Anda di halaman 1dari 8

Lembar Kerja Kuliah Kerja Lapangan II

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta

Kelompok 7

Anggota :

1. Tiara Bauty 20416241024


2. Melisa Alfiana 20416244046
3. Puput Prie Andini 20416244048
4. Fiona Lilyanti 20416244050

Objek Observasi : Masjid Sulthoni Wotgaleh

Hari/Tanggal. : Sabtu, 5 Maret 2022

Waktu. : 07.00 s/d Selesai

A. Sejarah Singkat Panembahan Purboyo

Yang dimakamkan di samping masjid Sulthoni adalah panembahan purboyo, istri, ibu
serta kerabat keluarganya. Panembahan purboyo merupakan putra dari panemabahan senopati
atau Sutowijoyo raja Mataram islam. Tetapi lahir dari ibu selir, yang bernama kanjeng ratu
roro rembayung putra dari Ki ageng giring diwonosari. Suatu hari raja mataram panembahan
senopati datang untuk mempersunting putri ki ageng ayu wening dan melahirkan anak
bernama panembahan purboyo.

Saat lahir panembahan purboyo memeiliki nama asli yaitu Joko Umbaran, karena sejak
kecil belaui tidak diasuh oleh orang tuanya, tetapi diasuh oleh kakeknya yaitu Ki Ageng
Giring. Dan karena ia suka berkelana untuk mencari ilmu maka ia disebut Joko Umbaran.
Seiring bertambahnya usia ia penasaran dan bertanya kepada kakeknya mengenai siapa orang
tuanya. Sehingga kakeknya mulai memberi tahu mengenai orang tua Joko Umbarsn, bahwa
ayahnya adalah seorang raja untuk menjawab rasa penasaran cucunya. Dan kakeknya
memberi tahu bahwa ayahnya berada di dalam hutan yang terdapat lapangan luas ada 2 pohon
beringin yaitu di alun-alun dekat keraton.
Setelah menunggu di sekitar pohon beringin muncullah prajurit Mataram yang sedang
berkeliling, dan Joko Umbaran memperkenalkan diri dengan tujuan untuk mencari ayahnya
raja mataram yaitu panembahan senopati, lalu Joko Umbaran dibawa ke keraton untuk
bertemu panembahan senopati. Setelah bertemu dengan panembahan senopati, Joko Umbaran
memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa dia adalah anak kanjeng ratu roro rembayun dan
kakeknya ki ageng giring.

Untuk membuktikan bahwa Joko Umbaran adalah anaknya ia memberi keris Ligan
(keris yang belum ada kerangkanya), lalu panembahan senopati meminta Joko Umbaran
membuat kerangka keris. Dan ia menyanggupinya. Lalu Joko Umbaran diajak berbiacara
empat mata bersama kakeknya, namun didengar oleh ibunya dibalik dinding tentang Joko
Umbaran harus membunuh ibunya sendiri. Namun ibunya malah bunuh diri dengan keris yang
sudah dibuat oleh Joko Umbaran, supaya anaknya diakui oleh ayahnya dan ayahnya percaya
karena keris itu masih berlumjra darah. Setelah itu Joko Umbaran dibawa ke keraton diutus
menjadi tumenggung untuk melatih para prajurit Mataram.

