Anda di halaman 1dari 20

Gangguan Pada System

Reproduksi Manusia, Upaya


Pencegahan Dan Penanggalannya

Nama : Ardina Latif


Kelas : IX.E
Nis : 10838
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Agustus

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini bisa tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang sudah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran
maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini si pembaca
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Kami sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini,
karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman
kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Selasa, 1 September

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….
KATAPENGANTAR………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….
A. Latar belakang………………………………………………….
B. Rumusan masalah …………………………………………….
C. Tujuan……………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………
A. Penyakit pada system reproduksi manusia dan Upaya
pencegahan………………………………………………
B. Upaya penanggulangan…………………………………………
BAB III PENUTUP……………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Proses reproduksi pada manusia membutuhkan sperma dan ovum. Sperma


merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh laki-laki.Adapun Ovum
merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh perempuan.
Organ reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis.
Testis berfungsi sebagai penghasil sperma. Proses pembentukan sperma disebut
spermatogenesis. Testis berjumlah sepasang dan terletak pada kantong yang
disebut skortum.
Saluran pengeluaran terdiri atas epididimis, vas deferens, dan uretra. Epididimis
merupakan saluran yang berkelak-kelok, tempat pematangan dan penyimpanan
sementara sperma.
Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba Fallopi, uterus dan
vagina. Ovarium terletak di bawah perut, dan berfungsi sebagai tempat produksi
ovum (Sel Telur). Tuba Fallopi (saluran telur atau oviduk) berbentuk seperti pipa
dan ujungnya berbentuk corong dengan rumbai-rumbai. Rumbai ini berfungsi
untuk menangkap ovum yang dilepaskan ovarium. Uterus atau rahim merupakan
tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Vagina merupakan tempat keluarnya
bayi saat dilahirkan.
Proses reproduksi pada manusia diawali dengan pembentukan sel kelamin pada
laki-laki dan perempuan. Pembentukan sel kelamin pada laki-laki (sperma) disebut
spermatogenesis.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka timbullah masalah yang dapat di
identifikasi dari system Reproduksi, gangguan tersebut dapat berupa penyakit
menular maupun penyakit yang tidak menular.
C. Tujuan
Untuk mengetahui penyakit atau gangguan-gangguan yang dapat timbul pada
system atau alat reproduksi manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit pada system reproduksi manusia dan Upaya pencegahan
Sistem reproduksi pria dan wanita memiliki keunikan tersendiri. Masing-masing
sistem reproduksi memiliki struktur dan fungsi yang berdeda. Meski begitu,
keduanya dirancang untuk memungkinkan adanya pembuahan sel telur oleh
sperma, yang akan berlanjut menjadi kehamilan.
Seperti sistem lainnya di dalam tubuh, sistem reproduksi juga dapat mengalami
gangguan atau penyakit. Karena struktur dan fungsinya berbeda, penyakit pada
sistem reproduksi pria dan wanita juga akan berbeda.
Penyakit pada system reproduksi wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ luar dan dalam. Organ
reproduksi wanita bagian dalam meliputi vagina, rahim, saluran telur (tuba
falopi), dan indung telur (ovarium). Sementara organ reproduksi wanita
bagian luar terdiri dari vulva, kelenjar Bartholin, dan klitoris.

1. Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita. Kondisi ini dapat
menyebabkan jaringan dari lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rongga
rahim. Endometriosis terjadi saat jaringan endometrium tumbuh di luar rahim.
Jika seorang wanita mengidap endometriosis, jaringan tersebut juga mengalami
proses penebalan dan luruh, yang sama dengan siklus menstruasi. Namun, darah
tersebut akhirnya mengendap dan tidak bisa keluar karena terletak di luar rahim
sehingga dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya.
 Pengobatan Endometriosis
 Pengobatan terhadap gejala sakit luar biasa saat menstruasi bisa dilakukan
dengan terapi hormon atau obat pereda rasa sakit. Penanganan
endometriosis dengan operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat
jaringan endometriosis, terutama untuk pengidap yang berencana punya
anak.
 Pencegahan Endometriosis
Lakukan pencegahan dengan pemeriksaan pada organ kewanitaan. Terutama jika
dirasa datang bulan mengalami masalah.
2. Radang panggul
Radang panggul adalah kondisi dimana organ reproduksi wanita mengalami
infeksi. Selain disebut sebagai radang panggul, penyakit ini memiliki nama lain,
yaitu pelvic inflammatory disease (PID). Penyakit ini biasanya disebabkan oleh
bakteri dari suatu infeksi menular seksual menyebar dari Miss V ke rahim (uterus),
tuba falopi atau saluran indung, serviks atau leher rahim, dan sel telur/ovarium.
Penyakit radang panggul disebabkan oleh bakteri yang ditularkan ketika
berhubungan intim dan lebih cepat menyebar ketika wanita mengalami
menstruasi. Sebagian besar radang ini menyerang perempuan dengan usia 15–24
tahun yang sudah aktif secara seksual. Jika tidak segera mendapat penanganan,
risiko nyeri panggul kronis, infertilitas, sulit hamil karena kehamilan etopik dan
berkembangnya fetus di tuba falopi bisa terjadi karena radang panggul.
Seorang pengidap radang panggul yang akut akan menimbulkan gejala, seperti
demam tinggi, tidak nafsu makan, perut terasa sakit, menggigil, dan
bermasalahnya pada sistem pencernaan serta sistem urine. Selain itu, perempuan
yang mengidap penyakit ini harus waspada ketika masa menstruasi, karena haid
dapat terjadi lebih lama dan juga perdarahan ketika menstruasi atau setelah
berhubungan intim.
 Pengobatan Radang Panggul
Langkah pengobatan dari kondisi radang panggul adalah mengobati sumber
penyebab infeksinya dengan antibiotik, kemudian pada proses pengobatan,
dilarang untuk melakukan hubungan intim. Jika pengidap radang panggul memiliki
pasangan, maka pasangannya juga perlu diperiksa dan diobati jika memiliki
kondisi yang sama. Agar infeksi benar-benar hilang, pengidap radang panggul
akan diberikan antibiotik di rumah sakit. Pengobatan pun harus dilakukan sampai
selesai
 Pencegahan Radang Panggul
 Mempraktikkan hubungan intim yang aman;
 Pemeriksaan rutin harus dilakukan, jika seseorang berisiko terjangkit penyakit
menular seksual;
 Selalu waspada ketika mencuci Miss V karena dapat menggangu
keseimbangan bakteri baik;
 Berbicara dengan dokter mengenai kontrasepsi;
 Melakukan pengecekkan berkala; dan
 Selalu mengikuti saran dokter dengan melakukan pengobatan yang
dianjurkan.

