Anda di halaman 1dari 46

PENERAPAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

DALAM MENURUNKAN ANSIETAS PADA PASIEN


DIABETES MILITUS DI RSUD TOTO KABILA

Diajukan oleh :

AAN ANDIKA U ADJU


NIM : 751440120001

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWAN
2022

1
DAFTAR ISI

BAB 1PENDAHULUAN.....................................................................................4

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Studi Kasus 7
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9

A. Tinjauan Tentang Diabetes Melitus 9


1. Pengertian..................................................................................................9
2. Etiologi....................................................................................................12
3. Patofisiologi.............................................................................................13
4. Manifestasi Klinis....................................................................................14
5. Komplikasi..............................................................................................15
6. Penatalaksanaan diabetes melitus............................................................16
B. Tinjauan tentang Ansietas 19
1. Pengertian................................................................................................19
2. Tingkat kecemasan..................................................................................20
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan.....................................21
4. Tanda dan Gejala Kecemasan.................................................................24
5. Respon atau gejala terhadap cemas.........................................................24
6. Gejala Klinis Kecemasan........................................................................26
7. Dinamika Kecemasan..............................................................................28
8. Pengukuran Kecemasan..........................................................................28
9. Penatalaksanaan Kecemasan...................................................................30
C. Tinjauan tentang Relaksasi Otot Progresif 31
1. Pengertian................................................................................................31
2. Indikasi dan kontraindikasi.....................................................................32
3. Prosedur...................................................................................................33

2
4. Mekanisme Kerja Teknik Otot Progresif Terhadap Penurunan
Kecemasan.......................................................................................................36
D. Kerangka Teori 38
E. Kerangka Konsep 39
BAB IIIMETODE STUDI KASUS....................................................................40

A. Rancangan Studi Kasus 40


B. Subyek Studi Kasus 40
C. Focus studi kasus 40
D. Tempat Dan Waktu 41
E. Pengumpulan Data 41
F. Penyajian Data 41
G. Etika Studi Kasus 41
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................43

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) diartikan sebagai penyakit metebolisme yang

termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau

hiperglikimia (lebih dari 120 mg/dl). Menurut Internasional Diabetes

Federation (IFD) (2019) menyebutkan bahwa penyakit Diabete Melitus

adalah masalah kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya

peningkatan jumlah penderita Diabetes Militus dari tahun ke tahun(Manggasa

et al., 2020).

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang di tandai dengan kadar glukosa

darah yang melebihi normal (hiperglikimia) akibat tubuh kekurangan insulin

baik absolut maupun relatif dan gangguan keseimbangan antara transportasi

glukosa darah ke dalam sel, glukosa yang di simpan dari hati dan glukosa

yang di keluarkan dari hati sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah

meningkat (Karina & Widiani, 2020).

World Health Organitation (WHO) memprediksi adanya peningkatan

jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang.

WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4

juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.Senada

dengan WHO, Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009,

4
memprediksi kenaikan jumlahpenyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009

menjadi 12,0 juta pada tahun 2030.Menurut WHO, saat ini Indonesia

5
menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes Melitus di dunia

(Adam, 2019) (Adam & Tomayahu, 2019)

Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan bahwa ada

kenaikan prevalensi kejadian DM dari 6.9% pada tahun 2015 menjadi 8,5%

pada tahun 2018. Semakin buruknya gaya hidup masyarakat Indonesia

merupakan alasan utama penyebab kenaikan angka prevalensi tersebut

(Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2022,

bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada 3 tahun terakhir mengalami

peningkatan yaitu tahun 2019 sejumlah 13.450 jiwa, tahun 2020 sejumlah

3.908 jiwa, dan tahun 2021 sejumlah 17,747 jiwa dengan wilayah yang

tertinggi adalah di Kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 7.710 Jiwa. Untuk

Kabupaten Bone Bolango di urutan ke-3 dengan jumlah penderita sebanyak

2.366 Jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2022).

Data dari Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone bolango bahwa

jumlah pasien yang dirawat di RSU Toto Kabila dengan diagnosa Diabetes

Mellitus pada tahun 2021 sejumlah 604 pasien. Berdasarkan wawancara

dengan perawat yang bertugas di ruangan Interna I bahwa penatalaksanaan

Diabetes Mellitus yang selalu dilakukan adalah dengan pemberian obat

Diabetes. Hasil wawancara dengan pasien yang dirawat di ruang interna

mengatakan bahwa pasien sering cemas dengan keadaan penyakitnya dan

tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi cemas yang dirasakan

oleh pasien.

6
Terbatasnya informasi mengenai penyakit Diabets Melitus pada pasien

Diabetes Mellitus, dapat menyebabkan Ansietas. Ansietas adalah

kebinggungan atau kehawatiran ketidak berdayaan dan ketidak nyamanan

pada sesuatu yang terjadi dengan penyebab tidak jelas dan dihubungkan

dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Penanganan Ansietas pada

penderita Diabetes Melitus dapat di lakukan dengan beberapa macam cara, di

antaranya adalah dengan teknik Relaksasi Otot Progresif(Manggasa et al.,

2020).

Relaksasi Otot Progresif merupakan salah satu teknik untuk

mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simple dan sistematis dalam

menegangkan sekelompok otot, kemudian merilekskannya kembali yang di

mulai dengan otot wajah dan berakhir pada otot kaki. Terapi Relaksasi Otot

Progresif merangsang pengeluaran zat-zat kimia endorphin ensephalin serta

merangsang signal otak yang menyebabkan otot rileks dan meningkatkan

aliran darah ke otak(Manggasa et al., 2020).

Efektifitas dari terapi Relaksasi Otot Progresif telah banyak di buktikan

dengan penelitian diantaranya yaitu penelitian Tobing dkk (2012) tentang “

Penerapan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Ansietas Pada Pasien Diabetes

Mellitus”dimana hasilnya menunjukkan adanya penurunan Ansitas pada

penderita diabetes mellitus setelah dilakukan intervensi relaksasi otot

progresif. Danpenelitian lainnya oleh Gitanjali dan Sreehari (2014) dengan

judul “ Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif Pada Klien Ansietas Di

Kelurahan Ciwaringin, Bogor”. dimana hasilnya bahwa pasien yang

7
melakukan Relaksasi Otot Progresif secara kontinu selama 3 hari dapat

membantu menurunkan rasa khawatir dan lebih rileks.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis tertarik

ingin melakukan studi kasus tentang “Penerapan Terapi Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Ansietas Pada Pasien Diabetes Mellitus di RSU Toto

Kabila”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasusini adalah “Bagaiamana gambaran

Asuhan keperawatan dengan Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif

dalam menurunkan Anseitas Pada Pasien Diabetes Melitus di RSU Toto

Kabila”.?

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran penerapan Terapi

Relaksasi Otot Progresif Terhadap Anseitas Pada Pasien Diabetes

Melitus di RSU Toto Kabila

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik Ansietas pada penderita Diabetes

Melitus RSU Toto Kabila sebelum di berikan terapi Relaksasi Otot

Progresif.

b. Mengidentifikasi Ansietas pada penderita Diabetes Melitus RSU Toto

Kabila sesudah di berikan terapi Relaksasi Otot Progresif.

8
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi Masyarakat/Pasien

Studi kasus ini diharapkan menambah pemikiran luas tentang cara

menurunkan kecemasan (Ansietas) pada penderita Diabetes Melitus

dengan cara terapi relaksasi otot progresif.

4. Bagi Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Studi kasus dapat memberikan informasi tambahan untuk

perkembangan ilmuh keperawatan dalam penyakit Diabetes Melitus

dengan terapi Relaksasi Otot Progresif.

5. Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan atau gambaran mengenai penerapan tata

cara pelaksanaan menurunkan kecemasan (Ansietas) pada penderita

Diabetes Melitus dengan cara terapi relaksasi otot progresif di RSU Toto

Kabila.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTentang Diabetes Melitus


1. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metebolisme

kronis yang di tandai peningkatan glukosa darah (hiperglikimia),

disebabkan karena ketidak keseimbangan insulin. Insulin dalam tubuh di

butuhkan untuk menfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat

digunakan untuk metebolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau

tidakadanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan

glukosa yang sangat di butuhkan dalam kelangsungan dan fungsisel

(Gumilang, 2020).

Diabetes Mellitus menurut klasifikasinya dibagi menjadi dua tipe.

DM tipe 1 ialah diabetes yang ditunjukkan dengan insulin yang berada di

bawah garis normal. Di samping itu, DM tipe 2 ialah diabetes yang

disebabkan kegagalan tubuh memanfaatkan insulinsehingga mengarah

pada pertambahan berat badan dan penurunan aktivitas fisik, berbeda

dengan diabetes kehamilan yang ditemukan untuk pertama kalinya

selama kehamilan yang disebut dengan hiperglikemia(Nuraisyah, 2018)

10
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan

berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain

11
12

gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,

impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru

paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya(Setyorogo &

Trisnawati, 2013)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes

Melitus adalah penyakit yang meyerang bagian metabolisme dengan

ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikimia). Hal ini diakibatkan

kebutuhan insulin dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal

sehingganya glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan

peningkat gula darah.

1. Klasifikasi diabetes melitusberdasarkantipe

Terdapatklasifikasi DM menurutAmerican Diabetes Association

(ADA) Tahun 2010, meliputi DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain dan

DM gestasional.

a. Diabetes Melitustipe I

Diabetes mellitus tipe I yang di sebut diabes tergantung insulin

IDDM merupakan gangguan katabolic dimana tidak terdapat insulin

dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel beta

pangkreas gagal berespon terhadap semua rangsangan insulin

ogenik. Hal ini disebabkan oleh penyakit tertentu (antara lain infeksi

virus dan autoimun) yang membuat produksi insulin terganggu

(Guyton, 2006). Diabetes mellitus ini erat kaitannya dengan

tingginya frekuensi dari antigen HLA tertentu.Gen-gen yang

menjadikan antigen ini terletak pada lengan pendek kromosom.


13

Onset terjadinya DM tipe I di mulai pada masa anak-anakatau pada

umur 14 tahun (Guyton,2006).

b. Diabetes Melitustipe II

Diabetes mellitus tipe II merupakan bentuk diabetes nonketoik

yang tidak terkait dengan HLA kromosomke 6 dan tidak berkaitan

dengan auto antibody sel pulau Langerhans. Dimulai dengan adanya

resitensi insulin yang belum menyebabkan DM secara klinis. Hal ini

di tandai dengan sel pankreas yang masih dapat melakukan

kompensasi sehingga terjadi keadaan hiperinsulinemia dengang

lukosa yang masih normal atau sedikit meningkat (Guyton,2006).

Pada kebanyakan kasus, DM ini terjadi pada usia> 30 tahun dan

timbul secaraper lahan (Sudoyo,2006). Menurut perkeni (2011)

untuk kadar gula puasa normal adalah< 126 mg/dl, sedangkan untuk

kadar gula darah 2 jam setelah makan yang normal < 200mg/dl.

c. Diabetes Melitustipe lain

Biasanya disebabkan karena adanya malnutrisi disertai

kekurangan protein, gangguan β dan kerja insulin, namun dapat pula

terjadi karena penyakit eksorinpankreas (seperti cystic fibrosis),

endokrinopati, akibat obat-obatan tertentu atau induksi kimia

(ADA,2010).

d. Diabetes Melitus Gestasional.


14

Diabetes Melitus Gestasional yaitu DM yang timbul selama

kehamilan. Pada masa kehamilan terjdi perubahan yang

mengakibatkan melambatnya reabsorpsi makanan, sehingga

menimbulkan keadaan hiperglikemik yang cukup lama. Menjelang

aterm kebutuhan insulin meningkat hingga tiga kali lipat

dibandingkan keadaan normal, yang disebut sebagai tekanan

diabetonik dalam kehamilan. Keadaan ini menyebabkan terjadinya

resitensi insulin secara fisilogik. DM gestasional terjadi ketika tubuh

tidak dapat membuat dan menggunakan seluruh insulin saat selama

kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan kejaringan

untuk dirubah menjadi energi (ADA,2010).

2. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum di ketahui secara lengkap dan

kemungkinan faktor penyebab dan faktor resiko Diabetes Melitus di

antaranya (Tarwo, dkk,2016)

a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada Diabetes

Melitus tipe 1 di turun kan sebagai sifat heterogen, multi genik,

kembar identik mempunyai resiko 25% - 50%, sementara saudara

kandung beresiko 6% dan anak beresiko 5%.

b. Lingkungan seperti virus (cytomegalovrus, mumps, rubella) yang

dapat memicu terjadinya autoimun dan menghacurkan sel-sel beta

pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti alloxan, steptozotocib,

pentamidine.

c. Usia di atas 45 tahun.


15

d. Obesitas, berat badan atausamadengan 20% berat badan ideal.

e. Etnik, banyakterjadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia.

f. Hipertensi, tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90

mmHg.

g. HDL, kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau

trugeserida lebih dari 250 mg/dl.

h. Riwayat gestasional Diabetes Melitus.

i. Kurang olahraga.

