Anda di halaman 1dari 3

A.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB HADITS DHAIF DAN MAWDU’


1. Faktor-faktor Penyebab adanya Hadits Dhaif
Dalam hadits dhaif, ada dua pembagian besar yang dilakukan oleh para ulama.
Pembagian ini didasarkan pada sebab-sebab suatu hadits dihukumi dhaif (lemah).
Pertama, karena terputusnya sanad (al-mardûd bi sabab saqtun fi al-isnad) dan
kedua, karena cacatnya rawi (al-mardûd bi sabab ṭaʽn fi ar-rawi). Kategori sebab
yang pertama yakni terputusnya sanad, memunculkan berbagai pembagian dalam
hadits dhaif, seperti: Muallaq, Mursal, Muʽdhal, Munqathi, Mudallas, Muʽanʽan
dan Mursal Khafi. kedua, yaitu karena cacatnya perawi yang meriwayatkan hadits
tersebut, juga memunculkan berbagai pembagian, yaitu Maudhu (palsu),
Mungkar, Ma’ruf, Syadz, Muallal, Mukhalafah li as-Siqqah, Mudraj, Muththarrib,
Maqlub, dan beberapa jenis yang lain.
Ada beberapa sebab terjadinya DHAIF dalam kategori kedua ini:
1. Sering berbohong (muttaham bi al-kadzab): yakni rawi tersebut diketahui
sering berbohong dalam ucapannya sehari-hari tetapi tidak diketahui
apakah ia berbohong atau tidak dalam meriwayatkan hadits. Konsekuensi
dari sebab ini adalah menjadikan hadits yang diriwayatkan menjadi hadits
matruk.
2. Fasiq: perawi tersebut pernah melakukan suatu dosa besar atau terus-
menerus melakukan dosa kecil.
3. Pelaku bid’ah: rawi melakukan bid'ah, baik dalam keyakinan maupun
perbuatan.
4. Tidak dikenali (jahâlah al-ʽain): perawi tidak dikenal atau tidak diketahui
perilakunya.
Empat sebab yang telah disebutkan di atas merupakan sebab kecacatan rawi
dalam segi ʽadalah (keadilan). Sedangkan sebab berikut adalah sebab kecacatan
rawi dalam segi kedhabitan:
1. Sering melakukan kesalahan (fahsy al-ghalaṭ): Hafalan sangat buruk,
lebih banyak salah daripada benarnya dalam meriwayatkan hadits
2. Sering lupa (ghaflah)
3. Jelek hafalannya (sû’ al-ḥifdz): Jeleknya hafalan rawi sehingga ia
sering salah dalam dalam meriwayatkan hadits.
4. Ragu-ragu (wahm): Rawi sering salah sangka dalam periwayatan,
semisal mengira atsar yang mauquf menjadi hadits marfu', mengira
hadits munqathi' adalah muttasil.
5. Berbeda dengan riwayat orang-orang yang terpercaya (mukhalafah al-
tsiqqah).
Oleh karena itu, karena hadits menjadi landasan hukum setelah Al-Qur’an maka
ia harus dipastikan kesahihannya, terlebih harus dipastikan siapa yang
meriwayatkan hadits tersebut, apakah periwayat tersebut memiliki sifat yang
sama sebagaimana sebab-sebab dalam kategori di atas.1
2. Faktor-faktor Penyebab adanya Hadits Mawdu’
Berikut ini adalah beberapa penyebab munculnya hadits muwdu’:
1. Pertentangan Politik dalam Soal Pemilihan Khalifah
Pertentangan di antara umat islam timbul setelah terjadinya
pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak
dan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib.
Umat islam pada masa itu terpecah-belah menjadi beberapa golongan,
seperti golongan yang ingin menuntut bela terhadap kematian khalifah
Utsman dan golongan yang mendukung kekhalifahan Sayyidina Ali
(Syi’ah). Setelah perang Siffin, muncul pula beberapa golongan lainnya,
seperti Khawarij dan golongan pendukung Muawiyyah.
Di antara golongan-golongan tersebut, untuk mendukung golongannya
masing-masing, mereka membuat hadist palsu. Yang pertama dan yang
paling banyak membuat hadist maudhu’ adalah dari golongan Syi’ah dan
Rafidhah.

2. Adanya Kesengajaan dari Pihak Lain untuk Merusak Ajaran Islam


Golongan ini adalah terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan
Nasrani yang senantiasa menyimpan dendam terhadap agama islam.
Mereka tidak mampu untuk melawan kekuatan islam secara terbuka maka
mereka mengambil jalan yang buruk ini. Mereka menciptakan sejumlah
besar hadist maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran islam.

1
“Sebab-sebab Hadits Menjadi Dhaif,” NU Online, 29 Maret 2019, https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/sebab-
sebab-hadits-menjadi-dhaif-xdUVi. Diakses pada tanggal 19 November 2021
Faktor ini merupakan factor awal munculnya hadist maudhu’. Hal ini berdasarkan
peristiwa Abdullah bin Saba’ yang mencoba memecah-belah umat Islam dengan
mengaku kecintaannya kepada Ahli Bait. Sejarah mencatatbahwa ia adalah
seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, ia
berani menciptakan hadist maudhu’ pada saat masih banyak sahabat ulama masih
hidup.2

2
angga wipat wijaya, “Hadist Maudhu’,” 22 April 2018,
https://anggawipat24.wordpress.com/2018/04/22/hadist-maudhu/. Diakses pada tanggal 19 November 2021

Anda mungkin juga menyukai