Anda di halaman 1dari 58

PERTEMUAN KE-2

TAFSIR PB II – SURAT
ROMA
Natalia Maria Magdalena, MA, M.Th
Penulis Pentarikhan Penerima

• Paulus dan • Petunjuk di Surat • Paulus menulis


Tertius Roma kepada jemaat
• Membandingkan • Yahudi dan Non-
dengan KPR Yahudi
• Febe, Gayus, • Siapa jemaat
Erasmus Roma?
• Kehadiran Paulus • Cakupan
di Korintus kerasulan Paulus
Tujuan Apologetik Tujuan Misi
Pandangan ini didasarkan pada Paulus memandang dirinya sebagai rasul
penekanan Paulus terhadap isi Injil yang untuk orang Yunani (11:13-15) yang
ia beritakan. Inti Injil ini (1:16-17) juga menginginkan ‘jumlah penuh’ orang Yunani
menjadi dasar/tema bagi seluruh surat diselamatkan (11:25-26). Ia telah
Paulus. Pendahuluan surat yang panjang menyelesaikan satu daerah kerja di
dan tidak lazim serta berfokus pada Injil
yang ia beritakan dianggap mendukung ROMA daerah timur laut Mediteranian (15:19,
23) dan sekarang ia ingin pergi ke
gagasan di atas. Selain itu, 3:8 sebelah barat laut Mediteranian (Spanyol,
menunjukkan adanya kesalahpahaman 15:24, 28). Untuk mencapai semua target
tentang ajaran Paulus. Pendeknya, Paulus ini ia membutuhkan pangkalan kerja dan
ingin memberikan argumen bagi dukungan. Berkaitan dengan dua
ajarannya untuk menangkis kebutuhan ini, kota Roma adalah alternatif
kesalahpahaman. terbaik.
Tujuan Pastoral
Menyelesaikan perpecahan yang berpotensi timbul antar gereja-rumah yang ada waktu itu.
Disharmoni ini sangat mungkin melibatkan golongan Yunani dan golongan Yahudi yang
cenderung ketat dalam memelihara kebiasaan mereka (11:17-25; 12:3, 16; 14:3). Usaha Paulus
untuk memperkenalkan Febe (16:1-2) dan daftar nama setiap individu (16:3-16) dimaksudkan
Paulus untuk memastikan bahwa suratnya mendapat respon yang luas dari seluruh gereja-rumah
yang ada
Teori Kesatuan Surat Roma

14 16 15
Pasal Pasal Pasal

Faktor Pembeda : Letak Doxologi


Faktor Pemersatu : Pasal 16
Ketidakadaan pasal 15-16 di beberapa tulisan bapa gereja atau terjemahan kuno dapat
diterangkan sebagai hasil dari upaya untuk membuat surat ini lebih bernuansa umum
Argumen Pendukung Teori 16 Pasal

Relasi Paulus dengan orang-orang 16:17-20 → Preventif. Paulus


yang disebutkan dalam suratnya bisa saja mengantisipasi
→ Hal Umum bantahan dari pihak tertentu
terhadap ajarannya tentang
anugerah (3:8)

Karakteristik bagian akhir dari surat-surat


Paulus. Hampir semua surat-surat Paulus
diakhiri dengan nasehat-nasehat praktis,
harapan tentang kedamaian, salam, dan doa Hubungan yang logis&eksplisit ps 14
berkat. dan 15. Keindahan&kedalamannya →
Direlevansikan untuk banyak Gereja
secara umum
Teologi Surat Roma
Para reformator – dipengaruhi oleh Martin Luther : Tema
utama → ‘pembenaran oleh iman’

Schweitzer : Pandangan ini terlalu memaksakan


pemikiran modern. Usulnya : ‘persatuan mistis dengan
Kristus’ (pasal 5-8)
Beberapa dekade terakhir sebagian sarjana
mengusulkan tema baru: ‘sejarah keselamatan’ (pasal 9-
11).

Selanjutnya beberapa tema yang diusulkan antara lain:


kebenaran Allah (Kasemann; Schreiner)

Peranan orang Yahudi dalam sejarah keselamatan


(Sanders)

Allah (Morris), pengharapan (Heil)


Menurut Moo (NICNT: The Epistle, 24) :
(1)Tidak ada alasan (dan keharusan) untuk
menemukan satu tema bagi surat Roma. Paulus
mungkin saja memiliki beberapa tema yang ingin
ia sampaikan.
(2) Perdebatan muncul karena para sarjana
berbeda pandangan tentang definisi
tema/teologi.

Berdasarkan hal di atas, Moo mengusulkan


Tema tersebut adalah “INJIL”. Kata euvaggelion
maupun euvaggelizw sangat penting dalam
bagian pendahuluan (1:1, 2, 9, 15) dan penutup
(15:16, 19). Kata ini juga muncul dalam tema
surat di 1:16-17 “sebab aku tidak malu terhadap
Injil”.

Dari perspektif ini, semua tema lain yang penting


dianggap sebagai elaborasi tema ‘Injil’.
HUKUM TAURAT
Kata nomos – yang biasanya merujuk pada hukum Musa
(Taurat) – muncul 74 kali.
▪ Jumlah ini melebihi pemunculan kata yang sama di
seluruh tulisan Paulus yang lain (47 kali).
▪ Paulus membahas topik ini secara khusus dalam satu
pasal (Rom 7).

Penekanan pada arti dan kontinuitas Taurat merupakan hal yang bisa dipahami. Paulus sedang berusaha
Isu ini
menjelaskan kaitan antara perjanjian Musa (Taurat) dengan perjanjian baru di dalam Kristus (Injil).
sudah muncul di awal surat (1:2): “Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci”.
Klimaks pembahasan ini terletak di pasal 9-11. Dalam kerangka ini, isu yang harus dijawab adalah tentang
kontinuitas Israel dalam sejarah keselamatan dan kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya dengan Israel (bdk.
3:1-8, 31; 9:6).
Berikut ini adalah rangkuman dari jawaban Paulus terhadap dua isu tersebut :

▪ Taurat bukanlah elemen permanen dalam sejarah ▪ Seandainya Taurat – sebagai tanda perjanjian Allah –
keselamatan, meskipun hal itu merupakan tidak bisa menyelamatkan bangsa Yahudi, bagaimana
‘keuntungan’ bagi orang Yahudi (3:1-2). tentang kesetiaan Allah terhadap janji-Nya? Jawaban
Paulus terhadap isu ini terangkum dalam 3:1-8: (1)
▪ Ketidakpermanenan tersebut sudah sangat
Ketidaksetiaan manusia tidak bisa membatalkan kesetiaan
jelas: tidak ada seorang pun yang
Allah, ayat 3, 7. (2) Ketidaksetiaan (keberdosaan)
dibenarkan karena melakukan Taurat (3:20; manusia justru menyatakan kebenaran Allah, ayat 4-5.
bdk. 2:13) dan justru melalui hukum Taurat Allah tetap benar terhadap perjanjian-Nya (setia),
orang mengenal dosa (3:20; 7:7). bahkan ketika Ia menghukum bangsa Israel, karena
Berdasarkan hal ini orang Yahudi yang perjanjian Allah mencakup dua hal: berkat dan hukuman.
memiliki Taurat tidak bisa menggunakan Hukuman Allah terhadap bangsa Israel tidak bisa
perjanjian ini sebagai sarana untuk dianggap sebagai ketidaksetiaan Allah. Ia tetap
menghindari hukuman Allah (2:1-29). Hukum memenuhi perjanjian-Nya, tetapi dari sisi pemberian
Taurat memang kelebihan orang Yahudi (3:1- hukuman karena Israel telah gagal memenuhi perjanjian
2), tetapi bukan keuntungan untuk bebas tersebut. (3) Allah adalah hakim dunia, sehingga
dari dosa dan hukuman Allah (3:9). bagaimanapun juga Ia tetap benar, ayat 6
Kebenaran Allah Oleh Iman
Signifikansi topik ini dalam surat Roma sudah sangat jelas :

1. Topik ini menjadi isi dari tema utama surat, yaitu Injil. Bagi
Paulus, Injil adalah berita tentang Allah membawa orang
berdosa kepada-Nya dan memperoleh hidup kekal dengan
jalan membenarkan mereka melalui iman kepada Yesus.

