Anda di halaman 1dari 11

Tauhid secara bahasa memiliki mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa sesuatu itu satu.

Secara
istilah, tauhid berarti meyakini hanya ada satu Tuhan yang patut disembah, yaitu Allah swt. Dia lah
pencipta manusia dan alam semesta. Semua makhluk, termasuk manusia berasal dari Allah swt dan akan
kembali kepada-Nya. Itulah sebabnya, syahadat (testimoni Islam) berbunyi: asyhadu an la ilaha illa allah,
wa asyhadu anna Muhammad rasulullah (tidak ada tuhan selain Allah swt, dan Muhammad adalah rasul-
Nya).

Dengan syahadat tersebut umat Islam berkomitmen hanya menuhankan Allah swt dan meyakini
Muhammad saw sebagai rasul-Nya. Umat Islam berkomitmen tidak menuhankan tuhan-tuhan lain
berupa manusia (penguasa, pengusaha, pemimpin agama dan seterusnya), atau berupa kekuasaan,
harta, ideologi, kemampuan akal, partai politik, organisasi, suku, dan sebagainya. Dengan ungkapan lain,
tauhid adalah penghambaan diri hanya kepada Allah swt dengan menaati segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa pasrah, cinta, harap dan takut hanya kepada-Nya.

Aqidah tauhid adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan kepada manusia bagaimana berketuhanan
yang benar dan selanjutnya menuntun manusia bagaimana berkemanusiaan yang benar. Dalam
kehidupan sehari-hari, tauhid menjadi pedoman utama yang membimbing dan mengarahkan manusia
untuk bertindak benar, baik dalam hubungannya dengan Allah swt, dengan sesama manusia, maupun
dengan alam semesta. Bertauhid yang benar akan mengantarkan manusia kepada kehidupan damai dan
bahagia, di dunia dan di akhirat.

Tauhid bukan sekadar doktrin keagamaan yang statis. Ia adalah energi aktif yang membuat manusia
mampu menempatkan Tuhan sebagai Tuhan dan memosisikan manusia sebagai manusia. Penjiwaan
terhadap makna tauhid tidak saja membawa kemaslahatan dan keselamatan individual, melainkan juga
melahirkan tatanan masyarakat yang bermoral, santun, manusiawi, bebas dari diskriminasi,
ketidakadilan, dan kezaliman. Itulah tauhid yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Rasulullah Muhammad
saw..

Setiap Muslimah dan Muslim wajib mengamalkan nilai-nilai tauhid sebagai konsekuensi logis dari
keislaman mereka. Dengan mengamalkan nilai-nilai tauhid, maka manusia terdorong untuk menegakkan
nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kebebasan. Jadi, kalau kita mengaku beragama Islam, kewajiban kita
adalah mengamalkan dan mendakwahkan secara bijak ketiga nilai tersebut yang merupakan nilai-nilai
kemanusiaan universal.
Nilai-nilai keadilan mendorong kita untuk menegakkan kejujuran, kebenaran dan keikhlasan terhadap
sesama manusia. Selanjutnya, nilai-nilai kesetaraan menggugah kita untuk menegakkan rasa
persaudaraan, cinta-kasih, gotong royong, solidaritas dan sikap saling memberi dan melindungi. Adapun
nilai-nilai kebebasan mendorong kita menegakkan toleransi, sikap menghargai dan menghormati
sesama sebagai makhluk ciptaan Allah swt dan meyakini hanya Allah swt berhak menghakimi hamba-
Nya.

Tauhid adalah sumber prinsip keadilan. Salah satu sifat utama Allah swt adalah Maha Adil. Sebagai
hamba, kita yakin Tuhan akan selalu berlaku adil kepada semua hamba-Nya, tanpa kecuali sediki pun.
Karena Tuhan Maha Adil, manusia diwajibkan mengikuti sipat-sipat Tuhan yang baik (asma’ul husna).
Manusia wajib memperjuangkan keadilan, keadilan untuk semua manusia, khususnya mereka yang
berada dalam kondisi lemah, teraniaya dan marjinal.

Jika manusia melanggar hukum, dia tidak boleh dianiaya dengan cara semena-mena, tetapi diserahkan
kepada yang berwenang untuk diadili sesuai hukum yang berlaku. Itulah pentingnya membangun
institusi peradilan yang adil agar semua manusia mendapatkan rasa keadilan.

Memahami tauhid dengan benar akan mengantarkan kita kepada prinsip kesetaraan manusia. Tauhid
dengan tegas mengajarkan, hanya ada satu Tuhan, yakni Allah swt, selain Dia semuanya hanyalah
makhluk. Berarti semua manusia adalah setara, yaitu setara sebagai makhluk Tuhan. Prinsip kesetaraan
manusia tidak menghendaki adanya pembedaan dan diskriminasi terhadap manusia apa pun alasannya.
Semua manusia harus dihormati karena martabat kemanusiaannya.

Keyakinan tauhid meniscayakan kesetaraan semua manusia di hadapan Allah swt, baik sebagai hamba
(abdu) maupun sebagai pemimpin (khalîfah). Manusia, apa pun identitasnya, mengemban tugas
ketauhidan yang sama, yakni menyembah hanya kepada Allah swt sebagaimana firman-Nya:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬


ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Al-
Dzâriyât [51]: 56)
Memahami tauhid dengan benar akan mengantarkan kita kepada prinsip kebebasan. Kebebasan yang
disertai kesadaran untuk bertanggungjawab. Semua manusia diberi kebebasan untuk memilih sesuai
dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Manusia bebas memilih untuk beragama dan tidak
beragama, menjadi beriman atau tidak beriman, manusia bebas memilih untuk melaksanakan amal
saleh atau tidak. Namun, manusia yang bijak pasti memilih untuk beragama, sebab dengan beragama
manusia mendapatkan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Karena itu, tidak boleh ada
pemaksaan dalam bentuk apa pun terhadap sesama manusia terkait agama dan kepercayaannya.
Sebagai manusia, tugas kita hanyalah berdakwah, menyampaikan dan mengingatkan ajaran agama
dengan cara-cara damai dan santun, bukan memaksa.

Kebebasan manusia untuk memilih mendapatkan apresiasi dari Allah swt Sang Pencipta. Jika manusia
secara bebas memilih untuk mengerjakan kebaikan dan amal shaleh akan mendapatkan pahala, bahkan
pahala berlipat ganda. Sebaliknya, jika manusia dengan kebebasannya memilih berbuat dosa,
mengerjakan keburukan dan kejahatan akan dibalas dengan siksaan, bahkan azab yang sangat pedih.
Jadi, setiap manusia memiliki kebebasan, namun kebebasan tersebut bukanlah kebebasan mutlak,
melainkan kebebasan yang dipertanggungjawabkan. Setiap pilihan bebas manusia akan dimintai
pertanggungan-jawab di akhirat kelak.

Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi. Arti secara
harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan memberikan pengakuan.

Syahadat merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia. Sempurna dan tidaknya amal
seseorang tergantung apa tauhidnya. Orang yang beramal tetapi tauhidnya tidak sempurna, misalnya
karena dicampuri Riya’, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya,
bukan mendapatkan kebahagiaan. Seluruh amal harus dilakukan ikhlas karena allah, baik itu berupa
sholat, zakat, sodaqoh, puasa, haji, dan lainnya.

Terkadang kita sebagai orang islam tidak menyadari tingkah laku atau perbuatan yang dapat
mengeluarkan kita dari agama islam atau dengan kata lain merusak syahadat yang telah diucapkan
dengan lisan dan diyakini dalam hati.

Adapun kedudukan syahadat dalam pandangan Islam sebagaimana dalam hadits yang riwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim

‫ك لَه َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ وَأ َّن‬ ٰ


ِ ‫ال قَ َل َرسُوْ ُل هللا صلى هللا عليه وسلم َم ْن َش ِه َد َأ ْن اَل ِإلهَ ِإاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل ش‬
َ ‫َر ْي‬ َ َ‫صا ِمت ق‬
َ ‫ع َْن ُعبَادَة بن ال‬
ْ
‫ق أد َخلهُ هللا الجنة على ما كان من ال َع َم ِل‬ َ ْ َ َّ َ
ٌّ ‫ِع ْي َسى عبد هللا ورسوله وكلمته القاهَا إلى مريم وال َجنة َح‬
Ubadah bin Shamit r.a. menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak
ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad hamba Allah, Rasul-
Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya serta (bersyahadat
pula bahwa) surga adalah berar adanya, maka Allah pasti memasukannya ke dalam surga betapapun
amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sa’id Hawwa dalam bukunya Al-Islam, banyak orang yang keliru mengira, bahwa kalau sudah
mengucapkan dua kalimah syahadat atau sudah memiliki nama yang Islami, maka tidak ada satupun
sikap atau perbuatan yang bisa membatalkan keislaman atau membatalkan dua kalimah syahadahnya

Pengakuan ketauhidan.

