Anda di halaman 1dari 13

NPM : 201910415176

Mata Kuliah : Keterampilan Akademik dan Lifelong Learning

Nama Dosen : Rengga Dina Permana, M.Si

Kelas : 1A7

MILENIAL DAN TEKNOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Milenial atau yang biasa disebut dengan Generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir
setelah Generasi X, yakni mereka yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000. Maka dari itu milenial
adalah para generasi muda yang berumur 18-35 pada tahun ini 1. Konon katanya milenial adalah
generasi tercerdas dari sekian regenerasi homo sapiens, generasi milenial sendiri di Indonesia
saat ini sudah berada pada kisaran 34% (BPS, 2015) dari total populasi.

Soewito (2019) mengatakan bahwa generasi milenial itu generasi yang unik, berbeda dengan
generasi lain. Hal ini banyak dipengaruhi oleh munculnya smartphone, meluasnya internet, dan
munculnya jejaring sosial media. Ketiga hal tersebut banyak mempengaruhi pola pikir, nilai-nilai
dan perilaku yang dianut. Yang mencolok dari generasi milenial ini dibanding generasi sebelumnya
adalah soal penggunaan teknologi dan budaya musik. Kehidupan generasi milenial tidak bisa
dilepaskan dari teknologi terutama internet, enternainment atau hiburan sudah menjadi kebutuhan
pokok bagi generasi ini.

Pengguna internet setiap hari semakin bertambah, sampai tahun 2017 setidaknya ada 3,77
milyar orang terkoneksi internet dan 2,80 milyar orang aktif menggunakan media sosial. Mayoritas
pengguna internet dan media sosial adalah anak muda berusia 18-35 tahun2. Seiring dengan
perkembangan zaman, milenial selalu dikait-kaitkan sebagai generasi yang melek akan teknologi.
Anggapan ini bisa menjadi pujian terhadap para milenial sekaligus boomerang. Saat ini kita sudah
memasuki era revolusi indistri 4.0 dan akan berlanjut pada era revolusi industri 5.0, produk-produk
teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat milenial. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya jumlah remaja yang mengonsumsi layanan steraming video yang kian tak terbendung.
Teknologi juga yang membuat para generasi milenial tersebut mengandalkan media sosial sebagai
1
Penjaga Rumah, “Siapa Itu Generasi Millennial?”(http://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/, Diakses
pada 03 Januari, 2020)

2
Yuhdi Fahrimal, “Netiquette: Etika Jejaring Sosial Generasi Milenial Dalam Media Sosial” Jurnal Penelitian Pers dan
Komunikasi Pembangunan. Vol 22. No 1, 2018. Hal. 69.
MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 1
wadah atau tempat untuk mendapatkan informasi. Hingga saat ini, media sosial telah menjadi
platform yang kian digemari para milenial dan menjadi sumber berita paling utama bagi
masyarakat. Lekatnya para milenial dengan dunia maya, mempunyai kemampuan dan
pengetahuan tinggi dalam menggunakan perangkat mobile, ternyata melahirkan titik lemah bagi
para generasi milenial. Titik lemah ini berdampak buruk terhadap keberlangsungan kehidupan
sosial para milenial di dunia maya maupun dunia nyata.

Tak jarang kita mendengar sarkasme untuk para milenial sebagai generasi nunduk, lack of
attitude, permisif, konsumtif, no social skill dan sebagainya. Pada kenyataannya memang, dampak
dari begitu eratnya hubungan antara teknologi dan milenial menimbulkan dilema tersendiri bagi si
generasi internet ini. Hal ini menjadi pecutan bagi generasi milenial untuk sadar dan bangkit. Dari
situlah tantangan bagi para generasi milenial yang dipandang sebagai generasi penerus, memikul
beban berat akan ekspektasi orang banyak dan terus bersaing dengan teknologi.

B. Rumusan Masalah

Teknologi memiliki peran yang penting dalam menentukan manusia dalam berperilaku
khususnya pada mereka yang sadar dan melek akan teknologi seperti generasi milenial.
Berdasarkan dengan latar belakang yang sudah diutarakan diatas, maka dapat dirumuskan satu
pokok permasalahan yakni, bagaimana keterkaitan antara sikap milenial dengan sosial media?