2. Topik ini menjadi bagian utama dari teks yang dianggap


semua sarjana sebagai inti surat, yaitu 1:16-17
“Pembenaran oleh iman”. Seluruh surat Roma
dianggap sebagi elaborasi tentang inti ini.
Pokok Pikiran Paulus Tentang Tema
Semua manusia sudah berdosa dan berada di Paulus membuktikan bahwa ‘pembenaran melalui
bawah hukuman Allah (1:18; 3:19). Keberdosaan ini iman’ bukanlah ide yang baru. Doktrin ini konsisten
juga menguasai mereka yang hidup di luar Taurat dengan wahyu Allah sebelumnya dalam PL (1:2-3).
(wahyu umum, 1:18-32; 2:14-16) maupun bangsa Untuk menjelaskan hal ini Paulus perlu
Yahudi yang memiliki Taurat (wahyu khusus, 2:1-29). mengetengahkan tokoh PL yang dianggap sebagai
Keberdosaan ini bukan karena wahyu tersebut tidak bapa bangsa Yahudi dan sebagai tokoh yang
bisa menyelamatkan mereka, tetapi karena mereka dianggap dibenarkan Allah karena perbuatannya,
tidak mampu menaatinya (1:19-21; 3:20) yaitu Abraham (4:1-25, bdk. Kej 15:6). Paulus
membuktikan dari PL bahwa Abraham dibenarkan
Karena manusia tidak mungkin membebaskan diri juga karena iman, bukan perbuatan (4:2-5).
dari hukuman Allah (dibenarkan) melalui perbuatan Abraham dibenarkan (Kej 15) sebelum ia disunat
mereka, Allah mengambil inisitaif – berdasarkan (Kej 17, bdk. Rom 4:9-11) maupun sebelum ada
anugerah-Nya – untuk membenarkan manusia melalui Taurat (bdk. Rom 4:12-15). Karena Abraham
iman kepada Yesus Kristus (3:21-31). Hal ini berlaku dibenarkan karena iman (bukan Taurat), ia berhak
untuk semua orang, baik orang Yahudi maupun menjadi bapa bagi semua bangsa, sesuai dengan
Yunani, karena semua orang telah berbuat dosa janji Allah (4:11b-12, 16-18; bdk. Kej 12:1-3;
(3:22-24). 17:5).
Pokok Pikiran Paulus Tentang Tema

Pembenaran melalui iman ini hanya


Paulus juga menjelaskan bahwa diterima melalui apa yang sudah
pembenaran melalui iman bagi dilakukan oleh Yesus Kristus.
semua bangsa merupakan doktrin Sebagaimana Adam sebagai
yang sesuai dengan natur Allah. representasi seluruh umat manusia
Allah adalah Allah semua orang, telah gagal dan dosa menjalar ke
baik orang Yahudi maupun Yunani, seluruh umat manusia, demikian pula
sehingga Ia juga menerapkan Kristus telah taat dan memberikan
prinsip keselamatan yang sama kebenaran kepada semua umat
bagi semua orang (3:29-30). pilihan-Nya (5:12-21)
STRUKTUR KITAB
PENDAHULUAN (1:1-17)
Salam (1:1-7)
Ucapan syukur dan topik pribadi (1:8-15)
Tema surat (1:16-17)
BAGIAN DOKTRINAL (1:18-11:36)
Pembenaran melalui iman (1:18-4:25)
Universalitas dosa (1:18-3:20)
Dasar pembenaran melalui iman (3:21-4:25)
Hidup di dalam pembenaran (5:1-8:39)
Pengharapan tentang kemuliaan (5:1-21)
Kebebasan dari perbudakan dosa (6:1-14)
Kebebasan dari perbudakan Taurat (7:1-25)
Jaminan hidup kekal dalam Roh Kudus (8:1-30)
Perayaan keamanan orang percaya (8:31-39)
Pembenaran melalui iman dan ketidakpercayaan Israel (9:1-11:36)
BAGIAN PRAKTIKAL (12:1-15:13)
Inti: trasformasi total (12:1-2)
Saling melayani (12:3-8)
Saling mengasihi (12:9-21)
Menghormati pemerintah sekuler (13:1-7)
Kasih dan hukum (13:8-10)
Hidup dalam terang (13:11-14)
Nasehat untuk bersatu (14:1-15:13)
PENUTUP (15:14-16:27)
Pelayanan Paulus dan rencana ke depan (15:14-33)
Salam (16:1-23)
Doksologi (16:25-27)
Roma 1:1-7
Tidak seperti surat Hellenis pada umumnya maupun surat-surat Paulus yang lain,
pendahuluan Surat Roma merupakan pendahuluan yang tergolong panjang. Bagian
ini dapat dibagi menjadi 5 bagian :
Identitas pengirim (ayat 1)
Penjelasan tentang Injil yang diberitakan (ayat 2-4)
Penjelasan tentang tugas khusus (ayat 5-6)
Identitas penerima (ayat 7a)
Salam (ayat 7b)

Para sarjana biasanya mengusulkan dua alasan bagi pendahuluan yang tidak lazim
ini :[1]
▪ Paulus ingin memperkenalkan diri dan ajarannya sedini mungkin kepada jemaat
yang ia tidak pernah kunjungi atau dirikan (Moo, 40).
▪ Paulus ingin ‘membela diri’ sedini mungkin terhadap kesalahpahaman konsep
tentang ajarannya yang mungkin sempat terdengar oleh jemaat di Roma
(Murray).
[1] Untuk penjelasan lain, lihat Kasemann, 3.
Hamba Tuhan
(Roma 1:1) - hamba Kristus Yesus, dipanggil menjadi rasul dan dikhususkan untuk pemberitaan Injil

▪ Memiliki Dedikasi Total


a. Sosiologis
Mengingat Paulus mengaitkan “hamba” dengan “Kristus Yesus”, latar belakang pemikiran di balik
konsep ini berakar dalam konsep “hamba TUHAN” di PL. Kata kerja douleuein dalam LXX
merupakan ekspresi umum untuk pelayanan kepada Allah dalam arti ‘total allegiance’ dan bukan
hanya ‘isolated acts of worship’ (Cranfield, 50).
b. Otoritatif
Bnd. Gal 1:10 “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah?
Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada
manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”.

▪ Memiliki Otoritas
Agumentasi yang mendukung nuansa otoritas dalam kata apostolos antara lain :
a.Pemakaian kata sifat di depan apostolos. Paulus biasanya hanya menggunakannya tanpa kata
kletos, kecuali di 1Kor 1:1. Dengan memakai kata ini ia ingin menegaskan bahwa kerasulannya
tidak didasarkan pada keinginan atau pilihan manusia, tetapi langsung bersumber dari Allah.
b.Paulus belum dikenal jemaat di Roma, sedangkan kerasulannya termasuk hal yang unik. Ia tidak
termasuk dalam golongan 12 murid Tuhan Yesus. Ia tidak mewarisi langsung tradisi kehidupan
Yesus (tidak memenuhi kriteria di Kis 1:21-22), sehingga ia hanya menerima tradisi dari para
rasul (Gal 1:17). Ia bahkan telah menganiaya orang Kristen (Kis 7:58; 8:1; 9:1-2; 1Kor 15:9).
Dengan kondisi latar belakang seperti ini, Paulus perlu menegaskan bahwa kerasulannya diterima
langsung dari Tuhan Yesus (Kis 9:15-16).
Hamba Tuhan
(Roma 1:1) - hamba Kristus Yesus, dipanggil menjadi rasul dan dikhususkan untuk pemberitaan Injil

▪ Memiliki Panggilan Khusus


Penekanan frase ‘dikhususkan untuk [pemberitaan] Injil’ terletak pada bagian terakhir (Injil), karena
kata inilah yang kemudian dijelaskan Paulus dari ayat 2-4. Paulus bukan hanya menyadari panggilan
Allah sebagai rasul, tetapi ia juga mengerti tugas/panggilan khusus yang ia terima dari Allah, yaitu
pemberitaan Injil. Seorang rasul memang bisa menjabat sebagai pemimpin gereja (Yohanes, Yakobus,
Petrus), tetapi Paulus sadar bahwa ia sejak dari kandungan sudah ditetapkan untuk memfokuskan
diri pada pemberitaan Injil.
Injil Yang Benar
(Roma 1:2-4) – Dari Allah, Dijanjikan sebelumnya, Mengenai Yesus Kristus; Anak Allah

Setelah Paulus menjelaskan deskripsi dirinya, sekarang ia menjelaskan berita yang ia sampaikan.
Dengan menganggap bentuk genitif qeou/ (Allah) pada kata euvagge,lion qeou/ (ayat 1c) sebagai
penjelasan terhadap euvagge,lion, berarti ada 3 macam deskripsi tentang “Injil”.

▪ [Dari] Allah (ayat 1c)


Menegaskan keterlibatan Allah dalam penyataan Injil. Allah adalah sumber sekaligus inisitator
penyataan kebenaran-Nya melalui Injil (1:19). Hal ini konsisten dengan penekanan Surat Roma yang
berfokus pada Allah. Penambahan genitif ini diperlukan untuk menjelaskan spesifikasi berita baik
yang diberitakan Paulus, mengingat kata euvagge,lion (berita baik) merupakan kata yang sangat
umum pada waktu itu. Berita baik (euvagge,lion) ini bukan hanya sekadar berita baik yang biasa
atau umum – seperti berita baik tentang kemenangan perang atau ulang tahun kaisar – tetapi
berita ini sangat istimewa, karena dinyatakan oleh Allah dan tentang Allah sendiri Arthur, h. 9.
▪ Dijanjikan sebelumnya melalui nabi-nabi dalam Kitab Suci (ayat 2).
Ayat ini dimulai dengan kata ganti orang relatif (relative pronoun) yang menerangkan kata
euvagge,lion di ayat 1c. Ayat ini merupakan introduksi bagi argumentasi Paulus selanjutnya yang
banyak memakai ayat-ayat PL sebagai argumentasi (bdk. Rom 3:11-20; 4:1-25). Paulus perlu
menegaskan hal ini untuk menunjukkan bahwa Injil bukanlah penemuan baru para rasul, bukan pula
diberikan kepada orang-orang Yunani melulu sebagai akibat penolakan bangsa Yahudi terhadap
Mesias. Pola keselamatan yang diterapkan Allah dalam PL dan PB adalah sama. Keselamatan melalui
iman kepada Injil bukanlah perubahan strategi Allah karena kegagalan wahyu sebelumnya.
Injil Yang Benar
(Roma 1:2-4) – Dari Allah, Dijanjikan sebelumnya, Mengenai Yesus Kristus; Anak Allah

▪ Dijanjikan sebelumnya melalui nabi-nabi dalam Kitab Suci (ayat 2).


Ada beberapa hal dalam teks ini yang menunjukkan bahwa Paulus memang ingin menekankan
kontinuitas Injil dari PL sampai PB.
a. Pengulangan ide dalam kata kerja proephggeilato(dijanjikan sebelumnya). Selain di sini, kata
proephggeilato hanya dipakai di 2Kor 9:5. Penambahan kata depan pro di depan kata
evpaggellomai merupakan pengulangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Melalui penambahan
ini Paulus ingin menekankan urutan waktu antara janji Allah (dalam PL) dan penggenapannya
(dalam PB).
b. Pemakaian frase dia. tw/n profhtw/n auvtou/ (melalui nabi-nabi-Nya).
Mayoritas sarjana meyakini bahwa istilah ‘nabi-nabi’ di sini tidak hanya merujuk pada arti teknis
kata tersebut (merujuk pada orang-orang tertentu yang berperan khusus sebagai nabi), tetapi
seluruh penulis PL (Ibr 1:1). Musa (Kis 3:21-22) dan Daud (Kis 2:30) juga disebut sebagai nabi.
c. Pemakaian frase evn grafai/j a`gi,aij (dalam Kitab Suci).
Penambahan frase ‘dalam Kitab Suci’ pada frase ‘melalui nabi-nabi-Nya’ sebenarnya hanya
berfungsi sebagai penekanan. Seperti sudah dijelaskan di atas, ‘nabi-nabi’ merujuk pada penulis PL
secara umum, sehingga arti frase ‘melalui nabi-nabi-Nya’ tersebut sebenarnya sama dengan ‘dalam
Kitab Suci’. Mayoritas sarjana meyakini bahwa Paulus tidak sedang memikirkan teks PL tertentu
pada saat ia memakai istilah ‘Kitab Suci’. Moo, h. 44; Cranfield, h. 55, n. 3.
Injil Yang Benar
(Roma 1:2-4) – Dari Allah, Dijanjikan sebelumnya, Mengenai Yesus Kristus; Anak Allah

▪ Mengenai Yesus Yesus – Anak Allah (ayat 3-4). Cranfield, h. 55, 57.
Ayat 3-4 ditulis dalam bentuk paralelisme yang menerangkan kata tou/ ui`ou/ auvtou/ (Anak-
Nya) di bagian awal ayat 3. Perhatikan struktur berikut ini (berdasarkan terjemahan literal):

3Mengenai Anak-Nya
yang telah datang dari keturunan Daud menurut daging
4yang telah dipilih sebagai Anak Allah menurut Roh kekudusan

sejak kebangkitan dari antara orang mati


Yesus Kristus Tuhan kita

Paralelisme di atas mencakup dua sisi dari kehidupan Yesus sebagai Anak Allah (menurut daging dan
menurut Roh) : (a) Yesus adalah Anak Allah dalam keadaan-Nya sebagai manusia, (b) Yesus dipilih
menjadi Anak Allah dalam kuasa sejak kebangkitan-Nya.
Tugas Kerasulan Paulus
(Roma 1:5) – Membawa pada ketaatan iman di antara bangsa Yunani demi nama TYK

Setelah menjelaskan mediator dalam panggilan kerasulannya (ayat 5a), Paulus kemudian memaparkan
tiga aspek penting dalam panggilan tersebut. Tiga aspek yang menerangkan kerasulan Paulus tersebut
dapat dilihat dari pemakaian tiga kata depan yang dipakai di ayat 5.

▪ Tujuan : membawa kepada ketaatan iman (eis upakohn pistewj, ayat 5b).
▪ Area : di antara bangsa Yunani (en pasin toij eqnesin, ayat 5c).
▪ Fokus : demi nama Tuhan Yesus Kristus (uper tou ovnomatoj auvtou, ayat 5d).
Tugas Kerasulan Paulus
(Roma 1:5) – Membawa pada ketaatan iman di antara bangsa Yunani demi nama TYK

Iman tidak bisa dipisahkan dari ketaatan, karena objek iman kita
adalah Yesus Kristus sebagai Tuhan (ayat 4b dan 7b). Ketaatan tidak
bisa dipisahkan dari iman, karena ketaatan hanya bisa terwujud
ketika seseorang memberikan hidupnya kepada Yesus Kristus dalam
iman. Pandangan ini sekaligus bisa berfungsi sebagai benteng
terhadap bahaya antinomianisme (yang hanya mementingkan
kebebasan dalam Kristus melalui iman tetapi tanpa disertai
ketaatan) maupun bahaya Yudaisme (yang mementingkan ketaatan
sebagai syarat keselamatan dan menganggap iman saja tidak cukup
untuk menyelamatkan).
Tugas Kerasulan Paulus
(Roma 1:5) – Membawa pada ketaatan iman di antara bangsa Yunani demi nama TYK

Paulus ingin menunjukkan kepada jemaat di Roma bahwa jemaat


Roma – yang mayoritas adalah orang Yunani - termasuk dalam area
kerjanya (bdk. ayat 11-13). Hal ini juga dipertegas dengan pemakaian
kata “semua” (pa/sin) di depan “bangsa-bangsa Yunani” (toi/j
e;qnesin), yang mengindikasikan luas/besarnya visi Paulus. Ia
berhutang kepada semua golongan dan segmen bangsa Yunani (Rom
1:14-15). Berdasarkan hal ini Paulus berani menyatakan
kerinduannya untuk memberitakan Injil di Roma (1:14-15).

Penjelasan di atas tidak berarti bahwa Paulus tidak dipanggil untuk


memberitakan Injil kepada bangsa Yahudi (bdk. Kis 9:15; 20:21).
Paulus bahkan sering pergi ke synagoge lebih dahulu sebelum ia
mengabarkan Injil di suatu kota. Frase di atas hanya menyatakan
prioritas, kekhususan dan kejelasan panggilan Paulus.
Tugas Kerasulan Paulus
(Roma 1:5) – Membawa pada ketaatan iman di antara bangsa Yunani demi nama TYK

Melalui hal ini Paulus ingin menunjukkan bahwa “ketaatan iman”


(ayat 5b) yang menjadi tujuan kerasulannya akan mencapai
puncaknya ketika kemuliaan Kristus semakin nyata di dunia. Sebagai
kontras dengan situasi ketika nama Allah dihujat karena
ketidaktaatan bangsa Yahudi (2:24), di sini Paulus menegaskan bahwa
ketaatan bangsa Yunani akan membawa nama Allah (Kristus)
dipermuliakan.