Seorang muslim hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan tiada tuhan yang lain selain
Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang.
Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya
Allah sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

Pengakuan kerasulan.

Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allah yang
disampaikan melalui seorang 'Rasul Allah,' Muhammad.

Makna Laa Ilaaha Illallah

Sunting

Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna penolakan dan bantahan
terhadap segala bentuk sesembahan (baik dewa maupun ilah) selain Allah, dan makna penegasan
bahwa gelar Tuhan, Ilah, Dewa atau sesembahan hanyalah milik Allah.[7]

Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan
daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun menyatakan: "Barang siapa yang
mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga."[8][9]
Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat
tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang karenanya Allah
menciptakan alam.[10]

Rasulullah (Muhammad) tinggal selama 13 tahun di Makkah mengajak orang-orang dengan perkataan
dia "Katakan Laa Ilaaha Illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang
satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orang Suku Quraisy pada
zaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan
menyeru/berdoa kepada selain Allah.[butuh rujukan]

Kandungan syahadat

Sunting

Ikrar

Ikrar adalah pernyataan seorang muslim mengenai keyakinannya. Ketika seseorang mengucapkan
kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang ia
ikrarkan.

Sumpah

Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima akibat dan
risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Seorang muslim harus siap dan bertanggung
jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.

Janji

Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berserah kepada Allah
dan berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah
beserta segala pesan yang disampaikan oleh Allah melalui pengutusan Muhammad.

Persaksian

Syahadat juga bermakna penyaksian. Artinya, bahwa setiap muslim menjadi saksi atas pernyataan ikrar,
sumpah dan janji yang dinyatakannya. Dalam hal ini adalah kesaksiannya terhadap keesaan Allah dan
terhadap kerasulan Nabi Muhammad
Berikut adalah hal-hal yang merusak syahadat yang berarti merusak keimanan :

1. Syirik

Siapapun yang menyekutukan Allah atau menyamakan Allah dengan yang lain, maka syahadat-nya batal.

Sebuah Firman Allah SWT dalam surat Azzumar ayat 65-66 :

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika
engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah engkau termasuk
orang-orang yang rugi. Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah, dan hendaklah engkau
termasuk orang yang bersyukur”.

Beberapa perbuatan Syirik adalah :

Ruqyah/Jampi-jampi yang bertentangan dengan Alquran dan Sunnah

Menggunakan dan minta bantuan Jin. Karena jin dan setan memberikan bantuan kepada manusia pasti
ada imbalan-nya. Dan hal tersebut sering menjurus kepada syirik.

Meramal. Contohnya adalah meramal garis tangan, meramal jodoh, meramal tentang kenaikan jabatan
dll.

Percaya kepada dukun.

Mengambil berkah dari kuburan-kuburan. Melakukan ziarah kubur bukan untuk mengingat kematian
namun memohon bantuan bukan kepada Allah SWT.

Minta tolong kepada orang mati.

Sumpah dengan selain Allah.

2. Beribadah selain kepada Allah SWT

Siapapun yang beribadah selain Allah, beribadah kepada berhala, beribadah kepada manusia maka
syahadatnya batal

Surat Az Zariyat ayat 56 :

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku

Dimana beribadah bukan hanya dalam bentuk sholat saja namun dengan mengikuti dan menjauhi
larangan adalah bentuk sebuah ibadah.
3. Berhukum selain kepada Allah SWT

Dalam menjalani kehidupan pasti akan muncul permasalahan-permasalahan dimana untuk


menyelesaikan-nya harus ada yg menghukumi. Bagaimana pengaturan tentang warisan, hukum
berpolitik. Maka hendaklah kita harus senantiasa berhukum kepada Allah SWT.