C. Metodologi Penelitian

Dalam kesempatan penelitian ini dilakukan pendekatan secara deskriptif kuantitatif3, yang
dimana metode ini dilakukan dengan cara observasi atau mengamati fakta-fakta sosial secara
objektif perihal sosial media yang mempengerahui manusia dalam berperilaku, menghubungkan
fakta-fakta sosial lainnya, dan dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu fakta sosial
tersebut dapat diidentifikasi. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001), definisi penelitian kuantitaif
adalah penelitian yang didasari pada asumsi, kemudian ditentukan variabel, dan selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan metode-metode penelitian yang valid, terutama dalam penelitian
kuantitatif. Berdasarkan dengan definisi penelitian kuantitatif menurut ahli diatas, secara garis
besar penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka dalam proses
penghitungan dan penganalisaan hasil penelitian.

3
Deskriptif Kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan menggambarkan atau melakukan deskripsi angka-
angka yang telah diolah sesuai standarisasi tertentu.
MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Istilah sikap yang dalam
bahasa Inggris disebut ”attitude” pertama kali digunakan oleh Spencer4 pada tahun 1862,
yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang.
Kemudian pada tahun 1888 Lange5 menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen
laboratorium. Kemudian konsep sikap secara popular digunakan oleh para ahli sosiologi
dan psikologi (Azwar, 1988). Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap berakar pada
alasan perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku
yang berbeda didalam situasi yang sebagian besar gejala ini diterangkan oleh adanya
perbedaan sikap. Sedangkan bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar
untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan. Kesadaran ini tidak hanya
mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan
terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan
yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap. Jadi sikap ialah sesuatu hal yang
menentukan sifat, hakekat baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang
(Ahmadi, 1990).

2. Komponen-Komponen Sikap
Menurut Azwar (1988), struktur sikap terdiri dari atas tiga komponen yang saling
menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan
komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.
Traver, Gagne, dan Cronbach dalam Ahmadi (1990) mengemukakan bahwa mereka
sependapat terhadap sikap yang melibatkan 3 komponen yang saling berhubungan dan
rupanya pendapat ini diterima sampai saat ini. Komponen kognitif berupa pengetahuan,
kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan
obyek. Misalnya orang tahu bahwa uang itu bernilai, karena melihat harganya dalam

4
Herbert Spencer (lahir di Derby, 27 April 1820 – meninggal di Brighton, 8 Desember 1903 pada umur 83 tahun) adalah
seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka.

5
Mathilde Margarethe Lange adalah seorang ahli biologi Amerika yang dikenal karena penelitiannya dalam embriologi
eksperimental.
MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 3
kehidupan sehari-hari. Sikap kita terhadap uang itu mengandung pengertian bahwa kita
tahu tentang nilai uang.
Komponen afektif menunjukan pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang
berhubungan dengan obyek. Obyek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Misalnya jika orang mengatakan bahwa mereka senang uang, ini
melukiskan perasaan mereka terhadap uang. Komponen konatif melibatkan salah satu
predisposisi untuk bertindah terhadap obyek. Misalnya karena uang adalah sesuatu yang
bernilai, orang menyukainya dan mereka berusaha (bertindak) untuk mendapatkan gaji
yang besar.

B. Media Sosial
1. Pengertian Media Sosial
Dari hasil studi tentang pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat
di Indonesia, Cahyono (2016, p. 142) mengatakan bahwa “Media sosial adalah sebuah
media online, dengan para penggunanaya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual….Pendapat lain
mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan
media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi
dialog interaktif.”
Kaplan dan Michael dalam Cahyono (2016), mendefinisikan media sosial sebagai
“sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content”. Media sosial adalah tempat dimana setiap orang bisa berinteraksi, bisa juga untuk
menyalurkan ekspresi atau emosi, terhubung dengan teman, keluarga, saudara, sampai
mereka yang tak dikenalpun bisa kita jumpai, bertukar informasi dan saling terkoneksi. Jika
dahulu media hanya sekadar menggunakan media cetak, maka saat ini media sosial
menggunakan sesuatu yang hampir setiap orang tahu, yakni internet. Media sosial
mengajak siapapun mereka yang mau memberikan kontribusinya, berpartisipasi,
memberikan sumbangsih komentar atau timbal balik secara terbuka dalam waktu yang
sangat cepat dan tak terbatas.

2. Sejarah Media Sosial


Pada tahun 1990 para insinyur yang bekerja di laboratorium fisika Switzerland
membuat sebuah system interkoneksi dalam computer yang dapat menampilan hypertext,
teks, dan gambar visual yang dinamakan World Wide Web (WWW). Situs tersebut
dimanfaatkan sebagai sumber informasi berbasis elektronik bagi ilmuwan, namun secara
cepat dimanfaatkan oleh anggota internet untuk mencari informasi. Tahun 1993
ditemukanlah sebuah navigasi yang dapat mempermudah pengguna menemukan apa

MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 4


yang mereka ingin cari, yakni browser atau alat peramban yang ditemukan pertama kali
ialah Mosaic yang membuat tampilan grafis untuk pengguna yang menyederhanakan
navigasi internet yang dapat digunakan untuk mengambil data sesuai kebutuhan dan
mengkonfigurasi data yang akan ditampilkan.
Kemudian pada tahun 1994, Microsoft sebagai perusahaan perangkat lunak terbesar
mengeluarkan alat peramban buatan mereka, yakni Internet Explorer. Selanjutnya pada
tahun 1998, Google merupakan penemuan mesin pencarian pertama yang ditemukan dan
memiliki fungsi untuk memindai informasi yang diinginkan para pengguna internet. Selain
itu mesin pencaraian lain adalah Yahoo! Yang sangat berfungsi dalam membantu
pengguna untuk menggunakan internet menjadi alat pencari informasi yang berguna.
Pertengahan tahun 2000 perkembangan internet berada dalam tahap yang sangat
pesan dan menjadikan internet sebagai easy-to-use software program untuk mengunggah
konten-konten kedalam internet sehingga pada tahun tersebut banyak bermunculan blog,
video sharing sites, dan social networking sites. Munculnya jejaring sosial di dunia dimulai
dengan munculnya Friendster pada tahun 2002 yang merupakan aplikasi untuk
membangun relasi pertemanan dunia maya dengan cakupan yang sangatlah luas, yakni
seluruh dunia. Kemunculan Friendster pada tahun 2002 di Indonesia sempat menjadi situs
jejaring sosial yang booming dikalangan remaja, pada saat itu sempat memposisikan
Indonesia sebagai pengguna Friendster paling banyak ke 3 di dunia. Setelah munculnya
Friendster, media sosial yang selanjutnya adalah LinkedIn yakni sebuah situs yang
membagikan pengalaman mengenai dunia bisnis dan pekerjaan yang didirikan pada tahun
yang sama. Selanjutnya pada tahun 2003 situs MySpace didirikan, berfokus pada orientasi
musik seseorang, MySpace menjadi situs jejaring yang dapat digunakan untuk bertukar
pesan atau chatting, menunggah lagu atau video dan menyediakan layanan pemasangan
genre musik khusus pada halaman profil. Pada tahun 2004, muncullah Flickr yakni situs
yang memberi ruang penggunanya untuk mengunggah foto-foto dan video yang menarik
dan dapat dibagikan kepada anggota di dalam situs tersebut. Masih pada tahun yang
sama, kemunculan Facebook sebagai media jejaring sosial yang memampukan kita untuk
bertukar pesan pribadi maupun grup baik gambar maupun video, namun pamor Facebook
di Indonesia naik daun pada tahun 2008 dan mulai menggeser Friendster sebagai sarana
berkenalan via dunia maya, dalam Facebook kita juga dapat mengirimkan permintaan
teman kepada seluruh pengguna situs tersebut. Fitur-fitur yang ditawarkan oleh Facebook
juga jauh lebih beragam, seperti terdapat aplikasi games di dalamnya.
Setelah itu, pada tahun 2006 situs jejaring baru kembali muncul yakni Twitter. Situs
tersebut merupakan jejaring sosial yang memampukan kita untuk mengikuti (follow)
pengguna lain untuk dapat mengikuti postingan yang mereka buat. Situs ini juga
memampukan kita untuk mengunggah gambar maupun video dan dapat mengirimkan
pesan kepada pengguna lain, dengan cara membalas tweet mereka ataupun bertukar

MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 5


pesan melalui direct message. Twitter muncul sebagai situs jejaring sosial yang lebih
simpel dengan berfokus kepada penyajian timeline yang bersisi status orang-orang yang
kita ikuti disertai kolom komentar, kolom retweet dan like. Selang 3 tahun kemudian, pada
tahun 2009 situs jejaring sosial berbasis aplikasi muncul kembali, yakni Whatsapp namun
pada tahun tersebut aplikasi ini belum diminati banyak orang. Aplikasi ini berfokus pada
pertukaran pesan antar individu maupun kelompok yang dapat melalui beberapa pilihan
yakni teks, panggilan, maupun video call. Pada tahun 2010 Instagram muncul sebagai situs
jejaring sosial yang memberi fasilitas penggunanya untuk mengedit foto maupun video lalu
mengunggahnya. Interaksi yang dibangun pada situs ini dapat berupa tombol suka (like),
kolom komentar dan pengiriman pesan melalui direct message.
Line merupakan situs jejaring sosial selanjutnya yang muncul pada tahun 2011.
Berbeda dengan situs jejaring sosial yang lain, Line berfokus kepada penggunaan aplikasi
untuk saling bertukar pesan. Sistem penambahan pertemanan di Line dapat ditemukan
dengan menggunakan system add dengan menggunakan username atau id. Namun pada
situs ini, para pengguna juga diperkenankan untuk mengunggah foto maupun video di
dalam timeline. Lalu pada tahun yang sama, Snapchat merupakan situs jejaring sosial yang
memfasilitasi para pengguna untuk bertukar pesan dengan medium foto yang dapat diedit
seperti memasukkan teks pesan dan menggunakan fitur efek pada foto. Selanjutnya pada
tahun 2011, Google+ merupakan situs dalam jaringan yang memiliki fitur-fitur didalamnya
yang dapat digunakan berinteraksi. Seperti Google Hangout untuk bertukar pesan (Joseph
et al ., 2009).

C. Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau melakukan deskripsi angka-
angka yang telah diolah. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
pengguna media sosial, sedangkan untuk jumlah sampel yang dipakai sebanyak 30
responden. Selanjutnya, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner
kepada 30 responden sebagai data primer sedangkan data sekunder diperoleh melalui
kajian pustaka dan juga literatur. Kemudian data tersebut dianalisis ke dalam bentuk
diagram untuk menginterpretasi tingkat keterkaitan media sosial terhadap sikap maupun
perilaku generasi milenial.

MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 6


Gender

Laki-Laki
Perempuan 45%
55%

Gambar 1. Frekuensi Gender Responden

Dari hasil prosedur frekuensi responden diketahui bahwa mayoritas pengguna


media sosial pada penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah
presentase sebesar 55%, sedangkan laki-laki sebesar 45%.

Usia
20 Tahun
10%

19 Tahun
32% 18 Tahun
58%

Gambar 2. Frekuensi Usia Responden

Mereka berada direntang usia 18 tahun yakni sebesar 58%, selanjutnya diposisi
kedua sebesar 32% berada direntang usia 19 tahun, sedangkan direntang usia 20 tahun
hanya sebesar 10%.

MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 7


Penggunaan Media Sosial

1-3 Jam
23%

>5 Jam
45%

3-5 Jam
32%

Gambar 3. Frekuensi Penggunaan Sosial Media

Berdasarkan dari hasil survei dalam kategori penggunaan media sosial dikalangan
mahasiswa menunjukkan bahwa mereka menghabiskan banyak waktu untuk berselancar di
dunia maya, 45% dari mereka menghabiskan lebih dari 5 jam dalam sehari, 32%
menghabiskaan 3-5 jam dalam sehari, lalu 23% menghabiskan waktu 1-3 jam dalam
sehari, dan 0% dari mereka menghabiskan waktu 1 jam dalam sehari. Hasil survei ini jelas
menunjukkan bahwa sosial media sudah memiliki peran yang cukup penting dalam
kehidupan mahasiswa.