Dalam konteks berpikir bangsa Yahudi nama merupakan ekspresi


dari seluruh kepribadian seseorang, karena itu Allah beberapa kali
mengganti nama seseorang ketika Ia memberikan karakter baru
kepada orang tersebut (Kej 17:5, 15; 32:28).
Salam
(Roma 1:7) – Anugerah & Damai

Salam ini bisa dibagi menjadi tiga bagian:

Isi salam :Anugerah dan damai


Sumber :Allah Bapa
Mediator :Tuhan Yesus Kristus

Anugerah. Perubahan dari cairein menjadi carij dalam salam ini sangat signifikan,
karena dalam PB kata ini biasanya merujuk pada kasih Allah yang diberikan kepada manusia
yang sebetulnya tidak layak diterima. Kata ini muncul 24 kali dalam Surat Roma (3:24; 4:4,
16; 5:2, 15[2x], 17, 20, 21; 6:1, 14, 15, 17; 7:25; 11:5, 6[3x]; 12:3, 6; 15:15; 16:20).

Damai. Orang Yunani hanya memahami dalam arti ‘ketidakadaan perang’, namun dalam
konteks ini arti tampaknya lebih mendalam. eivrhnh juga muncul di Rom 2:10; 3:17; 5:1;
8:6; 14:17, 19; 15:13, 33; 16:20. Kata ini memiliki arti yang beragam tergantung konteks.
Kemungkinan besar eivrhnh merujuk pada perdamaian dengan Allah (Rom 5:1, 10, 11)
atau berkat yang berasal dari perdamaian tersebut.

Paulus tampaknya ingin menyampaikan salam yang lebih bermakna daripada salam yang
umum. Bagi Paulus, damai (eivrhnh) yang sesungguhnya (bukan hanya dalam arti absennya
peperangan) hanya berasal dari anugerah (carij) Bapa melalui karya Yesus Kristus.
Perhatian Paulus
(Roma 1:8-16a) – Ekspresi Ucapan Syukur, Doa dan Motivasi Kedatangan Paulus

Sebagaimana surat Hellenis pada umumnya, setelah menyampaikan salam Paulus


melanjutkan dengan ucapan syukur dan doa untuk penerima surat. Dalam bagian
ini Paulus menyatakan dengan jelas perhatiannya yang sungguh-sungguh terhadap
jemaat di Roma. Perhatian ini perlu diungkapkan secara eksplisit, mengingat Paulus
sebagai rasul untuk bangsa-bangsa Yunani tidak pernah mengunjungi kota Roma
yang merupakan pusat dunia Yunani. Ia perlu menegaskan bahwa meskipun ia tidak
pernah mengunjungi mereka, namun itu tidak berarti bahwa ia tidak
memperhatikan mereka. Ia sangat rindu mengunjungi mereka, tetapi belum ada
kesempatan. Struktur bagian ini dapat dibagi menjadi 3 bagian:

▪ Perhatian Paulus yang terekspresi dalam ucapan syukur (ayat 8)


▪ Perhatian Paulus yang terekspresi dalam kesungguhan doa (ayat 9-10)
▪ Perhatian Paulus yang terekspresi dalam motivasi kedatangan (ayat 11-16a)
Pembenaran Oleh Iman
(Roma 1:16b-17)

Relasi ayat 16b-17 dengan bagian sebelumnya ditunjukkan dengan kata sambung
“karena” (ga.r). Ada tiga kata ga.r yang dipakai dalam ayat 15-17. Kata ini
merupakan penjelasan tentang alasan bagi pernyataan sebelumnya. Alur pemikiran
dalam bagian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Paulus sangat ingin memberitakan Injil di Roma (ayat 15)

Karena (gar) ia tidak malu terhadap Injil (ayat 16a)

Karena (gar) Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan


(ayat 16b)
Setiap orang percaya
Orang Yahudi dan Yunani

Karena (gar) di dalamnya nyata kebenaran Allah (ayat


17)
Seperti tertulis dalam Habakuk 2:4
Pembenaran Oleh Iman
(Roma 1:16b-17)

Seperti yang dilakukan Paulus di tempat lain, ia di sini juga menjelaskan bahwa Injil yang berisi
kebenaran Allah melalui iman bukanlah ide yang baru. Ide ini didukung oleh Perjanjian Lama (ayat 17,
bdk. 1:2; 3:21; 4:1-8, dll). Kutipan dari Habakuk 2:4 menimbulkan dua isu yang signifikan.

Pertama, pemahaman Paulus tentang teks ini tampaknya berbeda dengan konteks mula-mula
Habakuk 2:4. Konteks Habakuk 2:4 adalah jawaban Tuhan terhadap keluhan nabi tentang
‘ketidakadilan’ Allah. Teks tersebut membahas bagaimana orang yang sudah benar harus hidup dengan
iman meskipun di tengah ‘ketidaksesuaian’ antara realita dan janji Allah. Dalam Roma 1:16a-17 Paulus
tampaknya membicarakan tentang bagaimana orang dapat benar di hadapan Allah, dan karena itu ia
akan hidup kekal. Perbedaan di atas sebenarnya bisa diharmonisasikan. Inti Habakuk 2:4 yang ingin
dikutip oleh Paulus adalah bahwa iman memegang peranan penting dalam relasi dengan Allah.

Kedua, kalimat o` de. dikaioj evk pistewj zhsetai secara gramatikal bisa diterjemahkan dalam
dua cara :
▪ “Tetapi orang benar akan hidup oleh/melalui imannya” (KJV, NIV dan NASB).
▪ “Tetapi orang yang benar melalui imannya akan hidup” (TEV, NEB).
Terlepas dari argumentasi bagi terjemahan 1 yang tidak konklusif (lihat Cranfield, 101-102), konteks
Roma 1-8 tampaknya lebih mendukung terjemahan 2. Paulus sering menghubungkan antara
‘kebenaran’ dengan ‘iman’, dan sebagai hasilnya adalah ‘hidup kekal’. Rujukan penting yang mendukung
antara lain 5:1 (Dikaiwqentej oun evk pistewj), 4:11 (thj dikaiosunhj thj pistewj), 4:13
(dia dikaiosunhj pistewj), 10:6 (h` de evk pistewj dikaiosunh).
Pembenaran Oleh Iman
(Roma 1:16b-17)

Ayat 14-17 menjelaskan keyakinan Paulus terhadap Injil yang membuat ia begitu bersemangat dan
tidak malu terhadap Injil.
▪ Injil adalah hutang kepada semua orang (ayat 14).
Paulus menganggap dirinya berhutang kepada semua orang Yunani karena ia meyakini bahwa
Kristus telah mempercayakan Injil-Nya untuk diberikan kepada mereka melalui dirinya (1Kor
4:1; Gal 2:7; 1Tes 2:4; 1Tim 1:11;Tit 1:3).
▪ Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (ayat 16).
Ada beberapa pemikiran penting keselamatan yang diajarkan dalam ayat ini:
1. Keselamatan ditentukan oleh kekuatan (kuasa) Allah, bukan ditentukan oleh kefasihan bicara
pemberita Injil (bdk. 1Kor 2:1-5).
2. Keselamatan diterima melalui iman, diperuntukan ‘bagi yang percaya’ (tw/| pisteu,onti).
3. Keselamatan disediakan bagi semua orang. Keselamatan adalah untuk bangsa Yahudi dan
Yunani. Frase VIoudai,w| te prw/ton kai. {Ellhni tidak boleh diartikan “setiap individu tanpa
terkecuali” (universalisme), tetapi “siapa saja tanpa batasan kebangsaan”.
▪ Injil adalah pernyataan kebenaran Allah melalui iman (ayat 17).
Injil tidak hanya menunjukkan ketidakberdayaan manusia karena dosa, tetapi juga memberitakan
harapan dalam iman.
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Bukti bahwa 1:18-3:20 merupakan satu unit pemikiran dapat dilihat dari dua hal.
Pertama, inclusio tentang keberdosaan manusia di 1:18 dan 3:20. Kutipan
panjang dari PL di 3:9-18 dan 3:19-20 merupakan konklusi (klimaks) yang
menyatakan keberdosaan semua manusia. Kedua, setelah memaparkan 1:18-
3:20 Paulus kembali lagi ke tema surat (3:21 “kebenaran Allah telah dinyatakan”,
bdk. 1:17). Struktur seperti ini menunjukkan bahwa 1:18-3:20 merupakan satu
kesatuan yang berfungsi sebagai introduksi bagi pembahasan tentang
“pembenaran melalui iman” di 3:21-32.

Ada dua alasan penting mengapa Paulus menghubungkan keberdosaan semua


manusia (3:9-20) - baik bangsa Yunani (1:18-32) maupun bangsa Yahudi (2:1-3:8) -
dengan pembenaran melalui iman. Pertama, universalitas dosa membuktikan
bahwa manusia tidak mungkin dibenarkan Allah melalui perbuatan mereka (3:21-
26). Kedua, universalitas dosa menunjukkan bahwa posisi semua manusia adalah
sama di hadapan Allah, karena itu mereka semua mendapat akses yang sama
dalam keselamatan (Rom 3:27-31).
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 -20)

Struktur bagian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Murka Allah bagi manusia yang menindas kebenaran (ayat 18-20)


Penjelasan detail tentang menindas kebenaran (ayat 21-31)

Bagian ini dibagi menjadi tiga berdasarkan paralelisme antara tindakan manusia
dan respon Allah. Respon Allah ini terlihat dari pengulangan frase “Allah
menyerahkan mereka” yang muncul 3 kali (ayat 24, 26, 28).
Mereka mengganti kemuliaan Allah – Allah menyerahkan... (21-24)
Mereka mengganti kebenaran dengan dusta – Allah menyerahkan... (25-27)
Mereka tidak mau mengakui Allah – Allah menyerahkan...(28-31)

Konklusi (ayat 32)


Universalitas Dosa
(Roma 1:18 –20)

Murka Allah bagi manusia yang menindas kebenaran (ayat 18-20)


Konsep tentang Allah yang murka seringkali dianggap kontradiktif dengan eksistensi Allah,
sehingga menimbulkan kesulitan bagi sebagian orang. Filsafat Yunani menganggap Allah yang
murka berkontradiksi dengan keilahian-Nya. Marcion sengaja menghilangkan kata “Allah”
dalam bagian ini. C. H. Dodd, salah satu penafsir modern, bahkan menganggap konsep ini
sebagai sesuatu yang kuno. Ia melihat “murka Allah” di sini tidak lebih daripada sekadar
realisasi hukum sebab-akibat yang sifatnya alamiah dan tidak terkait secara langsung
dengan Allah.

Ayat 18-20 memaparkan berbagai aspek dari penyataan murka Allah :


Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

1. Cara murka Allah dinyatakan (18a).


a. Murka Allah dinyatakan dalam kekinian.
Alkitab sering mengajarkan bahwa murka Allah dinyatakan secara futuris pada jaman
akhir (1Tes 1:10). Tense present pada kata VApokaluptetai (“sedang dinyatakan”,
bdk. NIV ‘is being revealed) mengindikasikan bahwa Paulus sedang memikirkan aspek
kekinian dari penyataan murka Allah. Murka Allah memang akan dinyatakan secara
total di jaman akhir, tetapi sekarang manusia juga bisa melihat antisipasi (gambaran
nyata) murka tersebut dalam kehidupan sekarang.
b. Murka Allah dinyatakan melalui tindakan dalam sejarah.
Kata avpokaluptw dalam Surat Roma mendukung arti sebagai pemanifestasian
tindakan dalam sejarah.Allah benar-benar menunjukkan murka-Nya dalam dunia.
c. Murka Allah dinyatakan dari surga.
Murka Allah merupakan konsekuensi logis dari kekudusannya. Seorang pribadi yang
tidak marah terhadap suatu dosa/kejahatan adalah pribadi yang tidak kudus.
Jangkauan murka Allah. Murka Allah ditujukan pada segala sesuatu di bawah langit
(Moo). Dalam arti ini, “dari surga” merujuk pada tempat yang tertinggi, tetapi tidak
selalu berarti tempat Allah berdiam.
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)
2. Objek murka Allah (18b).
Preposisi evpi. (“atas”) dalam ayat 18 menunjukkan objek dari murka. Murka ini
ditujukan pada segala kefasikan dan kelaliman manusia (evpi pasan avsebeian kai
avdikian avnqrwpwn). inti ayat 18a adalah murka Allah dinyatakan atas segala macam
bentuk dosa manusia. Inti ini dinyatakan dalam penambahan kata pasan (“segala”) di
depan kata avsebeian dan avdikian.

3. Justifikasi bagi murka Allah (18c-20).


Komposisi ayat 18-20 mengindikasikan bahwa fokus pembahasan Paulus terletak pada
justifikasi bagi penyataan murka Allah. Fokus ini dibahas mulai dari ayat 18b (lihat
“menindas kebenaran”) sampai ayat 20 (lihat “mereka tidak dapat berdalih”). Hal ini
dibuktikan dengan penggunaan frase seperti “sekalipun mereka mengenal Allah” (ayat
21), “menggantikan kebenaran Allah” (ayat 25), “mengakui Allah” (ayat 28). Pemikiran ini
juga akan dipakai Paulus ketika ia membahas keberdosaan bangsa Yahudi (2:1, 18, 20).
Bangsa Yahudi memiliki kebenaran melalui Taurat, tetapi mereka menindas kebenaran
tersebut, sehingga mereka juga tidak bisa berdalih.

Semua dosa yang dibahas di bagian ini pada dasarnya adalah tindakan menindas
kebenaran. Allah telah menyatakan diri-Nya melalui ciptaan. Wahyu umum ini
seharusnya membuat manusia menyadari eksistensi Allah dan menyembah Dia.
Sebaliknya, manusia justru menyembah ciptaan Allah (ayat 21-27).
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Penjelasan detail tentang menindas kebenaran (ayat 21-31)


Mereka mengganti kebenaran dengan dusta – Allah menyerahkan... (25-27)
Mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta
dan
[Mereka] menyembah
dan
[Mereka] melayani ciptaan daripada Pencipta
yang adalah terpuji selamanya

Karena itu (Dia.), Allah menyerahkan mereka ke dalam hawa nafsu yang memalukan
Karena wanita2x mereka menggantikan seksualitas yang wajar dengan yang
tidak
dan
begitu juga laki-laki saling birahi satu sama lain
dengan meninggalkan (participle) seksualitas wajar dengan wanita2x

melakukan (participle) kemesuman laki-laki dengan laki-laki


dan
menerima (participle) dalam diri mereka balasan
yang setimpal dengan kesalahan mereka
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Penjelasan detail tentang menindas kebenaran (ayat 21-31)


Mereka tidak mau mengakui Allah – Allah menyerahkan...(28-31)
Dan karena mereka tidak menganggap layak untuk mengakui Allah

Allah menyerahkan mereka kepada pikiran yang tidak layak

sehingga melakukan hal-hal yang tidak patut

Dipenuhi segala kelaliman,


kejahatan,
keserakahan
dan kebusukan
Penuh kedengkian,
pembunuhan,
perselisihan,
tipu muslihat
dan kefasikan

[adalah] pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah,


kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam k
kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal,
tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal kasihan
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Konklusi (ayat 32)


Fungsi ayat ini sebagai konklusi bagi ayat 18-31 sangat kentara, karena Paulus
mengulang fokus utama bagian ini – yaitu menindas kebenaran (ayat 18) – dengan
frase “sebab sekalipun mereka mengetahui hukum Allah...”. Frase to. dikai,wma
tou/ qeou/ (“hukum Allah”) dalam Surat Roma bisa merujuk pada perintah-
perintah Musa (2:26), prinsip hidup Kristiani (8:4) dan kebenaran tindakan
Kristus (5:16, 18). Dalam konteks ini Paulus tampaknya memikirkan semua
prinsip moralitas dan religius yang umum.
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Setelah menjelaskan bahwa bangsa Yunani berada dalam murka Allah dan mereka
tidak dapat berdalih, Paulus di 2:1-3:8 mengubah target pembicaraan kepada
bangsa Yahudi. Ia juga mengubah gaya penulisan mulai pasal 2. Kalau di 1:18-32 ia
menyebut bangsa Yunani dengan kata ganti orang ketiga jamak (‘mereka’), mulai
pasal 2 ia menggunakan orang kedua tunggal (‘kamu’/’engkau’). Gaya ini
merupakan ciri khas diatribe yang biasa dipakai oleh seorang rabi atau filsuf pada
waktu mempertahankan pendapat mereka.