Surat An Nisa’ ayat 59 :

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri
(pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalilah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan Hari
Kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

4. Memberikan hak memerintah dan melarang kepada selain Allah SWT

Adanya perintah dan larangan adalah mutlak hak Allah SWT. Ketika hak tersebut diambil alih oleh
seseorang maka batatlah syhadatnya tersebut. Seorang Rasul/Nabi memerintahkan dan melarang
adalah atas perintah Allah SWT. Oleh karena itu dalam kehidupan kita larangan dan perintah jangan
sampai bertentangan dengan aturan Allah SWT.

5. Taat kepada selain Allah SWT dengan tanpa mendapatkan ijin dari Allah SWT

Bentuk ketaatan manusia dapat berupa taat kepada orang tua, taat kepada suami, taat kepada
pemimpinnya, atau taat kepada guru. Namun ketika ketaatan itu tidak mendapat ijin dari Allah maka
ketaatan tersebut tidak diperbolehkan.

Arti dan Pengertian Rukun Iman

Arti rukun iman menurut bahasa adalah pilar-pilar yang menyangga iman seorang muslim. Dengan
meyakini rukun-rukun tersebut, maka tegaklah iman seorang muslim. Beberapa ulama menyimpulkan
rukun iman berjumlah enam rukun, seperti dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
rukun iman disebutkan sebagai berikut:

‫فأخبرني عن اإليمان قال أن تؤمن باهلل ومالئكته وكتبه ورسله واليوم اآلخر وتؤمن بالقدر خيره وشره‬

Artinya:
“Maka kabarkan padaku tentang iman, Rasulullah bersabda: Iman adalah bahwa kamu beriman kepada
Allah dan malaikatNya, segala kitabNya, dan RasulNya dan hari akhirat serta kamu beriman dengan
qadar baik dan buruk.”

(H.R. Imam Muslim)

Sebagai umat muslim, wajib mengetahuinya yang terdiri dari enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman
kepada Malaikat, iman kepada Kitab Allah SWT, iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari Kiamat,
terakhir iman kepada Qada dan Qadar.

Berikut ini rangkuman tentang pengertian enam rukun iman dalam Islam lengkap beserta maknanya:

1. Iman Kepada Allah SWT

Iman kepada Allah merupakan rukun iman pertama dan paling utama dalam Islam. Umat muslim
haruslah terlebih dahulu mengenal bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Menurut Syaikh Muhammad bin
Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, untuk mengimani tersebut bisa terwujud dalam empat perkara
berikut:

Iman Terhadap Keberadaan (wujud) Allah subhanahu wa ta’ala

Iman bahwa Allah adalah Tuhan yang Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya

Beriman dengan Uluhiyyah Allah subhanahu wa ta’ala

Beriman dengan Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala

2. Iman Kepada Malaikat

Yang kedua adalah beriman kepada malaikat-malaikat utusan Allah SWT. Makna dari beriman kepada
para malaikat adalah untuk mengimani atau meyakini bahwa Allah SWT telah menciptakan para
malaikat dalam keadaan berikut:

Malaikat bukanlah laki-laki ataupun perempuan


Tidak makan dan minum

Malaikat tidak tidur

Tidak menikah dan tidak memiliki nafsu

Malaikat adalah makhluk yang mulia

Jumlah malaikat Allah tidak terhitung banyaknya. Namun, ada 10 malaikat yang wajib diketahui oleh
seorang muslim, yaitu malaikat Jibril (menyampaikan wahyu), mikail (menyampaikan rezeki), Israfil
(peniup sangkakala), Izrail (pencabut nyawa), Munkar Nakir (penanya ruh di alam barzah), Raqib Atid
(pencatat amal manusia), Malik (penjaga pintu neraka) dan Ridwan (penjaga pintu surga).

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

iman-kepada-kitab-Allah-quran

Yang ketiga adalah percaya kepada kitab-kitab-Nya. Beriman di sini bermakna meyakini dan percaya
bahwa Allah telah menurunkan wahyu (kitab suci) melalui malaikat Jibril kepada para rasul untuk
disampaikan kepada umat yang berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi hamba-hamba-Nya.