Kegiatan Bersosial Media


25
23

23

9
8

Men get ah u i I n fo Men c ar i H i b u ran B er k en al an B er b el an j a B er t u k ar P esan


Ter b ar u D en gan Or an g ( C h a tti n g )
Bar u

MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 8


Gambar 4. Frekuensi Kegiatan Bersosial Media

Berikut terdapat beberapa hal yang dilakukan para mahasiswa ketika mengakses
sosial media, hal yang paling sering dilakukan adalah bertukar pesan (chatting),
selanjutnya adalah untuk mengetahui info terbaru dan mencari hiburan, dilanjutkan dengan
berbelanja, dan yang terakhir adalah berkenalan dengan orang baru.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh berbagai macam institusi pendidikan


terkemuka, salah satunya adalah studi dari University of Pennsylvenia dan diterbitkan
dalam Journal of Social and Clinical Psychology 6. Penelitian itu dilakukan terhadap 140
mahasiswa yang menggunakan Facebook, Snapchat, dan Instagram. Sebelum dan
sesudah analisis ini, para peserta juga mengisi kuesioner. Dengan begitu, peneliti paham
bagaimana mereka melakukannya secara psikologis. Mereka secara khusus tertarik pada
kecemasan, depresi, kesepian, dan perasaan takut ketinggalan atau FOMO7.
Sementara sejumlah penelitian menemukan kaitan antara depresi dengan
penggunaan media sosial, dua penelitian yang melibatkan lebih dari 700 siswa
menemukan bahwa gejala depresi, seperti suasana hati yang rendah dan perasaan tidak
berarti dan tanpa harapan, terkait dengan kualitas interaksi online. Para peneliti
menemukan gejala depresi yang lebih tinggi di antara mereka yang dilaporkan memiliki
lebih banyak interaksi negatif. Sebuah studi serupa yang dilakukan pada 2016 melibatkan
1.700 orang menemukan resiko depresi dan kecemasan mencapai tiga kali lipat di antara
orang-orang yang paling banyak menggunakan platform media sosial. Penyebabnya,
perkiraan mereka, termasuk perundungan siber, memiliki pandangan terdistorsi mengenai
kehidupan orang lain, dan merasa menghabiskan waktu di media sosial merupakan sebuah
pemborosan waktu. Pada tahun 2017, para peneliti dari University of Pittsburgh bertanya
pada 1.700 orang dengan rentang usia 18-30 tahun mengenai kebiasaan menggunakan
media sosial dan tidur mereka. Para peneliti menemukan sebuah kaitan gangguan tidur
dan menyimpullkan cahaya biru merupakan salah satu penyebabnya. Seberapa sering
mereka login dan berapa waktu yang dihabiskan di situs media sosial, diperkirakan
merupakan penyebab dari gangguan tidur, yang menunjukkan sebuah sikap “pengecekan
(media sosial) yang obsesif”, seperti dijelaskan oleh peneliti. Penelitian lain membuktikan
bahwa situs media sosial membuat separuh penggunanya merasa tidak puas, menurut
survei yang melibatkan 1.500 orang oleh sebuah badan pendukung kaum disabilitas,
Scope8. Dan separuh dari orang berusia 18-34 tahun mengatakan hal itu membuat mereka
merasa tidak menarik. Pada tahun yang sama, sebuah studi yang dipublikasikan di Journal
6
Journal of Social Clinical Psychology adalah jurnal medis ulasan rekan bulanan yang mencakup penelitian,
penilaian, dan praktik psikologis.
7
Nissa dan Chozanah, “Penelitian Terbaru, Begini Buruknya Pengaruh Media Sosial bagi
Penggunanya”(https://suara.com/health/penelitian-terbaru-begini-buruknya-pengaruh-media-sosial-bagi-penggunanya/
Diakses pada 04 Januari, 2020)
8
Scope (Charity) adalah badan amal disabilitas nasional yang berkampanye untuk menantang dan mengubah sikap
negative tentang disabilitas dan menyediakan layanan langsung.
MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 9
of Preventive Medicine9 Amerika melakukan survei ke 7.000 orang yang berusia 19 sampai
32 tahun dan menemukan bahwa mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu di media
sosial, memiliki resiko dua kali lipat untuk mengalami keterkucilan sosial, yang meliputi
rendahnya rasa sosial, kurang hubungan dengan sesama dan menjalani hubungan dengan
berarti (Brown, 2018).