Dalam 2:1-3:8 Paulus mula-mula menjelaskan hubungan penghakiman Allah dan


posisi bangsa Yahudi sebagai umat pilihan (2:1-16). Ia membuktikan bahwa bangsa
Yahudi berada dalam posisi yang sama dengan bangsa lain di depan penghakiman
Allah. Setelah itu ia menjelaskan keterbatasan sunat dan hukum Taurat dalam
melepaskan bangsa Yahudi dari penghakiman Allah (2:17-29). Dua hal tersebut –
sebagai tanda perjanjian – tidak menjamin bangsa Yahudi bebas dari hukuman
Allah. Terakhir, Paulus membahas isu tentang kesetiaan Allah kepada bangsa
Yahudi (3:1-8). Kalau perjanjian memang tidak menjamin keselamatan bangsa
Yahudi, bagaimana Allah bisa disebut setia terhadap perjanjian-Nya?
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Konklusi : Semua Manusia Berdosa (3:9-20)


Ayat 9.
Mengembalikan pembahasan lagi – setelah tersisipi ayat 1-8 – pada keberdosaan
bangsa Yahudi. Dengan menekankan kembali keberdosaan bangsa Yahudi dan
menghubungkannya dengan keberdosaan bangsa Yunani, Paulus kembali pada 1:18
(murka Allah atas semua manusia). Ayat 9-20 merupakan konklusi dari semua
pembahasan di 1:18-3:8. Strukitur 3:9-20 dapat digambarkan sebagai berikut:

Konklusi : Semua manusia berdosa (ayat 9)


Konfirmasi dari Kitab Suci (ayat 10-18)
Implikasi : Semua berada dalam murka Allah dan tidak bisa membebaskan diri
melalui perbuatan sendiri (ayat 19-20).
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Konklusi : Semua Manusia Berdosa (3:9-20)


Ada beberapa aspek dosa yang ingin diajarkan Paulus melalui pengutipan beragam teks PL
yang sebetulnya saling terpisah:
1. Sifat dosa yang anti Allah.
Dosa berlawanan langsung dengan natur Allah. Dosa pada dasarnya adalah penindasan
kebenaran tentang Allah (1:18-20). Manusia tidak mencari Allah sama sekali (ayat 11//Rat
7:20). Keberdosaan mereka berakar dari penyangkalan terhadap eksistensi Allah (ayat
12//Mzm 14:1-4//53:1-4).
2. Kekuatan dosa yang merasuk seluruh sisi kehidupan.
Pikiran manusia pun dikontaminasi oleh dosa (ayat 11). Dalam istilah teologis ini disebut
dengan ‘total depravity’ (kerusakan total’). Manusia memang bisa melakukan kebaikan
dalam batas tertentu, tetapi kerusakan total yang mereka alami menghalangi mereka
untuk berbuat baik seperti yang seharusnya.
3. Jangkauan dosa yang mencakup semua manusia.
Universalitas dosa di sini diungkapkan dalam dua sisi. Secara negatif, “tidak ada seorang
pun” yang benar, yang mencari Allah, dsb. Secara positif, “semua orang” telah
menyeleweng, tidak berguna, dsb. Kata “semua” dalam PB memang tidak selalu merujuk
pada setiap individu (misalnya 1Tim 2:2, 4) dan ditentukan oleh konteks, tetapi pernyataan
secara negatif di atas jelas memberikan indikasi yang kuat bahwa “semua orang” di sini
adalah “setiap orang”.
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Ayat 19-20.
Mengapa Paulus tampaknya lebih berfokus pada bangsa Yahudi di ayat 19-20? Ada tiga
jawaban bagi pertanyaan di atas:
1. Ayat-ayat PL yang dikutip di 3:10-18 pada konteks aslinya tidak merujuk langsung pada
bangsa Israel, sehingga Paulus merasa perlu menegaskan lagi bahwa universalitas dosa di
ayat 10-18 mencakup bangsa Yahudi juga (ayat 9).
2. Paulus menggunakan metode penafsiran rabi – dari yang utama ke yang kecil: apa yang
benar pada hal-hal yang signifikan pasti berlaku untuk hal-hal yang kurang signifikan.
Dengan kata lain, Paulus ingin menyatakan bahwa kalau bangsa Yahudi sebagai umat Allah
saja tidak bebas dari murka Allah, apalagi bangsa-bangsa lain yang bukan umat Allah. Kalau
bangsa Yahudi saja tidak bisa dibenarkan melalui perbuatan mereka menaati Taurat, apalagi
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki Taurat (Cranfield).
3. Penekanan utama dalam 1:18-3:20 bukan terletak pada keberdosaan bangsa Yunani
(karena hal itu sudah bisa diasumsikan sebelumnya), tetapi pada keberdosaan bangsa
Yahudi (Moo).
Universalitas Dosa
(Roma 1:18 – 3:20)

Ada dua implikasi yang ditarik Paulus dari ayat 9-18:


Semua manusia di dunia berada dalam murka Allah (ayat 19).
Tidak ada seorang pun yang mampu membenarkan diri di hadapan Allah melalui
perbuatannya (ayat 20)

Implikasi tersebut penting bagi Paulus sebelum ia menjelaskan secara panjang lebar
tentang pembenaran oleh iman (terutama 3:21-26). Pembenaran oleh iman
merupakan satu-satunya cara manusia bisa dibenarkan di hadapan Allah, karena
mereka semua telah dikuasai oleh dosa, sehingga tidak mungkin mengerjakan
kebenaran mereka sendiri.
Pembenaran Oleh Iman
(Roma 3:21-26)

Para sarjana umumnya menganggap bagian ini sebagai inti seluruh pembahasan dari 3:21-
4:25, bahkan inti seluruh Surat Roma. Bagian-bagian selanjutnya hanya merupakan
elaborasi dari salah satu aspek inti ayat 21-26. Berikut ini adalah beberapa karakteristik
yang menunjukkan kekhususan bagian ini:
Pengulangan kata kunci. Dalam 6 ayat ini kata benda “kebenaran Allah” muncul sebanyak
4 kali (ayat 21, 22, 25, 16). Kata kerja “membenarkan” muncul 2 kali (ayat 24, 26) dan
kata sifat “benar” muncul sekali (ayat 26).
Nuansa proklamatoris bagian ini.
Penekanan pada “tetapi sekarang” (Nuni. de.) yang diikuti oleh perfect.
Jumlah kata kerja yang minim dalam bagian ini (hanya ada 5 kata kerja finite).
Deretan prepositional phrase yang berurutan tanpa penggunaan kata sambung. Dalam
ayat 25-26 terlihat ...evn...eivj...dia....evn...pro.j...evn...eivj.

Bagian ini terdiri dari 4 bagian besar:


Manifestasi pembenaran Allah (ayat 21-22a)
Alasan: semua manusia berdosa (ayat 22b-23)
Sumber: penebusan dan pendamaian Kristus (ayat 24-25a)
Tujuan: menunjukkan bahwa Allah adalah benar dalam penghakiman-Nya (ayat
25b-26)
Sola Fide
(Roma 3:27-31)

Dalam ayat 21-26 Paulus sudah menjelaskan beberapa aspek atau elemen penting
dalam konsep pembenaran oleh iman (terutama ayat 21-22). Dalam ayat 27-31 ia
sekarang secara khusus menjelaskan salah satu aspek tersebut, yaitu masalah iman.
Paulus ingin menjelaskan tentang implikasi dan dasar lain dari pembenaran oleh
iman di ayat 21-26.

