercial Arbitration. In an increasingly
economically interdependent world, the importance of an improved
legal framework for the facilitation of international trade and
investment is widely acknowledged. The United Nations Commission

59
Depperin, Mengenal WTO, Melalui
<http://www.depperin.go.id/Ind/publikasi/ djkipi/ wto.htm>, (25/12/09)
60
Priyatna Abdurasyid, 2003, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa-
Suatu Pengantar, Jakarta, Fikahati Aneska, hlm. 76.

~ 46 ~
on International Trade Law (UNCITRAL), established by the United
Nations General Assembly by resolution 2205 (XXI) of 17 December
1966 (see annex I), plays an important role in developing that
framework in pursuance of its mandate to further the progressive
harmonization and modernization of the law of international trade
by preparing and promoting the use and adoption of legislative and
non-legislative instruments in a number of key areas of commercial
law. The United Nations Commission on International Trade Law is
the core legal body of the United Nations system in the field of
international trade law. A legal body with universal membership
specializing in commercial law reform worldwide for over 50 years,
UNCITRAL's business is the modernization and harmonization of
rules on international business. UNCITRAL supports the Sustainable
Development Goals. In the Addis Ababa Action Agenda, States
endorsed "the efforts and initiatives of the United Nations
Commission on International Trade Law, as the core legal body
within the United Nations system in the field of international trade
law, aimed at increasing coordination of and cooperation on legal
activities of international and regional organizations active in the
field of international trade law and at promoting the rule of law at
the national and international levels in this field.
2. The London Court of International Arbitration (LCIA). The LCIA is one
of the world’s leading international institutions for commercial
dispute resolution. The LCIA provides efficient, flexible and impartial
administration of arbitration and other ADR proceedings, regardless
of location, and under any system of law. The international nature of
the LCIA’s services is reflected in the fact that, typically, over 80% of
parties in pending LCIA cases are not of English nationality. The LCIA
has access to the most eminent and experienced arbitrators,
mediators and experts from many jurisdictions, and with the widest
range of expertise. The LCIA's dispute resolution services are
available to all contracting parties, without any membership
requirements. In order to ensure cost-effective services, the LCIA’s
administrative charges, and the fees charged by the tribunals it
appoints, are not based on sums in issue. A registration fee is payable

~ 47 ~
with the Request for Arbitration and, thereafter, hourly rates are
applied by the arbitrators and by the LCIA.61 On 5 April 1883, the
Court of Common Council of the City of London set up a committee to
draw up proposals for the establishment of a tribunal for the
arbitration of domestic and, in particular, of trans-national
commercial disputes arising within the ambit of the City. In 1884, the
committee submitted its plan for a tribunal that would be
administered by the City Corporation, with the co-operation of the
London Chamber of Commerce. However, though the plan had arisen
out of an identified and urgent need, it was to be put on ice pending
the passing of the Arbitration Act of 1889. In April 1891, the scheme
was finally adopted and the new tribunal was named “The City of
London Chamber of Arbitration”. It was to sit at the Guildhall in the
City, under the administrative charge of an arbitration committee
made up of members of the London Chamber and of the City
Corporation. The Chamber was formally inaugurated on 23
November 1892, in the presence of a large and distinguished
gathering, which included the then President of the Board of Trade.
Considerable interest was also shown both by the press and in legal
commercial circles. In April 1903, the tribunal was re-named the
"London Court of Arbitration" and, two years later, the Court moved
from the Guildhall to the nearby premises of the London Chamber of
Commerce. The Court's administrative structure remained largely
unchanged for the next seventy years. In 1975, the Institute of
Arbitrators (later the Chartered Institute) joined the other two
administering bodies and the earlier arbitration committee became
the "Joint Management Committee", reduced in size from the original
twenty four members to eighteen, six representatives from each of the
three organisations. The Director of the Institute of Arbitrators
became the Registrar of the London Court of Arbitration. In 1981, the
name of the Court was changed to “The London Court of International
Arbitration", to reflect the nature of its work, which was, by that time,
predominantly international. New and innovative rules were also

61https://www.lcia.org/LCIA/introduction.aspx, Diakses 27/11/2020.

