Anda di halaman 1dari 9

Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No.

1, Oktober 2019

KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH

Sunardi*, Piter Joko Nugroho, Setiawan


Universitas Palangka Raya
*E-mail: Sunardi240695@gmail.com

Abstrak: Penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan
tentang Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah di SMPN 2 Palangka Raya, dilihat dari: (1)
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada aspek guru
dan siswa, (2) Dukungan stakeholder terhadap upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran, dan (3) Faktor pendukung dan kendala dalam implementasi kepemimpinan
instruksional. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, observasi
partisipan, dan studi dokumentasi. Penetapan sumber data dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pola interaktif Miles dan Huberman (1994).
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan derajat kepercayaan (credibility)
melalui teknik triangulasi baik sumber maupun metode. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1)
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada aspek guru
dilakukan dengan melaksanakan workshop peningkatan kualitas pembelajaran, support guru untuk
mengikuti kegiatan MGMP, supervisi akademik rutin kepada para guru; sedangkan pada aspek siswa
dilakukan melalui pelaksanaan jam pelajaran tambahan dan kegiatan les privat, (2) Dukungan
stakeholder terhadap upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
kerjasama sinergis dengan pihak LPMP Provinsi Kalimantan Tengah, BSNP, Pengawas sekolah dan
Komite sekolah, dan (3) Faktor pendukung dalam mengimplementasi kepemimpinan instruksional
meliputi: tersedianya sarana para sarana penunjang proses pembelajaran, kinerja tenaga pendidik
(guru) yang optimal, dan dukungan orang tua murid; Faktor kendala meliputi belum efektifnya
pengelolaan sarana dan prasarana pembelajaran.

Kata Kunci: Kepemimpinan Instruksional, Kepala Sekolah, SMPN 2 Palangka Raya.

Abstract: This qualitative research with case study design aims to describe the Instructional
Leadership of School Principals at SMPN 2 Palangka Raya, seen from: (1) Efforts made by principals
in improving the quality of learning in aspects of teachers and students, (2) Stakeholder support for
the efforts of principals schools in improving the quality of learning, and (3) Supporting factors and
obstacles in the implementation of instructional leadership. Data collection is done by in-depth
interviews, participant observation, and study documentation. Determination of data sources is done
by using purposive sampling technique. Data analysis was performed using the interactive patterns
of Miles and Huberman (1994). Checking the validity of the data is done by using a degree of
credibility through both source and method triangulation techniques. The results showed that: (1)
Efforts made by school principals in improving the quality of learning in the aspects of teachers were
carried out by conducting workshops to improve the quality of learning, support teachers to take part
in MGMP activities, routine academic supervision to teachers; while in the aspect of students is done
through the implementation of additional learning hours and private tutoring activities, (2)
Stakeholder support for the efforts of school principals in improving the quality of learning through
synergic collaboration with the Central Kalimantan Province LPMP, BSNP, School Supervisors and
School Committees, and (3) Supporting factors in implementing instructional leadership include: the
availability of facilities to support the learning process, optimal performance of teaching staff
(teacher), and support from parents of students; Constraint factors include ineffective management
of learning facilities and infrastructure.

Keywords: Instructional Leadership, Principals, SMPN 2 Palangka Raya.

PENDAHULUAN mewujudkan negara maju. Tentu saja


Kemajuan suatu negara ditopang pendidikan yang dimaksud adalah
dari berbagai macam aspek, antara lain pendidikan yang bermutu. Pendidikan
ekonomi, politik, keamanan, dan yang bermutu harus ditunjang dari
pendidikan. Pendidikan menjadi salah berbagai aspek. Mulai dari kebijakan yang
satu penopang yang strategis untuk ditetapkan oleh pemerintah, pengelolaan

20
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

pendidikan, sumber daya manusia, hingga yang tinggi. Bersifat kompleks karena
sumber dana pendidikan (Juni, 2012). sekolah sebagai organisasi di dalamnya
Pendidikan yang bermutu dapat terdapat berbagai dimensi yang satu sama
menghasilkan sumber daya manusia yang lain saling berkaitan dan saling
berkualitas dan produktif. Hal inilah yang menentukan. Sifat unik, menunjukkan
mendorong suatu negara menjadi negara bahwa sekolah sebagai organisasi
yang maju dan pesat dalam perkembangan memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak
ilmu pengetahuan serta teknologi. dimiliki oleh organisasi-organisasi lain.
Kenyataan ini sejalan dengan tujuan Ciri-ciri yang menempatkan sekolah
Negara Indonesia. Menurut Undang- memiliki karakter tersendiri, di mana
Undang Dasar Negara Republik Indonesia terjadi proses belajar mengajar, tempat
Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) terselenggaranya pembudayaan
menyebutkan bahwa setiap warga negara kehidupan manusia.
berhak mendapat pendidikan. Sedangkan Sekolah sebagai lembaga
ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah pendidikan formal merupakan satuan
mengusahakan dan menyelenggarakan pendidikan yang dirancang sedemikian
satu sistem pendidikan nasional yang rupa untuk mampu membentuk manusia
meningkatkan keimanan dan ketakwaan yang berkepribadian dalam
serta akhlak mulia dalam rangka mengembangkan intelektual peserta didik
mencerdaskan kehidupan bangsa yang dalam rangka mencerdaskan kehidupan
diatur dalam undang-undang. Untuk itu bangsa. Sekolah suatu organisasi tempat
seluruh komponen bangsa wajib penyelenggara pendidikan yang di
mencerdaskan kehidupan bangsa yang dalamnya terdapat beberapa komponen
merupakan salah satu tujuan negara yang saling berkaitan. Komponen tersebut
Indonesia. yaitu: kepala sekolah, guru, pegawai,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun konselor, siswa, serta komite sekolah yang
2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem digolongkan sebagai sumber daya
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) manusia yang saling bekerjasama untuk
menyatakan bahwa pendidikan nasional mencapai tujuan yang telah ditentukan.
bertujuan mengembangkan potensi Hal ini sesuai dengan pendapat Fattah
peserta didik agar menjadi manusia yang (2003) yang menyatakan sekolah sebagai
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan wadah berlangsungnya proses pendidikan,
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, memiliki sistem yang kompleks dan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dinamis. Sekolah sebagai organisasi di
menjadi warga negara yang demokratis dalamnya terhimpun kelompok-kelompok
dan bertanggung jawab. Pencapaian manusia yang masing-masing baik secara
tujuan pembangunan nasional, pada perseorangan maupun kelompok,
hakikatnya adalah untuk meningkatkan melakukan hubungan kerjasama untuk
kualitas manusia dan seluruh masyarakat mencapai tujuan. Selanjutnya dikatakan
Indonesia yang maju dan modern kelompok-kelompok manusia
berdasarkan Pancasila. yangdimaksud, adalah sumber daya
Juni (2012) menyatakan salah satu manusia yang terdiri dari: kepala sekolah,
jalan untuk mewujudkan peningkatan guru, tenaga administrasi kelompok
kualitas manusia adalah dengan peserta didik atau siswa, dan kelompok
peningkatan mutu pendidikan. orang tua siswa. Oleh karena itu
Peningkatan mutu tersebut dapat dimulai seharusnya sekolah mampu mencermati
dari lembaga formal pendidikan terkecil kebutuhan peserta didik yang bervariasi,
yakni sekolah. Sekolah merupakan agar mereka dapat mandiri, produktif,
organisasi yang kompleks dan unik, potensial dan berkualitas (Wahjosumidjo,
sehingga memerlukan tingkat koordinasi 1999).

