Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Psikologi

September 2017, Vol. 4, No. 2, hal. 71-84

HUBUNGAN SELF CONFIDENCE DAN ANXIETY DENGAN PROKRASTINASI


AKADEMIK PADA SISWA KELAS X MA DARUT TAQWA PURWOSARI
PASURUAN

Aris Setiawan
Arispsi23@gmail.com
Fakultas Psikologi, Universitas Yudharta Pasuruan

Abstract
Procrastination is the behavior of delaying work or work with activities that are not important, so that
the task becomes hampered and not completed on time. The results show that the hypothesis which
states that there is a relationship between self confidence and anxiety with academic procrastination
is accepted at a significance level of 1%, where Ry (1.2) = 0.71545039 is greater than Ftab 1% and
F-count is 37.751 greater than Ftab 1% of 4.61. This shows that if self confidence and anxiety are
high, academic procrastination is low, whereas if self confidence and anxiety are low then academic
procrastination is high.

Keywords: Self-confidence, Anxiety, Academic Procrastination.

1. Pendahuluan belakangan ini, sedikit sekali siswa yang


Seorang siswa tidak hanya belajar menyelesaikan tugasnya secara tepat waktu,
atau mendengarkan materi dari seorang guru ketika ditanya mereka mengatakan bahwa
ada beberapa tugas yang diberikan oleh setiap mereka merasa keberatan dengan tugas-tugas
guru disekolah, baik tugas yang harus yang diberikan, sehingga mereka tidak dapat
diselesaikan disekolah pada waktu itu juga, mengumpulkannya sesuai dengan waktu yang
maupun tugas rumah yang harus dikumpulkan telah ditentukan. Padahal sebenarnya bukan
dengan jangka waktu yang telah ditentukan pada masalah materinya yang susah, Karena
oleh guru yang bersangkutan. Walaupun pada dasarnya seorang guru juga sudah
jumlahnya tidak sedikit, bahkan setiap guru mempertimbangkan dan mengukur bagaimana
masing-masing memberikan tugas pada setiap kemampuan siswa sehingga guru tidak
mata pelajaran yang diajarkan, seorang siswa mungkin sembarangan dalam memberikan
tetap harus bertanggung jawab atas segala tugas pada siswa, akan tetapi siswa cenderung
tugas-tugas yang diberikan dengan untuk menunda-nunda dalam mengerjakan dan
mengerjakannya secara sungguh-sungguh dan menyelesaikan tugas tersebut, sehingga ketika
mengumpulkannya tepat waktu. Namun deadline-nya tiba mereka merasa
71
kebingungan dan tidak dapat menyelesaikan dapat mengenal kelebihan dan
tugasnya. kekurangannya.

