Anda di halaman 1dari 36

Teori Keperawatan dalam Penyusunan Kerangka Konseptual dalam

Riset Keperawatan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat salah satu tugas mata
kuliah Riset Keperawatan

Disusun oleh :
Kelompok2

Maulana.a.r.d.patty 211FK05001
Susi Septiani 211FK05003
Uyan Supian 211FK05010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANAN BANDUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Teori Keperawatan Dalam Penyusunan Kerangka
Konseptual Dalam Riset Keperawatan”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat saran,

dorongan, serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan


pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata
penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru
yang terbaik bagi penulis.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki.
Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak menutup diri
terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi penulis.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 11 November 2022

Kelompok 2
\

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep

keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau


model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan
suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta - fakta yang telah
diobservasi, tetapi kurang absolut ( kurang adanya bukti ) secara langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi
dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan
sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam
model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti; adanya
keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang
ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan
terhadap kebutuhan semua pasien,

serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori dan


Model Keperawatan yang telah ada, sebagai salah satu kunci dalam
mengembangkan ilmu dan praktek serta profesi keperawatan di Indonesia. Pada
4
kesempatan kali ini penulis mencoba memaparkan “Teori dan Model
Keperawatan”, sekaligus untuk memenuhi tugas matakuliah Konsep Dasar
Keperawatan
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah


sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi philosofhie teori keperawatan?

2. Apa saja Conseptual Models and grand theories dalam


penyusunan kerangka konseptual?

Tujuan Penulisan

3. Untuk mengetahui philosofhie teori keperawatan

4. Untuk mengetahui Conseptual Models and grand theories dalam


penyusunan kerangka konseptual.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

Dalam suatu penelitian tinjauan kepustakaan sangat diperlukan karena sangat


penting untuk mendasari permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian tinjauan
pustaka sebaiknya meliputi :
 Teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
manfaat dalam teori-teori tinjauan pustaka adalah untuk menambah
pengetahuan peneliti, sehingga peneliti akan mudah mengidentifikasi variabel-
variabel yang akan diteliti.
 Seluruh aspek penyakit yang diteliti tidak perlu di tulis dalam tinjauan pustaka,
hal-hal yang di tulis berfolus pasa aspek yang ditliti dwngan penekanan utama
pada hunungan antar variabel yang di permasalahkan, dan variabel-variabel lain
yang berperan
 Buku sumber pustaka sebaiknya yang terbaru ( 10 tahun terakhir), kecuali
memang tidak ada teori terbaru berkaitan dengan masalah yang kita teliti.
Artikel, makalah ilmiah dan jurnal-jurnal kesehatan dapat memberikan suatu
informasi terbaru.
 Hasil penelitian orang lain yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
sebaiknya ada dalam tinjauan pustaka .
Membuat kerangka teori sebagai dasar untuk mengambangkan kerangka konsep
penelitian. Dengan membuat kerangka teori, maka peneliti dapat meletakan
masalah yang sedang diteliti dalam konteks ilmu pengetahuan yg sedang
digeluti.

6
1. Konsep Metaparadigma dalam Teori Levine

Myra Estrin Levine mengembangkan teori tentang model konservasi.


Teorinya dibagi dalam 4 (empat) asumsi utama yaitu manusia, lingkungan,
keperawatan, dan kesehatan. Model Levine membahas juga keterkaitan antara
manusia dan lingkungan yang sesuai dari waktu ke waktu.
Schaefer mengidentifikasi pernyataan berikut sebagai asumsi tentang
model yaitu:
1. Orang hanya dapat dipahami dalam konteks lingkungannya.
2. Setiap sistem mempertahankan diri memonitor perilaku sendiri dengan
melestarikan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk
mendefinisikan identitas unik.
3. Manusia merespons dengan tunggal, belum terintegrasi, fashion.
Teori tentang model konservasi ini dibagi dalam 4 (empat) asumsi utama
yaitu

a) Manusia

Manusia digambarkan sebagai individu yang holistic yang terus-


menerus berusaha untuk mempertahankan keutuhan dan integritas
sebagai makhluk yang berfikir, berorientasi pada masa depan, dan
masa lalu. Manusia memliki kepekaan identitas dan harga diri.
Berdasarkan Levine (1989), proses kehidupan adalah proses
perubahan.
b) Keperawatan

Keperawatan adalah interaksi manusia (Levine, 1973). Perawat


masuk ke dalam satu kemitraan dengan pasien dan berbagi
pengalaman dengan setiap pasien (Levine, 1977). Tujuan
7
keperawatan adalah untuk mempromosikan adaptasi dan
mempertahankan keutuhan baik individu maupun masyarakat.
Keperawatan adalah untuk mempromosikan kesehatan, menyadari
bahwa setiap individu memiliki respon yang unik sebagai individu
dan anggota kelompok. Integritas individu yaitu keutuhan individu
(bio,psiko, sosial, dan spiritual) dan merupakan

tanggung jawab perawat untuk membantu pasien mempertahankan


dan mencari realisasinya. Tujuan keperawatan dicapai melalui
penggunaan prinsip-prinsip konservasi : energi, struktur, personal,
dan sosial.
c) Sehat sakit