21
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

Kepala sekolah sebagai pimpinan oleh kepala sekolah, karena kepala


sekolah memikul tanggung jawab yang sekolah merupakan pengendali dan
amat besar untuk memenuhi harapan dari penentu arah yang hendak ditempuh oleh
berbagai pihak yang terkait. Dengan sekolah menuju tujuannya, lebih lanjut
mengemban tugas pokok mencapai tujuan Mulyasa (2011) menyatakan tugas kepala
pokok pendidikan nasional yang telah sekolah bagai pimpinan angkatan
dijabarkan dalam Undang-Undang bersenjata. Jika dalam angkatan bersenjata
Pendidikan Nasional, maka kepala ada istilah “tidak ada prajurit yang
sekolah dituntut untuk mampu bersalah”, maka dalam pendidikan pun
mengarahkan, mengatur, memberi teladan “tidak ada tenaga kependidikan yang
kepada anak buahnya mencapai tujuan bersalah”. Selama ini justru sering kali
bersama yang telah ditetapkan. disalahkan adalah guru padahal sebagian
Keberhasilan dan besar kesalahan dan dosa adalah kesalahan
ketidakberhasilan sekolah mencapai dan dosa kepala sekolah. Pentingnya
tujuan ditentukan oleh berhasil tidaknya kepemimpinan kepala sekolah ini juga
kepala sekolah mengatur atau mengelola didukung oleh pendapat Purwanto (1998)
sekolah atau seluruh potensi sekolah agar yang menyatakan bahwa kepala sekolah
berfungsi optimal dalam mendukung merupakan pemimpin pendidikan yang
tercapainya tujuan sekolah. Keefektifan sangat penting. Dikatakan sangat penting
(keberhasilan) sekolah juga akan terletak karena lebih dekat dan langsung
pada bagaimana dengan kepemimpinan berhubungan dengan pelaksanaan
kepala sekolah itu dalam merancang program pendidikan tiap-tiap sekolah.
bangun organisasi sekolah (Nurkolis, Dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu
2002). Fakta umum telah menunjukkan program pendidikan dan tercapai atau
bahwa, dalam mengelola sekolah tidaknya tujuan pendidikan itu, sangat
diperlukan suatu rencana yang terinci, bergantung pada kecakapan dan
sehingga tidak terjadi pelaksanaan yang kebijaksanaan kepala sekolah sebagai
tumpang tindih, kurang koordinasi, pemimpin pendidikan.
komunikasi yang kurang interaktif, Dalam Permendiknas Nomor 13
kurang motivasi, tidak transparan, kurang Tahun 2007 dinyatakan untuk diangkat
teliti, dan kurang dipahami didasarkan sebagai kepala sekolah seseorang wajib
atas tugas dan fungsi organisasi. Kurang memenuhi standar kualifikasi dan
terprogramnya perencanaan sekolah, kompetensi. Untuk standar kualifikasi
menjadikan prestasi kerja yang dicapai meliputi yaitu, kualifikasi akademik (S1),
oleh sekolah tidak maksimal (Depdiknas, usia maksimal 56 tahun, pengalaman
2004). mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima)
Mulyasa (2011) menyatakan salah tahun, dan pangkat serendah-rendahnya
satu kekuatan efektif yang sangat III/c atau yang setara. Sedangkan
menentukan keberhasilan sekolah atau kualifikasi khusus yaitu berstatus guru,
lembaga pendidikan dalam mencapai bersertifikat pendidik, dan memiliki
tujuannya adalah kepemimpinan kepala sertifikat kepala sekolah.
sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah Berkaitan dengan kepemimpinan
menjadi penentu utama terjadinya proses kepala sekolah, Gonton (1976)
dinamisasi sekolah. Efektifitas menyatakan telah banyak dilakukan
kepemimpinan pendidikan tidak dapat penelitian yang mendalam dan
lepas dari beberapa aspek yang membuktikan bahwa kepemimpinan
membangun terjadinya efektifitas kepala sekolah sangat menentukan
kepemimpinan sehingga mutu pendidikan keefektifan sekolah. Sulistyorini (2009)
akan dapat dicapai. Kegagalan dan menyatakan bahwa sekolah yang efektif
keberhasilan sekolah banyak ditentukan selalu dipimpin oleh kepala sekolah yang