Saat Mataram berperang dengan Belanda Joko Umbaran diangkat menjadi Senopati
perang, panembahan purboyo memiliki patih namun patih itu membocorkan kelemahan Joko
Umbaran kepada Belanda yaitu Joko umbaran harus selalu suci supaya bisa beribadah maka
Belanda mengganti senjatanya dengan tembakan tinja. Setelah itu Joko Umbaran meninggal
karena harus mengupas kulitnya dari kotoran tinja yang menempel pada tubuhnya. Lalu beliau
dimakamkan di Wot Galeh yang berasal dari kata wot yaitu jembatan atau penyebrangan dan
galeh penggalian yang bermakna sebagai jembatan untuk dekat dengan tuhan.
Proses terbentuknya kawasan Sejarah pembangunan Masjid
Sejarah pembangunan masjid Sulthoni Watgaleh di
bangun tidak berselang lama setelah ada pemakaman
Panembahan Purboyo sekitar tahun 1617 pada masa raja
Hamengkubuwono VII. Pada tahun 1983 dilakukan renovasi
oleh Departemen Agama. Pada tahun itu genting masjid
terbuat dari kayu, lebar serambi ada pelebaran kanan kiri dan
depan 4 meter. Sebelum renovasi masjid terdapat kolam
untuk jamaah yang akan masuk ke masjid kaki harus bersih.
Pengelolaan masjid dan makam dilakukan oleh masyarakat
setempat dibawah pengawasan. Tanah disekitar masjid
merupakan pemberian ayahnya setelah panembahan purboyo
mendapatkan pengakuan setelah mendapat pengakuan itu
beliau membangun masjid
Menurut abdi dalem di masjid sulthoni, keluarga
keraton datang ke makam dengan sembunyi sembunyi atau
dengan mengutus oranglain karena keluarga kerathon
sebenarnya memiliki pantangan untuk tidak datang ke
makam. Sejak tahun 1981 berdiri TPA Al Fatah dan sampai
sekarang masih beroperasi. Setiap Jumat siang di Masjid
Sulthoni Watgaleh dilaksanakan pengajian dan setiap tahun
pada tanggal 20 dilaksanakan Sadranan, sebelum adanya
pandemi di masjid Sulthoni Watgaleh dilakukan gutu gutu
yang dibawa dari kecamatan ke masjid membawa gunungan
dan pada malem minggu diadakan doa bersama.
Terdapat kepercayaan di makam Panembahan
Purboyo jika ada seseorang yang mengunjungi makam
dengan niat yang tidak baik akan di hadang oleh seekor
macan, macan tersebut merupakan yang mengasuh
Panembahan Purboyo. Menurut abdi dalem yang ada di
masjid tersebut pernah ada orang dari papua yang datang ke
makam tersebut tetapi tidak sesuai unggah ungguh atau
aturan seperti mengenakan sepatu/sandal masuk ke area
makam mereka di datangi oleh macan tersebut. Selain itu
juga terdapat mitos juga apabila ada pesawat yang melintas di
atas masjid tersebut akan mengalami kecelakan tetapi hal
tersebut tergantung darii kepercayaan masing masing orang.

