Anda di halaman 1dari 4

RESUME

KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI


MENURUT KI HADJAR DEWANTARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Budi Pekerti

Disusun Oleh :
GALIH SETIYO ADI
NIM : P07120420026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
Pendidikan budi pekerti atau akhlak memberikan peranan penting bagi
kehidupan, baik yang bersifat individual maupun kolektif, sehingga Allah SWT
mewahyukan kepada Rasulullah untuk memberikan pendidikan akhlak kepada
keluarga, sahabat dan umatnya. Sebagaimana diketahui bahwa misi diutusnya
Rasul adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti umat manusia.
Nabi Muhammad SAW. pun mengabarkan bahwa orang yang paling
sempurna keimanannya di antara umatnya adalah yang paling baik budi pekerti
atau akhlaknya. Dalam haditsnya beliau bersabda :“Mukmin yang paling
sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya” (H.R
Tirmidzi)
Dengan demikian, sepatutnya seorang muslim berusaha dan
bersemangat untuk memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik yang merujuk
pada Rasulullah SAW. sehingga tercipta pribadi yang dapat membedakan suatu
perbuatan yang baik dan buruk, perbuatan yang etis dan tidak etis, benar dan
salah, dan hal lain yang menyangkut etika individu maupun sosial.
Selain Nabi Muhammad SAW yang telah menjelaskan bahwa tujuan
utama dalam pendidikan adalah kesempurnaan akhlak, tokoh pendidikan barat
seperti Socrates juga berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari
pendidikan adalah untuk membentuk seseorang yang good dan smart. Hal ini
dipertegas juga oleh tokoh pendidikan barat yang sangat mendunia seperti
Klipatrick, Lickona, Brooks, dan Goble. Mereka seakan menggemakan kembali
gaung yang disuarakan oleh Nabi Muhammad SAW dan Socrates. Bahwa
moral, akhlak, karakter, budi pekerti adalah tujuan yang tak terhindarkan dari
dunia pendidikan.
Konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara dalam
menanamkan moral pada anak didik terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
Pertama, Pendidikan budi pekerti tidak lain artinya menyokong
perkembangan hidup anak-anak, lahir, batin dan sifat kodrati nya menuju ke
arah peradaban dalam sifatnya yang umum yang bertujuan agar anak didik
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencari seseorang yang luhur, beriman,
bertakwa serta bermanfaat bagi masyarakat sehingga mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dimana lingkup pendidikan budi
pekerti ini melingkup budi pekerti kepada Sang Pencipta, sesama manusia, dan
dengan lingkungan.
Kedua, pusat pendidikan budi pekerti adalah lembaga atau lingkungan
ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perilaku peserta didik dan berperan
dalam pendidikan. Ki Hadjar menyebutnya dengan istilah Trisentra atau Tri
Pusat Pendidikan yang terdiri dari keluarga. Sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
Ketiga, dalam pendidikan budi pekerti harus ada kerjasama antar
pendidik dan peserta didik. Pendidik diharuskan memiliki penguasaan berbagai
ilmu pendidikan agar dapat memahami bagaimana cara mendidik peserta
didiknya serta menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Dalam hal ini Ki
Hadjar Dewantara merumuskannya dalam tiga semboyan yaitu, Ing Ngarsa
Sung Tuladha yang berarti di depan memberikan keteladanan, Ing Madya
Mangun Karsa yang berarti di tengah memberikan semangat, dan Tut Wuri
Handayani yang berarti di belakang memberi dukungan. Serta untuk peserta
didik harus adanya kemauan yang keras untuk tetap melakukan hal-hal yang
baik, serta menjadikan semua pendidik sebagai panutannya dalam bertingkah
laku.
Keempat, materi dalam pembentukan budi pekerti diberikan dari masa
kanak-kanak hingga dewasa yang berisi bukan hanya ilmu pengetahuan
melainkan juga materi tentang pembentukan pribadi seseorang agar lebih baik.
Kelima, metode yang digagaskan Ki Hadjar dewantara dalam
pembentukan budi pekerti adalah metode Tiga Mong yang terdiri dari Momong,
Among, dan Ngemong. Dimana metode ini berarti menjaga, membina , dan
mendidik peserta didik dengan kasih sayang yang dilakukan dengan berbagai
cara seperti memberi contoh, pembiasaan, pengajaran, perintah. Perilaku, dan
pengalaman lahir batin.
Konsep Pendidikan Budi Pekerti yang telah dijelaskan di atas memiliki
Relevansi dengan dunia pendidikan zaman sekarang. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya kesamaan isi dan gagasan yang dibuat pemerintah baik melalui
sebuah Undang-Undang maupun Peraturan Menteri Pendidikan
(Permendikbud).
Pertama, Ki Hadjar Dewantara menyebut Tri Pusat yaitu keluarga,
Sekolah, dan Alam pemuda selaras dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 yang menyebut bahwa penyelenggaraan pendidikan
merupakan tugas bersama, keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Kedua, Ki Hadjar Menyatakan bahwa untuk menjadi seorang pendidik
harus memiliki syarat yang berat yaitu disamping memiliki kecerdasan ilmu
pengetahuan, juga memiliki kepribadian yang baik karena sebagai teladan bagi
peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan kriteria guru profesional yang
disyaratkan agar dapat menjadi guru yang baik di zaman sekarang yaitu UU
No. 14 tahun 2005 dan Permendiknas No. 16 tahun 2007 yang didalamnya
membahas tentang kompetensi guru profesional.
Ketiga, Ki Hadjar Dewantara menyebutkan bahwa materi pendidikan di
sesuaikan berdasarkan jenjang yang tempuh yang intinya materi berupa
pembiasaan baik yang tidak mengetahui dasar dan tujuannya hingga
pembiasaan yang disertai dengan mengetahui akan dasar, tujuan dan
manfaatnya. Hal ini sepadan dengan Permendikbud No 23 tahun 2015 yang
didalamnya menyebutkan bentuk kegiatan penumbuhan budi pekerti yang
dilakukan baik setiap hari, minggu, bulan, maupun tahun yang tujuannya
membentuk kebiasaan baik.

Anda mungkin juga menyukai