22
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

efektif. Hal tersebut membawa komputer, lab bahasa, lab. IPA, lapangan
konsekuensi untuk menduduki jabatan dan ruangan media.
kepala sekolah dituntut dipenuhi Berdasarkan uraian konteks
persyaratan, baik untuk kerja, penelitian tersebut di atas tentang: (1)
administratif, akademik maupun Pendidikan merupakan tolak ukur
kepribadian. kemajuan suatu bangsa, (2) Sekolah
Stronge (1988) menyatakan untuk merupakan institusi yang kompleks yang
memperoleh hasil prestasi siswa yang baik tidak akan menjadi baik dengan sendirinya
perlu perubahan peran yang dramatis dari tanpa upaya peningkatan tertentu, (3)
seorang kepala sekolah yang fokus pada Kepala sekolah merupakan salah satu
isu-isu manajerial kepala sekolah yang komponen penting yang menentukan
fokus pada isu-isu pembelajaran kualitas sekolah, (4) Berbagai studi
(instructional). Moos Johansson dan Day menyimpulkan bahwa kepala sekolah
(2010) dalam penelitiannya menyatakan yang menerapkan kepemimpinan yang
kepala sekolah efektif dicirikan memiliki berfokus pada peningkatan kualitas
kepemimpinan pembelajaran yang kuat, pembelajaran akan berdampak pada
yang fokus pada pengembangan standar peningkatan kualitas dan capaian sekolah
kurikulum, monitoring perkembangan seperti peningkatan kualitas guru, siswa,
siswa, dan memaksimalkan waktu belajar. maupun sekolah, (5) SMPN-2 Palangka
Model kepemimpinan pembe- Raya merupakan sekolah unggul di Kota
lajaran (instructional leadership) Palangka Raya yang memiliki berbagai
merupakan model kepemimpinan yang prestasi baik bidang akademik maupun
dapat mendorong meningkatnya prestasi non akademik dari siswanya sebagai
siswa (Cotton, 2003). Kepemimpinan dampak dari kualitas dan kinerja guru
pembelajaran adalah kepemimpinan yang yang baik, maka penelitian tentang
menekankan pada 5 aspek dalam “Kepemimpinan Instruksional Kepala
penyelenggaraan sekolah, yaitu: (1) Sekolah di SMPN-2 Palangka Raya”
fokus pada pembelajaran, (2) membangun penting untuk dilaksanakan.
kerjasama, (3) analisa hasil pencapaian
siswa, (4) pengembangan guru, dan (5) METODE
penyesuaian kurikulum, pengajaran, dan Penelitian ini merupakan
penilaian (Lunenburg dan Irby, 2006). penelitian kualitatif dengan rancangan
Beberapa contoh nyata sebagai studi kasus. Kasus yang diangkat dalam
bukti dari keberhasilan dari implementasi penelitian ini tentang Kepemimpinan
kepemimpinan instruksional pada SMPN- Instruksional Kepala Sekolah di SMPN-2
2 Palangka Raya adalah berkaitan dengan Palangka Raya. Metode pengumpulan
keterlaksanaannya seluruh program dan data dilakukan dengan teknik: (1)
aktivitas sekolah serta pencapaian prestasi wawancara mendalam (indepth
antara lain: dalam bidang ekstra kurikuler interview), (2) observasi partisipan
seperti: prestasi karate, paskibraka, juara (participant observation), dan (3) studi
umum perlombaan drum band tingkat dokumentasi (study of document).
SMP/MTs di SMKN-5 Banjarmasin Penetapan informan yang menjadi sumber
Kalimantan Selatan, prestasi atau data dalam penelitian ini dilakukan
keunggulan tersebut benar adanya dengan dengan teknik purposive sampling.
bukti nyata bahwa SMPN-2 Palangka Analisis data dilakukan dengan
Raya telah memiliki banyak piala-piala menggunakan pola interaktif Miles dan
dan piagam yang diletakkan di dalam Huberman (1994). Pengecekan keabsahan
lemari dan tersedianya sarana penunjang data yang diperoleh dilakukan dengan
pendidikan di sekolah seperti tempat menggunakan derajat kepercayaan
ibadah, kantin sekolah, perpustakaan, lab.