Beberapa indikator yang sering Seseorang yang memiliki kepercayaan


muncul pada siswa khususnya dalam proses diri cenderung lebih bersemangat dalam
belajar mengajar, yakni lahirnya Sistem SKS menyelesaikan tugasnya dan mampu
dalam menghadapi ujian, menunggu sampai menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya
saat-saat terakhir untuk melakukan sesuatu, guna menyelesaikan tugasnya dan tidak
selalu mencari alasan untuk tidak segera melakukan aktivitas lain yang lebih
mengerjakan tugas, menyadari harus menyenangkan atau tidak melakukan
melakukan suatu tugas itu penting tetapi malah prokrastinasi dari pada melakukan tugas yang
lebih sering melakukan kegiatan lain, waktu harus dikerjakan. Selain kepercayaan diri
terbaik untuk bekerja adalah “last minute”, merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh
Menunda mengambil keputusan karena tugas seorang siswa agar terhindar dari prokrastinasi
tidak menyenangkan, dan menunda tugas akademik, kepercayaan diri juga dapat
karena merasa tidak punya cukup waktu. melahirkan keyakinan dalam diri individu
Untuk meminimalisir perilaku prokrastinasi terhadap segala aspek kelebihan dan
akademik yang dialami oleh siswa dalam kemampuan yang dimilikinya. Faktor lain
menyelesaikan tugas-tugasnnya, perlu adanya yang memicu timbulnya prokrastinasi adalah
keyakinan dalam dirinya bahwa ia mampu adanya kecemasan. Kecemasan merupakan
dalam menghadapi dan menyelesaikan tugas- pengalaman subjektif yang tidak
tugasnya dengan meningkatkan rasa percaya menyenangkan, mengenai kekhawatiran atau
diri. Rasa percaya diri sendiri merupakan suatu ketegangan berupa perasaan cemas, tegang,
keyakinan seseorang mengenai dan emosi yang dialami seseorang. Kecemasan
kemampuannya dalam menghadapi situasi adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety),
yang tidak menentu dan penuh tekanan. yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan
Lauster (dalam Ghufron & Risnawita, 2011), tidak menentu terhadap kemampuannya dalam
menyatakan bahwa kepercayaan diri menghadapi objek tersebut. Hal tersebut
merupakan suatu sikap atau perasaan yakin berupa emosi yang kurang menyenangkan
atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang dialami oleh individu dan bukan
yang bersangkutan tidak terlalu cemas dengan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada
tindakan-tindakannnya, dapat merasa bebas kepribadian (Ghufron & Risnawita, 2011).
untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan
Setiap siswa pada prinsipnya tentu
bertangguang jawab atas perbuatannya, hangat
berhak memperoleh peluang untuk berprestasi
dan sopan dalam berinteraksi dengan orang
secara akademik (academic performance)
lain, dapat menerima dan menghargai orang
yang memuaskan. Namun pada kenyataannya
lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta
72
setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal akdemik, misalnya tugas sekolah atau tugas
kemampuan intelektual, kamampuan fisik, kursus.
latar belakang keluarga, kebiasaan dan B. Kepercayaan Diri (self confidence)
pendekatan belajar yang berbeda pula. Begitu Menurut Lauter (1992 dalam Ghufron
pula pada siswa kelas X MA Darut Taqwa, hal & Risnawita, 2011), mendefinisikan
tersebut dapat menjadi ancaman, hambatan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman
dan gangguan dalam belajar siswa. Kecemasan hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu
yang terjadi pada siswa kelas X MA Darut aspek kepribadian yang berupa keyakinan
Taqwa seperti kecemasan ketika menghadapi akan kemampuan diri seseorang sehingga
ujian atau tugas yang sulit sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat
membuatnya pusing, ditambah lagi kecemasan bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis,
siswa terhadap standart/patokan keberhasilan cukup toleran dan bertanggung jawab. Lauster
bidang-bidang studi tertentu yang dianggap (1992 dalam Ghufron & Risnawita, 2011),
terlalu tinggi terutama ketika siswa sedang menambahkan bahwa kepercayaan diri
bosan atau tidak suka mempelajari bidang berhubungan dengan kemampuan melakukan
studi tersebut. Sehingga aktivitas belajar sesuatu yang baik. Anggapan seperti ini
kurang dan siswa cenderung menunda-nunda membuat individu tidak pernah menjadi orang
atau melakukan prokrastinasi akademik dalam yang mempunyai kepercayaan diri yang sejati.
belajar. Namun siswa yang memiliki rasa Bagaimana pun kemampuan manusia terbatas
percaya diri yang tinggi, mereka tidak akan pada sejumlah hal yang dapat dilakukan
mengabaikan tugas-tugas sekolahnya yang dengan baik dan sejumlah kemampuan yang
sudah menjadi tanggung jawabnya. \ disukai.
Menurut Anthoni (1992 dalam
2. Tinjauan Pustaka
Ghufron & Risnawita, 2011), berpendapat
A. Prokrastinasi Akademik
bahwa kepercayaan diri sikap pada diri
Senecal, Koestner, & Vallerand (2008)
seseorang yang dapat menerima kenyataan,
dalam jurnal “prokrastinasi akademik dan
dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir
menejemen waktu” mendefinisikan
positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai
prokrastinasi akademik sebagai memahami apa
kemampuan untuk memiliki serta mencapai
yang perlu dilakukan, dan mungkin ingin
segala sesuatu yang diinginkan.
melakukan tugas-tugas akademik, tetapi gagal
C. Kecemasan (Anxiety)
menampilkan aktivitas dalam waktu yang
Menurut Freud (Wiramiharja, 2005),
diinginkan dan diharapkan. Sedangkan
kecemasan (anxiety) yaitu perasaan yang
menurut Ghufron & Risnawita, (2011)
sifatnya umum, dimana seseorang merasa
Prokrastinasi akademik adalah jenis
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri
penundaan yang dilakukan pada jenis tugas
yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
formal yang berhubungan dengan tugas
73
Secara khusus Freud mengemukakan bahwa kemampuannya dalam menghadapi tes,
neurotik merupakan tampilan dari konflik berupa emosi yang kurang menyenangkan
didalam diri yang melibatkan keinginan- yang dialami oleh individu dan bukan
keinginan yang tidak dapat dipenuhi karena kecemasan sebagi sifat yang melekat pada
adanya hambatan dari super ego, sedangkan kepribadiannya.
ego tidak dapat membuat suatu keputusan D. Hubungan Antara Self Confidence Dan
untuk mendamaikannya. Anxiety Dengan Prokrastinasi
Mukhlas dalam (Ghufron & Akademik
Risnawita, 2011), mendefinisikan istilah Salah satu aspek orang yang percaya
kecemasan sebagi sutu pengalaman subjektif diri akan lebih optimis dalam menghadapai
mengenai ketegangan mental kesukaran dan tantangan dan selalu berpandangan baik dalam
tekanan yang menyertai konflik atau ancaman. menghadapi segala hal tentang diri dan
Sementara Lazarus dalam (Ghufron & kemampuannya. Terlihat lebih tenang dan
Risnawita, 2011), membedakan perasaan tidak memiliki rasa takut untuk gagal.
cemas menurut penyebabnya menjadi dua, Sebaliknya, orang yang memiliki rasa percaya
yaitu: diri yang rendah cenderung pesimis dalam
1. State anxiety menghadapi tantangan dan selalu
State anxiety adalah reaksi emosi berpandangan negatif dalam menghadapi
sementara yang timbul pada situasi tertentu segala hal tentang diri dan kemampuannya.
yang dirasakan sebagi ancaman, mengikuti Akibatnya orang tersebut selalu takut untuk
tes, menjalani operasi, atau lainnnya. mencoba dan berusaha. Fear of the failure
Keadaan ini ditentukan oleh perasaan adalah ketakutan yang berlebihan untuk
tegang yang subjektif. gagal, seseorang menunda-nunda mengerjakan
2. Trait anxiety tugas sekolahnya karena takut jika gagal
Trait anxiety adalah disposisi untuk menyelesaikannya sehingga akan
menjadi cemas dalam menghadapai mendatangkan penilaian yang negatif akan
berbagai macam situasi (gambaran kemampuannya. Akibatnya seseorang
kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat melakukan prokrastinasi untuk mengerjakan
yang cukup stabil yang mengarahkan tugas yang dihadapinya (Ghufron &
seseorang atau menginterpretasikan suatu Risnawita, 2011).
keadaan menetap pada individu (bersifat Pengalaman dapat menjadi faktor
bawaan) dan berhubungan dengan munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya,
kepribadian yang demikian. Kecemasan pengalaman juga dapat menjadi faktor penurun
adalah suatu keadaan tertentu (State rasa percaya diri seseorang. Pengalaman
anxiety), yaitu menghadapi situasi yang negatif pada masa lalu merupakan hal yang
tidak pasti dan tidak mementu terhadap tidak menyenangkan yang dapat terulang lagi

