Anda di halaman 1dari 3

Nama : Agustina Sari Tyas Irawati

NIM : P07120420022

Prodi : STrKep+Ners (PPNI)

MK : Budi Pekerti

Dosen : Bp. Sarka Ade Susana, SIP,S.Kep, MA

1. Pelajaran karakter/budi pekerti dari para tokoh pahlawan di dalam


referensi
a. Pelajaran sejarah yang diajarkan di jenjang sekolah dasar sampai
dengan menengah selama ini masih sekedar menjadi hapalan materi
pada tentang siapa, kapan, di mana, dan
apa dari tokoh tersebut. Sehingga dirasa kurang menggali tentang jiwa,
pemikiran, tindakan dan perjuangan pada masyarakat Indonesia. Bila
digali lebih dalam sebenarnya ada banyak hal yang bisa dipelajari dan
dicontoh dari para tokoh bangsa. Di antaranya adalah Pangeran
Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Agung, Pattimura, RA Kartini.
Nilai-nilai karakter dari para pahlawan tersebut adalah :
- Pangeran Diponegoro
Jiwa kepemimpinan, religius, jujur, peduli pada rakyat kecil,
semangat kebangsaan, semangat berjuang, cinta tanah air.
- Imam Bonjol
Pemberani, ksatria, gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan.
- Sultan Agung
Pejuang yang gigih melawan penjajah, tidak mudah putus asa.
- Pattimura
Cinta tanah air, membela rakyat kecil, kepemimpinan, prajurit
pemberani melawan penjajah.
- RA Kartini

1
Membawa pembaharuan, pemberani berjuang untuk kaum
perempuan, optimis, mandiri, sederhana, berwawasan luas,
inspiratif.
b. Pelajaran Karakter dari Ki Hajar Dewantara :
Pendidikan budi pekerti yang dilakukan di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat berguna untuk mendukung perkembangan
hidup anak-anak, lahir, batin dan sifat kodratinya supaya menjadi
manusia yang luhur, beriman dan bertakwa serta bermanfaat bagi
masyarakat. Budi pekerti ini mengajarkan tentang pembentukan
pribadi seseorang agar lebih baik.
Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai bapak pendidikan telah
mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa dan menerapkan konsep
pendidikannya adalah daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek), dan tubuh
anak. Beliau mengemukakan bahwa lingkungan pendidikan dalam
menginternalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada anak tidak hanya
terbatas di lingkungan sekolah, melainkan lebih luas yang mencakup
keluarga dan masyarakat juga. Hal ini kemudian kita kenal dengan
istilah Tri Pusat Pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara juga dikenal sebagai tokoh Bumi Putera yang
memiliki dedikasi yang tinggi terhadap nasib bangsa Indonesia dengan
membawa spirit kerakyatan. Ajarannya yang terkenal ialah, ing ngarsa
sung tulada (di depan memberi contoh teladan yang baik), ing madya
mangun karsa (di tengah menciptakan peluang dan memberi
semangat), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).
Ki Hajar Dewantara mencetuskan gagasan tentang pembentukan budi
pekerti ini dengan metode Tiga Mong, yaitu : Momong, Among dan
Ngemong, yang mengandung arti : menjaga, membina dan mendidik
peserta didik dengan kasih sayang. Metode ini dilakukan dengan
berbagai cara seperti memberi contoh, pembiasaan, pengajaran,
perintah, perilaku dan pengalaman lahir batin.

2
2. Aplikasi dan problem dalam ketauladanan para tokoh bangsa sekarang.
Bila pendidikan budi pekerti yang sudah dirintis oleh tokoh pendidikan
bangsa Indonesia bisa diterapkan dengan baik saat ini maka bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa yang bermoral tinggi. Namun sayangnya
saat ini pendidikan budi pekerti belum diterapkan secara baik, bahkan
minimnya keteladanan dari para tokoh bangsa. Bisa dilihat dari banyaknya
penyimpangan yang terjadi. Di antaranya adalah :
a. Korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara
Para pejabat yang memegang kekuasaan berpotensi untuk berbuat
kurang jujur, menggunakan kekuasaannya untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, kurang memperhatikan kepentingan rakyat, hidup konsumtif.
Kasus korupsi oleh pejabat mengakibatkan turunnya kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Masyarakat mendambakan pemimpin
yang bias memberantas korupsi supaya bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang adil makmur dan sejahtera.
b. Penjualan sumber daya alam milik negara demi kepentingan pribadi
Misalnya pada kasus PT Freeport, sumber daya alam di sana dijual
kepada pihak asing demi kepentingan pribadi. Bahkan tidak
memperhatikan kesejahteraan rakyat di sana. Semua pekerja di sana
mengambil dari pihak luar, tanpa memperhatikan orang pribumi.
Sehingga orang – orang masyarakat di sana tetap menjadi masyarakat
miskin yang terbelakang. Semua karena sikap konsumtif, memperoleh
keuntungan untuk pribadi.
c. Pengadaan buku pendidikan di luar anggaran
Kasus penggelapan dana untuk pengadaan buku juga pernah terjadi di
sebuah lembaga negara. Ini menjadi salah satu bukti bahwa pejabat
negara tidak bisa memberikan teladan bagi rakyatnya. Hal ini bisa
terjadi karena kurangnya sikap religius, kurang jujur, mementingkan
diri sendiri, kurang memikirkan kepentingan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai