Puji Syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan Rahmat dan karuniah-Nya kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini adalah tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam oleh Bapak Mansur S.Pd.I, M.Ag dosen di Universitas
Dianusantara. Tempat dimana penulis melanjutkan jenjang pendidikan. Oleh karena itu tugas
ini sangat bermutu sebagai pemula seperti penulis untuk mengetahui dan memahami sistem
Beragama yang ada di Negara ini.
Dengan demikian makalah ini penulis buat, tentunya dengan besar harapan dapat
bermanfaat bagi sifitas akademika khusnya terhadap saudara/i seperjuangan di UNDIRA.
Namun tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis, tentunya untuk
kepentingan proses peningkatan cakrawala berfikir kita bersama dalam memahami hakekat
Agama itu sendiri. Terimakasih.
Penulis
Riduan Sahril
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk
diajarkan di sekolah umum ataupun di sekolah Islam, karena untuk mengajarkan Islam
kepada generasi umat Islam maka diperlukan proses pendidikan. Fungsi dari proses
pendidikan adalah untuk mempromosikan atau memfasilitasi perubahan yang diinginkan
dalam perilaku. Maka Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia, baik yang berbentuk
jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi
dengan Allah dan alam semesta. Proses pendidikan Agama Islam itu haruslah memberikan
pemahaman kepada pemeluknya tentang ajaran Islam yang sebenarnya yaitu ajaran Islam
yang sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pendidikan Islam
merupakan upaya manusia untuk melahirkan generasi yang lebih baik generasi yang selalu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dalam al Qur’an, Allah meminta
kita agar tidak mewariskan generasi yang lemah.
B. Rumusan Soal
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang
diperoleh setelah penelitian selesai.
BAB II
JAWABAN
Fondasi ini berupa sikap dan perilakunya yang membuat warga Madinah kagum dan
hormat padanya. Bahkan, rasa hormat ini juga datang dari warga non-Muslim, salah
satunya dari warga Yahudi. Muhammad tampil sebagai pemimpin yang
memperhatikan rakyatnya. Sebagai pemimpin, ia menunjukkan tanggung jawab agar
rakyatnya tidak mengalami kesulitan dalam ekonomi. Ketika berada di Madinah, yang
menjadi prioritas utama Muhammad adalah menumbuhkan rasa cinta kasih di
kalangan penduduk Madinah. “Ia telah sukses menciptakan jalinan sosial yang
harmonis antara suku Aus dan suku Kazraj hingga di antara mereka seperti tak pernah
terjadi pertumpahan darah dan kekerasan,” tulisnya.Kewajiban utama yang harus
dilakukannya ketika menginjak Madinah adalah mengintegrasikan semua warga yang
tinggal di situ sebagai orang yang butuh perlindungan dan dukungan.
E. Bukti Islam Masuk ke-Nusantara
Sejarah masuknya Islam dapat diketahui dari berita yang ditulis para penjelajah dan
berbagai peninggalan bernafaskan kebudayaan Islam yang tersebar di Nusantara.
Islam di Indonesia bisa berkembang begitu pesat melalui rangkaian sejarah yang
panjang. Tidak ada kejelasan pasti kapan dan dari mana Islam masuk ke Indonesia.
Namun para sejarawan mengemukakan empat teori yang mencoba menjelaskan
Islamisasi di Indonesia. Masing-masing teori ini memiliki argumentasi yang berbeda.
Meski demikian, keempatnya dapat memperkaya khazanah pengetahuan tentang
sejarah bangsa.
- Teori Gujarat
Teori ini dipopulerkan oleh peneliti Belanda Snouck Hurgronje. Ia menyatakan
bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi melalui
para pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Menurutnya banyak penduduk di
kota pelabuhan India yang beragama Islam dan tinggal di sana sebagai pedagang
perantara antara Timur Tengah dengan nusantara. Mereka inilah yang datang ke
Melayu untuk menyebarkan Islam. Ilmuwan lainnya yakni Pijnappel juga
menyampaikan bahwa Islam di nusantara disebarkan melalui jalur perdagangan
dari Gujarat. Alasannya adalah karena wilayah India dan nusantara seringkali
disebut dalam sejarah nusantara klasik. Ini mengindikasikan hubungan yang dekat
antara dua bangsa tersebut. Bukti lainnya adalah ditemukannya batu nisan Raja
Malik al Saleh bertuliskan angka tahun 686H/1297 M yang memiliki kemiripan
dengan bentuk batu nisan di Gujarat.
- Teori Mekah
Teori ini mengemukakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia langsung dari
Mekah sebagai pusat agama Islam, tidak melalui perantara bangsa lain. Sejarawan
Prof. Hamka berargumen bahwa Islam telah datang ke Indonesia sejak abad ke 7-
8 Masehi.
Lalu berdasarkan berita China dari I Tsing, pada tahun 675 Masehi orang-orang
Arab sudah mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatera. Mereka adalah
pedagang yang telah lama menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan
Sriwijaya. Bukti lainnya adalah makam Fatimah binti Maimun di Leran, Jawa
Timur. Makam tersebut ditulis menggunakan ukiran kaligrafi arab bergaya kufi.
- Teori Persia
Teori ini dikemukakan oleh Hoesein Djajaningrat. Pada teori tersebut Islam
diperkirakan masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dari Persia. Alsannya adalah
terdapat beberapa aspek kebudayaan yang serupa dengan bangsa Persia.
Kebudayaan tersebut di antaranya adalah:
- Teori china
enurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia dari penyebaran kaum muslim China.
Menurut sejumlah sumber lokal, Raden Fatah merupakan keturunan China.
Ibunya disebutkan berasal dari Campa, China bagian selatan. Berdasarkan
Sejarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta
leluhurnya ditulis menggunakan istilah China seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”,
“Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-Cu”.
F. Hak dan kewajiban antara pekerja dan majikan
Iman bisa bertambah dan berkurang, memang seperti itulah hakikatnya. Permasalahan
iman merupakan permasalahan terpenting seorang muslim, sebab iman menentukan
nasib seorang didunia dan akherat. Bahkan kebaikan dunia dan akherat bersandar
kepada iman yang benar.Dengan iman seseorang akan mendapatkan kehidupan yang
baik di dunia dan akherat serta keselamatan dari segala keburukan dan adzab Allah.
Dengan iman seseorang akan mendapatkan pahala besar yang menjadi sebab masuk
ke dalam surga dan selamat dari neraka.Lebih dari itu semua, mendapatkan keridhoan
Allah Yang Maha kuasa sehingga Dia tidak akan murka kepadanya dan dapat
merasakan kelezatan melihat wajah Allah di akherat nanti. Dengan demikian
permasalahan ini seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari kita semua. Mereka
inilah inti dan pilihan dari yang ada dan mereka adalah orang yang berhak
mendapatkan martabat tinggi. Namun kebanyakan manusia keliru dalam (memahami)
hakekat ilmu dan iman ini, sehingga setiap kelompok menganggap ilmu dan iman
yang dimilikinyalah satu-satunya yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan,
padahal tidak demikian. Kebanyakan mereka tidak memiliki iman yang
menyelamatkan dan ilmu yang mengangkat (kepada ketinggian derajat), bahkan
mereka telah menutup untuk diri mereka sendiri jalan ilmu dan iman yang diajarkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadi dakwah beliau kepada
umat. Sedangkan yang berada di atas iman dan ilmu (yang benar) adalah
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya setelah beliau serta orang-
orang yang mengikuti mereka di atas manhaj dan petunjuk mereka….”.[1] Demikian
bila kita melihat kepada pemahaman kaum muslimin saja tentang iman didapatkan
banyak kekeliruan dan penyimpangan. Sebagai contoh banyak dikalangan kaum
muslimin ketika berbuat dosa masih mengatakan, “Yang penting kan hatinya”. Ini
semua tentunya membutuhkan pelurusan dan pencerahan bagaimana sesungguhnya
konsep iman yang benar tersebut.
H. Kesempurnaan Akhlak Nabi Muhamad
Al-Quran menetapkan bahwa akhlak itu tidak terlepas dari aqidah dan syariah,
ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat
dari surat al-Baqarah (2): 177, yang berarti: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-
minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa iman kepada Allah Swt. adalah
merupakan dasar dari kebajikan. Kenyataan ini tidak akan pernah terbukti, kecuali
jika iman tersebut telah meresap di dalam jiwa dan ke seluruh pembuluh nadi yang
disertai dengan sikap khusyuʾ, tenang, taat, patuh, dan hatinya tidak akan meledak-
ledak lantaran mendapatkan kenikmatan, dan tidak putus asa ketika ditimpa musibah.
Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt. hanya mau tunduk dan taat
kepada Allah Swt. dan syariat-syariat-Nya.
Selanjutnya iman kepada hari akhir mengingatkan manusia bahwa ternyata terdapat
alam lain yang gaib, kelak di akhirat yang akan dihuni. Oleh sebab itu, hendaklah
usahanya itu jangan hanya dipusatkan untuk memenuhi kepentingan jasmani atau cita-
cita meraih kelezatan duniawi saja atau memuaskan hawa nafsu. Demikian juga iman
kepada para Malaikat adalah titik tolak iman kepada wahyu, kenabian, dan hari akhir.
Siapapun yang menolak keimanan terhadap Malaikat, berarti mengingkari seluruhnya.
Hal ini disebabkan di antara para Malaikat itu ada yang bertugas sebagai penyampai
wahyu kepada para Nabi. Sedangkan iman kepada kitab-kitab samawi yang dibawa
oleh para Nabi mendorong seseorang untuk mengamalkan kandungan kitab yang
berupa perintah maupun larangan. Sebab orang yang yakin bahwa sesuatu itu benar,
maka hatinya akan terdorong untuk mengamalkannya. Dan jika ia yakin bahwa
sesuatu itu akan membahayakan dirinya, tentu akan menjauhinya dan tidak
mengamalkannya. Sedangkan Iman kepada para nabi, akan mendorong untuk
mengikuti ajarannya.
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang seimbang berupaya merealisasikan
keseimbangan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi. Pendidikan Islam bukan
pendidikan duniawi saja, individual saja, atau sosial saja, juga tidak mengutamakan
aspek spiritual atau aspek materiil. Keseimbangan antara semua itu merupakan
karakteristik terpenting pendidikan Islam. Begitupun juga pendidikan Islam
merupakan pendidikan tingkah laku praktis, tidak cukup dengan kata-kata, tetapi
memerhatikan aspek perbuatan. Rukun Islam yang kelima, misalnya menuntut
tingkah laku verbal dan praktis secara simultan. Kesempurnaan manusia muslim
antara lain terletak pada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://republika.co.id/berita/q9jxaa320/fondasi-yang-dipakai-rasulullah-
bangun-peradaban-madinah
2. https://kumparan.com/berita-hari-ini/empat-teori-sejarah-masuknya-
islam-ke-indonesia-dan-buktinya-1uiJh3dmFFi/full
3. https://pengusahamuslim.com/3577-tenaga-kerja-dan-upah-dalam-
1823.html
4. https://muslim.or.id/1993-iman-bisa-bertambah-dan-berkurang.html
5. https://www.unisba.ac.id/peranan-akhlak-dalam-kehidupan-seorang-
muslim/