74
pada masa yang akan datang, apabila individu cara yang efektif. Oleh karena itu seseorang
tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan
tidak menyenangkan, misalnya pernah gagal tugasnya secara memadai, seseorang
dalam tes maka peristiwa tersebut dapat memandang tugas sekolah sebagai sesuatu
menimbulkan kecemasan pada siswa dalam yang berat dan tidak menyenangkan
menghadapi tes dan dapat menurunkan rasa (aversiveness of the task dan fear of failure)
percaya dirinya. Seseorang yang sehingga seseorang melakukan prokrastinasi
pernah mengalami trauma akan suatu tugas dalam menyelesaikan tugas tersebut karena
tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas adanya keyakinan irrasional dan kesalahan
sekolahnya, akan cenderung melakukan dalam mempersepsikan tugas sekolahnya.
prokrastinasi ketika seseorang tersebut (Burka dan Yuen, 1983; Solomon dan
dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama Rothblum, 1984 dalam Ghufron & Risnawita
karena teringat pada pengalaman kegagalan 2011).
maupun perasaan tidak menyenangkan yang Berdasarkan pandangan teori
pernah dialami seperti masa lalu dan humanistik, kecemasan merupakan
dipersepsikan akan mendatangkan perasaan kekhawatiran tentang masa depan, yaitu
seperti masa lalu (Ghufron & Risnawita, khawatir apa yang akan dilakukan dan tidak
2011). tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Hal lain yang juga dapat menimbulkan Misalnya saat menghadapi ujian atau dapat
prokrastinasi akademik pada siswa adalah tugas, seseorang tersebut tidak tahu apa yang
adanya kecemasan. Kecemasan yang dihadapi harus dilakukan, apa yang harus dipelajari dan
secara tidak sadar akan menggunakan bagaimana mengerjakannya nanti. Adanya
berbagai reaksi konversi dan pembelaan ego, rasa kekhawatiran tersebut membuat seseorang
salah satunya adalah dengan melakukan memilih melakukan penundaan atau
prokrastinasi akademik. Berkaitan dengan prokrastinasi dengan cara menghindari tugas
salah satu faktor yang mempengaruhi yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit
kecemasan yaitu faktor kognitif (pikiran yang dilakukan. Melakukan prokrastinasi atau
tidak rasional), dimana faktor ini menjelaskan penundaan belajar dalam menghadapi ujian
bahwa kecemasan terjadi bukan karena suatu dengan alasan untuk menghindari kegagalan
kejadian, melainkan kepercayaan atau dalam menyelesaikan pekerjaan yang akan
keyakinan tentang kejadian yang menjadi datang dan pada akhirnya melakukan
penyebab kecemasan. Seseorang mungkin prokrastinasi dalam mengerjakan atau
berlebihan dalam mempertimbangkan alam menyelesaikan tugas-tugas akademik secara
atau kenyataan dari ancaman atau keseluruhan (Ferrari dalam Ghufron &
ketidakmampuan dirinya untuk mengatasi Risnawita, 2011).
buah pikiran yang keliru atau ancaman dengan E. Hipotesis