3. PCOS
Sindrom polikistik ovarium (PCOS) adalah penyakit ketika ovum atau sel telur
pada perempuan tidak berkembang secara normal karena ketidakseimbangan
hormon. Hal ini dapat menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur
disertai pembentukan kista multipel pada ovarium. Kondisi ini juga dapat
menyebabkan kemandulan.
 Pengobatan Sindrom Polikistik Ovarium
Tidak ada tatalaksana yang diketahui dapat menyembuhkan PCOS, tetapi
tatalaksana berfokus pada meredakan gejala serta menghindarkan pengidap dari
konsekuensi jangka panjang seperti diabetes dan penyakit jantung. Tatalaksana
juga ditujukan pada usaha terjadinya konsepsi.
Seperti yang sudah dijelaskan, kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan
risiko PCOS dan memperburuk PCOS yang sudah terjadi. Maka, perempuan
dengan PCOS sangat dianjurkan untuk olahraga sebagai salah satu metode terapi.
Menurunkan berat badan sebanyak 5-10 persen dapat meringankan gejala dan
membantu siklus menstruasi lebih teratur, serta membantu mengendalikan kadar
gula darah dan ovulasi.
Karena PCOS disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan hormonal, maka terapi
hormon juga dibutuhkan pada pengidap PCOS. Terapi hormon tersebut dilakukan
dengan memberikan obat kontrasepsi, dan biasanya diberikan kepada pengidap
yang tidak berencana untuk hamil. Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan
siklus menstruasi yang normal, serta menangani jerawat dan pertumbuhan
rambut abnormal. Terapi ini juga menurunkan risiko terjadinya kanker
endometrium.
Kemandulan yang disebabkan oleh PCOS dapat ditangani dengan pemberian obat-
obatan yang dapat menstimulasi ovulasi. Jika terapi ini tidak membantu, pilihan
lain adalah injeksi hormon gonadotropin yang juga diharapkan bisa membantu
terjadinya ovulasi.
Opsi lain untuk membantu mengatasi kemandulan adalah operasi yang disebut
ovarian drilling. Operasi tersebut dilakukan dengan penerapan insisi pada perut
dan menggunakan laparoskopi dengan jarum untuk memberikan lubang kecil
pada ovarium yang dapat merubah kadar hormon, sehingga peluang ovulasi lebih
mungkin terjadi. Jika terapi-terapi tersebut belum menunjukan hasil yang sesuai,
maka bisa dengan melakukan fertilisasi in vitro (IVF) di mana sel telur dibuahi
diluar tubuh untuk kemudian dimasukkan lagi ke dalam rahim bisa dilakukan,
sebagai pilihan terakhir.
 Pencegahan Sindrom Polikistik Ovarium
Terjadinya PCOS tidak dapat dicegah karena belum diketahui secara pasti
penyebab utamanya. Sementara pengendalian faktor risiko bisa dilakukan agar
komplikasi PCOS bisa dicegah.
4. Miom
Mioma uteri atau sering disebut miom adalah tumor jinak pada dinding rahim
(uterus) seorang wanita. Tumor jinak ini dapat tumbuh besar hingga
menyebabkan nyeri dan perdarahan hebat pada saat menstruasi.
 Penanganan Miom
Penanganan umumnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Pada
umumnya dokter menyarankan penggunaan obat-obatan dan/atau tindakan
pembedahan. Obat-obatan dan tindakan pembedahan pada kasus mioma uteri
antara lain adalah :

 IUD dengan hormon progestin.


 Asam traneksamat untuk menghentikan perdarahan.
 Embolisasi arteri uterina.
 Operasi laparoskopi.
 Ablasi endometrium.
 Miomektomi

 Pencegahan Miom
Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari mioma uteri adalah sebagai
berikut.
 Menjaga berat badan agar tetap dalam batas ideal.
 Mengurangi konsumsi daging merah dan alkohol.
 Meningkatkan konsumsi sayuran hijau