~ 48 ~
adopted that year. In 1985, not far short of its centenary, new and
innovative rules were promulgated and the LCIA Arbitration Court
was established, marking the coming of age of the LCIA as an
international institution. In 1986, the LCIA became a private not-for-
profit company, limited by guarantee, and fully independent of the
three founding bodies. It then set about consolidating its position in
the international arena, under the guidance of Sir Michael Kerr, the
first President of the LCIA Court, and Bertie Vigrass, the first
Registrar of the independent LCIA.62
d. The International Court of Arbitration®, is the world’s leading
arbitral institution. Since 1923, we have been helping to resolve
difficulties in international commercial and business disputes to
support trade and investment. ICC is the institutional representative
of more than 45 million companies in over 100 countries. Our mission
is to make business work for everyone, every day, everywhere. ICC
perform an essential role by providing individuals, businesses and
governments alike with a variety of customisable services for every
stage of their dispute. Although we are called a court in name, we do
not make formal judgments on disputed matters. Instead, we exercise
judicial supervision of arbitration proceedings. Our responsibilities
include:
• confirming, appointing and replacing arbitrators, as well as
deciding on any challenges made against them
• monitoring the arbitral process to make certain that it is
performed properly and with the required speed and efficiency
necessary
• scrutinising and approving all arbitral awards to reinforce quality
and enforceability
• setting, managing and — if necessary — adjusting fees and
advances
• overseeing emergency proceedings before the start of the
arbitration

62https://www.lcia.org/LCIA/history.aspx, Diakses 27/11/2020.

~ 49 ~
Our purpose is to ensure proper application of the ICC Rules, as well
as assist parties and arbitrators in overcoming procedural obstacles.
These efforts are supported by the Court’s Secretariat, which is made
up of more than 80 lawyers and support personnel. English and
French are the Court’s official working languages. However, we can
administer cases in any language and communicate in all major
languages, including Arabic, Chinese, German, Italian, Portuguese,
Russian and Spanish. ICC continuously seek to improve efficiency,
control time and costs and aid enforcement and confidentiality by
introducing innovative new arbitration tools and procedures. This
ongoing focus makes certain that we are always in touch with the
concerns and interests of trading partners throughout the world.63
3. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI Arbitration Center)
adalah lembaga independen yang memberikan jasa beragam yang
berhubungan dengan arbitrase, mediasi dan bentuk-bentuk lain
dari penyelesaian sengketa di luar pengadilan. BANI didirikan pada
tahun 1977 oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)
melalui SK No. SKEP/152/DPH/1977 tanggal 30 November 1977
dan dikelola serta diawasi oleh Dewan Pengurus dan Dewan
Penasehat yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan sektor
bisnis. BANI berkedudukan di Jakarta dan memiliki perwakilan di
beberapa kota besar di Indonesia, yaitu Surabaya, Bandung, Medan,
Denpasar, Palembang, Pontianak dan Jambi. Dalam memberikan
dukungan kelembagaan yang diperlukan untuk bertindak secara
otonomi dan independen dalam penegakan hukum dan keadilan,
BANI telah mengembangkan aturan dan tata cara sendiri, termasuk
batasan waktu di mana Majelis Arbitrase harus memberikan
putusan. Aturan ini dipergunakan dalam arbitrase domestik dan
internasional yang dilaksanakan di Indonesia. Pada saat ini BANI
memiliki lebih dari 100 arbiter yang berlatarbelakang dari berbagai
profesi baik berkebangsaan Indonesia maupun asing. Di Indonesia
minat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase mulai
meningkat sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 30

63https://iccwbo.org/dispute-resolution-services/icc-international-court-

arbitration/, Diakses 27/11/2020.