23
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

(credibility) melalui teknik triangulasi ditekankan pada 5 aspek dalam


baik sumber maupun metode. penyelenggaraan sekolah yaitu: (1) fokus
pada pembelajaran, (2) membangun
HASIL DAN PEMBAHASAN kerjasama, (3) analisa hasil pencapaian
Upaya Kepala Sekolah dalam siswa, (4) pengembangan guru, dan (5)
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran penyesuaian kurikulum, pengajaran, dan
Dilihat dari Aspek Guru dan Siswa penilaian.
a) Guru
Berdasarkan hasil temuan Dukungan Stakeholder dalam
penelitian, diketahui bahwa upaya yang Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
dilakukan kepala sekolah dalam a) Lembaga Penjaminan Mutu
meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan (LPMP) dan Badan Standar
yaitu: kepala sekolah mengadakan Nasional Pendidikan (BSNP)
workshop peningkatan kualitas Berdasarkan hasil temuan
pembelajaran, dukungan penuh kepada penelitian, diketahui bahwa dukungan
guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan- Stakeholder dalam meningkatkan Kualitas
pelatihan dalam kelompok MGMP serta Pembelajaran: (1) mengadakan pertemuan
supervisi rutin. langsung di sekolah dengan guru-guru
b) Siswa dalam rangka melakukan survei,
Berdasarkan hasil temuan wawancara/interview dan supervisi secara
penelitian, diketahui bahwa upaya yang langsung, (2) kegiatan tersebut dengan
dilakukan kepala sekolah dalam tujuan mencari solusi dan memecahkan
meningkatkan kualitas pembelajaran masalah yang dialami tenaga pendidik
yaitu: (1) siswa diadakan les privat, les (guru) dalam proses pembelajaran demi
tambahan, atau pelajaran tambahan di luar tercapainya kualitas pembelajaran yang
jam pelajaran tatap muka, (2) kegiatan les optimal.
privat, les tambahan, atau pelajaran b) Pengawas sekolah/ satuan pendidikan
tambahan tersebut merupakan program Berdasarkan hasil temuan
oleh guru, yang pada dasarnya kegiatan penelitian, diketahui bahwa dukungan
tersebut merupakan instruksi dari kepala Stakeholder dalam meningkatkan Kualitas
sekolah, arahan serta bimbingannya Pembelajaran: (1) melaksanakan
kepada tenaga pendidik (guru), (3) mata penilaian, pengolahan dan analisis data
pelajaran yang di programkan yaitu mata hasil belajar/ bimbingan siswa dan
pelajaran unggulan terutama untuk kelas kemampuan guru, (2) memberikan arahan,
IX menghadapi ujian nasional dan ujian bantuan dan bimbingan kepada guru
akhir sekolah, sehingga tujuan utama tentang proses pembelajaran/ bimbingan
sekolah yaitu menghasilkan tamatan atau yang bermutu untuk meningkatkan mutu
output yang luar biasa, dan dapat bersaing proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa,
pada dunia kerja. dan (3) melaksanakan penilaian dan
Capaian yang diraih kepala sekolah monitoring penyelenggaran pendidikan di
tersebut merupakan dampak dari upaya sekolah binaannya mulai dari penerimaan
yang telah dilakukan, sebagaimana siswa baru, pelaksanaan pembelajaran,
diungkap Triatna (2015) sekolah berusaha pelaksanaan ujian sampai kepada
untuk berprestasi dalam akademik pelepasan lulusan/ pemberian ijazah, (4)
maupun non akademik. Karena dari segi melakukan pembinaan pengembangan
hasil (output) sekolah dikatakan bermutu kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah,
tinggi, jika prestasi sekolah khususnya kinerja guru, dan kinerja seluruh staf
prestasi belajar peserta didik sesuai teori. sekolah, (5) melakukan evaluasi dan
Cotton (2003) menyatakan meningkatnya monitoring pelaksanaan program sekolah
prestasi siswa dalam pembelajaran beserta pengembangannya, (6) Melakukan