5. Kanker vagina
Kanker vagina adalah kanker yang tumbuh dan berkembang di vagina. Kanker
vagina primer adalah jenis kanker yang bermula di vagina, bukan di organ lain,
seperti serviks, rahim, atau indung telur. Kanker vagina merupakan kanker yang
jarang terjadi dan sering tidak menimbulkan gejala pada tahap awal.
Vagina adalah saluran yang menghubungkan serviks (leher rahim) dengan bagian
luar tubuh. Vagina juga merupakan jalan keluar bayi saat persalinan normal.
Kanker vagina tahap lanjut biasanya menyebabkan munculnya rasa gatal dan
benjolan pada vagina, nyeri pada panggul, serta rasa sakit ketika buang air kecil.
 Penyebab Kanker Vagina
Penyebab munculnya kanker vagina masih belum diketahui dengan pasti. Kanker
muncul ketika sebagian sel-sel tubuh berubah (bermutasi), lalu tumbuh secara
tidak terkendali, dan menyerang atau merusak sel-sel sehat yang ada di
sekitarnya. Selanjutnya, sel kanker menyebar dan menyerang jaringan tubuh yang
lain (metastasis).
 Jenis-jenis kanker vagina
Kanker vagina dapat dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan jenis sel
tempat kanker bermula, yaitu:
 Karsinoma sel skuamosa, yaitu kanker yang bermula di sel-sel tipis dan
datar yang melapisi permukaan vagina. Karsinoma sel skuamosa
merupakan jenis kanker vagina yang paling sering terjadi.
 Adenokarsinoma, yaitu kanker vagina yang bermula di sel-sel kelenjar
permukaan vagina.
 Melanoma, yaitu kanker yang berkembang pada sel-sel penghasil pigmen
(melanosit) pada vagina.
 Sarkoma vagina, yaitu kanker yang berkembang pada sel-sel jaringan
penghubung atau sel-sel otot pada dinding vagina.
 Faktor risiko kanker vagina
Beberapa faktor yang diduga berisiko memicu sel normal di vagina bermutasi dan
menjadi kanker adalah:
 Berusia lebih dari 60 tahun
 Berganti-ganti pasangan seksual
 Menggunakan hormon estrogen sintetik diethylstilbestrol (DES)
 Melakukan hubungan seksual pada usia dini
 Menderita infeksi HPV (human papilloma virus)
 Menderita infeksi HIV
 Menderita kelainan pre kanker, seperti vaginal intraepithelial neoplasia
(VAIN)
 Memiliki kebiasaan merokok
 Pernah menjalani prosedur pengangkatan rahim (histerektomi)
 Gejala Kanker Vagina
Pada awalnya, kanker vagina tidak menyebabkan gejala atau tanda tertentu.
Namun, seiring berjalannya waktu kanker vagina akan menyebabkan tanda dan
gejala berikut:
 Perdarahan yang tidak normal dari vagina, misalnya saat atau setelah
berhubungan seksual, di luar waktu menstruasi, atau setelah menopause
 Rasa gatal atau benjolan pada vagina yang tidak kunjung hilang
 Keputihan yang encer, berbau, atau mengandung darah
 Sakit saat buang air kecil
 Sembelit
 Sering buang air kecil
 Nyeri pada panggul

 Diagnosis Kanker Vagina


Kanker vagina terkadang ditemukan ketika pasien melakukan pemeriksaan pada
area kewanitaan sebelum timbul gejala atau keluhan apa pun. Untuk
mendiagnosis kanker vagina, awalnya dokter akan menanyakan keluhan atau
gejala yang pernah dirasakan oleh pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada bagian luar dan dalam
vagina pasien untuk melihat adanya kelainan. Pemeriksaan dalam dilakukan
dengan pemeriksaan colok vagina dan pemeriksaan dengan spekulum untuk
membuka saluran vagina.
Setelah melakukan pemeriksaan, dokter dapat meminta pasien untuk menjalani
beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
 Pap smear, untuk mengambil sampel dari vagina
 Kolposkopi, untuk melihat kondisi vagina dan serviks dengan lebih detail
 Biopsi dengan mengambil sampel jaringan yang mengalami kelainan, untuk
memastikan pertumbuhan sel dan jaringan yang abnormal
 Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, MRI, PET scan, sistoskopi dan
proctoscopy (endoskopi rektum), untuk mengetahui keberadaan dan
ukuran kanker, serta seberapa jauh kanker sudah menyebar
Stadium Kanker Vagina
Berdasarkan klasifikasi TNM (tumor, nodul, dan metastasis), kanker vagina dapat
dibagi ke dalam 4 stadium, yaitu:
 Stadium 1
Pada stadium ini, persebaran kanker terbatas hanya pada dinding vagina
 Stadium 2
Pada stadium ini, kanker di dinding vagina sudah menyebar, namun belum
mencapai dinding panggul
 Stadium 3
Pada stadium ini, kanker menyebar ke rongga panggul dan sudah menghalangi
aliran urine sehingga menyebabkan hidronefrosis
 Stadium 4A
Pada stadium ini, kanker sudah menyebar ke organ lain, seperti anus atau
kandung kemih, tapi belum sampai ke kelenjar getah bening di panggul atau
selangkangan
 Stadium 4B
Pada stadium ini, kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh dari
vagina, seperti paru-paru, hati, atau tulang
 Pengobatan Kanker Vagina
Penanganan kanker vagina bertujuan untuk menghilangkan kanker. Namun,
metode penanganan yang dilakukan dapat berbeda bagi setiap penderita,
tergantung pada jenis kanker dan stadium dari kanker vagina.
 Pencegahan Kanker Vagina
 Belum ada cara khusus yang benar-benar dapat mencegah timbulnya
kanker vagina. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mengurangi risiko terkena kanker vagina, yaitu:
a. Tidak merokok
b. Tidak berganti-ganti pasangan seksual
c. Melakukan pemeriksaan kandungan dan pap smear secara rutin
d. Menjalani vaksinasi HPV
e. elakukan hubungan seksual di usia dini
f. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
Penyakit pada system reproduksi pria
Pria juga memiliki sistem reproduksi yang berada di luar dan di dalam
tubuh. Organ reproduksi pria yang terletak di luar tubuh meliputi penis,
skrotum (kantong zakar), dan testis.
Sedangkan organ reproduksi pria yang berada di dalam tubuh adalah
epididimis, saluran vas deferens, saluran kemih, vesikula seminalis (kantung
air mani), kelenjar prostat, dan kelenjar bulbourethral.

1. epididimitis
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis (saluran sperma) yang terletak di
belakang testis. Epididimis merupakan saluran yang menghubungkan antara testis
dan vas deferens. Sedangkan, vas deferens adalah saluran sperma yang langsung
menuju pintu keluar di penis saat pria ejakulasi. Epididimis berfungsi untuk
menyimpan dan membawa sperma.
Epididimitis dapat menyerang pria dari segala kelompok usia, tetapi paling sering
menyerang pria berusia 19 sampai 35 tahun. Orang yang bergonta-ganti pasangan
dan melakukan hubungan intim tidak aman berisiko lebih besar terinfeksi
penyakit menular seksual (PMS). Bakteri penyebab PMS ini juga akan
menyebabkan epididimitis. Beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko
epididimitis adalah:
a. Pembesaran prostat.
b. Infeksi prostat atau infeksi saluran kemih.
c. Pernah menjalani prosedur medis yang memengaruhi saluran urine.
d. Pria yang belum disunat.
e. Letak anatomis saluran kemih yang tidak normal

 Pengobatan Epididimitis
a. Obat antibiotik.
b. Obat pereda nyeri dan istirahat.
c. Pembedahan.
 Pencegahan Epididimitis
Lakukan hubungan intim dengan cara yang sehat dan hindari bergonta-ganti
pasangan.
1. Orchitis
Orchitis (atau-KIE-tis) merupakan keluhan yang terjadi pada salah satu atau kedua
buah zakar (testis). Seseorang yang mengidap orchitis akan mengalami
peradangan pada testisnya akibat infeksi bakteri atau virus. Namun, dalam
beberapa kasus, penyebab orchitis bisa saja tak diketahui dengan pasti. Orchitis
paling sering terjadi karena infeksi bakteri, seperti infeksi menular seksual (IMS).
Dalam beberapa kasus, virus gondok dapat menyebabkan orchitis.
Orchitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Kadang-kadang
penyebab orchitis tidak dapat ditentukan tapi paling sering, orchitis bakterial
dikaitkan dengan atau hasil dari epididimitis. Sedangkan epididimitis bisa
disebabkan oleh infeksi uretra atau kandung kemih yang menyebar ke epididimis.
Sering kali, penyebab infeksi adalah IMS. Penyebab lain infeksi dapat dikaitkan
dengan lahir dengan kelainan pada saluran kemih atau memiliki kateter atau alat
medis yang dimasukkan ke dalam penis. Selain bakteri, virus juga dapat
menyebabkan orchitis. Virus gondok biasanya menyebabkan orbita virus.
Kira-kira hampir sepertiga pria yang mengidap gondongan setelah pubertes,
berisiko mengembangkan orchitis. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar empat
hingga tujuh hari setelah onset gondong.
 Penanganan Orchitis
Perawatan tergantung pada penyebab orchitis. Mengobati orchitis bakterial
dengan antibiotik diperlukan untuk mengobati bakteri orchitis dan epididymo-
orchitis. Antibiotik harus diminum sampai habis, jika gejala berkurang lebih cepat,
untuk memastikan bahwa infeksi hilang.
Mengobati orchitis virus ditujukan untuk meredakan gejala. Mungkin butuh
beberapa minggu agar nyeri menghilang. Beristirahat, menggunakan kantung es
dan meminum obat pereda nyeri dapat membantu meredakan ketidaknyamanan.
 Pencegahan Orchitis
Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencega orchitis, misalnya
imunisasi terhadap gondok, karena merupakan penyebab paling umum dari
