Anda di halaman 1dari 29

Kel 2

Jazilatul Khikmiah 932113119


Rani Bela Sukama 932113719
Radinda Rofiatul 932111919
Syukrianovi Dwi P 932111619
Faktor-Faktor
Kesulitan Belajar

● Faktor intern siswa yang meliputi gangguan


atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa
pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
● Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan yang tidak
mendukung aktifitas belajar siswa, baik itu
lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.
CIRI-CIRI KESULITAN BELAJAR
● Tidak menguasai keterampilan membaca, mengeja, menulis atau berhitung pada
usia atau mendekati usia dan tingkat kelas yang diharapkan
● Kesulitan dalam mengingat sesuatu
● Nilai pelajaran yang naik turun
● Mudah menyerah
● Fokus mudah teralihkan, mudah terganggu, senang memulai sesuatu tetapi sulit
mengakhirinya
● Sulit duduk tenang untuk jangka waktu yang lama
● Sulit mengikuti hal-hal rutin
● Sulit memahami dan mengukuti instruksi
● Lambat mngenali antara kata, kalimat dan suara dan sulit mengungkapkan
pikiran
● Sering membuat kesalahan dalam membaca dan menulis
● Sulit beradaptasi dengan hal-hal baru
● Impulsif dan tidak mampu merencanakan sesuatu
● Memiliki kesulitan memahami konsep waktu
● Menunjukkan penolakan atau reaksi emosional yang berlebihan saat melakukan
kegiatan akademik
● Tidak peduli dengan kondisi sekitarnya dan sulit bergaul
Langkah-langkah Dalam Pemecahan Kesulitan Belajar Siswa

● Memperkirakan kemungkinan bantuan. Kalau letak kesulitan yang


dialami siswa sudah dipahami baik jenis dan sifat kesulitan dengan
berbagai macam latar belakangnya.

● Menetapkan kemungkinan cara mengatasi. Dalam langkah ini perlu


diadakan dari rapat staf bimbingan dan konseling jika diperlukan.
Kemudian menyusun suatu rencana beberapa alternatif yang
mungkin dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa.

● Tindak lanjut. Yaitu kegiatan melakukan pengajaran remidial


(Remidial Teaching) yang diperkirakan tepat dalam membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
Kesehatan mental adalah kondisi jiwa dimana seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang
lain dan dengan lingkungan dimana ia berada,
dalam upaya mencapai kepuasan dan kebahagiaan
ataupun ketenteraman hidup sehingga terhindar dari
gangguan jiwa. Dalam penyesuaian itu orang akan
berhadapan dengan masalah-masalah, kegoncangan-
kegoncangan yang datang dari dalam dirinya
ataupun dari luar dirinya, ditempat dimana ia
berada. Jika ia dapat memahami dirinya sendiri
dengan lebih baik dan menyadari bahwa dirinya
berharga, maka ia akan lebih siap memahami
perasaan, emosi, dan motivasi yang dimiliki orang
lain. Ia akan segera menyesuaikan dengan
kehidupan lingkungannya, sehingga ia dapat hidup
bersama dengan lingkungannya secara harmonis.
Perilaku orang yang sehat mentalnya:

• Ceria
• Percaya diri
• Humoris
• Memiliki keseimbangan emosi
• Memiliki pandangan sehat terhadap
kenyataan (diri dan sekitarnya)
• Secara relative bebas dari rasa cemas dan
tegang
• Dapat menyesuaikan diri dari segala
kemungkinan
• Mampu menghargai diri sendiri
• Mencapai kepuasan pribadi, bahagia,
ketenangan hidup tanpa merugikan orang
lain.
Tidak ada ukuran tertentu dari batas di
mana seseorang dikatakan sehat mental
atau tidak. Seperti halnya kelainan jiwa,
ada yang berat, ada yang agak berat,
ada yang mendekati wajar. Yang dapat
diketahui hanya seberapa jauh jaraknya
dari sehat mental dan yang normal.
Secara terus terang dapat dikatakan
bahwa setiap orang secara relatif pernah
mengalami tidak sehat mental. Tidak
sehat mental seseorang biasanya terjadi
karena besarnya goncangan yang
melebihi kemampuan untuk mengatasi
problem.
Pengaruh ketidakmampuan belajar terhadap kesehatan mental