24
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

penilaian terhadap proses dan hasil tidak langsung terhadap kegiatan


program pengembangan sekolah secara pendidikan di sekolah.
kolaboratif dengan stakeholder sekolah,
dan, (7) memberikan saran dan Faktor Pendukung dan Penghambat
pertimbangan kepada pihak sekolah dalam dalam Peningkatan Kualitas
memecahkan masalah yang dihadapi Pembelajaran
sekolah berkaitan dengan a. Faktor Pendukung
penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan hasil temuan
c) Organisasi Masyarakat/Orang Tua penelitian, diketahui bahwa faktor
Murid (Komite) pendukung dalam peningkatan kualitas
Berdasarkan hasil temuan pembelajaran meliputi: (1) Sarana para
penelitian, diketahui bahwa dukungan sarana yang sudah memadai sebagai
stakeholder dalam meningkatkan kualitas penunjang proses pembelajaran, seperti
pembelajaran: (1) komite, pertemuan tersedianya layar proyektor/LCD yang
guru-guru dengan orang tua murid, (2) sudah ada di setiap ruang kelas, (2)
kelas orang tua yang dimana orang tua Kinerja tenaga pendidik (guru) yang
murid diundang ke sekolah untuk dapat optimal dalam proses belajar mengajar,
hadir, memberikan motivasi, arahan, serta (3) Adanya interaksi yang baik antara guru
bimbingan kepada anak-anak mereka dan dengan siswa, guru dengan guru, guru
bisa mengetahui kegiatan-kegiatan apa dengan orang tua murid, (4) Dukungan
saja yang dilakukan oleh anak-anak orang tua murid terhadap pelaksanakaan
mereka di sekolah, kegiatan tersebut kebijakan/peraturan sekolah.
dilakukan selama sekali dalam satu bulan b. Faktor Penghambat
sekali. Berdasarkan hasil temuan
Mengingat pentingnya dukungan penelitian, diketahui bahwa faktor
dan kerja sama dengan lembaga-lembaga penghambat dalam peningkatan kualitas
dan organisasi untuk meningkatkan pembelajaran meliputi: (1) Sarana dan
kualitas pembelajaran maka Sediono, dkk. prasarana yang kurang terawat/terjaga,
(2003) mengungkapkan bahwa peran serta dan (2) perilaku siswa-siswi yang kadang
stakeholder adalah kontribusi, sulit untuk diatur.
sumbangan, dan keikutsertaan masyarakat
dalam menunjang upaya peningkatan SIMPULAN
mutu lembaga pendidikan. Pada masa Berdasarkan hasil penelitian dan
sekarang bahwa perencanaan, pembahasan yang telah diuraikan
pelaksanaan, dan monitoring pendidikan sebelumnya, dapat ditarik beberapa
melibatkan peran serta masyarakat. kesimpulan sebagai berikut:
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan 1. Upaya Kepala Sekolah dalam
yang dapat memberikan harapan dan Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
kemungkinan lebih baik di masa yang Dilihat dari Aspek Guru dan Siswa.
akan datang, mendorong berbagai upaya Pada aspek Guru, upaya yang
dan perhatian seluruh lapisan masyarakat. dilakukan kepala sekolah dalam
Hal inilah yang melahirkan kesadaran meningkatkan kualitas pembelajaran
peran serta masyarakat. Stakeholder yaitu dengan cara: (a) kepala sekolah
pendidikan dapat diartikan sebagai orang melakukan atau mengadakan
yang menjadi pemegang dan sekaligus workshop, (b) melakukan pelatihan-
pemberi support terhadap pendidikan atau pelatihan, musyawarah guru mata
lembaga pendidikan. Dengan kata lain pelajaran (MGMP), dan (c) melakukan
stakeholder adalah orang-orang, atau supervisi akademik secara mandiri, dan
badan yang berkepentingan langsung atau dengan biaya sendiri (sekolah) guna
untuk mengembangkan kemampuan