infeksi virus. Selain itu, hindari perilaku seks yang tidak aman untuk membantu
melindungi terhadap IMS yang dapat menyebabkan orchitis bakterial.
2. Gangguan prostat
Benign prostatic hyperplasia (BPH)
BPH atau yang biasa dikenal dengan pembesaran prostat jinak terjadi ketika
kelenjar prostat membesar, sehingga saluran kemih akan menyempit. Kondisi ini
dapat menyebabkan otot kandung kemih menebal. Lambat laun, dinding kandung
kemih akan melemah dan mengalami kesulitan untuk mengeluarkan urine dari
kandung kemih.
 Pencegahan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Pembesaran prostat jinak tidak dapat dicegah. Upaya pencegahan yang bisa Anda
lakukan adalah mencegah agar gejalanya tidak semakin memburuk, yaitu dengan
perawatan mandiri seperti yang telah dijelaskan di atas.
3. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah suatu kondisi ketika kelenjar seks tubuh memproduksi
sangat sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan hormon. Kelenjar gonad pada
pria terdapat pada testis, sedangkan pada wanita terdapat pada ovarium (indung
telur). Hormon seks berperan penting dalam perkembangan organ seksual
sekunder, yaitu payudara pada wanita dan testis pada pria, serta rambut pubis
pada keduanya. Hormon seks juga berperan dalam siklus menstruasi dan produksi
sperma.
Dua tipe hipogonadisme, yaitu:
 Hipogonadisme primer
Hipogonadisme primer terjadi akibat masalah pada kelenjar gonad. Kelenjar
tersebut sudah mendapatkan sinyal perintah dari otak untuk memproduksi
hormon seks, tetapi kelenjar tersebut tidak dapat memproduksinya.
 Hipogonadisme sekunder
Hipogonadisme sekunder terjadi akibat masalah pada otak. Kesalahan terdapat
pada hipotalamus dan kelenjar pituitary yang mengendalikan kerja kelenjar
gonad.
 Pencegahan Hipogonadisme
Hipogonadisme akan sulit untuk dicegah jika disebabkan oleh kelainan genetik,
autoimun, tumor, infeksi, dan sebagainya. Di lain sisi, hipogonadisme dapat
dicegah apabila disebabkan oleh obesitas, penurunan berat badan yang cepat,
serta malnutrisi. Caranya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti
diet sehat dan olahraga teratur, agar hormon tubuh tetap stabil.
4. Masalah pada penis
Masalah pada penis sebagai alat vital pada pria dapat mengganggu aktivitas
seksual, sekaligus berisiko mengganggu kesehatan tubuh. Karenanya, menjaga
kesehatan penis sudah menjadi keharusan.
Pria kerap kali merasa segan ketika mengalami gangguan pada penis. Sebenarnya
tidak perlu ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter ketika Anda
mengalami hal tersebut. Sebab, semakin lama didiamkan, gangguan pada penis
dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Beberapa permasalahan umum yang dapat mengganggu kesehatan penis, yaitu:
 Gangguan ereksi
Gangguan ereksi, termasuk tidak mampu ereksi atau ereksi terlalu singkat. Ada
pula ereksi yang tidak disebabkan oleh stimulasi seksual yang menyebabkan rasa
sakit, disebut dengan priapismus.
 Gangguan ejakulasi
Beberapa gangguan ejakulasi yang sering dikeluhkan antara lain adalah ejakulasi
dini, ejakulasi yang terlambat, ejakulasi disertai rasa sakit, hingga
ketidakmampuan untuk ejakulasi sama sekali.