Alur berpikir Paulus di ayat 27-31 dapat dideteksi dari penggunaan tiga pertanyaan
retorik di ayat 27, 29 dan 31. Masing-masing pertanyaan tersebut menjadi tiga
pokok pikiran dalam perikop ini, sebagaimana tampak dalam struktur berikut ini:

Implikasi pembenaran oleh iman: manusia tidak bisa bermegah (ayat 27-28)
Argumentasi bagi pembenaran oleh iman: Allah adalah Allah semua orang
(ayat 29-30)
Antisipasi: iman tidak membatalkan Taurat (ayat 31)
Abraham Dibenarkan Karena Iman
(Roma 4:1-25)

Bagian ini memiliki proposisi yang sama dengan 3:27-31, yaitu pembenaran oleh iman meniadakan
kemegahan manusia (3:27 dan 4:1-2). Kesamaan tema inilah yang menghubungkan dua bagian tersebut.
Ada dua tujuan utama Paulus dalam mengelaborasi hidup Abraham di pasal 4 :
1. Tujuan polemis.
Bangsa Yahudi bukan hanya menganggap Abraham sebagai bapa mereka tetapi juga sebagai model
kualifikasi relasi Allah dengan umat-Nya. Abraham dianggap sempurna dalam seluruh perbuatannya,
tidak berdosa dan tidak ada orang lain seperti Abraham dalam kemuliaan Ia bahkan dianggap telah
menaati Taurat dengan sempurna sebelum Taurat itu diberikan. Konsep seperti ini sangat mungkin
dijadikan senjata oleh orang-orang Yahudi untuk menolak konsep pembenaran hanya melalui iman.
Berangkat dari pemikiran seperti ini, Paulus ingin membuktikan bahwa semua pandangan tersebut
tidak sesuai dengan PL. Ia sedang menunjukkan bahwa Abraham bukan merupakan suatu
perkecualian dalam prinsip “pembenaran oleh iman meniadakan kemegahan manusia” (3:27-28).
2. Tujuan teologis.
Paulus memiliki beberapa tujuan teologis dengan menampilkan Abraham di sini :
▪ Untuk membuktikan bahwa berita yang ia sampaikan merupakan ajaran yang konsisten dengan
dan bersumber dari PL (bdk. 1:2; 3:10-18, 21).
▪ Untuk meletakkan dasar bagi inklusivitas Injil. Paulus bukan hanya membuktikan bahwa Abraham
dibenarkan karena iman (4:1-8). Ia justru lebih menekankan implikasi konsep di atas bagi
inklusivitas bangsa Yunani.
Abraham dibenarkan sebelum sunat → Abraham juga menjadi bapa bagi bangsa Yunani yang tidak
bersunat (4:11-12); Abraham diberi janji menjadi bapa banyak bangsa dan janji ini tidak didasarkan
pada Taurat, melainkan iman → Abraham juga menjadi bapa semua orang yang memiliki iman
seperti Abraham, meskipun mereka tidak memiliki Taurat (4:16).
Abraham Dibenarkan Karena Iman
(Roma 4:1-25)

Roma 4:1-25 terdiri dari 4 bagian besar :

Dasar:Abraham dibenarkan karena iman, bukan perbuatan (ayat 1-8)


Argumentasi (ayat 9-22)
Abraham dibenarkan sebelum ia disunat (ayat 9-12)
Abraham dijanjikan menjadi bapa banyak bangsa bukan
berdasarkan Taurat, tetapi iman (ayat 13-22)
Implikasi bagi orang Kristen (ayat 23-25)
Abraham Dibenarkan Karena Iman
(Roma 4:1-25)

Objek iman (ayat 17)


Paulus menjelaskan karakter Allah yang dipercayai oleh Abraham :
1. Allah yang menghidupkan (zwopoiountos) orang mati.
Konsep ini merupakan sesuatu yang umum dalam PL (Ul 32:39; 1Sam 2:6). Paulus
mungkin sedang merujuk pada iman Abraham di Kej 22:5 “kami akan kembali”. Yang
menarik tentang ayat ini adalah pada jaman Abraham belum ada satu contoh pun seorang
mati yang bangkit kembali. Kasus pengangkatan Henokh (Kej 5:24) dalam hal ini sedikit
berbeda.
2. Allah yang memanggil (kalountos) yang tidak ada menjadi ada.
Frase ini bisa ditafsirkan dalam dua cara. Pertama, terkait dengan konteks Rom 4:17b-22
dan Kej 17, ‘memanggil’ di sini ditujukan pada keturunan-keturunan Abraham yang pada
saat itu belum ada tetapi di hadapan Allah eksistensi mereka merupakan suatu yang pasti.
Kedua, frase ini lebih bersifat umum yang merujuk balik pada kisah penciptaan. Kata kerja
“memanggil” beberapa kali dikaitkan dengan Allah dalam konteks penciptaan (Yes 41:4;
48:13). Dalam istilah teologi, hal ini disebut creatio ex nihilo. Interpretasi pertama
tampaknya lebih bisa diterima :
▪ Interpretasi 1 lebih sesuai dengan konteks pembicaraan Paulus.
▪ Frase kalountos ta mh onta {ws onta (lit. “memanggil hal-hal yang tidak ada seolah-olah
[{os] mereka ada”) merupakan sesuatu yang janggal jika dikaitkan dengan penciptaan.
Abraham Dibenarkan Karena Iman
(Roma 4:1-25)

Tantangan iman (ayat 18-19)


Inti ayat 17b-22 terletak pada iman Abraham yang tetap berharap sekalipun tidak ada alasan
untuk berharap (ayat 18a; EV’s “in hope believed against hope”). Ketidakadaan alasan untuk
berharap didasarkan pada keadaan fisik mereka ketika janji untuk menjadi bapa sejumlah
besar bangsa diberikan (ayat 19b). Tubuh Abraham telah sangat lemah (lit. hdh nenekrwmenon
= “telah mati”; EV’s “as good as dead”), karena pada saat ia menerima janji tersebut ia
berumur 95 tahun (Kej 17:1). Masalah yang lebih pelik bukanlah usia Abraham (faktanya ia
masih bisa memiliki keturunan dari Hagar [Kej 16] dan Kethura [Kej 25]), tetapi kemandulan
Sara. Paulus memakai istilah ‘mati’ (nekrwsin) untuk kemandulan rahim. Istilah ini (juga tubuh
Abraham yang telah mati di bagian sebelumnya) mungkin dimaksudkan sebagai kontras
terhadap iman Abraham kepada Allah yang menghidupkan orang mati (ayat 17).
Abraham Dibenarkan Karena Iman
(Roma 4:1-25)

Kualitas iman (ayat 19-21)


Ada beberapa ungkapan yang dipakai untuk menunjukkan kualitas iman Abraham:
1. Ia tidak lemah dalam iman (ayat 19).
2. Ia tidak dibimbangkan oleh ketidakpercayaan (ayat 20a).
3. Ia dikuatkan dalam iman (ayat 20b).
Frase terakhir ini selanjutnya diterangkan dengan memakai dua participle. Keduanya
berfungsi sebagai hasil dari iman Abraham yang dikuatkan.
▪ Memberi (dous) kemuliaan pada Allah.
▪ Diyakinkan secara penuh (plhroforhqeis) bahwa Allah mampu melakukan apa yang Ia
telah janjikan.
Hidup Setelah Pembenaran
(Roma 5-8)

Fokus khusus dalam pembahasan pasal 5-8 adalah


kepastian/jaminan keselamatan. Hal ini tampak dari 5:1-11
dan (terutama) 8:18-39. Orang yang sudah dibenarkan oleh
iman memang masih mengalami berbagai tantangan, namun
tantangan tersebut tidak akan membahayakan keselamatan
orang percaya. Orang percaya tidak perlu kuatir tentang
maut sebagai implikasi dosa Adam (pasal 5), dosa (pasal 6),
Taurat (pasal 7) maupun penderitaan jaman ini (pasal 8).
Hidup Setelah Pembenaran
(Roma 5-8)

Ayat 1-2. Frase dikaiwqe,ntej [participle] ou=n evk pi,stewj (EV’s “being therefore justified by
faith”) merupakan rangkuman dari pembahasan tentang pembenaran oleh iman di 1:18-4:25.
Frase ini diikuti oleh tiga kata kerja indikatif yang menunjukkan hasil dari pembenaran
tersebut, meskipun dari segi sintaks dua kata kerja terakhir posisinya tidak sepenting kata
kerja pertama.
1. Orang percaya memiliki damai dengan Allah (ayat 1).
Arti kata “damai” (eivrhnh) bersumber dari pemakaian di LXX (terjemahan untuk
~Alv'). Tidak seperti penggunaan kata eivrhnh di literatur Yunani sekuler yang hanya
mengindikasikan ketidakadaan perang atau pertikaian, eivrhnh di LXX lebih bermakna
positif: kemakmuran, kesejahteraan dan keselamatan orang benar. Yang lebih penting adalah
penggunaan kata eivrh,nh oleh para nabi untuk menggambarkan keselamatan yang akan
dilakukan Allah di akhir jaman (Yes 54:10; Yer 37:26; Yeh 34:25). Ayat PL yang terpenting
mungkin adalah Yes 52:7 (dikutip Paulus di 10:15): “Betapa indahnya kelihatan dari puncak
bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai (eivrhnh) dan
memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion:
"Allahmu itu Raja!". Dalam tulisan Paulus, kata eivrhnh bukan hanya menyiratkan
perasaan aman, meskipun hal itu tidak terpisahkan. eivrhnh merujuk pada situasi
eksternal manusia yang sifatnya objektif: orang percaya yang dulu adalah musuh Allah telah
diperdamaikan dengan diri-Nya (ayat 10). Allah membawa orang percaya pada relasi yang
baru dengan diri-Nya bahkan ketika mereka masih lemah dan berdosa (ayat 6-8).
Hidup Setelah Pembenaran
(Roma 5-8)

