Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Pratiwi

Kelas : XII Geomatika 1

Gelar Sarjana Untuk Bapak dan Ibu


Aku terbangun di pagi itu dengan penuh kedamaian. Ku dengar kicau burung dan mentari
menambah hangatan sambutan pagi. Aku Wulan, umurku 17 tahun waktu itu. Dari kecil aku
tinggal bersama orang tua angkat ku karena orang tua sudah bercerai dan mereka hidup masing-
masing tanpa memikirkan adanya aku. Sakit hati memang sudah dirasakan karena belum pernah
merasakan kasih sayang kedua orang tua asliku. Tetapi aku sangat beruntung punya kedua orang
tua angkat yang sangat sayang kepadaku.

Hari – hari aku lewati dengan belajar di sekolah. Aku punya semangat tinggi untuk meraih nilai
tertinggi dan meraih prestasi karena aku punya tujuan ingin melanjutkan kuliah ke Universitas
Gadjah Mada untuk menjadi seorang arsitek.

Sepulang sekolah hal mengejutkan terjadi kepadaku. Ibuku tidak ada di rumah, tetanggaku bilang
beliau di bawa ke rumah sakit. Aku tertegun menganga tidak percaya.

Beribu pertanyaan muncul di pikiranku. Tanpa berfikir panjang, aku langsung meluncur ke
rumah sakit tempat Ibu dilarikan. Setelah lama menunggu hasil pemeriksaan, ternyata dokter
memvonis Ibuku terkena penyakit kanker payudara stadium 1. Dan kata dokter masih ada
harapan Ibu untuk sembuh.
“ Ya Allah, kenapa jadi seperti ini? Sejak kapan Ibu mengidap penyakit ini?” gumamku. Tak
terasa air mata mengalir di pipi, jantungku seakan berhenti berdetak.

Mulai hari itu, aku memutuskan untuk mandiri, menyiapkan segala sesuatu dengan tanganku
sendiri. Perekonomian keluargaku pun mulai tidak stabil karena di pakai untuk biaya rumah sakit
Ibu. Bapaku banting tulang mencari kerja siang dan malam karena untuk membiayai rumah sakit
Ibu dan juga kuliahku nanti. Aku melihat semua itu sangat sedih dan aku mulai berfikir untuk
mencari cara mengurangi beban bapaku. Di samping itu aku mencari beasiswa untuk kuliahku
dan membantu ayahku untuk mencari uang dengan berjualan makanan ke teman – teman di
sekolahku.

Waktu terus berlalu, tanpa terasa aku sudah sampai di “ Penghujung Putih Abu – abu”, hari itu
aku akan menerima kelulusan. Alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang memuaskan.

Sepulang sekolah aku langsung ke rumah sakit memberi tahukan kepada Ibu yang sedang di
rawat mengenai kelulusanku ini.
“ Ibu, Wulan lulus, hasilnya juga memuaskan. Nilai Wulan paling besar di sekolah,” aku bicara
ke ibu seketika tidak percaya.
“ Alhamdulillah ya nak. Ibu seneng dengernya,” Ibu merespon. Raut kegembiraan terpancar
dengan sangat jelas di wajah Ibu, seakan- akan beliau lupa akan penyakit yang diidapnya.

Sekarang targetku tinggal 1 lagi, yaitu menunggu hasil pengumuman penerimaan beasiswa di
Universitas Gadjah Mada.

Akhirnya hari itu datang juga. Dari pagi aku sudah siap menunggu hasil penerimaan beasiswa
karena aku sangat bergantung pada beasiswa ini untuk masa depanku nanti. Selam menunggu
ritme detak jantungku tidak karuan, rasanya jantungku hampir lepas. Ku buka situs beasiswa
tersebut, betapa terkejutnya aku ketika namaku di urutan kedua, Wulan Pratiwi di daftar siswa
penerimaan beasiswa Universitas Gadjah Mada.

Tanpa memikirkan hal panjang aku langsung memberitahukan kabar baik ini kepada Ibu dan
Bapak.

“ Ibu, Bapak, Wulan berhasil! Wulan masuk ke Universitas Gadjah Mada dengan beasiswa full
yang Wulan harapkan, Wulan seneng karena bisa kuliah tanpa menyusahkan Ibu dan Bapak”
seruku sambil senyum sumringah.

“ Alhamdulillah, nak. Bapak ga nyangka semoga kelak kamu juga bisa jadi yang terbaik di sana
dan berprestasi disana. Bapa doakan semoga gelar sarjana teknik itu bisa kamu hadiahkan untuk
Bapak dan Ibu ya nak,” ujar bapa dengan nada pelan.

“ Ibu ga nyangka nak, kamu juga ga cerita ke Ibu sama sekali mengenai beasiswa ini. Ibu cuman
berharap semoga yang terbaik untuk kamu,” Sahut Ibu sambil menangis bahagia mendengar
berita itu.

Berkat usaha, jerih payah dan doa keluagaku. Akhirnya aku bisa berkuliah di Universitas Gadjah
Mada dan memberikan hadiah gelar sarjana teknik (S.T) sebagai seorang arsitek kepada kedua
orang tuaku. Sekarang aku menjadi arsitek muda sukses. Orang tua ku sangat bangga kepadaku.

Puji tuhan, sekarang Ibu sudah sembuh dari penyakitnya. Aku percaya bahwa tidak selamanya
tuhan mengasih kita penderitaan, tetapi kita juga harus belajar bersabar dan bersyukur terhadap
pemberian tuhan. Karena tuhan tahu kalo niat dan usaha kita benar maka segala sesuatu akan
mudah bagi kita. Dan dibalik semua itu, tuhan menguji kita seberapa besar upaya kita
menghadapi ujian tersebut, dan kelak akan diberikan sebuah timbal balik yang setara dengan
upaya kita.

Anda mungkin juga menyukai