~ 50 ~
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (UU Arbitrase). Perkembangan ini sejalan dengan arah
globalisasi, di mana penyelesaian sengketa di luar pengadilan telah
menjadi pilihan pelaku bisnis untuk menyelesaikan sengketa bisnis
mereka. Selain karakteristik cepat, efisien dan tuntas, arbitrase
menganut prinsip win-win solution, dan tidak bertele-tele karena
tidak ada lembaga banding dan kasasi. Biaya arbitrase juga lebih
terukur, karena prosesnya lebih cepat. Keunggulan lain arbitrase
adalah putusannya yang serta-merta (final) dan mengikat
(binding), selain sifatnya yang rahasia (confidential), di mana
proses persidangan dan putusan arbitrase tidak
dipublikasikan. Berdasarkan asas timbal balik putusan-putusan
arbitrase asing yang melibatkan perusahaan asing dapat
dilaksanakan di Indonesia, demikian pula putusan arbitrase
Indonesia yang melibatkan perusahaan asing akan dapat
dilaksanakan di luar negeri.64
4. ICSID is the world’s leading institution devoted to international
investment dispute settlement. It has extensive experience in this field,
having administered the majority of all international investment
cases. States have agreed on ICSID as a forum for investor-State
dispute settlement in most international investment treaties and in
numerous investment laws and contracts. ICSID was established in
1966 by the Convention on the Settlement of Investment Disputes
between States and Nationals of Other States (the ICSID
Convention). The ICSID Convention is a multilateral treaty formulated
by the Executive Directors of the World Bank to further the Bank’s
objective of promoting international investment. ICSID is an
independent, depoliticized and effective dispute-settlement
institution. Its availability to investors and States helps to promote
international investment by providing confidence in the dispute
resolution process. It is also available for state-state disputes under
investment treaties and free trade agreements, and as an
administrative registry. ICSID provides for settlement of disputes by

64https://www.baniarbitration.org/ina/about.php, Diakses 27/11/2020.

~ 51 ~
conciliation, arbitration or fact-finding. The ICSID process is designed
to take account of the special characteristics of international
investment disputes and the parties involved, maintaining a careful
balance between the interests of investors and host States. Each case
is considered by an independent Conciliation Commission or Arbitral
Tribunal, after hearing evidence and legal arguments from the
parties. A dedicated ICSID case team is assigned to each case and
provides expert assistance throughout the process. More than 700
such cases have been administered by ICSID to date. ICSID also
promotes greater awareness of international law on foreign
investment and the ICSID process. It has an extensive program of
publications, including the leading ICSID Review-Foreign Investment
Law Journal and it regularly publishes information about its activities
and cases. ICSID staff organize events, give numerous presentations
and participate in conferences on international investment dispute
settlement worldwide.65
5. Singapore Arbitration Court (SIAC). Established in 1991 as an
independent, not-for-profit organisation, SIAC has a proven track
record in providing neutral arbitration services to the global business
community. SIAC arbitration awards have been enforced by the
courts of Australia, China, Hong Kong SAR, India, Indonesia, Jordan,
Thailand, UK, USA, and Vietnam, amongst other New York Convention
signatories. SIAC’s case management services are supervised by
the Court of Arbitration comprising eminent arbitration practitioners
from around the world, including Australia, Belgium, China, France,
India, Japan, Korea, Singapore, UK and USA. SIAC’s Board of
Directors consists of well-respected lawyers and corporate leaders
from China, Hong Kong SAR, India, and Singapore. The Board is
responsible for overseeing SIAC’s operations, business strategy and
development, as well as corporate governance matters. The Centre
has an experienced international panel of over 400 expert
arbitrators from over 40 jurisdictions. SIAC’s
multinational Secretariat comprises experienced lawyers qualified in

65https://icsid.worldbank.org/About/ICSID, Diakses 27/11/2020.