3. Patofisiologi
Tarwoto, dkk (2016) meyatakan Diabetes melitus adalah kumpulan

gejala yang kronik dan bersifat sistemik dengan karakteristik peningkatan

gula darah/glukosa atau hiperglikimia yang di sebabkan menurunya

sekresi atau aktifitas dari insulin sehingga mengakibatkan terhambatnya

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang di konsumsi, Makanan

yang masuk sebagaian di gunakan untuk kebutuhan energi dan sebagian

di simpan dalam bentuk glukogen di hati dan jaringan lainnya dengan

bentuan insulin. Insulin merupakan hormon yang di produksi oleh sel

beta pulau langerhans pankreas.Pada orang dewasa rata-rata di produksi

40-50 unit, untuk mempertahankan gula darah tetap stabil antara 70-120

mg/dl.

Insulin merupakan hormon anabolik, hormon yang dapat membantu

memindahkan glukosa dari darah keotot, hati dan sel lemak. Pada

diabetes terjadi berkurangnya insulin atau tidakadanya insulin berakibat


16

pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunnya penggunaan glukosa,

meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat penggunaan protein.

4. Manifestasi Klinis
a. Sering kencing atau meningkatnya frekuensi buang air kecil (Poliuri)

Adanya hiperglikimia menyebabkan sebagian glukosa di

keluarkan oleh ginjal bersama urine karena keterbatasan kemampuan

filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorpsi dari tabulus ginjal. Untuk

mempermudah pengeluarang lukosamaka di perlukan banyak air,

sehingga frekuensib uang air kecil meningkat.

b. Meningkatnya rasa haus (Polidipsi)

Banyak buang air kecil memnyebabkan tubuh kekurangan cairan

(dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus mengakibatkan

peningkatan rasa haus.

c. Meningkatnya rasa lapar (Polipagia)

Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi

menyebabkan cadangan energib erkurang, keadaan tersebut

menstimulasi pusat lapar

d. Penurunan bearat badan

Disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan, glikogen dan

cadangan trigliserida serta massa otot.

e. Kelainan pada mata, penglihatan kabur

Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikimia menyebabkan aliran

darah menjadi lambat, sirkulasi kevaskuler tidak lancar, termasuk

pada mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa.
17

f. Kulitgatal, infeksikulit, gatal-gatal di sekitar penis dan vagina

Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula

pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah

menyerang kulit.

g. Ketonuria

Ketika glukosa tidak lagi di gunakan untuk energi, maka di

gunakan asam lemak untuk energi, asam lemak akan di pecah

menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan di keluarkan

melalui ginjal.

h. Kelemahan dan keletihan

Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan

pottasium menjadi akibat pasien mudah lelah dan ketih.

i. Terkadang tanpa gejala

Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan

peningkatang lukosa darah (Tarwoto,dkk,2016)

5. Komplikasi
Menurut Melevo Rendy Margareth (2015) komplikasi yaitu:

a. Akut

1) Penyakit jantung koroner

2) Hiperglikimia dan hipoglikimia

3) Penyakit makrovaskuler :berkaitan pembuluh darah besar

4) Penyakit mikrovaskuler :berkaitan pembuluh darah kecil

5) Neuro sarafsensorik (berpengaruh pada ekstremitas).

b. Komplikasi menahun Diabetes Melitus


18

Yang sering terjadi pada pasien Diabetes Melitus menahun

antara lain : Retinopati diabetik, neuropati diabetik, kelainan

koroner, ulkus atau gangren.

6. Penatalaksanaan diabetes melitus


Penatalaksaan pasien diabetes melitus dikenal 4 pilar penting dalam

mengontrol perjalan penyakit dan komplikasi. Empat pilar trsebut adalah

edukasi, terapinutrisi, aktifitasfisik dan farmakologi (ADA,2010).

a. Edukasi

Pemahaman tenteng perjalanan penyakit, pentingnya

pengendalikan penyakit, komplikasi yang timbul dan resikonya,

pentingnya intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara

mengatasi hiperglikemia, perlunya latiahan fisik yang teratur, dan

cara memper gunakan fasilitasi kesehatan, Mendidik pasien

bertujuan agar pasien dapat mengontrol gula darah, mengurangi

komplikasi dan meningkatnya kemampuan merawat diri sendiri.

b. Terapi gizi

Perencanaan makan yang baik merupakan bagian penting dari

penatalaksanaan diabetes secara total. Diet seimbang akan

mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan

insulin mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini

melibatkan dokter, perawat, ahligizi, pasien itu sendiri dan

keluarganya.

c. Intervensi gizi
19

Bertujuan untuk menurunkan berat badan, perbaiki kadar

glukosa dan lemak darah pada pasien yang gemukdengan DM tipe II

mempunyaipengaruhpositif pada morbiditas. Orang yang gemuk dan

menderita diabetes melitusmempunyairesiko yang lebihbesardari

pada mereka yang

hanyakegemukanmetodesehatuntukmengendalikanberat badan,

yaitu: makanlahlebihsedikitkalorimengurangimakannyasetiap 500

kalorisetiaphari, anakmenurunkanberat badan satu ton satu pekan,

ataulebihkurang 2kg dalamsebulan.

d. Aktifitasfisik

Kegiatanjasmanisehari-hari dan latihanjasmanisecarateratur (3-4

kali semingguselamakuranglebih 30 menit), merupakan salah satu

pilar dalampengelolaan DM tipe II. Kegiatansehari-

harisepertiberjalan kaki ke pasar, menggunakantangga,

kebugaranharustetapdilakukanlatihanjasmaniselainuntukmenjagakeb

ugaran juga dapatmenurunkanberat badan dan

memperbaikisensitivitas insulin,

sehinggaakanmemperbaikikendaliglukosadarah. Latihan jasmani

yang di anjurkanberupalatihanjasmani yang

bersifataerobiksepertijalan kaki, bersepedasantai, jogging, dan

berenang.Latihanjasmanisebaiknya di sesuaikandenganumur dan

status kesegaranjasmani.Untukmerekarelatifsehat,
20

insensitaslatihanjasmanibisaditingkatkan, sementara yang

sudahmendapatkomplikasi diabetes melitusdikurangi.

Tujuanutama diabetes adalahmencobamenormalkanaktivitas

insulin dan kadar gula

glukosadarahdalamupayauntukmenguranguterjadinyakomplikasivask

ulersertaneuropatik. Tujuannyaterapeutik pada setiaptipe diabetes

adalahmencapaikadar gula glukosadarah normal (euglikimia)

tanpaterjadinyahipoglikemia dan gangguanserius pada

polaaktivitaspasien. Ada lima komponendalampenatalaksanaan

diabetes. Diet, latihan, pemantauan, terapi (jikadiperlukan)

pendidikan. Penanganan di sepanjangperjalanpenyakit diabetes

akanbervariasikarenaterjadinyaperubahan pada gayahidup,

kemajuandalammetodeterapi yang di hasilkandaririset. (Brunner &

Suddarth,2002).

2. Normal kadar gula darah

a. Sebelummakan (puasa) di bawah 110mg/dlL

b. Setalahmakan di bawah 110mg/dl

c. Dua jam setelahmakan di bawah 140mg/dl

d. Sebelumtidur di bawah 120mg/dl

Direkomendasikanuntukmencapai dan menjaga gula

darahserendahmungkinmendekatinormal.Dalampengelolaan DM

kitamempunyaikriteriapengendalian yang inginkitacapai. Tinggi >180,

sedang 145-179, rendah 110-144 (Soegondo,2015).


21

B. Tinjauan tentang Ansietas


1. Pengertian
Ansietasmerupakanresponemosional dan penilaianindividu yang

subyektif yang di pengaruhi oleh alambawahsadar dan belum di

ketahuisecarakhususfaktorpenyebabnya.

Ansietasmerupakanpengalamanemosi dan subyektiftanpaadaobjek yang

spesifiksehingga orang akanmerasakansuatuperasaan was-was

(khawatir) seolah-olahadasesuatu yang burukakanterjadi dan pada

umumnyadisertaigejala-gejalaotonomik yang berlangsungbeberapawaktu

(Lestari,2014 dalam (Dixit et al., 2018)

Kecemasanmerupakankeadaanperasaanafektif yang

tidakmenyenangkan yang disertaidengansensasifisik yang

memperingatkan orang terhadapbahaya yang akandatang. Keadaan yang

tidakmenyenankanituseringkabur dan sulitmenunjukandengantepat,

tetapikecemasanitusendiri di rasakan (Lestari,2014).

Ansietasdapatdigunakansebagaialatperingatan yang

memberikantandabahayakepadaindividutersebut.

SedangkanmenurutKeliat, Wiyono, Susanti (2011)

ansietasadalahsuatukondisiperasaan yang berkaitandenganketakutan,

disertaigejalafisiksepertijantungberdebar, nafaspendekataunyeri dada,

keringatdingin, tangangemetaran, yang dapatdisebabkan oleh genetik,

biokimiaotak, dan mekanisme fight-flight(Febrianti et al., 2015)

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan Ansietas atau

kecemasan merupakan suatu keadaan/perasaan Afektif dimana terjadi


22

gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan ketakukan atau

kehawatiran yang berlebihan yang mengakibatkan ketidaknyaman yang

dirasakan.

2. Tingkat kecemasan
Stuart (2007) membagitingkatkecemasanmenjadiempattingkatantara lain:

a. Kecemasanringan

Kecemasaniniberhubungandenganketegangandalamkehidupanseh

ari-hari, kecemasaninimenyebabkanindividumenjadiwaspada dan

meningkatkanlapangpresepsinya.Kecemasaninidapatmemotivasibelaja

r dan menghasilkanpertumbuhansertakreafitas.

Responfisiologisditandaidengansesekalinafaspendek, nadi dan

tekanandarahnaik,gejalaringan pada

lambung,mukaberkerit,bibirbergetar.

Responkognitifmereupakanlapangprespsiluas,

mampumenerimarangsangan yang kompleks, konsentrasi pada

masalah,menyelesaiakanmasalahsecaraefektif, Responprilaku dan

emosisepertitidakdapat duduk tenang, tremor halus pada

tangan,suarakadang-kadangmeningkat.

b. Kecemasansedang

Kecemasansedangmemungkinkanseseoranguntukmemusatkan

pada hal yang terpenting dan mengesampingkan yang lain

sehinggaseseorangmengalamiperhatian yang

selektifnamundapatmelakukansesuatu yang terarah.

Responfisiologis :seringnafaspendek, nadi dan


23

tekanandarahmeningkat, mulutkering, diare, gelisah.

Responkognitiflapangprespsimenyempit, rangsanganluartidakmampu

di terima,berfokus pada apa yang menjadiperhatiannya.

Responperilaku dan emosi :meremastangan, bicarabanyak dan

lebihcepat, susahtidur dan perasaantidakenak.

c. Kecemasanberat

Kecemasanberat sangat

mengurangilapangpresepsiseseorangterhadapsesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidakdapatberfikirtentanghal yang lain.

Semuaperilakuditujukanuntukmenghentikanketeganganindividudenga

nkecemasanberatmemerlukanbanyakpengarahanuntukdapatmemusatk

anpekiran pada suatu area lain. Responfisiologis :nafaspendek, nadi

dan tekanandarahmeningkat, berkeringat, ketegangan dan sakitkepala.

Responkognitif :lapangpresepsiamatsempit,

tidakmampumenyelesaikanmasalah. Responperilaku dan

emosi :perasaanancamanmeningkat.

d. Panik

Individukehilangankendalidiri dan detail perhatianhilang.

Hilangnyakontorl,

menyebabkanindividutidakmampumelakukanapapunmeskipundengan

perintah. Responfisiologis :nafaspendek, rasa tercekik, salit dada,

pucat, hipotensi, koordinasimotorikrendah.

Responkognitif :lapangpresepsi sangat sempit, tidakdapatberfikirlogis.


24

Responperilaku dan emosi :mengamuk dan marah, ketakutan,

kehilangankendali.

3. Faktor-faktor Yang MempengaruhiKecemasan


a. Faktorpredisposisi

Beberapafaktor yang dapatmempengaruhiterjadinyakecemasan

(Stuart, 2007). Faktor-faktortersebutantaralain :

1) Teoripsikoanalitik

Menurutteoripsikoanalitik Sigmund Freud,

kecemasantimbulkarenakonflikantaraelemenkepribadianyaitu id

(insting) dan superego (nurani). Id mewakilidoronganinsting dan

inpuls primitive seseorangsedang superego

mecerminkanhatinuraniseseorang dan di

kendalikannormabudayanya. Ego

berfungsimenengahituntukandariduaelemen yang bertentangan

dan fungsikecemasanadalahmengingatkan ego bahwaadabahaya

2) Teori interpersonal

Menurutteoriinikecemasantimbuldariperasaantakutterhada

ptidakadanyapenerimaan dan

penolakaninterpersonal.Kecemasan juga berhubungan denga

perpisahan dan kehilangan yang

menimbulkankelemahanspesifik.

3) Teori Behavior
25

Kecemasanmerupakanprodukfrustasiyaitusegalasesuatu

yang menggangukemampuanseseoranguntukmencapaitujuan

yang di inginkan

4) TeoriPrespektifkeluarga

Kecemasandapattimbulkarenapolainteraksi yang

tidakadaptifdalamkeluarga.

5) Teoriperspektifbiologi

Fungsibiologismenunjukkanbahwaotakmengandung

preceptor

khususbenzobiapine.Reseptorinimungkinmembantumngaturkece

masan.Penghambatasam amino butirik-gamma neuro regulator

(GABA) juga

mungkinmemaikanperanutamadalammekanismebiologisberhubu

ngandengankecemasansebagaimanaendomirfin.

Selainitutelahdibuktikanbahwakesehatanumumseseorangmempu

nyaiakibatnyatasebagai predisposes terhadapkecemasan.

Kecemasandapatdisertaigangguanfisik dan

menurunkankapasitasseseoranguntukmengatasi stressor.

b. Faktorpresipitasi

Faktorpresipitasiadalahfaktor-faktor yang

dapatmenjadipencetusterjadinyakecemasan (Stuart, 2007).

Faktorpencetustersebutadalah:
26

1) Ancamanterhadapintegritasseseorang yang

meliputiketidakmampuanfisiologisataumenurunnyakemampuan

untukmelakukanaktivitashidupsehari-hari.

2) Ancamanterhadapsistemdiriseseorangdapatmembahayakanidenti

tashargadiri dan fungsisosial yang terintegrasidariseseorang.

4. Tanda dan GejalaKecemasan


MenurutCarpenito (2010),

sindromkecemasanbervariasitergantungtingkatkecemasan yang

dialamiseseorang, yang manifestasigejalanyaterdiridari:

1) Gejalafisiologis

Peningkatanfrekuensinadi, tekanandarah, nafsu, gemetar,

mualmuntah, seringberkemih, diare, insomnia, kelelahan dan

kelemahan, kemerahanataupucat pada wajah, mulutkering, nyeri

(dada punggung dan leher), gelisah, pingsan dan pusing.

2) Gejalaemosional

Individumengatakanmerasaketakutan, tidakberdaya, gugup,

kehilanganpercayadiri, tegang, tidakdapatrileks, individu juga

memperlihatkanpekaterhadaprasang, tidaksabar, mudahmarah,

menangis, cenderungmenyalahkan orang lain, mengkritikdirisendiri

dan orang lain.

3) Gejalakognitif
27

Tidakmampuberkonsentrasi, kurangnyaorientasilingkungan,

pelupa (ketidakmampuanmengingat) dan perhatian yang berlebihan.

5. Responataugejalaterhadapcemas
responataugejaladaricemasmenurut HARS (Nursalam, 2013) yaitu :

4) Perasaancemas

Cemas, firasatburuk, takutakanpikiransendiri, mudahterganggu.

5) Ketegangan

Merasategang, lesu, tidakbisaberisitirahattenang, mudahterkejut,

mudahmenangis, gemetar, gelisah.

6) Ketakutan

Takut pada gelap, orang asing, ditinggalsendiri.

7) Gangguantidur

Sukartidur, terbangunmalamhari, tidurtidakpulas, bangundenganlesu,

mimpiburuk dan menakutkan.

8) Gangguankesadaran

Sulitberkosentrasi, dayaingatburuk

9) Peranandepresi

Hilangnyaminat, berkurangnyakesenangan pada hobi, sedih,

bangundinihari, perasaantidakmenentuatauberubah-

ubahsepanjanghari.

10) Gejalasensorik

Tinitus, penglihatankabur, mukamerah, merasalemah,

perasaandistusuk-tusuk.

11) Gejala somatic (otot)


28

Sakit dan nyeriotot, kuku, kedutenototgigigemerutuk,

suaratidakstabil.

12) GejalaCardiovasculer

Takikardi, berdebar-debar, nyeri dada, rasa sepertipingsan,

detakjantungmenghilangberhentiksekejap.

13) Gejalarespirasi

Rasa tertekanatausempit dada, perasaantercekik, seringmenariknafas,

nafaspendekatausesak.

14) Gejala gastro intestinas tractus

Disfagia, perutmelilit, gangguanpencernaan, nyerisebelum dan

sesudahmakan, rasa terbakardiperut, kembung, BAB lembek,

muntah, BB menurun, kostipasi.

15) Gejala urogenital

Sering BAK, Enuresis, Amenorrhea pada wanita, regia, inpotensi,

ejakulasidini.

16) Gejalaotonom

Mukapucat, mulutkering, mudahberkeringat, bulu-buluberdiri,

sakitkepala.

17) Tingkahlaku

Gelisa, tidaktenang, jarigemetar, kerutkening, keluarkeringat,

mukamerah, tegang tonus ototmeningkatnafaspendek dan cepat.

6. GejalaKlinisKecemasan
Gejala-gejalakecemasan yang timbul pada

seseorangindividuberbeda-beda, adatergolong normal ada pula yang


29

mengalamikecemasan yang

tampakdalampenampilanberupagejalafisikmaupun mental.

Nixxson (2016) berpendapatbahwagejalakecemasanbersifatfisik

dan mental antara lain:

a. Gejalafisik

18) Jaritangandingin

19) Detakjantungsemakincepat

20) Keringatdingin

21) Kepalapusing

22) Nafsumakanberkurang

23) Tidurtidaknyenyak

24) Dada sesak

b. Gejala mental

1) Ketakutanmerasaakantertimpabahaya

2) Tidakdapatmemusatkanperhatian

3) Tidaktentram dan inginlaridarikenyataan

4) Inginlaridarikenyataan

Jeffrey et al dalamNixson (2016)

mengemukakangejalakecemasanada 3 yaitu:

a. Gejalafisikberupakegelisahan, anggotatubuhbergetar,

banyakberkeringat, sulitbernafas,

jantungberdebarkencang ,merasalemas, panasdingin, mudahmarah

dan tersinggung.
30

b. Gejala behavioral berupaperilakumenghindar,terguncang,melekat

dan dependen.

c. Gejalakognitifantara lain khawatirtentangsesuatu,

perasaantergangguakanketakutanterhadapsesuatu yang akanterjadi

di masa depan,keyakinanbahwasesuatu yang

menakutkanakansegeraterjadi,ketakutanakanketidakmampuanuntuk

mengatasimasalah, pikiranberasacampuradukataukebingungan dan

sulitberkonsentrasi.

7. DinamikaKecemasan
Individu yang mengalamikecemasandipengaruhi oleh

beberapahal, diantaranyakarenaadanyapengalamannegatifperilaku yang

telahdilakukan, sepertikekhawatiranakanadanyakegagalan.

Merasafrustasidalamsituasitertentu dan ketidakpastianmelakukansesuatu.

Dinamikakecemasan,

ditinjaudariteoripsikoanalisisdapatdisebabkan oleh

adanyatekananburukperilakumasalalusertaadanyagangguanmental.Ditinja

udariteorikognitif, kecemasanterjadikarenaadanyaevaluasidiri yang

negatif.Perasaannegatiftentangkemampuan yang dimilikinya dan

orientasidiri yang negatif. Berdasarkanpandanganteorihumanistik,

makakecemasanmerupakankekhawatirantentang masa depan,

yaitukhawatir pada apa yang dilakukan.


31

8. PengukuranKecemasan
Penilaiankecemasandapat di ukurdenganmenggunakanskala

HARS (Hamilton Anxiety Ratting Scala) yang terdiridari 14 item

(Nixson, 2016) yaitu:

a. Perasaancemasfirasatburuk, takutakanpikiransendiri, dan

mudahtersinggung.

b. Keteganganmerasategang, gelisa, gemetar, mudahterganggu dan

lesu.

c. Ketakutansepertitakutterhadapgelap, terhadap orang asing,

bilatinggalsendiri dan takut pada binatangbesar.

d. Gangguantidursukartidur, terbangunoadamalamharitidakakanpulas,

dan mimpiburuk.

e. Gangguankecerdasansepertimenurunnyadayaingat,

mudahlupa,dansulitberkonsentrasi.

f. Perasaandeprasisepertihilangnyaminat, berkurangnyakesenangan

pada hobi, perasaantidakmenyenangkansepanjanghari.

g. Gejalasomatikseperti pada otot-otot dan kaku, gertakangigi,

suaratidakstabil, dan kedutanotot.

h. Gejalasensorikyaituperasaan di tusuk-tusuk, penglihatankabur,

mukamerah, pucat dan merasalemah.

i. Gejalakardiovaskuleryaitutakikardi, nyeri dada, denyutnadimeregas,

dan detakjantunghilangsekejap.

j. Gejalapernapasanyaitu rasa tertekan di dada, perasaantercekik,

seringmenarik napas panjang dan merasanafaspendek.


32

k. Gejalagastriontestinalyaitusulitmenelan, konstipasi, berat badan

menurun, muntah dan mual, nyerilambungsebelum dan

sesudahmakan, perasaanpanas di perut.

l. Gejala urogenital yaituseringkencing, tidakdapatmenahankencing,

aminorea, areksilemah danimpotensi.

m. Gejalavegetaifyaitumulutkering, mudahberkeringat, mukamerah,

buluromaberdiri, pusingatausakitkepala

n. Perilakusaatwawancarayaitugelisah, jari-jarigemetar,

mengerutkandahiataukening, mukategang, tonus ototmeningkatkan

dan napas pendekcepat.

9. PenatalaksanaanKecemasan
a. Penatalaksanaanfarmakologi

Pengobatanuntuk anti

kecemasanterutamabenzodiazepineyangmencakupdiazepan(valium)

dan alparazolam.Obatinidapatmengurangikecemasan, obatini di

gunakan jaga pendek, dan tidak di

anjurkanuntukjangkapanjangkarenapengobataninimenyebabkanketer

gantungan. Berbagiobat anti depresan juga

digunakansepertifluozetine(Prozac).fluvoxamine (Luvox), setaline

(Zolaft) dan paroxitine (paxill) (Oltmanns,2013).

b. Penatalaksanaa Non farmakologi

25) Distraksi

Distraksimerupakanmetodeuntukmenghilangkankecemasan

dengancaramengalihkanperhatian,
33

sehinggapasienakanakanlupaterhadapcemas yang di alami.

Stimulasisensori yang

menyenangkanmenyebabkanpelepasanendorfin yang

bisamenghambatstimulasicemas yang

mengakibatkanlebihsedikit stimuli cemas yang di

transmisikankeotak. Salah satudistraksi yang

efektifadalahmemberikandukungan spiritual

(membacakandoasesuai agama dan keyakinan),

sehinggadapatmenurunkanhormon-hormonstressor,

mengaktifkanhormonendorfinalami,meningkatkanperasaanrileks

,danmengalihkanperharhatiandari rasa takut,cemas dan tegang,

memperbaikisistemkimiadalamtubuhsehinggamenurunkantekan

andarahsertamemperlamabtpernapasan,

detakjantung,denyutnnadi,danaktifitasgelombangotak.

Lajupernapasan yang

lebihdalamataulebihlambattersebutmenimbulkanketenangan,ken

daliemosi,pemikiran yang lebihdalam dan metebolisme yang

lebihbaik (Potter dan Perry,2006).

26) RelaksasiProgresif

Untukmengatasikecemasandapatdigunakanteknikrelaksasi

yaitumeditasi, relaksasiimajinasi dan

visualisasisertarelaksasiprogresif (isaacs,2005).

Relaksasiprogresifyaaitumelatihotot-otot yang tegang agar


34

lebihrileks,terasalebihcemastidakkaku. Efek yang di

berikanadalah proses neurologisakanberjalandenganbaik.

Karena adabeberapapendapat yang

melihathubunganteganganototdengankecemasan,

makadenganmengendurkanotot-otot yang tegang di

harapkanteganganemosimenurun. Bila di

lakukansecarateraturteknikrelaksasi yang

dilakukandapatmengurangikegelisahan dan

meningkatkanperasaansantai, sertakestabilanemosi (Nasir,2011).

C. Tinjauan tentangRelaksasiOtotProgresif
1. Pengertian
Kushariyadi (2011)

menyatakanbahwaterapiototprogresifsedangkanmenuruttahnikrelaksasiny

aadalahrelaksasiototdalam yang

tidakmemerlukankeuletan,imajinasiatausugesti (polapikirseseorang)

(Gumilang, 2020)

Teknik Relaksasi Otot Progresif merupakan salah satu teknik

pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis

dan parasimpatis. Teknik relaksasi semakin sering dilakukan karena

terbukti efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan(Lestari &

Yuswiyanti, 2018)

Pasiendengankadar gula darah yang

tinggidapatdilakukansecarafarmakologi dan nonfarmakologi,

secarafarmakologidapatdiberikanobathipoglikemik oral.
35

Secaranonfarmakologimerupakanterapidalamupayamengendalikankadar

gula darah, mengurangi insomnia, menurunkan stress salah

satunyaadalahteknikrelaksasiototprogresif.

Keuntungandarilatihanrelaksasiototprogresif (PMR)

menurunkankecemasan, konsumsioksigentubuh, kecepatanmetabolisme,

termasukmetabolisme gula dalamdarah, lajupernapasan, keteganganotot,

tekanandarahsistol dan diastol, kontraksiventrikelprematur dan

peningkatangelombang alfa otak(Batubara & Limbong, 2021).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi

Otot Progresif merupakan suatu tindakan terapi yang diberikan kepada

klien dengan teknik relaksasi otot dengan tujuan dapat mengurangi dan

berubah keadaan fisiologis bagi penderita Diabetes Melitus.

2. Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi dan kontraindikasidaripenerapanototprogresifmeliputi:

a. Lanjutusia yang mengalami stress

b. Kecemasan pada lanjutusia

c. Gangguantidur pada lanjutusia

d. Depresi

e. Keterbatasangerak pada lanjutusia, misalnya badan sulitdigerakan

f. Perawatantirah baring

3. Prosedur
Menurut (Kushariyadi,2011)prosedurterapirelaksasiototprogresifyaitu:

a. Gerakan pertama :untukmelatihkekuatanotottangan


36

1) Genggamkeduatangansambilmembukakepalan

2) Buatkepalansemakinkuatsambilmerasakansensasiketeganggano

tot

3) Kepalantanganpasiendilepaskan dan di

panduuntukmerasakanrilekssepuluhdatik

4) Gerakan tersebut di lakukandua kali

sehinggaklienmerasakanketeganganotot dan merasakanrileks

yang di alami

b. Gerakan kedua: untukmelatihkekuatanotottanganbagianbelakan.

Keduatangansejajarkedepanjari-jarimenghadapkelangit dan

tekukkeduapergelangan naik kemudianturun

c. Gerakan ketiga :untukmelatihototbesar pada bagianatas (biseps)

1) Keduatanganmengenggamsambilmengepal

2) Setelahmengepaltarikkeduatanganmenujupundak bahu

d. Gerakan keempat :untukmelatihkekuatanotot bahu

diharapakanmengendur.

1) Kedua bahu di angkatsetinggi-

tingginyasampaimenyentuhkeduatelinga

2) Rasakansensasigerakanketeganggan d bahu punggung, dan

leher

e. Gerakan ke lima dan enam :untukmelatihmelemaskanototdahi, mata,

dan rahang

1) Mengerutkandahi dan alissampaikeriput


37

2) Keduamata di

penjamkansehingamerasakanketeganototsekitarkeduamata

f. Gerakan ketujuh :untukmengendurkanototrahang,

Dengancaramengigitgigisampaimerasakanketegangan pada

ototrahang

g. Gerakan kedelapan :untukmengendurkanototsekitarmulut,

Bibirdirapatkankemudianmemoncongkansekuat-

kuatnyasampaimerasakanketeganganototmulut

h. Gerakan kesembilan :untukmerengangkanototleherdepan dan

belakang

1) Diawaligerakanototleherbagianbelakangkemudianototleherbagi

andepan

2) Istirahatkankepalabersandar pada bantal

3) Dorongkepalamenekanbantalsehinggamerasakanketeganganoto

tleherbagianbelakang

i. Gerakan kepuluh :untukmelatihkekuatanototleherdepan

1) Kepalamenghadapkebawah

2) Dagu di usuhakansampaimenyentuh dada

j. Gerakan kesebelas :untukmelatihototpinggang

1) Busungkan dada tahansepuluhdatikkemudianrelakssepertibiasa

2) Saat duduk kembalikondisi badan dapatdalamposisirelaks

k. Gerakan keduabelas :untukmengendurkanotot pada dada

1) Tarik nafaspanjangtahanbeberapasaatkemudianhembuskan
38

2) Rasakanperbedaanantarakondisiotottegang dan relaks, dan bisa

di ulangisekalilagi

l. Gerakan ketigabelas :untukmelatihotot abdomen atauperut,

tarikperutatau abdomen

kedalamselamasepuluhdetikdenganmenahannyakemudianbebaskan

kembalisepertikeadaansemula.

m. Gerakan keempatbelas dan limabelas :untukmelatihkekuatanotot

pada paha dan betis

1) Angkat kaki kananterlebihdahulu dan

luruskankemudiantahanselamahitungankesepuluh

2) Angkat kaki kiri dan luruskan dan

kemudiantahanselamahitungankesepuluh, Ulangigerakan

masing-masing duakali.

1. Hal-hal Yang Perlu Di PerhatikanDalamKegiatanRelaksasi

Berikutadalahhal-hal yang

perludiperhatikandalammelakukankegiatanterapirelaksasiototprogresif

(Setyoadi dan Kushariyadi,2011) :

a. Janganterlalumenegangkanototberlebihkarenadapatmelukaidiri.

b. Dibutuhkanwaktusekitar 20 menitdengan 1 kali terapiperhari dan

dilaksanakanselama 7 hariuntukmembuatrelaks.

c. Perhatikanposisitubuh. Lebihnyamandenganmatatertutup.

Hindaridenganposisiberdiri.

d. Menegangkankelompokototdua kaki tegangan.


39

e. Memeriksaapakahklienbenar-benarrelaks.

f. Terus-menerusmemberikanintruksi.

g. Memberikanintruksitidakterlalucepat dan tidakterlalulambat.

4. MekanismeKerja Teknik OtotProgresifTerhadapPenurunanKecemasan


Salah satupengelolaandiri yang di dasari pada sistemsyarafsimpatis

dan para simpatis.Padasaatseseorangmengalamikecemasansyaraf yang

bekerjalebihdominanyaitusistemsyarafsimpatis,

sedangkansaatkeadaanrelaks yang bekerjaadalahsistemsaraf para

simpatis. Dimana sarafsimpatis dan para simpatis

yangkerjanyasalingberlawanan, ketikaotot-otot di

rilekskandapatmenormalkankembalifungsi-fungsi organ tubuh.

Selainitugerakanrelaksasiototprogresifinimenstimulasipengeluaranhormo

n endorphin yang memberikanresabahagia dan kenyamanan pada

tubuh.Hormoninidapatberfungsisebagianobatpenenangalami yang

diproduksi di otak dan susunansaraftulangbelakang. Endorphin

bekerjamengikatreseptor yang

adasistemlimbik,sistemlimbikadalahbagiandariotak yang di

kaitakandengansusunanhati dan emosi.

Setelahseseorangmelakukanrelaksasidapatmembantutubuhnyamenjadirel

aks, dengandemikiandapatmemperbaikiberbagaiaspekkesehatanfisik

(Akbar dan Afriyanti,2014). (Dixit et al., 2018).


40
Faktoryangmem
pengaruhitingkat
kecemasan TEORI
D. KERANGKA
• Pengalam
anoperasis
ebelumny Pregeneral
a
Farmakologi
• Pengertian Teknikrelaksasinafasdalam
tentangtujuan
Kecemasan
atau
alasantindakano Nonfarmakologi
perasi
Penanganan Teknikrelaksasiototprogresif
• Persiapan
operasifisik
maupunpenunja
ng
• Situasidan kondisi
• Pengetahuante
ntangprosedur
• Pengetahuantent
ang latihan-
Sumber:Majid(2011),Murwani(2009),Stuart(2016),Pramono(2017), Mangku(2010)
41

E. KERANGKA KONSEP
Teknik relaksasinafasdalam
TingkatKecemasan
1-6=Tidakadakecemasan7-12=Kecemasanringan
13-18=Kecemasansedang
19-24=Kecemasanberat
Tingkat Kecemasan
25-30=Kecemasanberatsekali/panik

Variabelpengganggu
Teknikrelaksasiototprogresif

Faktor yang mempengaruhitingkatkecemasan


Pengalamanoperasisebelumnya
Pengertiantentangtujuanataualasantindakanoperasi
Persiapanoperasifisikmaupunpenunjang
Situasidan kondisi
Pengetahuantentangprosedur
Pengetahuantentanglatihan-latihanyangdilakukansebelum

Keterangan :

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel Yang TidakDiteliti


42

BAB IIIMETODE STUDI KASUS


A. Rancangan Studi Kasus
Penelitian

inimerupakanjenispenelitiankualitatifdengandesainataupendekatanstudikasu

s.

B. Subyek Studi Kasus


Subyek penelitianini melibatkan 3 orang pasien yang menderita Diabetes

Mellitus. Dengankriteriainklusisebagaiberikut :

1) Pasienterdiagnosis dm tipe 2 darihasilcatatanrekammedikpasien

2) Bersediamenjadiresponden

3) Pasiendenganulkusdekubitus

4) Tidak memiliki gangguanpendengaran.

C. Focus studikasus
Penelitianinimembahastentangbagaimanapenerapanpenurunankecemasan

pada pasien dm ulkus decubitus.

D. Definisi Operasional

1. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik yang berlangsung lama

ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau melibihi

batas normal.

2. Ansietasmerupakanresponemosional dan penilaianindividu yang

subyektif yang di pengaruhi oleh alambawahsadar dan belum di

ketahuisecarakhususfaktorpenyebabnya.
43

3. Teknik Relaksasi Otot Progresif merupakan suatu terapi yang di berikan

kepada klien dengan menengangkan otot-otot tertentu dan kemudian

relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks.

D. Tempat DanWaktu
Studi Kasus iniakan dilaksanakan pada bulan April 2023 berlokasi di RSUD

Toto Kabila Kab. Bone bolango.

E. Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang di gunakan meliputi wawancara, observasi,

catatan individu. Data yang telah terkumpul dianalisis untuk melihat

masalah keperawatan yang di alami klien serta meninjau keefektifan

intervensi yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan

pasien.

F. Penyajian Data
Penyajian data ini dilakukan dengan penyajian terstruktural / narasi yang

menggambarkan hasil deskripsi dari penerapan Terapi Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Ansietas Pada 2 Pasien Diabetes Mellitus yang akan

diteliti.

G. Etika Studi Kasus


Etika menggambarkaan aspek-aspek etika yang dipergunakan menjadi

pertimbangan memberikan asuhan keperawan bagi pasien sampai dengan

proses dokumentasi yang dilakukan. Etika penelitian adalah suatu bentuk

sopan santun, tata susila dan perkerti dalam pelaksanaan penelitian. Etika

penelitian merupakan hal penting karena menggunakan subjek manusia.

Pada penelitian hampir 90% subjek yang digunakan adalah manusia

(Nursalam,2016). Beberapa prinsip etika yang di pergunakan dalam


44

pembarian asuhan keperawan adalah voluntary(keiklasan), dan

confidentially (kerahasiaan), anonymity, informed consent.

6. Keiklasan (voluntary)

Klien mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subjek atau tidak, peneliti tidak berhak memaksa untuk menjadi subjek

penelitian yang bertentangan dengan keinginannya.

7. Kerahasiaan ( confidentially )

Peneliti harus menjaga kerahasiaan informasi yang di berikan subjek ,

menggunakan informasi tersebut hanya untuk kegiatan penelitian.

Peneliti harus meyakinkan subjek penelitian bahwa semua hasil tidak

akan dihubungkan dengan mereka serta informasi yang diberikan, tidak

akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek.

8. Anonymity

Klien mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya nama, data cukup dengan

menggunakan inisial atau kode sehingga krakteriistik pribadi menjadi

tidak dikenali.

9. Informed consent klien ( persetujuan klian )

Klien harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed


45

consentjuga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan di

pergunakan untuk pengembangan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, L., & Tomayahu, M. B. (2019). Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah.
Journal Health and Sport, 1(1), 1–5.
Batubara, K., & Limbong, P. R. B. (2021). Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur
dengan Tindakan Relaksasi Otot Progresif pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2. Jurnal Keperawatan Profesional, 2(2), 39–48.
https://doi.org/10.36590/kepo.v2i2.168
Dixit, A. M., Subba Rao, S. V., Article, O., Choudhary, K., Singh, M.,
Choudhary, O. P., Pillai, U., Samanta, J. N., Mandal, K., Saravanan, R.,
Gajbhiye, N. A., Ravi, V., Bhatia, A., Tripathi, T., Singh, S. C. S., Bisht, H.,
Behl, H. M., Roy, R., Sidhu, O. P., … Helmy, M. (2018). Pengaruh
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan Pada Lansia Di Desa
Kertobanyon Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Febrianti, D., Hamid, A. Y. S., & Wardani, I. Y. (2015). Gambaran Asuhan
Keperawatan Pada Klien Hipertensi Dengan Ansietas Menggunakan
Pendekatan Uncertainty in Illness Dan Comfort Theory. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 7(2), 113–118.
Gumilang, D. S. (2020). Dias Satrio Gumilang 17.1974.P.
Karina, Y., & Widiani, E. (2020). Relaksasi Otot Progresif Pada Klien Diabetes
Mellitus Dengan Masalah Keperawatan Ansietas ( Studi Kasus ). Jurnal
Keperawatan Dan Kebidanan, 3(1), 7–16.
Lestari, K., & Yuswiyanti, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD DR. R Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Maternitas,
3(1), Halaman 27-32.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/4017
Manggasa, D. D., Made, N., Nilasanti, R., Rantesigi, N., & Sufyaningsi, U.
(2020). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS
Implementation of Progressive Muscle Relaxation Against Ansietas in
Nursing Care for Diabetes Mellitus Patients. Madago Nursing Journal, 1(2),
29–32. http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ/article/view/267/142
46

Nuraisyah, F. (2018). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kebidanan


Dan Keperawatan Aisyiyah, 13(2), 120–127.
https://doi.org/10.31101/jkk.395
Setyorogo, S., & Trisnawati, S. . (2013). Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 6–11.

Anda mungkin juga menyukai