2. Orang percaya memiliki akses ke anugerah (ayat 2a).


Penggunaan tense perfect pada kata “memiliki” (evschkamen; LAI:TB “beroleh”)
mengindikasikan penekanan pada kontinuitas suatu tindakan. Orang percaya tidak lagi di
bawah hukum (6:14, 16), tetapi di bawah kasih karunia (5:21). Dengan kata lain, hasil
pembenaran oleh iman adalah orang percaya memiliki akses ke dimensi kehidupan yang
penuh dengan kasih karunia/anugerah.
3. Orang percaya bersukacita dalam pengharapan tentang kemuliaan Allah (ayat 2b).
Memiliki kemuliaan Allah yang dulu kurang (3:23) memang baru akan dinikmati di masa
yang akan datang, namun sukacita pengharapan tersebut bisa dirasakan sekarang (bdk.
bentuk present kaucw,meqa). Ide sukacita memang sering dihubungkan dengan
pengharapan (12:12; 15:13). Dalam pemahaman Paulus, pengharapan dalam Kristus lebih
daripada sekadar angan-angan. Pengharapan menyiratkan antisipasi yang penuh keyakinan
tentang apa yang belum terlihat (5:2-5[3x]; 4:18[2x]; 8:20, 24[3x]; 12:12; 15:4, 13[2x]).
“Kemuliaan Allah” di sini memiliki arti yang sama dengan 3:23, yaitu kemuliaan mula-mula
yang diberikan Allah kepada manusia sebelum mereka berdosa (bdk. 8:17, 18, 21, 30). Sikap
bersukacita ini harus menjadi karakteristik orang yang sudah dibenarkan melalui iman.
Hidup Setelah Pembenaran
(Roma 5-8)
Ayat 3b-4.
Memberikan alasan mengapa orang percaya harus bersukacita dalam penderitaan (lihat
participle eivdotej = “kita tahu” yang menerangkan sebab). Konsep tentang penderitaan
menimbulkan karakter yang saleh merupakan sesuatu yang umum bagi gereja mula-mula (Yak
1:2-4; 1Pet 1:6b-7; bdk. frase “kita tahu”). Ada tiga hasil positif jika penderitaan disikapi dengan
benar (dengan bersukacita):
▪ Ketekunan.
Ketekunan (u`pomonh,) tidak bersifat pasif maupun sementara (2:7; 8:25; 15:4, 5);
merupakan sikap hidup (komitmen) dalam segala situasi. Paulus sangat mungkin sedang
memikirkan ketekunan Yesus dalam menghadapi penderitaan yang akhirnya menghasilkan
sesuatu yang positif (pembenaran orang percaya; bdk. Rom 5:6-10; 2Tes 3:5).
▪ Karakter yang teruji.
Ketekunan akan menghasilkan dokimh, (LAI:TB “tahan uji”). Berdasarkan rumpun kata ini
dalam tulisan Paulus, lebih tepat dipahami sebagai karakter yang teruji (bdk. 2Kor 2:9; 8:2;
9:13; 13:3; Fil 2:22).
▪ Pengharapan yang semakin dikuatkan.
Rantai karakter ini berakhir pada pengharapan lagi. Orang yang berhasil meresponi
penderitaan dengan baik – karena itu menghasilkan ketekunan dan karakter yang teruji –
akan mendapati bahwa pengharapannya akan semakin dikuatkan. Kemampuan seseorang
untuk tetap berharap di tengah situasi yang tanpa harapan justru akan menyebabkan
pengharapan tersebut menjadi kuat (bdk. 4:18-19).
Hidup Setelah Pembenaran
(Roma 5-8)

Ayat 5-8.
Paulus menegaskan kepastian pengharapan dengan frase “pengharapan tidak mengecewakan”.
Selanjutnya ia memberikan alasan (lihat o[ti yang berfungsi secara causal) mengapa
pengharapan orang percaya tidak mengecewakan, yaitu natur kasih Allah yang besar.
1. Kasih itu diberikan secara pribadi dan melimpah (ayat 5).
Keyakinan pengharapan tidak didasarkan pada persetujuan intelek terhadap kasih Allah
maupun sekadar demonstrasi kasih Allah di kayu salib (meskipun itu penting). Keyakinan ini
bersifat pribadi (subjektif) melalui karya Roh Kudus. Bentuk perfect evkke,cutai
(“dicurahkan”) menekankan kontinuitas hasil tindakan tersebut. Kontinuitas ini juga tampak
dari pilihan preposisi evn (“dalam”), bukan eivj (“ke dalam”). Selain itu, penggunaan
ungkapan “dicurahkan” mengindikasikan jumlah yang melimpah. Kasih Allah bukan hanya
diberikan, tetapi dicurahkan (bdk. Rom 3:15; Tit 3:6). Ide tentang kasih Allah yang melimpah
ini sesuai dengan penekanan Rom 5:6-8.
2. Kasih itu diberikan kepada yang tidak layak menerima (ayat 6-8).
Kesatuan pemikiran ayat 6-8 terlihat dari penggunaan kata avpoqnh,skw (“mati”) untuk
mengakhiri setiap ayat. Penekanan ayat 6-8 terletak pada ketidaklayakan pihak yang
menerima kasih Allah. Hal ini terlihat dari penggunaan frase “ketika kita masih lemah” (ayat
6) dan “ketika kita masih berdosa” (ayat 8). Inti yang ingin disampaikan Paulus terletak pada
perbandingan antara kasih Allah dengan kasih manusia (ayat 7).
ADAM & KRISTUS
(Tugas Akhir → Bagian dari UAS (no. 1) : Membuat laporan baca Skripsi Alm. Pdt. David Ndoen)

Bab I. Pendahuluan
Bab II. Akibat Ketidaktaatan Adam
Bab III. Superioritas Hasil Ketaatan Kristus Atas
Ketidaktaatan Adam
Bab IV. Relasi Taurat dan Dosa
Bab V. Penutup
Dua Perhambaan
(Roma 6:15-23)

Inti bagian ini tidak terletak pada kebebasan orang Kristen dari dosa, tetapi lebih pada
perhambaan orang Kristen kepada Allah.

1. Kata “hamba” atau “menghambakan diri” muncul 8 kali. Statistik ini diperjelas dengan
munculnya kata yang berhubungan dengan ketaatan sebanyak 3 kali.
2. Kebebasan dari dosa sudah dibahas di ayat 1-14.
3. Ayat 15-23 merupakan antisipasi terhadap kesalahpahaman yang mungkin timbul dari
pernyataan Paulus di ayat 14b (bdk. ayat 1 “Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita
tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia?”). Sebagai sebuah
antisipasi, bagian ini tidak mungkin menekankan poin kebebasan lagi.

Dua ide ada dalam pikiran Paulus ketika ia memakai metafora dari dunia perbudakan.
1. Orang percaya telah mati untuk dosa dan itu berarti pembebasan dari budak dosa.
2. Mengingat pembebasan ini dilakukan oleh Allah, mereka sekarang menjadi budak Allah.
Dua Perhambaan
(Roma 6:15-23)

Struktur bagian ini adalah sebagai berikut :


Pertanyaan : apakah kita berbuat dosa karena di bawah kasih karunia? TIDAK! (ayat 15)
Argumentasi : (ayat 16-18).
Konsekuensi dosa →perhambaan dosa menuju pada kematian (ayat 16)
Dasar : orang percaya adalah hamba kebenaran (ayat 17-18)
Konsekuensi : menyerahkan anggota-anggota tubuh kepada kebenaran (ayat 19)
Alasan bagi konsekuensi: orang percaya adalah hamba kebenaran (ayat 20-23)

Anda mungkin juga menyukai