~ 52 ~
Canada, China, India, Indonesia, the Philippines, Singapore, England
& Wales and USA. 80% of SIAC’s caseload is international in nature.
42% of the new cases filed in 2016 did not involve Singaporean
parties. The SIAC Rules are efficient, cost-effective and flexible, and
incorporate features from civil and common law legal systems. The
SIAC Rules provide a state-of-the-art procedural framework for
efficient, expert and enforceable resolution of international disputes
of all sizes and complexities involving parties from diverse legal
systems and cultures. We appoint arbitrators where the parties are
unable to agree under the SIAC Rules, UNCITRAL Rules and ad
hoccases. Appointments are made on the basis of our specialist
knowledge of the arbitrator’s expertise, attributes and track record.
Click here to view our panel of arbitrators. There are strict standards
of admission for the SIAC Panel of Arbitrators, thus minimising the
risk of challenges and delay. Our full time staff manage all the
financial aspects of the arbitration, including:
Regular rendering of accounts, Collecting deposits towards the costs
of the arbitration, Processing the tribunals’ fees and expenses. Our
transparent financial management of the case according to published
guidelines allows legal representatives to provide their clients with
accurate cost projections, timelines and costs for each stage of the
arbitration process. We supervise and monitor the progress of the
case. We conduct scrutiny of the arbitral award, thus enforcement
problems are less likely. SIAC‘s administration fees are competitive in
comparison with all the major international arbitral institutions.66

E. Evaluasi / Soal Latihan
Setelah mahasiswa mempelajari materi kuliah sebagaimana
diuraikan sebelumnya, diharapkan mahasiswa dapat menjawab/
menjelaskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa transaksi bisnis
internasional melalui WTO?

66
https://www.siac.org.sg/2014-11-03-13-33-43/why-siac, Diakses 27/11/2020

~ 53 ~
2. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa transaksi bisnis
internasional melalui arbitrase?

~ 54 ~
DAFTAR PUSTAKA


Buku:
BPPS, 2019, Statistik E-Commerce 2019, Badan Pusat Statistik.
Bryan A. Garner (editor in chief), 2004, Black’s Law Dictionary 8th
edition.
Candra Irawan, 2017, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa Di
Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung.
Huala Adolf, 200, Hukum Perdagangan Internasional, PT Rajagrapindo
Persada, Jakarta.
Huala Adolf, 2004, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Rajawali Pers,
Jakarta.
Huala Adolf, 2008, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, PT Refika
Aditama, Bandung.
I Wayan Parthiana, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju,
Bandung.
JJ. Bruggink, 1999, Refleksi Tentang Hukum (Alih Bahasa Arief Sidharta),
Citra Aditya Bhakti, Bandung.
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum
Internasional, PT. Alumni, Bandung.
Pandji Anoraga, 2011, Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis Dalam Era
Globalisasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Priyatna Abdurasyid, 2003, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa-Suatu Pengantar, Jakarta, Fikahati Aneska.
Ray August, Don Mayer and Michael Bixny, 2009, International Business
Law: Text, Cases, and Practice, Pearson Education International,
London.
Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung.
Sutrisno Iwantoro, 2006, Kiat Sukses Berwirausaha, Grasindo, Jakarta,
2006.
Taryana Soenandar, 2006, Prinsip-Prinsip UNIDROIT Sebagai Sumber
Hukum Kontrakdan Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional,
Sinar Gafika, Jakarta.
Titon Slamet Kurnia, 2009, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, P.T
Alumni, Bandung..

Peraturan:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007
Tentang Waralaba.

~ 55 ~
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
Tentang Kepabeanan.