25
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

guru-guru dalam mengelola proses paguyuban kelas orang tua murid,


pembelajaran dengan tujuan yang diadakan sebulan sekali.
tercapainya tujuan pembelajaran dan 3. Faktor pendukung dan penghambat
kualitas pembelajaran yang efektif dan dalam peningkatan kualutas
efisien. Pada aspek Siswa, upaya yang pembelajaran di SMPN 2 Palangka
dilakukan kepala sekolah dalam Raya yaitu meliputi: (a) Faktor
meningkatkan kualitas pembelajaran pendukung, meliputi: (1) sarana dan
yaitu dengan cara: kepala sekolah prasarana yang memadai, (2) kinerja
memberi arahan bimbingan kepada tenaga pendidik (guru) yang optimal
guru-guru untuk mengadakan, les dalam proses belajar mengajar (3)
privat, les tambahan atau pelajaran adanya interaksi yang baik antara guru
tambahan diluar jam pelajaran tatap dengan siswa, guru dengan guru,
muka biasanya kepada siswa-siswi, orang tua murid dengan guru, dan (4)
terutama untuk kelas 9 dengan mata dukungan orang tua murid selalu
pelajaran unggulan untuk ujian mendukung peraturan yang
nasional dan ujian akhir sekolah, guna dijalankan; dan (b) Faktor
tercapainya tujuan pembelajaran yang penghambat, meliputi: a) sarana dan
berkualitas seperti apa yang telah prasarana yang kurang terawat/terjaga,
diinginkan. dan b) perilaku siswa-siswi yang
2. Dukungan dari stakeholder terhadap kadang sulit untuk diatur.
peningkatan kualitas pembelajaran,
meliputi: (a) oleh Lembaga UCAPAN TERIMA KASIH
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Ucapan terima kasih penulis
dan Badan Standar Nasional sampaikan kepada para pihak Sekolah
Pendidikan (BSNP) yaitu: (1) Menengah Pertama Negeri 2 Palangka
dilakukan dengan adanya pertemuan Raya yang telah memberikan kemudahan
dengan guru-guru dan warga sekolah akses untuk melaksanakan penelitian,
dalam rangka melakukan survei, serta Redaksi Equity in Education Journal
observasi, interview, dan supervisi (EEJ) yang telah memberikan kesempatan
kepada guru-guru, (2) dengan tujuan artikel saya dapat dimuat dalam jurnal ini.
mencari solusi dan memecahkan
masalah yang dialami guru-guru DAFTAR PUSTAKA
dalam proses pembelajaran demi Sujak, A. (2009). Kepemimpinan dan
tercapainya tujuan kualitas Manajer (Eksistensinya dalam
pembelajaran yang maksimal; (b) oleh Perilaku Organisasi). Jakarta:
pengawas sekolah, yaitu: (1) Rajawali Pers.
melakukan pembinaan, Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian
pengembangan kualitas sekolah dan Teknik Penyusunan Skripsi.
melalui kinerja kepala sekolah, kinerja Jakarta: PT Rineka Cipta.
guru, dan kinerja seluruh staf sekolah, Fitri, A. Z. (2012). Pendidikan Karakter
(2) melakukan evaluasi dan Berbasis Nilai dan Etika di
monitoring, (3) melakukan penilaian Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruz
terhadap proses dan hasil program Media.
pengembangan sekolah secara Basrowi., & Suwandi. (2008). Memahami
kolaboratif dengan stakeholder Penelitian Kualitatif. Jakarta:
sekolah, dan (4) memberikan saran Rineka Cipta.
dan pertimbangan kepada pihak Bush, R. (2003). Measuring Quality of
sekolah dalam memecahkan masalah Life Among Those with Type 2 in
yang dihadapi sekolah; dan (c) oleh Primary Care. (online), diunduh
orang tua murid melalui komite, dan pada tanggal 20 Juli 2018, dari

26
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

http://www.uq.edu.au/helath- Makawimbang, H. (2012).


/helathycomm/docs/Qol.pdf. Kepemimpinan yang Bermutu.
Cotton, K. (2003). Principals and Student Bandung: Alfabeta
Achievement. Virginia USA, Arifin, M. (2012). Etika & Profesi
ASCD. Diunduh pada tanggal 22 Kependidikan. Yogyakarta: Ar-Ruz
Juli 2018 dari:http://aktual Media.
asiddau.blogspot.com/2010/09/tug Margono, S. (2009). Metodologi
as-pokok-dan-fungsi-kepala- Penelitian Pendidikan. Jakarta:
sekolah.html Rineka Cipta.
Daryanto. (2013). Kepala Sekolah sebagai Miarso, Y. (2007). Menyemai Benih
Pemimpin Pembelajaran. Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Yogyakarta: Gava Media. Kencana.
Mulyasa, E. (2001). Menjadi Kepala Miles, M., & Huberman, A. M. (1992).
Sekolah Profesional. Bandung: Analisis Data Kualitatif: Buku
PT. Remaja Rosdakarya. Sumber Tentang Metode-Metode
Hallinger, P. (2003). Leadership for 21st Baru. Jakarta: UI Press.
Century Schools: From Moleong. L. J. (2010). Metode Penelitian
Instructional Leadership to Kualitatif. Bandung: Remaja
Leadership for Learning. The Rosdakarya.
Hong Kong Institute of Education, Moos, J., & Day, O. C. (2011). How
Diunduh pada tanggal 21 Oktober School PrincipalsSustain Over
2018, dari Time, International Perspective.
http://www.proquest.umi.com. UK. Springer. Diunduh pada
Hermino, A. (2014). Kepemimpinan tanggal 29 Oktober 2018, dari
Pendidikan di Era Globalisasi. http://repo.iain-
Jakarta: Pustaka Pelajar. tulungagung.ac.id/50/7/.pdf.
Juni. D. W. (2012). Kepemimpinan Mulyasa, E. (2011). Manajemen Berbasis
Instruksional Kepala Madrasah dan Sekolah, Konsep, strategi dan
Inovatif Guru terhadap Implementasi. Bandung: PT Remaja
Produktivitas Kerja Guru Madrasah Rosdakarya
Ibtidaiyah Se-Kecamatan Manis Nurdin, S. (2002). Guru dan Implementasi
Renggo Klaten. Jurnal Ilmu Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Pendidikan. Diunduh pada tanggal Permendinas No. 13 Tahun 2007 tentang
29 Oktober 2018, dari Standar Kepala Sekolah.
http://repo.iaintulungagung.ac.id/50 Rahmah, S. (2016). Mengenal Sekolah
/7/.pdf Unggulan.Diunduh pada tanggal 22
Jalal, F. (2009). Reformasi Pendidikan April 2019 darihttp://journal.uin-
Dalam Konteks Otonomi Daerah, alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa Pendidikan/article/viewFile/3222/3
Kompri. (2015). Manajemen Sekolah 065.
Orientasi Kemandirian Kepala Sediono, dkk., (2003). Paket Pelatihan
Sekolah. Pustaka Pelajar. Awal: Untuk Sekolah dan
Lunenburg, C., & Irby, J. (2006). The Masyarakat. Jakarta: NZAID.
Principalship; Vision toaction. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Wadsworth: Cengangelearning. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Diunduh pada tanggal 22 Oktober Kualitatif, dan R & D. Bandung:
2018, dari: Alfabeta.
http://lib.unnes.ac.id/21893/1/1401 Sulistyorini. (2009). Evaluasi Pendidikan
411127-s.pdf. dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Yogyakarta: TERAS.

27
Equity in Education Journal (EEJ), Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

Soutworth, G. (2002). Instructional Usman, H., & Raharjo, N. E. 2013.


Leadershipin Schools: Reflection Strategi Kepemimpinan
and Empirical Evidence. Diunduh Pembelajaran Menyongsong
pada tanggal 10 Nopember 2018, Implementasi Kurikulum 2013.
dari: Jurnal Cakrawala Pendidikan.
https://core.ac.uk/download/pdf/82 Diunduh pada tanggal 21 Oktober
042012.pdf. 2018, dari:
Suharsaputra, U. (2016). Kepemimpinan https://journal.uny.ac.id/index.php/
Inovasi Pendidikan. Bandung: cp.
Refika Aditama. Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kepala Sekolah. Jakarta: Raja
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Grafindo Persada
Triatna, C. (2015). Perilaku Organisasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

28

Anda mungkin juga menyukai