9
Journal of Preventive Medicine adalah jurnal medis ulasan rekan bulanan yang mencakup penelitian dalam
pengobatan, pencegahan, dan kesehatan masyarakat.
MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 10
D. Saran

Media sosial mempengaruhi orang secara berbeda, tergantung pada kondisi dan kepribadian
yang sudah ada sebelumnya. Namun disisi lain, berdasarkan survei yang sudah dilakukan bahwa
mereka memiliki waktu akses yang cukup tinggi di media sosial dan juga lebih cenderung
menggunakan media sosial sebagai wadah untuk bertukar pesan (chatting), di mana hal ini
diketahui pada penelitian-penelitian sebelumnya dapat mengurangi kualitas hubungan mereka
dengan orang-orang di kehidupan nyata. Terlebih kepada mereka yang menghabiskan lebih
banyak waktu di media sosial selain adalah suatu kegiatan pemborosan waktu juga memiliki resiko
untuk mengalami keterkucilan sosial. Maka, pada penelitian selanjutnya disarankan menggunakan
metode penelitian kualitatif guna memperoleh interpretasi data secara mendalam dan lebih jauh
lagi, dan disarankan pula untuk memilih sampel penelitian dengan melihat faktor psikologis dari
segi tingkat kematangan sosial mereka pada kelompok usia tertentu.

Selain media sosial, penelitian berikutnya disarankan untuk melihat dampak dari penggunaan
aplikasi media sosial yang lebih interaktif dan persuasif, seperti online shop. Karena menurut para
ahli, bahwa semakin interaktif media tersebut, semakin tinggi tingkat ketergantungan dan
kecanduannya pada hal tersebut.

MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 11


Daftar Pusaka

Acton, Harry Burrows. (2019, Desember 4). Herbert spencer. British philosopher. Diakses dari
https://www.britannica.com/biography/Herbert-Spencer

American journal of preventive medicine. (n.d.) dalam Wikipedia daring. Diakses dari
https://en.m.wikipedia.org/wiki/American_Journal_of_Preventive_Medicine

Brown, Jessica. (2018, Januari 16). Apa saja bukti pengaruh media sosial kehidupan anda.
Apa dampak dari media sosial seperti facebook, twitter, atau Instagram menurut sains terhadap
kesehatan mental anda. Diakses pada Januari 3, 2020, dari
https://www.bbc.com/indonesia/amp/vert-fut-42679432

Cahyono, Anang Sugeng. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial
masyarakat di Indonesia. Jurnal Publiciana 9 (1), 140-157. Diakses dari
https://jurnal-unita.org/indeh.php/publiciana/article/download/79/73

Fahrimal, Yudi. (2018). Netiquette: Etika jejaring sosial generasi milenial dalam media sosial.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan 22 (1), 69-78. Diakses dari https://jurnal-
p2kp.id/index.php/jp2kp/article/view/82

Journal of clinical psychology. (n.d.). dalam Wikipedia daring. Diakses dari


https://en.m.wikipedia.org/wiki/Journal_of_Clinical_Psychology

Krisdyahayu, Maria Rosari. (2018, September 12). Sejarah internet dan perkembangan media
sosial di Indonesia, dari Friendster hingga snapchat. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/mariarosarikrisdyahayu/sejarah-internet-dan-perkembangan-media-
sosial-di-indonesia-dari-friendster-hingga-snapchat/

Penelitian sosial. Pengertian penelitian kuantitatif, ciri, dan jenisnya lengkap. Diakses pada
Desember 24, 2019, dari https://dosensosiologi.com/pengertian-penelitian-kuantitatif-ciri-dan-
jenisnya-lengkap/

Rumah millennials. Siapa itu generasi millennial?. Diakses pada Desember 26, 2019, dari
https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millennials/

Scope (charity). (n.d.) dalam Wikipedia daring. Diakses dari


https://en.m.wikipedia.org/wiki/Scope_(charity)

Sikap. (2016). Kamus besar bahasa Indonesia. Badan pengembangan bahasa dan perbukuan.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia. KBBI Daring. Diakses pada Januari
3, 2020, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sikap

Smithsonian. Smithsonian institution archives. Diakses pada Januari 3, 2020, dari


https://www.si.edu/object/siris_arc_297407
MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 12
Soliha, Silvia Fardila. (2015). Tingkat ketergantungan pengguna media sosial dan kecemasan
sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi 4 (1), 1-10. Diakses dari https://ejournal.undip.ac.id/index.php

Soweito, Andre. (2019, Maret 5). Berbicara millennial dan bonus demografinya. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/amp/andresoewito/berbicara-millennials-dan-bonus-demografinya

MILENIAL DAN TEKNOLOGI | 13

Anda mungkin juga menyukai