Internet:
https://internasional.kontan.co.id/news/breadtalk-shinmei-bentuk-
joint-venture, Diakses 25/11/2020.
DEPPERIN, Mengenal WTO, http://www.depperin.go.id/
Ind/publikasi/djkipi/ wto.htm, Diakses 25/12/09.
http://djpen.kemendag.go.id, Diakses 23/11/2020.
Dwikky Ananda Rinaldi, Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Online Dalam
Perdagangan Internasional, Jurnal Perspektif Hukum, Vol. 16
No. 1 Mei 2016, melalui http://perspektif-
hukum.hangtuah.ac.id/index.php/ perspektif/issue/view/1
http://eksimp.com/wp-content/uploads/2017/08/impor.png, Diakses
34/11/2020.
http://tdabandung.com/memahami-seluk-beluk-makloon.html, Diakses
25/11/2020.
http://www.depperin.go.id/Ind/publikasi/ djkipi/ wto.htm>,
(25/12/09)
https://bisnis.tempo.co/read/1274672/bank-indonesia-transaksi-e-
commerce-per-bulan-capai-rp-13-t, diakses 05/10/2020.
https://bitcoin.org/id/#maindesc-title, Diakses 26/11/2020.
https://bitcoin.org/id/faq#bagaimana-cara-kerja-bitcoin, Diakses
26/11/2020.
https://iccwbo.org/dispute-resolution-services/icc-international-court-
arbitration/, Diakses 27/11/2020.
https://icsid.worldbank.org/About/ICSID, Diakses 27/11/2020.
https://m.merdeka.com/freeport-mcmoran/profil/ Diakses
08/10/2020.
https://m.merdeka.com/samsung/profil/Diakses 08/10/2020, https://
www.samsung.com/id/aboutsamsung/company/history/Diak
ses 08/10/2020.
https://ptfi.co.id/index.php/id/overview, Diakses 08/10/2020.
https://www.acer-group.com/ag/en/TW/content/home, diakses
07/10/2020.
https://www.adidas.co.id/blog/sejarah-adidas/, Diakses 08/10/2020.

~ 56 ~
https://www.baniarbitration.org/ina/about.php, Diakses 27/11/2020.
https://www.lcia.org/LCIA/history.aspx, Diakses 27/11/2020.
https://www.lcia.org/LCIA/introduction.aspx, Diakses 27/11/2020.
https://www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/136476-T 28306-Analisis
struktur-full text.pdf, Diakses 25/11/2020.
https://www.siac.org.sg/2014-11-03-13-33-43/why-siac, Diakses
27/11/2020
https://market.bisnis.com/read/20171031/192/704842/kino-
indonesia-kino-bentuk-2-joint-venture, Diakses 25/11/2020.
Mahyus Ekananda, Tanpa Tahun, Modul 1 Sistem Pembayaran dan
Neraca Pembayaran Internasional, melalui
http://repository.ut.ac.id/3979/1/ESPA4420-M1.pdf
https://www.beacukai.go.id, Diakses 24/11/2020.
Rabiul Islam, A. Fakhrorazi, H. Hartini, Md. Abu Raihan, Globalization
And Its Impact On International Business, Humanities & Social
Sciences Reviews eISSN: 2395-6518, Vol 7, No 1, 2019, pp 256-
265 https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7130.
WTO, Understanding the WTO, http://www.wto.org/english/thewto_e
/minist_e/min03_e/brief_e/brief13_e.htm, Diakses 25/12/09.

~ 57 ~
GLOSARIUM


ICC : The International Court of Arbitration
ICSID : Investment Disputes between States and Nationals of
Other States
AFI : Asosiasi Franchise Indonesia
LC : Letter of Credit
JV : Join Venture
LCIA : The London Court of International Arbitration

SIAC : Singapore Arbitration Court
DSU : Understanding on Rules and Procedures Governing the
Settlement of Disputes

BANI : Badan Arbitrase Nasional Indonesia
UNCITRAL : The United Nations Commission on International
Trade Law
MNC : Multinational Corporation
WTO : World Trade Organization














~ 58 ~

INDEKS

A H
arbiter · 8, 50 hakim · 6, 7, 8, 18, 45
arbitrase · 15, 46, 50, 54 hukum · 13
Asas Hukum · 13 Hukum · iii, iv, v, 1, 3, 6, 7, 8, 11, 13, 14,
15, 16, 19, 42, 44, 55, 56

B
I
bank · 2, 34, 36, 37, 39, 41, 42, 56
barang · 1, 2, 3, 8, 21, 22, 23, 24, 25, 29, ilmu pengetahuan · iii, 1, 2, 3
34, 36, 37, 39, 40 Importir · 21
bisnis · iii, iv, 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, individu · 2, 8, 11, 42
14, 15, 16, 20, 21, 27, 28, 29, 30, 31, Individu · 11
32, 33, 34, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, Indonesia · 2, 4, 7, 11, 21, 22, 23, 25, 26,
50, 54, 56, 57 27, 28, 29, 30, 42, 43, 44, 50, 52, 55,
Bitcoin · vi, 41, 42, 43, 56 56, 58
Industri · 23, 50
internasional · iii, iv, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
C 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 23,
28, 32, 33, 34, 37, 42, 43, 44, 45, 46,
commercial · 2, 14, 47, 49 50, 54, 56
contracts · 14, 51 investasi · 2, 8, 27, 41
Court · 3, 4, 47, 49, 50, 52, 58