 Infeksi menular seksual


Penis dapat terinfeksi oleh penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia,
sifilis, kutil kelamin, dan herpes genital.
 Masalah dengan kulup
Salah satu kondisi yang kerap terjadi dikenal dengan fimosis, yaitu kulup pada
penis tidak dapat ditarik dari kepala penis. Sebaliknya, ada pula kondisi
parafimosis, yaitu kulup penis yang tidak dapat dikembalikan ke posisi semula
setelah ditarik.
 Peradangan
Ditandai dengan bengkak atau kemerahan, gatal, ruam, rasa sakit atau keluar
cairan berbau dari penis. Radang yang terjadi di bagian kepala penis disebut
dengan balanitis, sedangkan jika terjadi di bagian kepala dan kulup disebut
dengan balanoposthitis.
 Benjolan
Timbulnya plak atau benjolan yang mengeras di dalam batang penis, dikenal
sebagai penyakit Peyronie. Benjolan tersebut awalnya dimulai pada area terbatas
yang kemudian berkembang dan membentuk jaringan parut yang mengeras,
sehingga mengganggu elastisitas penis. Kondisi ini dapat menyerang bagian atas
ataupun bawah penis.
 Kanker
Terjadi ketika sel abnormal pada penis berkembang secara tidak terkendali.
Tumor jinak jenis tertentu pada penis juga dapat berkembang menjadi kanker
ganas.
 Perlu Perawatan yang Tepat
Sebagaimana anggota tubuh lain, penting untuk menjaga kebersihan penis.
Disarankan untuk membilas penis dengan air hangat saat mandi, setiap hari. Bagi
penis yang tidak disunat, tarik kulup penis untuk membersihkan bagian yang
tertutup kulup.
Pilih sabun berbahan ringan dan tanpa pengharum. Hindari penggunaan bedak
atau deodoran karena dapat menyebabkan iritasi. Jangan lupakan bagian bawah
penis dan testis saat Anda membersihkannya. Sebab, keringat yang menempel
ketika penis tertutup pakaian dalam sepanjang hari, dapat menyebabkan bau.
Bersihkan dengan cermat, sekaligus periksa sendiri jika ada benjolan abnormal.
Lakukan pemeriksaan ini minimal satu kali tiap bulan.
Menjaga kondisi kesehatan penis juga terkait dengan perilaku seksual. Melakukan
hubungan seksual secara teratur penting untuk menjaga fungsi ereksi pada pria.
Gunakan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual atau lakukan
hubungan seksual secara monogami. Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu
mungkin dapat memengaruhi kondisi penis dan fungsinya. Jika mengalami efek
samping, konsultasikan dengan dokter.

Yang tidak kalah penting, upaya lain untuk menjaga kondisi kesehatan penis
adalah menghindari merokok, membatasi asupan minuman beralkohol, serta rajin
beraktivitas fisik atau berolahraga secara teratur.