75
Berdasarkan uraian teori diatas maka tugas. Penundaan tersebut menyebabkan
hipotesis penelitian ini adalah: dia gagal menyelesaikan tugasnya tepat
1. Ada hubungan antara self confidence dan waktu.
anxiety dengan prokrastinasi akademik
pada Siswa Kelas X MA Darut Taqwa
Purwosari Pasuruan. C. Teknik Sampling
2. Ada hubungan self conficence dengan Jumlah sampel yang peneliti ambil
prokrastinasi akademik pada Siswa Kelas dalam penelitian ini adalah sebanyak 75
X MA Darut Taqwa Purwosari Pasuruan. siswa. Adapun teknik pengambilan sampel
3. Ada hubungan anxiety dengan yang digunakan adalah purposive non
prokrastinasi akademik pada Siswa Kelas random sampling yaitu teknik
X MA Darut Taqwa Purwosari Pasuruan. pengambilan sampel dilakukan sesuai
dengan pemilihan sampel yang
3. Metode Penelitian dikehendaki. Purposive non random
A. Jenis Penelitian sampling digunakan oleh peneliti apabila
Penelitian ini menggunakan populasi dimana sampel yang diambil
pendekatan kuantitatif dalam upaya merupakan populasi homogen yang hanya
menguji hipotesis yang telah disusun. mengandung satu ciri.
Penelitian kuantitatif banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari D. Uji Validitas
pengumpulan data, penafsiran tehadap Uji validitas perhitungan skala
angka tersebut, serta penampilan dari prokrastinasi akademik dengan
hasilnya. Untuk itu, peranan statistika menggunakan koefisien korelasi product
dalam penelitian ini menjadi sangat moment. Skala prokrastinasi akademik
dominan dan penting (Arikunto, 2006). berkisar antara 0,35 sampai 0,71.
B. Variabel Tergantung Uji validitas perhitungan skala
Variabel tergantung dalam kepercayaan diri dengan menggunakan
penelitian ini adalah prokrastinasi koefisien korelasi product moment. Skala
akademik. Menurut Silver (dalam Ghufron kepercayaan diri berkisar antara 0,32
& Risnawita 2011), Seseorang yang sampai 0,59.
melakukan prokrastinasi tidak bermaksud Sementara uji validitas skala
untuk menghindari atau tidak mau tahu kecemasan menggunakan teknik korelasi
dengan tugas yang dihadapi. Akan tetapi, point biserial yang berkisar antara 0,30
mereka hanya menunda-nunda untuk sampai 0,50.
mengerjakannya, sehingga menyita waktu E. Uji Reliabilitas
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