J
D
jasa · 1, 2, 3, 29, 30, 37, 39, 50
daring, · 2 Joint venture · 26
Doktrin · 6, 7 jual beli · 28, 38, 42
Dokumen · 36, 38

K
E
kaedah · 13
e-commerce · 2, 56 komersial · 2
ekspor · 9, 21, 22, 23, 24, 25, 34, 36, 39 komputer · 41
Eksportir · 21 konflik · 44
konsinyasi. · 40
kontrak · 3, 4, 6, 7, 11, 14, 27, 28, 29, 31,
33, 34, 36, 38, 40, 44

~ 59 ~
Kontrak · v, 7, 16, 30, 31, 32, 55 perjanjian · 3, 4, 5, 8, 17, 23, 27, 29, 46
konvensi · iii, iv, 3, 5 perusahaan transnasional · 8
Perusahaan Transnasional · 9
Prinsip · v, 6, 14, 15, 16, 17, 19, 55
L Produk · 23, 24
prosedur · 17, 18, 45
lex mercatoria · 6 putusan · 6, 50
Lisensi · v, 29

R
M
resiko · 33, 35, 36, 38, 40
mahasiswa · iii, iv, 11, 13, 20, 21, 32, 33,
43, 44, 53
manajemen · 30, 31, 32 S
manufacturing · 30
masyarakat · iii, iv, 3, 4, 42, 50 Satjipto Rahardjo · 13, 55
mediasi · 15, 50 sengketa · iii, iv, 3, 6, 7, 8, 15, 17, 29, 33,
modal · 2, 3, 8, 9, 36 44, 45, 46, 50, 54
sistem ekonomi · 19
subyek hukum · 1, 5, 8, 11, 12
N sumber hukum · iv, 1, 3, 4, 6, 7, 11

nasional · 1, 2, 7, 14, 28, 29, 41, 46


negara · iii, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 14, T
15, 17, 18, 19, 21, 22, 25, 28, 29, 34,
37, 42, 45, 46 teknologi · 1, 2, 3, 8, 10, 27, 42
Negara · 4, 8, 17, 22 transaksi · iii, iv, 1, 2, 3, 7, 9, 11, 12, 13,
15, 20, 21, 28, 32, 33, 34, 35, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 44, 45, 54, 56
O
organisasi · 4, 5, 8, 9 U
uang · 33, 34, 36, 38, 41
P
pelaku usaha · 21, 26 V
pembayaran · iv, 1, 2, 3, 21, 33, 34, 36,
37, 39, 40, 41, 42, 43 virtual · 9, 42
pembeli · 28, 29, 30, 34, 36, 37, 38, 39,
40
pengadilan · 6, 15, 50 W
pengakuan · 6, 12, 14, 15, 23
penjual · 28, 29, 30, 34, 36, 37, 38, 39, 40 WTO · iii, vi, 8, 9, 16, 17, 19, 45, 46, 54,
perdagangan · iii, 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 15, 56, 57, 58
28, 29, 34, 41, 46
perekonomian · iii, 41, 44

~ 60 ~
BIOGRAFI PENULIS
Dr. Candra Irawan, SH., M.Hum
NIP. 197310151997021001

Penulis lahir pada 15 Oktober 1973 di Kayuara Kota Lubuk Linggau


Propinsi Sumatera Selatan. Anak pertama dari enam bersaudara dari
pasangan suami istri Ibnur A. Majid dan Subaiyana Ajisali. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Lubuk Durian tahun 1985,
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Lubuk Linggau tahun 1988,
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri I Lubuk Linggau tahun 1991,
Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Bengkulu tahun 1996,
Magister Ilmu Hukum di Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang tahun 2001, dan Doktor Ilmu Hukum di Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2010. Penulis
menjadi dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Bengkulu tahun
1997, menekuni kajian Hukum Ekonomi, Hukum Kekayaan Intelektual
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR). Penulis merupakan Dosen
tetap pada Fakultas Hukum Universitas Bengkulu dan Program
Pascasarjana Magister Ilmu Hukum dan Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Bengkulu. Beberapa buku yang sudah diterbitkan
sebelumnya, adalah: Dasar- dasar Pemikiran Hukum Ekonomi
Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung, 2013, Politik Hukum Hak
Kekayaan Intelektual Indonesia Kritik Terhadap WTO/TRIPs Agreement
dan Upaya Membangun Hukum Kekayaan Intelektual Demi Kepentingan
Nasional, CV Mandar Maju, Bandung (2011), Aspek Hukum dan
Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (ADR) Di
Indonesia, CV. Mandar Maju Bandung (2010), Aspek Hukum Hak Cipta,
Paten dan Merek di Indonesia, UNIB Press Bengkulu (2003), dan Hukum
Pemberdayaan Usaha Kecil, UNIB Press, Bengkulu (2003). Komunikasi
dengan Penulis dapat melalui email: candrawan73@gmail.com.


~ 61 ~


Rahma Fitri, SH.,M.H
NIP. 198406112010122003
Lahir di Bengkulu, 11 Juni 1984. Menjadi dosen tetap pada Fakultas
Hukum Universitas Bengkulu sejak tahun 2010. Saat ini memiliki
jabatan fungsional Lektor. Mata Kuliah yang diampu, antara lain:
Hukum Perdata, Hukum Ekonomi, Hak Kekayaan Intelektual,
Kewirausahaan, dan Hukum Dagang. Pendidikan S1 Ilmu Hukum
ditempuh di Fakultas Hukum Universitas Bengkulu tahun 2006, S2
Magister Hukum diselesaikan pada Program Pasca Sarjana Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Bengkulu tahun 2010. Penulis
telah banyak melaksanakan penelitian sejak tahun 2013 sampai
dengan saat ini. Penelitian yang pernah dilaksanakan antara lain:
Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Mikro Dalam Pendaftaran Merek
Sebagai Upaya Pengembangan Industri Perikanan Di Kota Bengkulu,
2013, Perlindungan Indikasi Geografis Terhadap Makanan Khas
Bengkulu, 2014, Tinjauan Yuridis Kepemilikan Hak Atas Tanah
Dalam Pelaksanaan Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas (PLPBK) Di Kelurahan Sumur Meleleh Kota Bengkulu,
2016, Eksplorasi Pengetahuan Obat Tradisional Dalam Perspektif
Hukum Kekayaan Intelektual Di Bengkulu, 2017, Perlindungan
Kekayaan Intelektual Terhadap Pengetahuan Tradisional Sebagai
Salah Satu Kearifan Lokal Di Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu
Utara, 2019. Pengalaman melaksanakan pengabdian pada masyarakat,
antara lain: Peningkatan Budaya Hukum Pendaftaran Hak Cipta Bagi
Pengrajin Batik Besurek Di Kota Bengkulu Sebagai Upaya
Peningkatan UMKM, 2013, Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) Pengrajin
Batik Besurek Bengkulu, 2013, Peningkatan Pengetahuan Hak
Kekayaan Intelektual Tentang Pendaftaran Merek Bagi Kelompok
UMKM Di Kota Bengkulu, 2014, Peningkatan Kesadaran Hukum
Bagi Masyarakat Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual Di
Kelurahan Malabero Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, 2018.

~ 62 ~
Penulis juga aktif sebagai pembicara dalam seminar baik lokal
maupun nasional, antara lain: Seminar Nasional dan Konferensi
APHKI, 2016, Konferensi Nasional APHK, 2018, Intensive Academic
Discussion, Thaksin University, 2018, dan Konferensi Nasional VI
APHK, 2019. Penulis dapat dihubungi melalui email:
r.fitri@unib.ac.id.

~ 63 ~

Anda mungkin juga menyukai