Orang-orang yang mengalami ketidakmampuan belajar dapat merasa gagal,


dan hal ini bisa menyebabkan mereka stres. Kondisi stres dapat
menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan
masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Mental yang tidak sehat dapat dirumuskan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Tidak adanya keserasian antara fungsi-fungsi jiwa sehingga tidak mampu
mengatasi goncangan-goncangan.
b) Orang yang gagal dalam mengadakan penyesuaian (mal adjusted).
c) Tidak dapat menerima kenyataan dirinya ataupun orang lain.
d) Banyak menggantungkan diri pada orang lain.
e) Tidak bertanggung jawab.
f) Merasa tidak bebas / merdeka.
g) Merasa tidak bahagia dalam hidupnya.
h) Banyak dikuasai oleh emosinya (emosional).
i) Tidak dapat menatap masa depan dengan baik.
DATA STATISTIK KETIDAKMAMPUAN
BELAJAR YANG BERKAITAN DENGAN
KESEHATAN MENTAL

1. Sekitar 25% hingga 40% orang dengan ketidakmampuan


belajar juga mengalami masalah kesehatan mental
2. Prevalensi dimensia pada orangtua yang mengalami
kesulitan belajar lebih tinggi dibanding orang yg tidak
mengalami kesulitan belajar (21,6% vs 5,7% usia 65+ tahun)
3. Orang dengan down sindrom berada pada risiko tinggi
terkena demensia, dengan usia 30-40 tahunlebih muda dari
populasi umum.
4. Tingkat prevalensi skizofrenia pada orang dengan
ketidakmampuan belajar kira-kira tiga kali lebih besar
daripada populasi umum (3% vs 1%)
5. Perilaku menantang (agresi, perusakan, melukai diri sendiri,
dan lainnya) ditunjukkan oleh 10% -15% orang dengan
ketidakmampuan belajar, dengan prevalensi spesifik usia
yang memuncak antara usia 20 dan 49 tahun.
FAKTOR PENUNJANG KESEHATAN
MENTAL

Sesuai dengan rumusan kesehatan mental, dalam


interaksinya seseorang dalam hidupnya berhadapan
dengan lingkungan, sehingga faktor yang
menunjang kesehatan mental adalah :
1) Faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang.
2) Faktor yang berasal dari luar
dirinya.
Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

Kondisi jasmani
(1). Kelengkapan organ tubuh
(2). Kondisi pertumbuhan tubuh.
(3). Integrasi dari fungsi-fungsi jasmani.

Kondisi psikhis
(1). Cipta atau fikir
(2). Rasa
(3). Karsa
Faktor yang berasal dari luar individu

● Lingkungan keluarga
● Lingkungan sekolah
● Lingkungan bermasyarakat
Kondisi Kesehatan Mental Anak Yang Mengalami
Kesulitan Belajar