Jumlah kitab yang Allah SWT telah turunkan berjumlah empat kitab. Keempat kitab tersebut adalah Al
Quran (diturunkan untuk Nabi Muhammad SAW), Injil (diturunkan untuk Nabi Isa), Taurat (diturunkan
untuk Nabi Musa) dan Zabur (diturunkan untuk Nabi Daud).

4. Iman Kepada Nabi dan Rasul-Nya

Yang keempat adalah Iman kepada nabi dan Rasul Allah SWT. Artinya setiap muslim meyakini bahwa
para nabi dan rasul adalah utusan Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya. Adapun perbedaan nabi dan
rasul adalah seorang nabi belum tentu rasul sementara seorang rasul sudah pasti seorang nabi.

Jumlah keseluruhan nabi menurut satu riwayat adalah 124.000 Nabi. Sementara para Rasul keseluruhan
berjumlah 313 orang. Dari sekian banyak Nabi dan Rasul Allah SWT, yang wajib kita ketahui hanya 25
saja. Berikut daftar ke-25 Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui tersebut:
Adam as, Idris as, Nuh as, Hud as, Shaleh as, Ibrahim as, Luth as, Ismail as, Ishak as, Ya`qub as, Yusuf as,
Ayub as, Syu`ib as, Musa as, Harun as, Zulkifli as, Daud as, Sulaiman as, Ilyas as, Ilyasa` as, Yunus as,
Zakaria as, Yahya as, Isa as, Muhammad SAW.

5. Iman Kepada Hari Kiamat

iman-kepada-hari-kiamat

Suatu saat nanti, seluruh alam semesta akan hancur dan tergantikan dengan kehidupan yang kekal
(akhirat). Meyakini hal tersebut merupakan iman terhadap hari kiamat. Peristiwa hari kiamat akan
membinasakan seluruh semesta berserta isinya. Peristiwa tersebut terjadi dalam dua fase, yakni kiamat
sugro (kecil) dan kiamat kubro (besar).

Kiamat sugro adalah terjadinya kejadian hancurnya jagat raya dengan skala yang kecil. Misalnya adalah
bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, banjir sebagainya

Kiamat kubro adalah kiamat yang sesungguhnya, yaitu proses hancurnya alam semesta beserta seluruh
penghuninya. Kiamat kubro ini merupakan salah satu tanda dimulainya kehidupan akhirat. Dengan
demikian, manusia akan mulai ditimbang dan dipertanggungjawabkan segala amalnya di dunia. Tanda-
tanda hari kiamat kubro ini adalah munculnya Dajjal, turunnya Yakjuj dan Makjuj, terbitnya matahari
dari barat dan lain-lain.

Berikut adalah beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menandakan dahsyatnya peristiwa kiamat:

Bumi digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang dikandungnya (QS. Al- Zalzalah : 1 –
5)

Matahari di gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al- Infithor : 1 – 3)

Gunung-gunung kemudian pecah berterbangan menjadi pasir (QS. Al- Haqqah : 14)
Manusia tidak dapat menolong manusia lainnya, bahkan seorang ayah terhadap anaknya sendiri. (QS.
Lukman : 33)

6. Iman Kepada Qadha dan Qodhar

Rukun iman yang terakhir adalah beriman kepada qadha dan qodhar. Sebagai seorang mukmin, kita
harus mengakui dan meyakini bahwa setiap hal yang terjadi di dunia ini atas izin Allah. Kita harus
menerima dengan lapang dada semua ketentuan-Nya, baik yang bagi kita baik ataupun kurang baik.

Namun, Allah lah yang tahu, mana yang terbaik untuk kita. Oleh karena itu, kita harus tetap berbaik
sangka pada-Nya dan tetap melakukan yang terbaik sebagaimana yang Allah perintahkan untuk kita
semua.

Qadha maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa
penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya adalah
sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Dengan demikian qodar ada lebih dulu kemudian
disusul dengan qadha.

Demikian adalah keenam rukun iman dalam Islam. Semoga dengan mempelajari dan terus memaknai
keenam perkara tersebut, umat Islam senantiasa berada dalam naungan iman hingga kelak Allah panggil
kembali di sisi-Nya.

Anda mungkin juga menyukai