76
Untuk menguji reliabilitas skala rendah maka prokrastinasi akademik siswa
perilaku prokrastinasi akademik digunakan akan tinggi. Sedangkan dari hasil uji korelasi
perhitungan melalui teknik analisis varians antara kecemasan dengan prokrastinasi
hoyt dengan koefisien reliabilitas sebesar akademik diperoleh rx2y sebesar 0,1401 pada
0,891,. Untuk menguji reliabilitas skala taraf signifikansi 1% sebesar 0,296 dengan
kepercayaan diri digunakan juga demikian tidak ada hubungan antara
perhitungan melalui teknik analisis varians kecemasan dengan prokrastinasi akademik
hoyt dengan koefisien reliabilitas sebesar siswa MA Darut Taqwa. Hal ini menunjukkan
0,892. Sedangkan koefisien reliabilitas bahwa siswa yang memiliki kecemasan tinggi
skala kecemasan berkisar antara sebesar ternyata ada yang melakukan prokrastinasi
0,734. akademik yang tinggi dan ada pula yang
rendah. Demikian juga sebaliknya, pada siswa
4. Hasil dan Pembahasan
yang memiliki kecemasan rendah ternyata ada
A. Hasil Penelitian
yang melakukan prokrastinasi akademik yang
r
r tab Keteran tinggi ada pula yang rendah.
X r R² tab
1% gan Namun jika dilihat dari hasil uji
5%
korelasi antara kepercayaan diri dan
-
51,10 0,2 0,29 Signifika kecemasan dengan prokrastinasi akademik
X1 0,71
% 27 6 n diperoleh Ry(1,2) sebesar 0,71545039 pada
5
taraf signifikansi 1% sebesar 0,296 dengan
non
0,14 1,96 0,2 0,29 demikian ada hubungan yang sangat signifikan
X2 signifika antara kepercayaan diri dan kecemasan dengan
01 % 27 6
n prokrastinasi akademik pada siswa MA Darut
X1 0,71 51,10 0,2 0,29 Signifika Taqwa. Dengan demikian hipotesis yang
X2 5 % 27 6 n menyatakan “ada hubungan kepercayaan diri
Tabel 1.5 Korelasi Antar Variabel dan kecemasan dengan prokrastinasi akademik
Dari hasil uji korelasi antara pada siswa MA Darut Taqwa diterima.
kepercayaan diri dengan prokrastinasi Dari hasil perhitungan analisis regresi dua
akademik diperoleh rx1y sebesar -0, 715 pada prediktor diperoleh hasil penelitian sebagai
taraf signifikansi 1% sebesar 0,296 dengan berikut:
demikian ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kepercayaan diri dengan
prokrastinasi akademik siswa MA Darut Su
FT FT
Taqwa, dimana bila kepercayaan diri siswa mbe
d Fre ab ab
r JK RK
tinggi maka prokrastinasi akademik siswa b g 1 5
Var
% %
rendah, sebaliknya jika kepercayaan diri siswa iasi
Reg 2 7308,9 3654, 37,7 4,6 3,0
77
resi 19882 4599 51* 1 0 meramalkan prokrastinasi akademik diperoleh
(reg
sumbangan relatif (SR% X2) sebesar 1% dan
)
Resi sumbangan efektif (SE% X2) hanya sebesar
du 7 6969,9 96,80
0,423%. Hal tersebut dilihat oleh hasil korelasi
(res) 2 60118 5002 - - -
Tot kecemasan dengan prokrastinasi akademik
al 7 14278, diperoleh rx2y sebesar 0,1401 pada taraf
(T) 4 88 - - - -
Tabel 2.5 Ringkasan Analisis Regresi Dua signifikansi 1% sebesar 0,296 dengan
Prediktor demikian tidak ada hubungan antara
Ket : *) sangat signifikan kecemasan dengan prokrastinasi akademik
siswa MA Darut Taqwa. Hal ini menunjukkan
Dari hasil analisis regresi dua bahwa siswa yang memiliki kecemasan tinggi
prediktor diperoleh Freg sebesar 37,751 ternyata ada yang melakukan prokrastinasi
dengan taraf signifikansi 1%, dan koefisien akademik yang tinggi dan ada pula yang
determinan (R²) = 51,1%, maka ada hubungan rendah. Demikian juga sebaliknya, pada siswa
yang sangat signifikan kepercayaan diri dan yang memiliki kecemasan rendah ternyata ada
kecemasan dengan prokrastinasi akademik yang melakukan prokrastinasi akademik yang
pada siswa MA Darut Taqwa, dimana tinggi ada pula yang rendah.maka dapat
kepercayaan diri dan kecemasan dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri yang
digunakan untuk meramalkan prokrastinasi memberikan sumbangan besar terhadap
akademik siswa dengan sumbangan efektif terjadinya prokrastinasi akademik pada siswa.
sebesar 50,8% , sedangkan sumbangan relatif
kepercayaan diri (SR% X1) untuk meramalkan B. Pembahasan
prokrastinasi akademik adalah sebesar 99% Dari perhitungan statistik dengan
dan sumbangan efektif (SE% X1) sebesar menggunakan teknis analisis regresi dua
50,8%, hal ini dapat dilihat dari korelasi antara prediktor dapat diketahui bahwa hipotesis
kepercayaan diri dengan prokrastinasi dalam penelitian ini berbunyi “ adanya
akademik diperoleh rx1y sebesar -0, 715 pada hubungan antara kepercayaan diri dan
taraf signifikansi 1% sebesar 0,296 dengan kecemasan terhadap prokrastinasi
demikian ada hubungan negatif yang sangat akademik pada siswa MA Darut Taqwa”
signifikan antara kepercayaan diri dengan diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat
prokrastinasi akademik siswa MA Darut Solomon dan Rothblum (1984), yang
Taqwa, dimana bila kepercayaan diri siswa menyatakan bahwa motif lain yang
tinggi maka prokrastinasi akademik siswa berasosiasi dengan perilaku prokrastinasi
rendah, sebaliknya jika kepercayaan diri siswa khususnya yang dilakukan oleh pelajar,
rendah maka prokrastinasi akademik siswa yaitu perasaan takut gagal serta rendahnya
akan tinggi. sedangkan kecemasan untuk kepercayaan diri.