B. Upaya penanggulangan
Upaya Penaggulangan Penyakit Sistem Reproduksi Manusia. Selain untuk
kesehatan, hal ini dilakukan sebagai salah satu cara kita mengagungkan ciptaan
Tuhan. Penyakit pada sistem reproduksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
 Faktor pertama adalah kurang menjaga kebersihan organ reproduksi.
Apabila kebersihan organ reproduksi kurang dijaga, akan dapat terjangkit oleh
penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri ataupun parasit. Nah, berikut ini
ada beberapa upaya untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang disebabkan
oleh infeksi jamur, bakteri ataupun parasit.
 Menggunakan celana dalam yang berbahan katun dan bertesktur lembut.
Hindari bahan yang bersifat panas, kurang menyerap keringat dan
berbahan ketat (misalnya jeans).
 Biasakan membilas dengan bersih organ reproduksi setiap selesai buang air
kecil maupun buang air besar. Selanjutnya, keringkan sisa air yang masih
menempel di kulit dengan menggunakan tissue atau handuk hingga benar-
benar kering. Ini akan dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi oleh
jamur pada bagian organ reproduksi.
 Mengganti celana dalam minimal 2 – 3 kali sehari.
 Memotong rambut yang ada di daerah organ reproduksi apabila sudah
panjang, karena apabila terlalu panjang akan menjadi sarang kuman.
 Bagi kamu yang perempuan, apabila sedang mengalami menstruasi,
gantilah pembalut sesering mungkin. Pada saat aliran darah banyak, kamu
dapat menggantinya minimal 5-6 jam sekali. Darah yang tertampung pada
pembalut bisa menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi.
 Bagi kamu yang perempuan, hindari menggunakan sabun pembersih
daerah kewanitaan dan patyliner secara terus menerus. Penggunaan sabun
pembersih daerah kewanitaan akan mengubah pH vagina dan akan
membunuh bakteri baik (flora normal) dalam vagina, yang selanjutnya akan
memicu tumbuhnya jamur.
 Upaya Pencegahan Penyakit Sistem Reproduksi Manusia rajin berolahraga
dan banyak mengkonsumsi buah dan sayur. Selain bermanfaat bagi
kesehatan, juga dapat mencegah terjadinya infeksi organ reproduksi oleh
jamur.
 Faktor selanjutnya adalah perilaku seks bebas dan penggunaan narkoba.
Walaupun ada juga yang disebabkan oleh transfusi darah yang sudah terinfeksi
penyakit atau melalui proses kehamilan dan kelahiran.
Agar kamu dapat mencegah terjadinya penyakit pada sistem reproduksi yang
disebabkan oleh faktor tersebut, kamu harus dapat menjaga pergaulan dan
memilih gaya hidup yang sehat agar tidak terjebak pada seks bebas. Selain itu,
gunakan internet secara arif dan bijaksana,dengan tidak mengakses situs-situs
yang menyediakan gambar atau film porno, yang secara pelan tapi pasti akan
mendorong kamu pada kehidupan seks bebas yang sangat rentan dengan
penularan penyakit seksual.
Hal lain yang dapat kamu lakukan adalah menjauhkan diri dari pergaulan dengan
narkoba, karena ini merupakan cara lainnya yang dapat menjadikan kamu
penderita penyakit seksual. Gunakan waktu luangmu untuk menyalurkan hobi
atau kegiatan yang positif sehingga kamu dapat lebih berprestasi dan terhindar
dari pergaulan yang tidak sehat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya secara
internal (di dalam tubuh), oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi yang
mendukung fungsi tersebut. Alat-alat reproduksi tersebut dibagi menjadi alat
reproduksi bagian dalam dan alat reproduksi bagian luar yang masing-masing alat
reproduksi tersebut telah disebutkan dan dijelaskan dalam makalah ini.
Untuk itu memiliki kelainan atau gangguan pada salah satu system Reproduksi
dapat berakibat buruk pada kelangsungan hidup dan keturunan kita.
Selain itu dalam makalah ini juga membahas sedikit tentang proses terjadinya
dan penyebab kelainan dan gangguan system Reproduksi
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.halodoc.com/kesehatan/endometriosis
 http://www.alodokter.com/ketahui-penyakit-pada-sistem-reproduksi-pria-
dan-wanita
 https://www.halodoc.com/kesehatan/radang-panggul
 https://www.halodoc.com/kesehatan/sindrom-polikistik-ovarium
 https://www.halodoc.com/kesehatan/miom
 https://www.alodokter.com/kanker-vagina
 https://www.halodoc.com/kesehatan/epididimitis
 https://www.halodoc.com/kesehatan/orchitis
 https://www.alodokter.com/bph-benign-prostatic-hyperplasia
 https://www.halodoc.com/kesehatan/hipogonadisme
 https://www.alodokter.com/apa-saja-yang-dapat-mengancam-kesehatan-
penis
 https://gds2020.com/upaya-pencegahan-penyakit-sistem-reproduksi-
manusia/

Anda mungkin juga menyukai