● Mudah cemas, frustasi, malu, depresi


● Harga diri rendah
● Kesulitan dalam berhubungan sosial
● Kesulitan dalam mengontrol emosi dan perilaku
● Rasa kesepian atas penolakan, intimidasi, dan iktimasi
sosial.
Strategi Untuk Membantu Anak Dengan Harga Diri Rendah
Masa usia dini adalah saat yang paling tepat untuk menanamkan
karakter dan kepribadian anak. Salah satu aspek kepribadian yang
penting untuk dikembangkan adalah harga diri. Seorang anak dengan
harga diri yang tinggi mampu menampilkan dirinya sebagai pribadi
yang menyenangkan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan,
mandiri, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan percaya diri.
Definisi Harga Diri
Johnson & Jonson (1991) berpendapat bahwa bicara Harter dalam Papalia (2009: 383) mengatakan bahwa
tentang harga diri, berarti bicara mengenai satu aspek seperti juga dengan konsep diri itu sendiri, harga diri
dalam konsep diri yang menentukan akan pada masa kanak-kanak awal cenderung bersifat semua
berkembang menjadi individu seperti apakah anak- atau tidak sama sekali; ‘saya baik’ atau ‘saya jahat’. Baru
anak generasi bangsa kelak. Konsep diri positif pada masa kanak-kanak tengah evaluasi personal
akhirnya akan membentuk harga diri yang kuat. mengenai kompetensi dan kemampuan berdasarkan
Harga diri merupakan penilaian tentang keberartian internalisasi standar orangtua atau sosial anak menjadi
diri dan nilai seseorang yang didasarkan atas proses penting dalam membentuk atau mempertahankan
pembuatan konsep dan pengumpulan informasi perasaan keberhargaan diri.
tentang diri beserta pengalamannya.

Menurut pendapat beberapa ahli tersebut, maka


dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah
penilaian individu terhadap kehormatan diri,
melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang
sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan
menggambarkan sejauh mana individu tersebut
menilai dirinya sebagai orang yang memiliki
kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Komponen Harga Diri

2. Feeling of competence, yaitu


1. Feeling of belonging, yaitu
perasaan individu bahwa ia
perasaan individu bahwa
mampu melakukan sesuatu untuk
dirinya merupakan bagian dari
mencapai hasil yang diharapkan.
suatu kelompok dan individu
Jika ia berhasil mencapai tujuan
tersebut diterima oleh anggota
maka ia akan memberikan
kelompok lainnya.
penilaian positif terhadap
dirinya.

3. Feeling of worth, yaitu perasaan individu bahwa dirinya berharga.


Strategi Untuk Membantu Anak
Dengan Harga Diri Rendah

 Mendukung anak melakukan kegiatan yang mereka


sukai
 Rencanakan kegiatan yang akan memberi anak-anak
peluang sukses besar
 Mendukung setiap tanda kemajuan, bahkan ketika
kemajuannya lambat
 Menempatan anak dalam lingkungan (teman
sebaya) yang mirip dengan mereka secara akademis.
Strategi Guru Membantu Siswa Mengontrol
Emosi
Tahap perkembangan emosi pada anak dan remaja mengalami banyak tahapan, bisa saja memiliki peran
positif atau negatif bagi perilakunya. Menurut Yudrik Jahja, emosi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:

1. Emosi Sensoris 2. Emosi Psikis

Biasanya ditimbulkan oleh Emosi yang mempunyai alasan- alasan


rangsangan dari luar terhadap kejiwaan. Emosi psikis ditunjukkan
tubuh. dengan perasaan intelektual, perasaan
sosial, perasaan susila, perasaan
keindahan (estetika), dan perasaan
ketuhanan.
Sementara itu Novita Tandry, berpendapat bahwa
fase-fase kemarahan pada anak antara lain yaitu:

1. Pada usia 2 tahun umumnya kemarahan berkembang sampai


ke titik tertinggi. Kemarahan anak bisa berlangsung 5-10 menit
karena ia telah membangun kesadaran sebagai individu dan
mengetahui kebutuhannya sendiri.
2. Pada usia 5 tahun seiring bertambahnya usia, umumnya
kemarahan anak memiliki durasi lebih pendek (beberapa menit saja).
3. Kemudian pada usia 10 (sepuluh tahun, yang tersisa adalah
letupan kemarahan kecil yang berlangsung hanya beberapa detik).
Strategi Guru Membantu Siswa Mengontrol
Emosi ?

Strategi Mengorganisasi Pengembangan Kecerdasan Sosial


Emosional Anak menurut Kemendikbud adalah sebagai
berikut:

1. Kegiatan mengorganisasikan berdasarkan kebutuhan,


minat dan karakteristik perkembangan anak yang menjadi
sasaran pengembangan kecerdasan emosi.
2. Kegiatan yang diorganisasikan bersifat holistik
(menyeluruh).
3. Kegiatan diorganisasikan sesuai dengan tuntutan
kondisivitas pengembangan kecerdasan emosi,
diantaranya dikondisikan dalam suasana kekeluargaan,
suasana yang penuh kasih sayang.
Strategi Guru Membantu Siswa Mengontrol
Emosi ?