78
Perasaan takut gagal yang gagal menyelesaikan tugasnya dengan
merupakan motif dari perilaku tepat waktu.
prokrastinasi disini merupakan suatu Dapat kita simpulkan bahwa
faktor internal psikologis individu yaitu kepercayaan diri dan kecemasan memiliki
adanya suatu kecemasan. Sesuai dengan pengaruh besar dalam munculnya perilaku
pendapat Ghufron & Risnawita, (2011) prokrastinasi akademik siswa. Dalam teori
yang menyatakan bahwa khawatir atau perkembangan kognitif piget juga
rasa takut merupakan aspek kognitif dari dijelaskan bahwa masa remaja merupakan
kecemasan yang dialami berupa pikiran masa transisi dari penggunaan proses
negatif tentang diri dan lingkungannya dan berpikir konkret secara operasional ke
perasaan negatif terhadap kemungkinan berpikir formal secara operasional. Pada
kegagalan serta konsekuensinya seperti masa ini remaja mulai menyadari batasan-
tidak adanya harapan mendapat sesuatu batasan pikiran mereka sendiri. Perubahan
sesuai yang diharapkan, kritis terhadap diri kognitif remaja mempunyai implikasi
sendiri, menyerah terhadap situasi yang penting bagi pengajaran dan kurikulum.
ada, dan merasa khawatir berlebihan Sejak masa remaja awal anak merasakan
tentang kemungkinan apa yang dilakukan. ketidakcocokan lagi dengan pikirannya
Demikian pula dengan yang konkret operasional sehingga anak
kepercayaan diri, seseorang yang memiliki mengalami frustasi dalam belajar, seperti:
kepercayaan diri tinggi tidak akan apabila ada tugas yang lumayan sulit
menunda-nunda atau melakukan biasanya siswa lebih memilih untuk
prokrastinasi dalam memulai suatu menunda mengerjakankan bahkan tidak
pekerjaan atau menghindar dari tugasnya. mengerjakannya.
Ia akan memperjuangkan keinginannya Menurut Bandura (dalam
dalam meraih sesuatu (prestasi dan lain- Santrock, 2007), mengemukakan
lain). Sedangkan seseorang yang kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut
kepercayaan dirinya rendah mempunyai dan khawatir yang sangat tidak
kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai menyenangkan dan samar. Siswa yang
batas waktu yang telah ditentukan, merasa khawatir atau risau ketika
menunda-nunda atau melakukan menghadapi tantangan sekolah, seperti
prokrastinasi untuk mengerjakan tugasnya harus menyelesaikan ujian dengan baik,
sehingga menyita waktu yang dibutuhkan merupakan gejala yang wajar.
untuk menyelesaikan tugasya, sering Sesungguhnya para peneliti menemukan
mengalami keterlambatan sehingga bahwa kebanyakan siswa yang berhasil
muncul perasaan tidak nyaman dan memiliki tingkat kecemasan menengah.
penundaan tersebut menyebabkan dia Secara sederhana dapat disimpulkan

79
bahwa kecemasan yang dialami siswa Beberapa prinsip motivasi dalam
ketika menghadapi tantangan sekolah rangka mendorong motivasi belajar para
merupakan taraf yang wajar karena dengan siswa disekolah berdasarkan pandangan
adanya rasa khawatir atau cemas tersebut demokratis menyebutkan bahwa
siswa akan memikirkan bagaimana cara kecemasan akan menimbulkan kesulitan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu
membuatnya tergerak untuk melakukan perbiatan belajar sebab akan
sesuatu agar tantangan sekolah seperti mengakibatkan pindanya perhatian kepada
penyelesaian tugas dan ujian dapat hal lain sehingga kegiatan belajar menjadi
terselesaikan dengan baik dan maksimal tidak efektif. Selain itu disebutkan juga
Sigmund Freud (dalam Yudhawati bahwa kecemasan dan frustrasi akan
& Haryanto, 2011) mengemukakan bahwa membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi
kecemasan dipandang sebagai komponen yang lemah dapat menimbulkan perbuatan
utama dan memegang peranan penting yang energetik dan kelakuan yang lebih
dalam dinamika kepribadian seorang begairah.
individu. Freud membagi kecemasan ke Sedangkan menurut Sieber (dalam
dalam tiga tipe yaitu: kecemasan realistik Yudhawati & Haryanto, 2011)
adalah rasa takut terhadap ancaman atau mengemukakan bahwa kecemasan
bahaya-bahaya nyata yang ada di dunia dianggap sebagai salah satu faktor
luar atau lingkungan, kecemasan neurotik penghambat dalam belajar yang dapat
adalah rasa takut jangan-jangan insting- mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif
insting (dorongan id) akan lepas dari seseorang, seperti dalam konsentrasi,
kendali dan menyebabkan dia berbuat mengingat membentuk konsep dan
sesuatu yang bisa membuatnya dihukum, pemecahan masalah. Pada tingkat kronis
dan kecemasan moral adalah rasa takut dan akut, gejala kecemasan dapat
terhadap suara hati (super ego). berbentuk gangguan fisik (somatik),
Kecemasan yang dialami siswa disekolah seperti gangguan pada saluran pencernaan,
bisa berbentuk kecemasan realistik, sering buang air, sakit kepala, gangguan
neurotik atau kecemasan moral. jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan
Kecemasan dengan intensitas yang wajar pingsan. Kerena siswa merasa bahwa
akan dapat dianggap memiliki nilai positif kecemasan tersebut menggangu dirinya
sebagai motivasi, tetapi apabila maka kebanyakan siswa akan menyangkal,
intensitasnya sangat kuat dan bersifat memalsukan atau mendistorsi kenyataan
negatif justru malah akan menimbulkan dan mereka bekerja atau berbuat secara tak
kerugian dan dapat mengganggu terhadap sadar dan lebih memilih untuk
keadaan fisik dan psikis siswa.

80
menghindari kecemasan tersebut dengan intrinsik (disebabkan adanya stimuli dari
melakukan prokrastinasi akademik. dalam). Sikap siswa ialah suatu gejala
Dari hasil penelitian juga internal yang berdimensi afektif berupa
diperoleh bahwa kepercayaan diri dan kecenderungan untuk mereaksi atau
kecemasan memiliki pengaruh yang sangat merespons dengan cara relatif terhadap
besar dalam munculnya perilaku objek baik secara positif ataupun negatif.
prokrastinasi akademik siswa yaitu Sikap siswa yang positif dalam menerima
51,223% dan sisa dipengaruhi oleh self tugas merupakan awal yang baik bagi
concept, self esteem, self efficacy dan pola proses belajar siswa tersebut. Sikap positif
asuh orang tua. Dari hasil perhitungan siswa timbul karena adanya persepsi yang
statistik analisis regresi dua prediktor baik tentang kepercayaan diri mengenai
dapat diprediksikan bahwa prediktor X1 kemampuannya dalam menyelesaikan
(kepercayaan diri) memiliki sumbangan tugas. Sebaliknya jika siswa menunjukkan
relatif dan efektif yang lebih besar yaitu sikap yang negatif kepercayaan diri
99% dan 50,8% dibanding prediktor X2 mengenai kemampuannya, maka akan
(kecemasan) dalam munculnya prilaku menimbulkan kesulitan belajar serta siswa
prokrastinasi akademik siswa MA Darut kurang memiliki prestasi yang memuaskan
Taqwa. Hal tersebut sesuai dengan karena timbulnya perilaku prokrastinasi
pendapat Syah (1999), salah satu faktor- akademik.
faktor yang mempengaruhi belajar siswa Dari analisis regresi dua prediktir
yaitu faktor internal siswa dalam aspek juga diperoleh nilai koefisien determinan
psikologis yakni motivasi intrinsik. nilai R² = 51,1% sehingga dapat kita tarik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan kesimpulan bahwa kepercayaan diri dan
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri kecemasan memiliki hubungan yang
yang dapat mendorongnya melakukan sangat signifikan dalam munculnya
tindakan belajar. Termasuk dalam perilaku prokrastinasi akademik siswa
motivasi intrinsik siswa adalah yaitu sebesar 51,1% yang sisanya
kepercayaan diri. seseorang yang tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang
memiliki motivasi intrinsik (kepercayaan mempengaruhi munculnya perilaku
diri) sulit sekali melakukan aktivitas prokrastinasi akademik.
belajar secara terus menerus. Sementara
seseorang yang memiliki motivasi 5. Kesimpulan dan Saran
intrinsik (kepercayaan diri) selalu ingin A. Kesimpulan
maju dalam belajar. Dari jumlah sampel penelitian
Dalam teori belajar humanistik sebanyak 75 siswa, diketahui bahwa dapat
lebih menekankan adanya motivasi kita klasifikasikan ada 35 sampel berjenis

81
kelamin laki-laki dan 40 berjenis kelamin kecemasan (SE% X2) untuk meramalkan
perempuan. Sedangkan kalau ditinjau dari prokrastinasi akademik hanya sebesar
kelasnya ada 3 siswa dari kelas X1, 36 0,423%, maka dapat disimpulkan bahwa
siswa kelas X2, 32 siswa kelas X3 dan 4 kepercayaan diri yang memberikan
siswa kelas X4. sumbangan besar terhadap munculnya
Dari hasil uji korelasi diperoleh perilaku prokrastinasi akademik pada
Ry(1,2) sebesar 0,71545039 pada taraf siswa.
signifikansi 1% sebesar 0,296 dengan
demikian ada hubungan yang sangat B. Saran
signifikan antara kepercayaan diri dan 1. Bagi guru
kecemasan dengan prokrastinasi akademik Setiap tugas yang diberikan baik
siswa MA Darut Taqwa. Dimana bila individu maupun kelompok harus ada
kepercayaan diri dan kecemasan tinggi punishment, sehingga minimal dengan
maka prokrastinasi akademik tinggi. punishment itu mampu mengontrol
Sebaliknya jika kepercayaan diri dan individu meminimalisir perilaku
kecemasan rendah maka prokrastinasi prokrastinasi, tidak hanya itu
akademik tinggi. Dengan demikian kerjasama antara guru dan orang tua
hipotesis yang menyatakan “Ada juga harus dibangun tidak lain
hubungan kepercayaan diri dan kecemasan tujuannya adalah untuk mengontrol
dengan prokrastinasi akademik pada siswa perilaku anak.
MA Darut Taqwa diterima”. 2. Bagi siswa
Dari hasil analisis regresi dua Harus pandai dalam mengatur
prediktor diperoleh Freg sebesar 37,751 waktu, sehingga tugas yang diberikan
dengan tarf signifikansi 1% sebesar 0,296 guru bisa selesai dikerjkan sesuai
dan koefisien determinan (R²) = 51,1%, dengan waktu yang telah ditentukan,
maka ada hubungan yang sangat signifikan tidak hanya itu kegiatan yang sifatnya
antara kepercayaan diri dan kecemasan kurang penting itu harus diminimalisir
dengan prokrastinasi akademik siswa MA untuk menghindari pengaruh yang
Darut Taqwa, dimana kepercayaa diri dan tidak baik dan berdampak pada
kecemasan dapat digunakan untuk tanggungjawab seorang siswa.
meramalkan prokrastinasi akademik siswa
dengan sumbangan efektif sebesar REFERENSI
51,223%, sedangkan sumbangan efektif
kepercayaan diri (SE% X1) untuk Arikunto, Suharmisi. 2006. Prosedur
meramalkan prokrastinasi akademik Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
adalah sebesar 50,8% sedangkan Jakarta: Rineka Cipta.

82
Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan skala Kaplan, h.i.; Benyamin j. Sadock dan J.A.
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Grebb. Synopsis Psikiatri. Jakarta :
Pelajar. Binarupa Aksara.

Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Kartadinata, Iven & Tjundjing. 2008.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prokrastinasi Akademik Dan
Azwar, Saifuddin. 2010. Sikap Manusia Teori Menejemen Waktu. Journal Fakultas
dan Pengukurannya. Yogyakarta: Psikologi Universitas Surabaya. Vol
Pustaka Pelajar. 23, no. 2.

Azwar, Saifuddin. 2011. Reliabilitas dan Kelly, Estalita. 2010. Statistik I. Pasuruan:
Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tidak Diterbitkan. Untuk Kalangan Sendiri.

Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Kelly, Estalita. 2010. Statistuk II. Pasuruan:
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. tidak diterbitkan. Untuk Kalangan Sendiri.

Davidoff, Linda L. 1991. Psikologi Suatu Pangestuti, Dwi Anna Dyan. 2009. Tinjauan
Pengantar. Jakarta: Erlangga. Ilmiah. (Online), (http://deean-
ae8.blogspot.com/2009/07/tinjauan-
Fatimah, M.M Enung. 2010. Psikologi
ilmiah-kebiasaan-siswa-
Perkembangan (Perkembangan
menunda.html), diakses 08 maret
Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka
2014.
Setia.
Rifki, Mustofa. 2008. Pengaruh Rasa Percaya
Fibrianti, Dwi Irmawati. 2009. Hubungan
Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Antara Dukungan Sosial Orang Tua
di SMA Islam Almaarif Singosari
dengan Prokrastinasi Akademik dalam
Malang. Skripsi. (Online),
menyelesaikan Skripsi Pada
(http//03160015 kpercayaan diri.html),
Mahasiswa Fakultas Psikologi
diakses 08 Maret 2014.
Universitas Diponegoro Semarang.
Skripsi tidak Diterbitkan. Semarang: Rizvi. 2001. Pusat Kendali Efikasi Diri
Fakultas Psikologi Universitas Sebagai Prediktor Terhadap
Diponegoro Semarang. Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.
Skripsi. Jogjakarta: Fakultas Psikologi
Ghufron, M. Nur dan Risnawita, S. Rini. 2011.
Universitas Gadjah Mada. (Online),
Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-
(http://www.springerlink.com/fulteks.
Ruzz Media.
pdf), diakses 03 April 2014.
Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan
Santrock, John W. 2007. Remaja. Jakarta:
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Erlangga
Argensindo.
Sarastika, Pradipta. 2014. Tampil Percaya
Diri. Yogyakarta: Araska.
83
Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. (1984).
Academic Procrastination: Frequency
And Cognitive-Behavioral Correlates.
Journal of Counseling Psychology, 31,
503-509.

Sulaeman, Dadang. 1995. Psikologi Remaja


Dimensi-Dimensi Perkembangan.
Bandung: Mandar Maju.

Wiramihardjo, Sutardjo A. 2005. Pengantar


psikologi Abnormal. Bandung: PT.
Rafika Aditama.

Yudhawati, Ratna dan Haryanto, Dany. 2011.


Teori-Teori Dasar Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.

Zimberoff dan Hartman.2005. Procrastination


Is A Thief Of Time. (Online),
(http://www.edu/esc/procratination.ht
ml, diakses 03 april 2014).

84

Anda mungkin juga menyukai