0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar menyatakan bahwa tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan budi pekerti melibatkan tiga pusat yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode tiga mong yang terdiri dari momong, among, dan ngem
Deskripsi Asli:
Judul Asli
GALIH SETIYO ADI_P07120420026_RESUME ki hadjar dewantara (1)
Dokumen ini membahas konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar menyatakan bahwa tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan budi pekerti melibatkan tiga pusat yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode tiga mong yang terdiri dari momong, among, dan ngem
Dokumen ini membahas konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar menyatakan bahwa tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan budi pekerti melibatkan tiga pusat yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode tiga mong yang terdiri dari momong, among, dan ngem
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Budi Pekerti
Disusun Oleh : GALIH SETIYO ADI NIM : P07120420026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2021 Pendidikan budi pekerti atau akhlak memberikan peranan penting bagi kehidupan, baik yang bersifat individual maupun kolektif, sehingga Allah SWT mewahyukan kepada Rasulullah untuk memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga, sahabat dan umatnya. Sebagaimana diketahui bahwa misi diutusnya Rasul adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti umat manusia. Nabi Muhammad SAW. pun mengabarkan bahwa orang yang paling sempurna keimanannya di antara umatnya adalah yang paling baik budi pekerti atau akhlaknya. Dalam haditsnya beliau bersabda :“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya” (H.R Tirmidzi) Dengan demikian, sepatutnya seorang muslim berusaha dan bersemangat untuk memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik yang merujuk pada Rasulullah SAW. sehingga tercipta pribadi yang dapat membedakan suatu perbuatan yang baik dan buruk, perbuatan yang etis dan tidak etis, benar dan salah, dan hal lain yang menyangkut etika individu maupun sosial. Selain Nabi Muhammad SAW yang telah menjelaskan bahwa tujuan utama dalam pendidikan adalah kesempurnaan akhlak, tokoh pendidikan barat seperti Socrates juga berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membentuk seseorang yang good dan smart. Hal ini dipertegas juga oleh tokoh pendidikan barat yang sangat mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks, dan Goble. Mereka seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan oleh Nabi Muhammad SAW dan Socrates. Bahwa moral, akhlak, karakter, budi pekerti adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara dalam menanamkan moral pada anak didik terdiri dari beberapa komponen, yaitu: Pertama, Pendidikan budi pekerti tidak lain artinya menyokong perkembangan hidup anak-anak, lahir, batin dan sifat kodrati nya menuju ke arah peradaban dalam sifatnya yang umum yang bertujuan agar anak didik sebagai anggota masyarakat dapatlah mencari seseorang yang luhur, beriman, bertakwa serta bermanfaat bagi masyarakat sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dimana lingkup pendidikan budi pekerti ini melingkup budi pekerti kepada Sang Pencipta, sesama manusia, dan dengan lingkungan. Kedua, pusat pendidikan budi pekerti adalah lembaga atau lingkungan ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perilaku peserta didik dan berperan dalam pendidikan. Ki Hadjar menyebutnya dengan istilah Trisentra atau Tri Pusat Pendidikan yang terdiri dari keluarga. Sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga, dalam pendidikan budi pekerti harus ada kerjasama antar pendidik dan peserta didik. Pendidik diharuskan memiliki penguasaan berbagai ilmu pendidikan agar dapat memahami bagaimana cara mendidik peserta didiknya serta menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara merumuskannya dalam tiga semboyan yaitu, Ing Ngarsa Sung Tuladha yang berarti di depan memberikan keteladanan, Ing Madya Mangun Karsa yang berarti di tengah memberikan semangat, dan Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang memberi dukungan. Serta untuk peserta didik harus adanya kemauan yang keras untuk tetap melakukan hal-hal yang baik, serta menjadikan semua pendidik sebagai panutannya dalam bertingkah laku. Keempat, materi dalam pembentukan budi pekerti diberikan dari masa kanak-kanak hingga dewasa yang berisi bukan hanya ilmu pengetahuan melainkan juga materi tentang pembentukan pribadi seseorang agar lebih baik. Kelima, metode yang digagaskan Ki Hadjar dewantara dalam pembentukan budi pekerti adalah metode Tiga Mong yang terdiri dari Momong, Among, dan Ngemong. Dimana metode ini berarti menjaga, membina , dan mendidik peserta didik dengan kasih sayang yang dilakukan dengan berbagai cara seperti memberi contoh, pembiasaan, pengajaran, perintah. Perilaku, dan pengalaman lahir batin. Konsep Pendidikan Budi Pekerti yang telah dijelaskan di atas memiliki Relevansi dengan dunia pendidikan zaman sekarang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kesamaan isi dan gagasan yang dibuat pemerintah baik melalui sebuah Undang-Undang maupun Peraturan Menteri Pendidikan (Permendikbud). Pertama, Ki Hadjar Dewantara menyebut Tri Pusat yaitu keluarga, Sekolah, dan Alam pemuda selaras dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 yang menyebut bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tugas bersama, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Kedua, Ki Hadjar Menyatakan bahwa untuk menjadi seorang pendidik harus memiliki syarat yang berat yaitu disamping memiliki kecerdasan ilmu pengetahuan, juga memiliki kepribadian yang baik karena sebagai teladan bagi peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan kriteria guru profesional yang disyaratkan agar dapat menjadi guru yang baik di zaman sekarang yaitu UU No. 14 tahun 2005 dan Permendiknas No. 16 tahun 2007 yang didalamnya membahas tentang kompetensi guru profesional. Ketiga, Ki Hadjar Dewantara menyebutkan bahwa materi pendidikan di sesuaikan berdasarkan jenjang yang tempuh yang intinya materi berupa pembiasaan baik yang tidak mengetahui dasar dan tujuannya hingga pembiasaan yang disertai dengan mengetahui akan dasar, tujuan dan manfaatnya. Hal ini sepadan dengan Permendikbud No 23 tahun 2015 yang didalamnya menyebutkan bentuk kegiatan penumbuhan budi pekerti yang dilakukan baik setiap hari, minggu, bulan, maupun tahun yang tujuannya membentuk kebiasaan baik.