B. Makam dan masjid

Kesuburan dan penggunaan Tanah yang diberikan oleh pihak keraton sekitar 3 hektar dan sisa
tanah tanah itu menjadi hak milik abdi dalem dan ditanami berbagai
tumbuhan seperti tebu dan sawah milik masyarakat.
Biasanya digunakan untuk perkebunan, persawahan hingga
industri pabrik sarung tangan.
Kebudayaan / kesenian/ adat Memiliki kebiasaan atau rutinitas seperti hadroh atau pengajian,
dan kesenian tahunan dari warga sekitarnya
Fashion/ handicraft/design Di daerah wot galeh terdapat pabrik sarung tangan.
Adat Masyarakat disekitar masjid sulthoni tidak memiliki adat atau
pantangan namun memiliki norma yang harus dilakukan baik bagi
masyarakat maupun orang luar atau tamu.
Potensi bencana Tidak ada namun sejak dulu makam belum pernah di renovasi
kecuali di bangun saung pelindung dan pagar untuk keamaan,
bahkan saat daerah tersebut terkena gempa tahun 2006 daerah
tersebut tidak berdampak pada bangunan.
Arsitektur makam  Terbuat dari batu jaman dulu dan belum pernah berubah
 Saung yang fondasinya dari kayu belum pernah ganti
 Atas saung terbuaat dari genteng, dan sudah mengalami
renovasi
 Lampu yang terdapat di daerah makam dan saung juga
mengalami renovasi
Penyimpangan sosial  Masyarakat yang suka berbuat kejahatan menaiki pagar
untuk melewati makam, menurut penjaga tidak bisa turun
lagi
 Keamaan disekitar masjid dan makam dibantu oleh polsek
setempat dibantu juga oleh TNI AU Dirgantara Mandala.
Kondisi makam saat ini  Terdapat makam panembahan purboyo
 Ibu kanjeng roro ratu rembayun
 Istri
 anak anaknya
 Serta para pengabdi yang dulu bekerja dengan keluarga
panembahan Purboyo
Makam ditutupi kain putih untuk menunjukan kewibawaan
Proses doa  Golongan yang hanya mendoakan menggunakan yasin
karena di makam tersebut terdapat lemari yang berisi buku
yasin
 Golongan yang membakar kemenyan dan dupa
Pengelolaan makam  Masjid di kelola oleh abdi dalem keraton dan dibantu oleh
masyarakat
 Sedanagkan makam khusus hanya abdi dalem keraton saja
 Makam disana merupakan kerabat keluarga, tentara, abdi
dalem keraton yang pernah mengabdi pada panembahan
purboyo dan keluarganya
Lokasi  Jl. Raya Berbah, RT.05/RW.038, Meredan,
Sendangtirto,Kec. Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55573
 Masjid ini terletak di dusun Noyokerten, Sendangtirto,
Berbah Sleman tepatnya di sebelah selatan Bandara
Adisucipto
Aksesibilitas  Dari UNY ke masjid sulthono dapat ditembuh dengan
waktu kurang lebih 17 menit menggunakan kendaran
bermotor roda dua maupun roda empat.
 Jalan menuju masjid sulthoni juga tidak sulit karena bisa
melalui jalan perumahan warga, melalui Jl. Laksamana
Adisucipto atau dari Jl. Berbah.
 Untuk memudahkan pendatang atau tamu dari luar masjid
ini berada di dekat kebun tebu dan pesawahan milik warga
setempat. Serta dekat dengan bandara adisupto dan
terdapat papan penanda untuk menunjukkan keberadaan
masjid
 Masjid ini juga bisa di diakses dengan mencarinya melalui
internet yaitu google maps
Arsitektur dan renovasi  Arsitektur masjid sulthoni awalnya masjid kecil tapi
seiring bertambahnya jamaah maka diperluas
 Renovasi yang dilakukan seperti mengganti cat dan
penggunaan marmer
 Renovasi pertama dilakukan pada 1979 dana berasal dari
bina graha jakarta. Hingga saat ini dengan sumber donatur
yang berbeda.
Kondisi  Kondisi tiga aspek itu menurut narasmber sama saja
hidrologi/meteorologi dan seperti penduduk yang tinggal disekitar masjid.
klimatologi  Curah hujan yang cukup dan air yang berasal dari mata air
pegunungan sehingga tak pernah kekeringan karena
terletak di kota.
 Iklim di desa Wotgaleh juga bagus matahari yang tering,
dan mendung apabila akan hujan
 Udara dari lingkungan pun bagus meskipun dekat dengan
bandara Adisucipto karena dikelilingi sawah dan kebun
tebu.
Kondisi masjid saat ini  Digunakan untuk tempat beribadah
 TPA
 Tempat pengajian dan sarana berdoa baik mendoakan
leluhur maupun untuk kepentingan pribadi
 Cagar budaya dan wisata bersejarah dengan tema
peninggalan islam
Unsur budaya masyarakat  Bahasa : Jawa dan Indonesia
 sistem adat : masjid sulthoni memiliki rutinitas seperti
berdo’a bersama setiap hari tertentu, dan memiliki acara
besar setahun sekali
 Peralatan rumah tangga yang digunakan masyarakat yang
tinggal disekitar masjid juga sama seperti masyarakat
daerah lain tidak ada ciri khas
 Teknologi nya masyarakat sudah bertani dan berkebun
menggunakan mesin yang lebih canggih
Masyarakat dengan pola pikir  tradisional : mempercayai bahwa saat tragedi pesawat
tradisonal dan modern jatuh setelah melintasi masjid dan makam sulthoni
sehingga banyak sebagian masyarakat yang percaya
 modern : cenderung memiliki pola pikir rasional dan
mempercayai bahwa jatuhnya pesawat itu karena
kerusakan mesin pesawat dan teknologi yang jelek.
Kemiringan lahan  Lahan berada jauh dari kawasan gunung Merapi
 Kemiringan lahannya pun biasanya saja jadi tidak ada
potensi bencana yang membahayakan masyarakat sekitar
masjid Sulthoni
Iklan  Masjid Sulthoni tidak memiliki unsur iklan dalam
mempromosikan atau menunjukkan peninggalan yang ada
dalam kawasan namun biasanya ada mahasiswa yang
datang untuk observasi dan mengenal aktivitas masjid
bahkan sampai menginap
Pasar barang seni  Masyarakat Masjid Sulthoni tidak memiliki unsur seni
yang bisa di jual untuk oleh-oleh atau cinderamata karena
menurut abdi dalem masjid ini seperti masjid biasa
meskipun menjadi cagar budaya dan peninggalan
panembahan Purboyo
Kuliner  Masyarakat tidak memiliki kuliner yang khas daerah
tersebut namun memiliki banyak pedagang yang menjual
berbagai jenis makanan dan jajanan disekitar tempat
tinggal penduduk
Desain dan fashion  Masyarakat Masjid Sulthoni tidak memiliki desain khusus
atau ciri khas pakaian dengan objek lain
 Fashion masyarakat maupun abdi dalem juga tidak
berbeda dengan penduduk sekitar namun apabila ada hari
hari besar maka akan memakai seragam khas keraton.
Film video fotografi  Masjid Sulthoni banyak diabadikan melalui YouTube para
wisatawan maupun mahasiswa yang ingin melakukan
observasi
 Selain itu ada juga dari jurnalis sehingga sumber foto dan
vide bisa di Lihat oleh orang yang ingin tahu tentang
masjid Sulthoni Wotgaleh
Riset pengembangan  Hingga saat ini menurut abdi dalem masjid masih
dilakukan riset pengembangan maupun mengungkap
tentang masjid dan makam oleh para jurnalistik,
mahasiswa, maupun masyarakat dan tokoh setempat
mengenai masjid Sulthoni dan makam supaya bisa di
kembangkan dan di publish kepada khalayak.

Anda mungkin juga menyukai