Kesehatan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan


untuk melakukan fungsi secara normal (Levine, 1969).
Kesehatan bukan hanya tidak adanya kondisi patologis.
Kesehatan juga diartikan sebagai terjaganya keutuhan tubuh dan
keberhasilan adaptasi. Perubahan status kesehatan tidak hanya
perubahan fungsi fisiologis (konservasi integritas struktural) tetapi
dapat juga terjadi gangguan pada beberapa prinsip konservasi yang
lain.

d) Lingkungan

Lingkungan adalah "di mana kita terus-menerus dan secara aktif


terlibat" dalam menjalani kehidupan. Levine juga memandang bahwa
setiap individu memiliki lingkungan sendiri, baik secara internal
maupun eksternal. Lingkungan internal meliputi fisiolosis dan
pathofisiologis, dan lingkungan eksternal sebagai level persepsi,
opersional dan konseptual.

Levine menggunakan definisi Bates (1967) dalam Tomey &


Alligood (2006) dalam mendefinisikan lingkungan eksternal yang

8
terdiri dari tiga level, yaitu :

1) Perseptual

Lingkungan perseptual adalah bagian dari lingkungan


eksternal dimana individu berespon terhadap sumber sensori
seperti cahaya, suara, sentuhan, suhu, perubahan kimia yang
dibau atau yang dirasa.
2) Operasional

Lingkungan operasional adalah bagian dari lingkungan


eksternal yang berinteraksi dengan kehidupan yang

mungkin secara fisik mempengaruhi individu, tetapi tidak


disadari oleh manusia karena merupakan bagian dari
lingkungan eksternal yang berinteraksi dengan jaringan
kehidupan seperti semua bentuk radiasi, mikroorganisme, dan
polutan. Dengan kata lain, elemen-elemen ini mempengaruhi
manusia secara fisik tetapi tidak bisa dirasakan.
3) Konseptual

Lingkungan konseptual merupakan lingkungan eksternal


yang terdiri dari bahasa, ide, symbol, spiritual, keyakinan,
dan tradisi, budaya dan etnis, pola psikologis individu yang
diperoleh dari pengalaman hidup.

B. Pernyataan Teoritis

Karya Levine dimaksudkan untuk memberikan struktur


organisasi dalam mengajar keperawatan medikal bedah bukan untuk
mengembangkan teori; Oleh karena itu ia tidak secara eksplisit
mengidentifikasi assertions. although teoritis banyak pernyataan
teoritis dapat dihasilkan dari pekerjaannya, pernyataan utama yaitu:
1. Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi energi
9
pasien individu
2. Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi integritas
struktural pasien individu
3. Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi integritas
sosial pasien individu.

C. Aplikasi Teori Pada Bidang

1. Praktek

Levine membantu mendefinisikan keperawatan dengan


mengidentifikasi kegiatan meliputi dan memberikan prinsip
prinsip ilmiah di belakang mereka. Prinsip konservasi sebagai
kerangka kerja tidak terbatas pada perawatan di rumah sakit, tapi
dapat digeneralisasi dan digunakan di setiap lingkungan,
rumah sakit, atau masyarakat.

2. Pendidikan

Levine menulis pengantar Keperawatan Klinis, buku teks


untuk para pemula yang memperkenalkan materi baru ke dalam
kurikulum. Dia mempresentasikan diskusi awal kematian dan
sekarat dan delieved bahwa perempuan harus dibangunkan
setelah biopsi payudara dan berkonsultasi

tentang langkah berikutnya.

Pengantar Keperawatan klinik menyediakan struktur


organisasi untuk mulai mengajar keperawatan medikal bedah
kepada siswa . pada edisi kedua tahun 1969 dan 1973, Levine
menyajikan masing-masing model pada akhir bab sembilan.

10
Setiap model mengandung tujuan, konsep ilmu penting, dan proses
keperawatan untuk memberikan perawat dasar dalam

kegiatan menyusui. Model ini bukan bagian dari Model


Percakapan. Model konservasi dibahas dalam Pendahuluan dan
dalam Bab 10 dari teks pengantar. Panduan teks guru yang
menyertai tetap menjadi sumber tepat waktu prinsip pendidikan
yang dapat membantu baik guru pemula dan guru berpengalaman
yang dapat mengambil manfaat dari review akar pendidikan.

3. Penelitian

Fitzpatrick dan Whall menyatakan bahwa semua dalam


semua, Model Levine sebagai awal yang sangat baik.
Kontribusinya telah banyak menambahkan untuk pengembangan
keseluruhan pengetahuan keperawatan. "Namun, Fawcett
menyatakan bahwa untuk membangun kredibilitas, "evaluasi yang
lebih sistematis penggunaan model dalam berbagai situasi klinis
diperlukan, studi yang menguji struktur konseptual-teoritis-empiris
langsung berasal dari atau terkait dengan prinsip-prinsip
konservasi. "Banyak pertanyaan

penelitian dapat dihasilkan dari Model Levine. Beberapa


mahasiswa pascasarjana telah menggunakan prinsip-prinsip

konservasi sebagai kerangka kerja untuk penelitian mereka.

4. Masa depan (manfaat teori)

Levine dan lain-lainnya telah bekerja dengan menggunakan


prinsip-prinsip konservasi sebagai dasar dari taksonomi diagnosis
keperawatan. Namun, pengembangan lebih lanjut dari konsep ini
telah ditangguhkan sejak Asosiasi Perawat Amerika mengambil alih
diagnosis keperawatan pada tahun 1992. Pekerjaan tambahan telah

11
dilakukan pada penggunaan Model administrasi Levine dengan
orang tua yang lemah. Baru-baru ini, model tersebut digunakan
untuk mengembangkan Teori Promosi Kesehatan pada bayi
prematur. Ini memiliki potensi besar untuk studi gangguan tidur dan
dalam pengembangan praktek perawatan kolaboratif dan primer.

A. Kritik

1. Kejelasan

Model Levine memiliki kejelasan. Fitzpatrick dan Whall


yakin bahwa pekerjaan Levine konsisten baik secara internal
maupun eksternal. Fawcett menyatakan bahwa "Model konservasi
Levine menyediakan keperawatan dengan logis kongruen,
pandangan orang holistik. " Model ini memiliki banyak hal;
Namun, Levine cukup mendefinisikan mereka untuk kejelasan.
2. Kesederhanaan

Meskipun empat prinsip-prinsip konservasi tampil


sederhana pada awalnya, mereka mengandung subkonsep dan
beberapa variabel. Namun demikian, model ini masih salah satu
yang sederhana yang muncul.
3. Keumuman

Empat Prinsip-prinsip konservasi dapat digunakan dalam


semua konteks keperawatan.

4. Presisi empiris

Levine menggunakan logika deduktif untuk


12
mengembangkan model-nya, yang dapat digunakan untuk
menghasilkan pertanyaan penelitian. Saat ia tinggal Model
konservasi, dia diverifikasi penggunaan penalaran induktif untuk
lebih mengembangkan dan menginformasikan model nya.

5. Derivable Konsekuensi
Meskipun beberapa penulis mempertanyakan penyediaan tingkat
kontribusi Model Levine, empat prinsip prinsip konservasi diakui
sebagai salah satu awal model keperawatan l. Selain itu, terus
memiliki utilitas untuk praktek keperawatan dan penelitian dan
menerima pengakuan yang meningkat di abad kedua puluh satu ini.

4) Perseptual
Lingkungan perseptual adalah bagian dari lingkungan
eksternal dimana individu berespon terhadap sumber sensori
seperti cahaya, suara, sentuhan, suhu, perubahan kimia yang
dibau atau yang dirasa.
5) Operasional

Lingkungan operasional adalah bagian dari lingkungan


eksternal yang berinteraksi dengan kehidupan yang
mungkin secara fisik mempengaruhi individu, tetapi tidak
disadari oleh manusia karena merupakan bagian dari
lingkungan eksternal yang berinteraksi dengan jaringan
kehidupan seperti semua bentuk radiasi, mikroorganisme, dan
polutan. Dengan kata lain, elemen-elemen ini mempengaruhi
manusia secara fisik tetapi tidak bisa dirasakan.
6) Konseptual
Lingkungan konseptual merupakan lingkungan eksternal
yang terdiri dari bahasa, ide, symbol, spiritual, keyakinan,
dan tradisi, budaya dan etnis, pola psikologis individu yang
diperoleh dari pengalaman hidup.

13
B. Pernyataan Teoritis
Karya Levine dimaksudkan untuk memberikan struktur
organisasi dalam mengajar keperawatan medikal bedah bukan untuk
mengembangkan teori; Oleh karena itu ia tidak secara eksplisit
mengidentifikasi assertions. although teoritis banyak pernyataan
teoritis dapat dihasilkan dari pekerjaannya, pernyataan utama yaitu:
1. Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi energi
pasien individu
2. Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi integritas
struktural pasien individu
3. Intervensi Keperawatan didasarkan pada konservasi integritas
sosial pasien individu.

C. Aplikasi Teori Pada Bidang


1. Praktek
Levine membantu mendefinisikan keperawatan dengan
mengidentifikasi kegiatan meliputi dan memberikan prinsip
prinsip ilmiah di belakang mereka. Prinsip konservasi sebagai
kerangka kerja tidak terbatas pada perawatan di rumah sakit, tapi
dapat digeneralisasi dan digunakan di setiap lingkungan,
rumah sakit, atau masyarakat.
2. Pendidikan

Levine menulis pengantar Keperawatan Klinis, buku teks


untuk para pemula yang memperkenalkan materi baru ke dalam
kurikulum. Dia mempresentasikan diskusi awal kematian dan
sekarat dan delieved bahwa perempuan harus dibangunkan
setelah biopsi payudara dan berkonsultasi tentang langkah
berikutnya.

Pengantar Keperawatan klinik menyediakan struktur


organisasi untuk mulai mengajar keperawatan medikal bedah
kepada siswa . pada edisi kedua tahun 1969 dan 1973, Levine

14
menyajikan masing-masing model pada akhir bab sembilan.

Setiap model mengandung tujuan, konsep ilmu penting, dan proses


keperawatan untuk memberikan perawat dasar dalam

kegiatan menyusui. Model ini bukan bagian dari Model


Percakapan. Model konservasi dibahas dalam Pendahuluan dan
dalam Bab 10 dari teks pengantar. Panduan teks guru yang
menyertai tetap menjadi sumber tepat waktu prinsip pendidikan
yang dapat membantu baik guru pemula dan guru berpengalaman
yang dapat mengambil manfaat dari review akar pendidikan.

3. Penelitian
Fitzpatrick dan Whall menyatakan bahwa semua dalam
semua, Model Levine sebagai awal yang sangat baik.
Kontribusinya telah banyak menambahkan untuk pengembangan
keseluruhan pengetahuan keperawatan. "Namun, Fawcett
menyatakan bahwa untuk membangun kredibilitas, "evaluasi yang
lebih sistematis penggunaan model dalam berbagai situasi klinis
diperlukan, studi yang menguji struktur konseptual-teoritis-empiris
langsung berasal dari atau terkait dengan prinsip-prinsip
konservasi. "Banyak pertanyaan
penelitian dapat dihasilkan dari Model Levine. Beberapa
mahasiswa pascasarjana telah menggunakan prinsip-prinsip
konservasi sebagai kerangka kerja untuk penelitian mereka.
4. Masa depan (manfaat teori)

Levine dan lain-lainnya telah bekerja dengan menggunakan


prinsip-prinsip konservasi sebagai dasar dari taksonomi diagnosis
keperawatan. Namun, pengembangan lebih lanjut dari konsep ini
telah ditangguhkan sejak Asosiasi Perawat Amerika mengambil alih
diagnosis keperawatan pada tahun 1992. Pekerjaan tambahan telah
dilakukan pada penggunaan Model administrasi Levine dengan
orang tua yang lemah. Baru-baru ini, model tersebut digunakan
untuk mengembangkan Teori Promosi Kesehatan pada bayi

15
prematur. Ini memiliki potensi besar untuk studi gangguan tidur dan
dalam pengembangan praktek perawatan kolaboratif dan primer.

2. Teori Rogers dan Metaparadigma Lansia

Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia


menyajikan lima asumsi tentang manusia. Setiap
manusia diasumsikan sebagai kesatuan yang dengan individualitas. Manusia
secara kontinyu mengalami pertukaran energi dengan lingkungan. Manusia
mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan emosi. Manusia
diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan perilaku yang
berbeda dari bagian dan yang tidak dapat diprediksi dengan pengetahuan
tentang bagian bagiannya. Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di
luar individu. Keduanya, individu dan lingkungan dianggap sistem terbuka.
Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan, energi lapangan
pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integraldengan bidang
manusia.
Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik
kemanusiaan. Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat
dan arah pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam
proses perubahan sehingga orang dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992).
Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari
komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers
bahwa ia memandang kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini
menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan
kesehatan adalah sebuah nilai.
a. Kegunaan prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan

Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat


manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan
pedoman untuk memprediksi sifat dan arah perkembangan individu
sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Diharapkan, praktik
keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika
integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat hubungan dan
integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang
manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan. Tujuan
16
ini akan tercermin dalam proses keperawatan. Untuk berhasil
menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan
perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan.
Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari
lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien.
Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam
proses keperawatan.
Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992),
mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi
maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja
dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam
proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap
semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas
pemenuhan kebutuhan. Dalam tahap keperawatan, semua fakta
dan opini tentang klien dan lingkungan dikumpulkan. Karena
keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data, informasi
yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau
bagian lainnya.

Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus


dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin
dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat respon
dari data yang ada. Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip
Integrasi. Seri berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy. Seri
terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip helicy. Untuk
mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa
pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat
bahwa tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam
ruang-waktu. Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi
terus berubah, mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan
pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat
semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu
memberikan perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan
mengidentifikasi perbedaan individu dan pola pertukaran bagian-bagian
secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian keperawatan, adalah
penilaian dariseluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang hanya
17
berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi
sehat dan sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit
atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki
kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.

3. Model dan Konsep Teori Orem

Salah satu Model Konseptual Model Keperawatan Teori Orem ini


adalah kemampuan seseorang untuk merawat diri sendiri sehingga tercapai
kemandirian untuk memepertahankan kesehatan. OREM dalam teori
sistem keperawatannya menggarisbawahi tentang bagaimana kebutuhan self-
care klien dapat di penuhi oleh perawat, klien atau kedua-duanya. Apabila
ada self-care dificit yaitu defisit antara apa yang bisa di lakukan dan apa
yang perlu di lakukan untuk mempertahankan fungsi optimum disinilah
keperawatan diperlukan.
Teori self-care berprinsip pada usaha menolong atau membantu
pasien individu yang tidak mampu untuk terlibat dalam tindakan selt care
yang memerlukan kemandirian dan ambulansi yang terkontrol serta
penatalaksanaan medis untuk menahan diri dari aktivitas aktivitas, perawat
dan klien melakukan tindakan care baik maupun perawat mempunyai peran
yang besar dalam pelaksanaan tindakan perawatan untuk melakukan
tindakan selt-care terapeutik yang di perluka berorientasi secara eksternal
atau internal tapi tidak bisa melakukannya tanpa bantuan.
Hasil akhir tindakan keperawatan menurut Orem adalah adanya peran
perawat sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan kemampuan
klien sehingga di harapkan kemandirian pasien berangsur angsur dapat
terwujud.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu :
a. Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti
kebutuhan oksigen,air,nutrisi,eliminasi,aktivitas dan
istirahat.
b. Perawatan mandiri yang harus di lakukan sesuai dengan
tumbuh kembang manusia.
c. Perawatan mandiri yang harus di lakukan karena adanya
masalah kesehatan atau penyakit.

18
Dalam teori Orem(1991) ada 5 area aktivitas keperawatan yaitu :
a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat
dengan pasien dengan individu, keluarga, kelompok, sampai
pasien dapat melegitimasi rencana keperawatan.
b. Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat di bantu
melalui keperawatan.
c. Bertanggung jawab atas permintaan pasien keinginan dan

kebutuhan untuk kontrak dan dibantu perawat.

d. Menjelaskan, memberikan dan melindungi pasien secara


langsung dalan bentuk keperawatan.
e. Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari pasien atau perawatan kesehatan lain
jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasi yang
dibutuhkan atau yang akan diterima.

4. Model Konsep dan Teori Betty Neuman

Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924. Ayahnya


seorang petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia anak kedua dari tiga
bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Ayahnya meninggal
karena penyakit Chronic Renal Failure ketika beliau berumur 11 tahun. Rasa
cinta pada tanah kelahiran membuat beliau bertekad untuk membangun
desanya, Ohio. Latar belakang kehidupan di pedesaan membantu
dirinya mengembangkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang
membutuhkan, seperti yang dilakukan sepanjang kariernya.
A. Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah
model konsep Health Care System yaitu model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditunjukan kepada

19
penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri
secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan
adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis
pertahanan fleksibel, yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan,
iklim dan pekerjaan dan lain-lain, garis pertahanan normal yang
meliputi ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status nutrisi
secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat
kesehatan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis
pertahanan resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan
kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, transportasi, tempat rekreasi
dan cakupan dari imunisasi di daerah yang ada. Intervensi keperawatan
diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Model ini bertujuan agar

terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis.


Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat
dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan (interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini
memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma
yaitu memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu
mencari keseimbangan dan merupakan satu kesatuan dari variable yang
utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual, juga
memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan
sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari
gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang
dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut
Neuman ini berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor faktor
yang mempengaruhi proses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan
keperawatan yang seharusnya dilakukan menurut Neuman adalah
mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat
stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh
dapat meliputi berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi
20
faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual yang terjadi akibat
stresor tertentu seperti mengidentifikasi adanya stressor, mencegah
reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung koping pada
pasien secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada
penguatan pertahan dan sumber internal melalui penetapan prioritas
dan rencana pengobatan pada gejala- gejala yang tampak, menurut
Neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat mengurangi
atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena
adanya stressor dan pencegahan tersier untuk memberikan penguatan
pertahan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan untuk membantu dalam mencegah terjadinya
masalah yang sama dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur
serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari
komplikasi suatu penyakit.
Konsep utama :
a) Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang,
keluarga, kelompok, masyarakat atau sosial. Klien digambarkan
sebagai sesuatu yang utuh bagian dari interaksi dinamis. Model ini
mempertimbangkan semua variabel yang secara simultan
mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.
b) Sistem Terbuka
Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi
dan energi dalam suatu organisasi yang kompleks. Stress dan
reaksi terhadap stress adalah komponen dasar pada suatu system
terbuka.
a. Fungsi atau Proses :
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal
dengan lingkungannya dan menggunakan sumber energi yang
didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang utuh.
b. Input dan Out put

21
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat,
energy, informasi yang saling bertukar antara klien dan
lingkungan.
c. Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi
memberikan sebagai feed back untuk input selanjutnya
untuk memperbaiki tindakan untuk merubah,
meningkatkan, atau menstabilkan system.
d. Negentropy
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yan g
membantu kemajuan system kearah stabilitas atau baik.
e. Entropy
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang
menggerakkan sistem kearah sakit atau kemungkinan kematian.
f. Stability :
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan
system dan stressor untuk memelihara tingkat kesehatan yang
optimal dan integritas.

g. Enviroment :
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan
mempengaruhi klien setiap saat sebagai bagian dari lingkungan.
h. Created Enviroment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk
mengekspresikan system secara simbolik dari keseluruhan
system. Tujuannya adalah menyediakan suatu arena aman
untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari
stressor.
i. Client sistem :
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual) klien dalam berinteraksi dengan
lingkungan bagian dari klien sebagai system.

j. Basic Clien Structure :


Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh
22
lingkaran terpusat. Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan
faktor kehidupan dasar atau sumber energi klien. Inti struktur ini
terdiri dari faktor kehidupan dasar yang umum untuk seluruh
anggota organisme. Seperti sebagai faktor bawaan atau
genetik.

k. Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti
dasar disebut garis pertahanan, lingkaran ini menyediakan

sumber-sumber yang membantu klien mempertahankan


melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon
system imun tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat
menyusun system kembali. Jika tidak efektif maka kematian
dapat terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan oleh
interrelationship kelima variable sistem klien.
l. Normal line defence :
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran
padat. Hal itu menghadirkan suatu keadaan stabil untuk
individu atau system. Itu dipelihara dari waktu ke waktu dan
melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji penyimpangan
dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system
dan perilaku seperti kebiasaan pola koping seseorang, gaya
hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran dari garis normal
merefleksikan suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan,
suatu penyusutan keadaan kesehatan.
m. Garis Pertahanan Fleksibel :
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan
fleksibel. Hal ini dinamis dan dapat berubah dengan cepat
dalam waktu yang singkat. Hal ini dipersepsikan sebagai
penahan yang melindungi terhadap stressor dari
pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil yang di
presentasikan sebagai garis pertahanan normal. Hubungan
antara variabel (fisiologi, psikologi, sosoikultural,

23
perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat
kemampuan individu untuk

menggunakan pertahanan garis fleksibel untuk melawan


kemungkinan dari reaksi stressor seperti gangguan tidur.
Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel meluas,
hal ini akan memberikan pertahanan yang lebih besar dalam
waktu yang singkat terhadap invasi stressor. Demikian
sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit pertahanan.
n. Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari
sistem klien berinteraksi secara harmoni dengan seluruh
sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
o. Sakit (Illness) :
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang
mengakibatkan keadaan tidak seimbang dan penurunan energi.

p. Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial
dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem yang stabil. Stressor
dapat berupa :
1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu,
seperti respon kondisional seseorang.
2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau
lebih individu, seperti harapan peran.
3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu,
seperti keadaan finansial.
q. Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh
klien untuk menyesuaikan terhadap stressor.

r. Pencegahan sebagai intervensi :


Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu
klien menahan, mencapai, atau mempertahankan stabilitas
24
system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan sesudah garis
perlindungan dan perlawanan yang dilakukan pada fase reaksi
dan rekonstitusi. Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau
faktual dari tingkat reaksi, sumber daya,
tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga level
intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika
stressor dicurigai atau diidentifikasi. Reaksi belum

terjadi tetapi tingkat resiko diketahui. Neuman menyatakan


sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi
kemungkinan pertemuan individu dengan stressor, atau
dengan kata lain usaha untuk memperkuat seseorang
bertemu dengan stressor, atau menguatkan garis pertahanan
fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi
intervensi atau treatment awal sesudah gejala dari stress
telah terjadi. Sumber daya internal dan eksternal digunakan
agar sistem stabil dengan menguatkan garis internal
resistensi, mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor
resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah
treatment atau pencegahan sekunder. Pencegahan ini
difokuskan pada penyesuaian kearah kestabilan sistem yang
optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan resistensi
terhadap stressor untuk membantu mencegah terjadinya
kembali reaksi atau regresi. Proses ini mendorong untuk
kembali pada tipe siklus ke pencegahan primer. Sebagai
contoh akan dihindarinya suatu stressor yang telah diketahui
akan membahayakan klien.
s. Rekonstitusi :
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal ini
menggambarkan kembalinya sistem stabil dimana tingkat
kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih rendah dari
25
sebelumnya untuk melawan stressor.
Hal ini mencakup faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal, dan lingkungan yang berhubungan dengan
variable sistem klien (fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual).

5. Konsep Teori dan Model calista roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of


Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles
California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari
Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di Uniνersity of California Los Angeles. Roy memulai
pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari Uniνersity of California Los Angeles.
a. Definisi dan Konsep Mayor
Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi
roy adalah:
1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan
dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan
ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal, konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga
manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat
terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara
langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal
26
adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang
disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat
di validasi.
7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil,
keputusan dan belajar.
9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.
10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan reproduksi.
11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar

dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan


elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan
pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut
individu dalam satu waktu berbentuk: persepsi, partisipasi, terhadap
reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk

pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian


yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau
harapan diri, moral dan etika pribadi.
13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan
dengan tugasnya di lingkungan social.
14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang
penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk
bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan
pengaruh belajar.
b. Model Konseptual Adaptasi roy Empat elemen penting yang termasuk
dalam model adaptasi keperawatan adalah :
27
1) Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses
umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di
definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi
yaitu: fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu
sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan
dan zat dengan perubahan lingkungan.

Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah


karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau
beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem
manusia juga dapat digambarkan dengan

istilah input, proses control dan umpan balik serta output. Input pada
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan
dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.
Input atau stimulus termasuk variable satandar yang

berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.


Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan. Proses control
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang
telah diidentifikasi yaitu: subsistem regulator dan subsistem kognator.
Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam
hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Manusia didefinisikan sebagai penerima asuhan keperawatan.
Manusia sebagai sistem hidup yang berada dalam interaksi yang
konstan dengan lingkungan ditandai oleh perubahan-perubahan

28
internal maupun eksternal
b. Perubahan-perubahan tersebut mengharuskan manusia
mempertahankan integritasnya, yaitu adaptasi terus menerus
c. Roy mengidentifikasikan unit sebagai stimulus. Stimulus adalah unit
dari
d. Informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai
respon.
e. Seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus
manusia yang dapat mengadaptasi responnya dengan usaha yang
wajar.
f. Tingkat adaptasi dan sistem manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan
individu dan pemakaian dari mekanisme koping
g. Roy mengkategorikan hasil sistem sebagai respon adaptif dan
inefektif
Respon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia
yaitu semua tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat
mengerti tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi
dan kekuasaan
h. Respon inefektif tidak mendukung tujuan tersebut
i. Roy menggunakan istilah mekanisme koping
untuk

menjelaskan proses pengendalian manusia sebagai sistem adaptasi


2) Keperawatan
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai
peningkatan dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh
besarnya rangsang baik fokal, konstektual maupun residual Aktivitas
perawatan direncanakan model sebagai peningkatan respon adaptasi atas
situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang
merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal, konstektual
dan residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat
diubah dan perawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan
memanipulasi rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat
mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada
rangsang yang sama pada keadaan tertentu. Perawat juga dapat
29
menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat regulator
kognator dan mekanisme koping.
3) Kesehatan
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang
digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk
menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan
memimpin.
4) Lingkungan
Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu
semua keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan
lingkungan serta tingkah laku individu dan kelompok.

B. Aplikasi model teori komseptual

1.teori betty nueman

Proses Keperawatan Betty Neuman

A. Diagnosa Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identifikasi, klasifikasi dan evaluasi 5 variabel klien menurut Betty Neuman

b. Identifikasi stresor dan faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal pada


pasien

c. Identifikasi dan bedakan persepsi antara klien dan caregiver

d. Mencoba untuk menyelesaikan perbedaan perceptual

2. Buatlah diagnosa keperawatan yang mencakup diagnosa actual atau potensial

B. Tujuan Keperawatan

1. Hasil yang diharapkan, prilaku yang diharapkan untuk menangani masalah


actual atau potensial pada klien (diputuskan bersama oleh klien dan caregiver).

2. Rencana keperawatan, tindakan yang dilakukan oleh klien, caregiver atau orang
lain dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan.

C. Evaluasi

30
1. Intervensi actual

2. Evaluasi

a. Analisis respon pasien

b. Penentuan pencapaian hasil yang diharapkan

c. Jika tujuan tidak tercapaikan, tentukan penyebabnya

d. Rumuskan lagi tujuan keperawatan sesuai kebutuhan pasien.

Aplikasi Teori dan Model Betty Neuman

Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan diabetes


mellitus . Dengan menerapkan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia
dengan DM, meliputi lima aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis,
psikologis, sosial-kultural dan spiritual.

Pembahasan :

TeoriBettyNeumansangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian


praktik keperawatan di komunitas dengan agregat lansia dengan DM. Pengkajian
lansia hendaknya dilakukan secara holistik meliputi bio-psiko-sosial-kultural dan
spiritual. Dalam penerapan teori Betty Newman aspek pengkajiannya sudah
secara holistik yang meliputi : aspek perkembangan, aspek fisiologis, aspek
psikologis, aspek social-kulturas, serta aspek spiritual. Dalam pengelolaannya pun
Teori Betty Newman sudah membuat tingkatan intervensi dengan melihat garis
pertahanan klien (komunitas) yang terganggu, fleksibel (intervensi primer),
normal (intervensi sekunder), dan resisten (intervensi tertier).

Aspek perkembangan lansia. Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi


menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Usia 45-55 tahun disebut sebagai pralansia, 2) Usia
56-66 tahun disebut sebagai lansia madya, dan Usia > 60 tahun disebut sebagai
lansia akhir. Secara teoritis setelah seseorang berusia 30 tahun maka fungsi tubuh
akan mengalami kemunduran sebanyak 1% tiap tahunnya. Berdasarkan usianya
lansia akan mengalami proses degeneratif yang menyebabkan perubahan dan
penurunan fungsi tubuhnya, sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental,
sosial, ekonomi dan kemampuan produktivitasnya. Dalam menghadapi proses
penuaan dan perawatan terhadap masalah kesehatannya, lansia memerlukan
bantuan dan dukungan dari keluarga (family care giver). Dari hasil penelitian
lansia yang dirawat oleh keluarganya sebanyak 94%, sebanyak 2% lansia di rawat
31
oleh tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang merawat.

Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan,
sikap dan perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia
yang pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%,
sedangkan sebanyak 77% lansia belum pernah mendapatkan informasi kesehatan
tentang DM. Kurangnya informasi yang didapat menyebabkan sebanyak 91%
lansia memiliki pengetahuan tentang DM yang rendah, sebanyak 72% lansia
memiliki sikap yang negatif terhadap perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia
memiliki perilaku yang negatif terhadap penyakit DM.

Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan
pasti akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya proses
degeneratif tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian DM, secara
teoritis kejadian DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan
banyak faktor beberapa diantaranya adalah karena penurunan fungsi pankreas
dalam memproduksi hormon insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa
dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk menurunkan faktor resiko DM pada
lansia adalah dengan beraktivitas, bisa dengan tetap bekerja maupun dengan
berolah raga. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas lansia yang masih bekerja
sebanyak 39%, sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 61%, dalam hal olah raga
sebanyak 42% lansia melakukan oleh raga secara rutin dan sebanyak 58% lansia
tidak melakukan olah raga secara rutin. Setelah dilakukan pengkajian tentang
resiko DM pada lansia dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 76% lansia
kondisinya sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena DM dan sebanyak
4% lansia menderita DM.

Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan terhadap


fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini mendasari
apakah dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan atau tidak,
dan membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke pelayanan kesehatan mendasari
tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan
persepsi lansia tentang DM sebanyak 7% lansia mengatakan DM merupakan
penyakit ringan tidak harus segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia
mengatakan DM merupakan penyakit berat yang harus segera ditangani. Dalam
hal kondisi psikologis, sebanyak 41% kondisi psikologis lansia negatif dan

32
sebanyak 59% kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal kepuasan terhadap
pelayanan kesehatan sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan kesehatan yang
ada dan sebanyak 2% lansia merasa kurang puas dengan pelayanan kesehatan.

Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang


diwariskan secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan
masyarakat. Budaya mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan
terhadap praktik kesehatan dan pemilihan pelayanan kesehatan. Dari hasil
penelitian didapatkan sebanyak 11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang
bertentangan dengan kesehatan, dan sebanyak 89% lansia memiliki budaya sesuai
dengan kesehatan. dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan sebanyak 83% lansia
mempercayai pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak
mempercayai.

Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap


orang akan menunjukkan respon yang berbeda-beda. Agama merupakan aspek
penting yang dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan
batin dalam menghadapi permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada
lansia harusnya mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan usia,
karena sejalan dengan teori perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap
akhir dari kehidupan manusia, dimana manusia mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka masalah
kesehatan akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini
sejalan dengan temuan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak
100% lansia beragama islam, sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara
rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada
dilingkungannya.

33
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Teori dan model keperawatan adalah suatu usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan serta berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan
atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Karakteristik dasar teori dan model keperawatan, yaitu: Teori
keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang spesifik
dari konsep keperawatan, harus bersifat alamiah, bersifat sederhana dan umum,
sebagai pedoman, serta berperan dalam memperbaiki kualitas praktek
keperawatan.
Teori dan model keperawatan menurut beberapa ahli, yaitu: teori
Nightingale, teori Peplau, teori Henderson, teori Abdellah, teori orlando, teori
levina, teori Johnson, teori Rogers, teori Orem, teori King, teori Neuman,
teori Roy, teori Watson.

Saran

Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Zakieh. 2017. Penerapan model sistem Betty Neuman dalam asuhan keperawatan pasien/ klien dengan multiple sclerosis.
Diakses pada tanggal 11 NOV 2022.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5565031/#!po=58.6538

Aziz Alimul Hidayat, A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika

Luthfa, Iskim. 2015. Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan diabetes mellitus di desa margalaksana
kecamatan cilawu kabupaten garut. Diakses pada tanggal 25 September 2017.
https://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2017/01/Keperawatan-Komunitas_-Vol-3-No-1.27-32.pdf

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

http://www.fik.unipdu.ac.id/download/konseptual-model-konseptual-keperawatan-komunitas-betty-neumanartikel-4-2015-03-
16.doc diakses pada tanggal 11 NOV 2022

35
36

Anda mungkin juga menyukai