Anda di halaman 1dari 10

Telinga sakit Otitis Eksterna Difusa Otitis Media Akut Otitis Media Efusi Otitis Media Supuratif Benda

tis Media Supuratif Benda Asing Telinga


(4A) Kronik (3A) Kronik
Anamnesis 1. Otalgia Sesuai stadium I (Oklusi 1. Pendengaran 1. Gejala rasa penuh 1. Telinga
2. Gatal pada liang tuba eustachius) :- retraksi kurang. dan tidak nyaman kemasukan
telinga membran timpani. kadang 2. Gangguan pada telinga binatang atau
3. Telinga terasa membran timpani tampak bicara. 2. pendengaran kapas.
penuh normal membran atau 3. Tinitus (telinga menurun. 2. Pada anak kecil
4. Gangguan berwarna keruh pucat. berdenging) dan 3. Suara sendiri kadang
pendengaran nyeri. terdengar bergema memasukkan
4. Terasa ada cairan benda ke dalam
yang bergerak di telinga.
telinga dengan 3. Gatal, telinga
perubahan posisi. buntu, atau
5. Kadang-kadang nyeri telinga
disertai nyeri telinga atau telinga
Stadium II (hiperemis):
pada saat awal berdarah.
pembuluh darah melebar di
terjadinya tekanan
membran timpani atau
negatif.
seluruh MT tampak
6. Vertigo, pusing,
hiperemis serta oedem.
gangguan
Stadium III (supurasi):
keseimbangan.
Edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan
membrane timpani.
Stadium IV (Perforasi):
Ruptur MT dan nanah
mengalir menuju ke telinga
luar.

Stadium V (Resolusi): Bila


MT utuh akan normal
kembali. Jika perforasi
perlahan secret akan
berkurang dan akhirnya
kering.
Pemeriksaan 1. Otoskopi: -Liang 1.Otoskopi - Dapat dijumpai kondisi 1. Otoskopi: - membran 1. Baru : terlihat benda
Fisik telinga sempit, 2.Audiometri membran timpani yang timpani retraksi, kadang asing.
eritema, edema. 3.Valsava manuver. bervariasi, posisi agak hiperemis, 2. Sudah lama: meatus
- Sekret normal, retraksi atau mobilitas MT terbatas. hiperemi, sekret atau
telinga boombans, warna - gelembung udara (air granulasi.
berbau kuning (sekret serous), bubble) dengan cairan
tidak abu-abu (sekret atau air fluid level.
mengandung mukoid) atau tipis - Garpu tala  tuli
lendir transparan. konduksi
(mucin) - Air buble dan air fluid - Audiometri 
2. Nyeri tekan level juga dapat penurunan
tragus ditemukan. pendengaran 20-40 dB.
3. Nyeri muncul - Pemeriksaan Kadang disertai tuli
saat menarik penunjang dengan sensorineural jika cairan
daun telinga audiometri dijumpai tuli menekan membran.
keatas dan konduksi lebih erat
belakang. antara 40-50 dB,
4. Pembesaran dan sedangkan
nyeri KGB timpanometri
regional didapatkan tipe B atau
(preaurikular, C.
servikal
anterior).
PP
DD OMA
Tatalaksana Fase Preinflamasi :  Dekongestan 1. Parasintesis Eritema atau ekskoriasi
Tampon burowi  Antibiotik (miringotomi). digunakan tetes telinga
dibasahi tiap 4-6 jam  Analgetik 2. Penanganan atau tampon
selama 2 hari.  Antipiretik terhdap faktor antibiotik.
Inflamasi akut:  Miringotomi penyebabnya, Benda asing dengan
Ringan : Oortoilet dgn apabila bentuk halus dan tidak
larutan asam.  Obat cuci telinga H1O2 hipertrofi beraturan seperti
Sedang : 3% 3-5 hari adenoid harus serpihan kertas, swab,
Berat: dikerjakan gabus, cotton bud
Kronik  Antibiotik adenoidektomi, dapat diambil
begitu pula bila menggunakan forsep
1. Stadium Oklusi : - dijumpai buaya.
HCL efedrin (tetes penyebab yang
hidung) 0,5% dalam lain.
larutan fisiologik. – 3. Terapi
anak < 12 tahun. 1 % antibiotika
dalam larutan diberikan
fisiologik dewasa setelah
antibiotika diberikan pemasangan
jika penyebabnya pipa ventilasi
kuman. yaitu Amoksisilin
2. Stadium hiperemis: - sesuai berat
antibiotika terapi badan selama 7
awal Penisilin IM hari.
(Antibiotik 7 hari). -
Anak Ampisilin 50-
100 mg/kgBB/hari
dosis terbagi 4. Atau
Amoksisiklin 40
mg/kgBB.hari, dosis
terbagi 3 ATAU
eritromisin 40
mg/kgBB/hari. –
Obat tetes hidung.
-Analgetika.
3. Stadium supurasi: -
Antibiotika dan
miringotomi (bila
membran timpani
dan miringotomi
(bila membran
timpani masih utuh).
4. Stadiun perforasi: -
Cuci telinga H202
3% selama 3-5 hari.
– Antibiotika yang
adekuat.
Komplikasi
Note : MT: Membran Timpani

Hidung
Jenis Rhinitis Akut Rhinitis Alergi Rhinitis Vasomotor Rhinitis Kronik Rhinitis Kronik
Penyakit Simplek Hipertrofi
Anamnesis 1. Gejala awal rasa 1. Serangan bersin 1. Bersin paroksismal 1. Hidung tersumbat. 1. Hidung tersumbat
panas pada rongga berulang terutama yang terjadi pada saat 2. Rinore. (gejala dominan).
hidung. pada pagi hari atau bangun tidur pagi. 3. Nyeri kepala. 2. Rinorea. Tebal dan
2. Pilek dan bersin. bila terdapat kontak 2. Pilek dengan ingus 4. Konka yang lengket.
3. Ingus pada awalnya dengan sejumlah encer (serus) atau bengkak. 3. Nyeri kepala,
serus bening dan besar debu. kental (mucus), dapat 5. Sekret post nasal. anosmia transient.
banyak kemudian 2. Keluar ingus (rinore) mengikuti bersin atau
menjadi mukoid. yang encer dan menjadi symptom
4. Bila ada infeksi banyak, hidung sendiri yang dominan.
sekunder bakteri tersumbat, hidung Ingus dapat menetes
ingus menjadi dan mata gatal, jika posisi badan pasien
mukopurulen. yang kadang-kadang condong ke depan.
5. Suhu tubuh normal disertai dengan 3. Hidung tersumbat
atau subferbis, banyak air mata bergantian kanan dan
meriang. keluar (lakrimasi). kiri, biasanya pada
6. Bisa disertai gejala 3. Kadang-kadang malam hari.
sakit kepala atau keluhan hidung 4. Post nasal drip.
mialgia. tersumbat.
7. Sembuh dalam 5-7
hari (virusself Klasifikasi : - RA intermiten :
limited disease). serangan <4 hari/minggu
8. Riwayat alergi dan berlangsung < 4
dalam keluarga. Riw minggu.
alergi pada organ -RA persisten : serangan > 4
lain pemicu gejala hari/minggu dan
pilek, dan bersin. berlangsung > 4 minggu.
Pemeriksaan 1. Kondisi tubuh pada Rhinoskopi anterior: konka Rhinoskopi anterior  Konka
fisik umumnya baik. oedem dan pucat, sekret tampak mukosa konka hipertrofi.
2. Rinoskopi anterior seromusinus. Pada rhinitis oedem dan hipertrofi, Mukosa konka
tampak: mukosa alergi persisten rongga mukosa berwarna tebal dan
rongga hidung hidung sempit dan konka merah tua bisa juga tidak mengecil
berwarna oedem hebat. normal, sekret biasanya dengan
kemerahan, oedem, sedikit. penekanan.
dan tampak sekret Hanya sedikit
serus/ mucoid/ mengkerut
mukopurulen. dengan
pemberian
vasokontriktor
karena
adanya
fibrosis.
 Perubahan
maksimal
dapat dilihat
pada konka
inferior dapat
hipertrofi
memberikan
gambaran
mulberry.
Pemeriksaan  Tes kulit: untuk Pemeriksaan
penunjang mengidentifikasi laboratorium 
allergen. menyingkirkan
 Eosinofil sekret hidung, kemungkinan rhinitis
positif bila > 20%. alergi. Tes kulit
 Bila diperlukan dapat biasanya negatif.
diperlukan IgE spesifik
(RAST:
Radioallergeosorbent)
mendeteksi konsentrasi
IgE serum.
 Tes provokasi. Dengan
memberikan sedikit
alergen
Tatalaksana - Istirahat yang  Hindari alergen Medikamentosa: 1. Atasi 5.
cukup. penyebab.  Menghindari penyebab.
- Makan dan  Medikamentosa : faktor 2. Irigasi hidung.
minum hangat  Antihistamin predisposisi 3. Decongestan
- Terapi generasi baru  (perubahan  membantu
simptomatis Loratadine 1x10 mg suhu, meredakan
seperti: sehari, Cetirizine kelembapan, gejala hidung
- Antihistamin : 1x10 mg perhari. debu) tersumbat dan
generasi 1 Diberikan selama 2  Antihistamin memperbaiki
mempunyai efek minggu (dimulai dan 4. Antibiotik 
sedasi CTM 3 X saat serangan – 2 dekongestan mencegah
2-4 mg/hari, minggu) oral untuk infeksi hidung
dipenhidramin.  Dekongestan oral : mengurangi dan sinusitis.
Antihistamin gen pseudoefedrin 3 x gejala oilek,
2 tidak 30-60 mg/hari bersin dan
mempunyai atau (Fenileprin). hidung
minimal efek  Dekongestan tersumbat.
sedasinya, long tropikal larutan  Kortikosteroid
acting: Loratadin efedrin 0,5 – 1% intranasal spray
1x 10 mg/hari, atau oksimetazolin sekali sehari 200
Cetirizine 1 x 10 0,025 – 0,05% bila mcg
mg/hari. diperlukan, tidak (beclometason,
- Dekongestan : boleh lebih dari 1 budesonide,
Oral minggu. fluticasone)
pseudoefedrin  Kortikosteroid oral  Pada beberapa
2-3 x 30-60  mengontrol kasus dapat
mg/hari, dapat gejala dalam jangka diberikan
dikombinasi waktu pendek. kortikosteroid
dengan  Kortikosteroid oral dalam
antihistamin. topikal dapat jangka pendek.
Topikal menghambat sel
oksimetazilin, inflamasi pada  Terapi bedah
xylometazoline, mukosa hidung dan  Operasi
naphazoline. menghambat reaksi konkotomi
- Analgetik- alergi fase lambat. konka inferior,
antipiretik : (Beclometasone, elektrokauter.
(untuk Fluticasone,  Neurektomi
mengontrol Mometasone, saraf Vidianus
nyeri kepala, Triamcinolone (saraf
demam dan acetonide dosis secretomotor
mialgia) sekali sehari 2 parasimpatik).
paracetamol 3 x semprot.
500 mg/hari.  Indikasi : rhinitis
Asam alergi intermitten
mefenamat sedang berat,
3x500 mg/hari. rhinitis alergi
Antibiotika persisten ringan dan
diberikan jika sedang berat.
ada indikasi  Sodium
infeksi sekunder kromoglikat: untul
bakteri. stabilisasi sel mast
dan hambat
degranulasi. Tetes
hidung 2 %.
 Imoneterapi.
 Tindakan operatif :
dilakukan apabila
ada septum deviasi
atau konka
hipertrofi.
 Meningkatkan
kondisi tubuh
(olahraga pagi,
makanan yang
bergizi, istirahat
yang cukup dan
hindari stres).
Komplikasi

Anda mungkin juga menyukai