4. Kegiatan diorganisasikan pada suasana yang dapat


memberikan kesempatan pada anak untuk memberikan
masukan dalam pengambilan keputusan.
5. Tugas guru diarahkan untuk membimbing dan
memfasilitasi bukan untuk mengatur berbagai prilaku
secara otoriter.
6. Peraturan kelas diorganisasikan secara jelas batas-
batasnya sehingga tumbuh kesadaran untuk menaatinya
secara utuh dan bertanggung jawab.
7. Organisasi kegiatan juga memberikan kesempatan dan
menganjurkan agar orang tua dapat berpartisipasi dengan
anak-anaknya dalam kegiatan sekolah.
Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak
mengendalikan emosi dan meredam amarahnya

1 2 3 4
Mengetahui Mengalihkan Memberi Biarkan anak
penyebabnya perhatiannya perhatian kepada sampai tenang
terlebih dahulu anak untuk kemudian
diajak berdiskusi
Interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih individu
dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Proses sosialisasi adalah mengenal tingkah laku yang dapat


diterima oleh masyarakat dan diharapkan dilakukan anak, serta
belajar mengendalikan diri. Hasil yang diperoleh dari proses
sosialisasi tersebut merupakan keterampilan sosial yang
mempunyai kedudukan yang strategis bagi anak untuk dapat
membina hubungan antar pribadi dalam berbagai lingkungan dan
kelompok orang.
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Interaksi
Sosial
● Faktor Internal, meliputi hal-hal yang
diturunkan dari orang tua, unsur
berpikir dan kemampuan intelektual,
keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh
(unsur hormonal) dan emosi dan sifat-
sifat (temperamen) tertentu

● Faktor eksternal seperti faktor


keluarga, faktor gizi, budaya, dan
teman bermain atau teman di sekolah
serta sikap dan kebiasaan keluarga
dalam mengasuh dan mendidik anak
Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak
merupakan modal utama bagi anak dalam mengembangkan interaksi
sosial anak. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak hanya
dituntut untuk berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami,
tetapi juga dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan
menarik untuk orang lain yang menjadi lawan bicaranya.
Indikator Dari Kemampuan Interaksi
Sosial
● Kemampuan dalam menunjukkan kontak mata ketika sedang berbicara dengan lawan
bicara

● Kemampuan menunjukkan sikap yang tepat ketika diajak berbicara atau dengan kata
lain dapat menampilkan gesture, mimik wajah yang sesuai serta dapat berbicara dengan
intonasi yang tepat

● Kemampuan menyampaikan pertanyaan kepada lawan bicara, untuk memperoleh suatu


informasi dari pertanyaannya

● Kemampuan menyampaikan pesan atau sebuah informasi kepada lawan bicara.

● Kemampuan dalam mengajukan pertanyaan dalam mengawali sebuah percakapan


Strategi membantu siswa dengan kesulitan
berinteraksi sosial
● Berdiskusi dengan anak terkait bagaimana berprilaku dengan orang lain, memvalidasi perasaaan-perasaan yang
muncul dan sebab akibat dalam berprilaku

● Membantu anak mengenali situasi yang berpotensi bermasalah dan engembangkan strategi untuk
menghadapinya

● Memberi anak kesempatan untuk menyendiri bahkan berinteraksi dengan teman sebayanya

● menjelaskan secara verbal jika situasi sosial terjadi

● Memberikan contoh pada kehidupan nyata

● Jangan menyalahkan, tetapi memberitahu anak apa yang harus dilakukan lain kali

● Memberi anak kesempatan untuk menerima respon positif maupun negative dari orang lain agar mereka
menemukan cara positif untuk menghadapi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai