ii | P o l b a n g a n Y o m a
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera bagi Kita Semua
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang sudah
memberikan kasih dan karunia-Nya kepada penulis dalam melaksanakan penulisan Buku
Elektronik (E-book) yang berjudul “Peran Penyuluh dalam meningkatkan Minat Beternak di
Kabupaten Kutai Barat” sehingga dapat terealisasikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan buku elektronik ini iyalah untuk memenuhi penugasan pada
mata kuliah Komunikasi Penyuluhan. Selain itu, buku ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang peranan seorang penyuluh dalam menumbuhkan minat bagi khalayak untuk melakukan
kegiatan budi daya peternakan, baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, tidak lupa penulis mengucapkan limpah terima
kasih kepada:
Demikian pengantar buku tersebut, terkait kekurangan dalam penyusunan buku ini, dengan
rendah hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaiakan kualitas penulis dalam menyusun
buku. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melindungi kita semua dan semoga selalu dalam
keadaan sehat, Amin.
Penulis
iii | P o l b a n g a n Y o m a
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................. i
MOTO ................................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
BAB I PENYULUHAN PETERNAKAN ...........................................................................1
A. Pengertian Penyuluhan ..............................................................................................1
B. Tujuan Penyuluhan................................................................................................... 4
1. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebarluasan Informasi .............................................. 6
2. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan atau Pemberian Penjelasan .................... 7
3. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku........................................................... 8
4. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar ................................................................................... 9
5. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial ............................................................. 10
6. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering) ....................... 10
7. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing) ........................ 11
8. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat ( Community
Empowerment)............................................................................................................................... 12
9. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas ( Capacity Strenghtening) .... 12
10. Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan ...................................... 13
11. Redefinisi Penyuluhan Pertanian dan peternakan ......................................................... 13
C. Falsafah, Prinsip dan Etika Penyuluhan ............................................................................ 14
1. Falsafah .................................................................................................................................... 14
2. Prinsip ....................................................................................................................................... 20
3. Etika .......................................................................................................................................... 24
D. Peran Penyuluh .......................................................................................................................... 25
BAB II PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT .................................................. 31
A. Kegiatan di Peternakan Kabupaten Kutai Barat ..................................................... 31
B. Kerjasama untuk Mewujudkan Cita-Cita ............................................................... 35
BAB III RINGKASAN ......................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 39
LAMPIRAN....................................................................................................................... 40
iv | P o l b a n g a n Y o m a
BAB I
PENYULUHAN PETERNAKAN
A. Pengertian Penyuluhan
Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor ataupun
alat untuk menerangi kegelapan. Jadi dapat dimaknai bahwa penyuluhan dimaksudkan
untuk memberi penerangan ataupun penjelasan pada mereka yang disuluhi agar tidak
berada dalam kegelapan mengenai masalah tertentu. Penyuluhan adalah kegiatan mendidik
orang (kegiatan pendidikan)dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang
direncanakan/dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan usaha
mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara
mandiri. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan
waktu yang lebih lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal.
Sebaliknya, meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah
dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala factor
pemaksanya sudah dihentikan. Kegiatan penelitian dan penyuluhan sangat berkaitan dan
saling memerlukan, karena itu kebersamaan antara peneliti/lembaga penelitian dan
penyuluh/lembaga penyuluh perlu terbina dengan baik dan intim. Falsafah keduanya antara
lain adalah sebagai berikut :
B. Tujuan Penyuluhan
Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu SMART (Anonim, 2009) :
1. Specific ( khusus), kegiatan penyuluhan peternakan harus dilakukan untuk memenui
kebutuhan khusus,
2. Measurable ( dapat diukur), bahwa kegiatan penyuluhan harus mempunyai tujuan
akhir yang dapat diukur,
3. Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan) yaitu tujuan kegiatan penyuluhan itu harus
mampu untuk dicapai oleh para peserta/peternak,
4. Realistic ( realistis), bahwa tujuan yang ingin dicapai harus masuk akal, dan tidak
berlebihan, sehingga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta/peternak,
5. Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan), ini berarti bahwa
dalam waktu yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penyelenggaraan penyuluhan ini harus dapat dipenuhi oleh setiap peserta/
peternak.
Penyuluhan peternakan mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu : tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
1. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih
terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap
dan tindakan peternak keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Dengan berubahnya perilaku peternak dan keluarganya, diharapkan
dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien (Zakaria, 2006).
2. Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan
kesejahteraan peternak yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis
4|P o lb ang an Yoma
berternak (better farming), perbaikan usaha ternak (better business), dan perbaikan
kehidupan peternak dan masyarakatnya (better living), dari pengalaman
pembangunan pertanian dan peternakan yang telah dilaksanakan di Indonesia
selama tiga-dasawarsa terakhir, menunjukkan bahwa, untuk mencapai ketiga
bentuk perbaikan yang disebutkan di atas masih memerlukan perbaikan-perbaikan
lain yang menyangkut (Deptan, 2002):
a. Perbaikan kelembagaan pertanian dan peternakan (better organization) demi
terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders,
b. Perbaikan kehidupan masyarakat (better community), yang tercermin dalam
perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang sangat
diperlukan bagi terlaksananya pembangunan pertanian dan peternakan yang
merupakan sub-sistem pembangunan masyarakat (community development),
c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better enviroment) demi kelangsungan
usaha ternak. Tentang hal ini, pengalaman menunjukkan bahwa
produktivitas dan pendapatan peternak, serta kerusakan lingkungan-hidup
yang lain, yang dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan (sustainability)
pembangunan peternakan itu sendiri.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah: ABCD:
1. Audience (khalayak sasaran);
2. Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki);
3. Condition (kondisi yang akan dicapai); dan
4. Degree (derajat kondisi yang akan dicapai).
Pembangunan pertanian dan peternakan mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri; memperluas lapangan kerja dan
lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan peternak; mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan, khususnya di perdesaan; meningkatkan pendapatan nasional; serta menjaga
kelestarian lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian dan peternakan dalam
pembangunan nasional, diperlukan pelaku utama dan pelaku usaha yang berkualitas, andal,
serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis. Untuk
meningkatkan kemampuan tersebut dibutuhkan kegiatan penyuluhan pertanian dan
peternakan sebagai upaya membangun usaha dari hulu sampai hilir yang berdaya saing
tinggi, dan melestarikan fungsi lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Sebagai terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
penyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan peyebarluasan informasi tentang
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus sebagai
terjemahan dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau
10 | P o l b a n g a n Y o m a
sosial yang diinginkan oleh pihak-luar (perekayasa). Pemahaman seperti itu tidak
salah, tetapi tidak dapat sepenuhnya dapat diterima. Sebab, rekayasa-sosial yang
pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan
kelompok-sasarannya, seringkali dapat berakibat negatif, manakala hanya mengacu
kepada kepentingan perekayasa, sementara masyara-kat dijadikan korban
pemenuhan kehendak perekayasa. Sebagai contoh: Upaya menggerakkan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan memang diperlukan, tetapi
jika dalam proses untuk berpartisipasi tersebut masyarakat dituntut kesediaannya
untuk banyak berkorban termasuk mengorbankan hak-hak normatifnya sebagai
warga negara (harus tunduk, tidak boleh membantah, dll) maka proses reklayasa
sosial seperti itu bukanlah perubahan-sosial sebagaimana yang dimaksud dan
dikehendaki oleh kegiatan penyuluhan.
Yang dimaksud dengan “pemasaran sosial” adalah penerapan konsep dan atau
teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa-
sosial yang lebih berkonotasi untuk “membentuk” (to do to) atau menjadikan
masyarakat menjadi sesuatu yang “baru” sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa,
proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk “menawarkan” (to do for) sesuatu
kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa-sosial proses pengambilan keputusan
sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambilan keputusandalam
pemasaran-sosial sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri. Termasuk
dalam pengertian “menawarkan” di sini adalah penggunaan konsep-konsep
pemasaran dalam upaya menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yang ditawarkan dan akan
dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan. Perbedaan hakiki di
sini adalah, masyarakat berhak menawar bahkan menolak segala sesuatu yang dinilai
tidak bermanfaat, akan merugi-kan, atau membawa konsekuensi pada keharusan
masyarakat untuk berkorban dan atau mengorbankan sesuatu yang lebih besar
dibanding manfaat yang akan diterimanya.
11 | P o l b a n g a n Y o m a
8. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community
Empowerment)
12 | P o l b a n g a n Y o m a
10. Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan
Dalam kepustakaan yang selama ini dapat dijumpai, dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan peternakan diartikan sebagai pendidikan luar sekolah yang ditujukan
kepada peternak dan keluarganya agar dapat beternak lebih baik, berusaha ternak
yang lebih menguntungkan, demi terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi
keluarga dan masyarakatnya (Wiriatmadja, 1976; Totok Mardikanto dan Sri
Sutarni, 1981; Mardikanto, 1993). Pemahaman tersebut tidak seluruhnya salah,
tetapi seiring dengan terjadinya perubahan-perubahan kehidupan masyarakat
global d a n tuntutan pembangunan pertanian dan peternakan. Saragih (2002) meng
emukakan bahwa dinilai penting untuk melakukan “redefinisi” yang menyangkut
penger-tian “penyuluhan pertanian dan peternakan” Perubahan-perubahan
tersebut telah melanda semua “stakeholder” pembangunan pertanian dan
peternakan, yang membawa konsekuensi-konsekuensi terhadap perubahan
perilaku masyarakat. Meskipun demikian, dalam UU No 16 Tahun 2006, rumusan
tentang pengertian penyuluhan pertanian dan peternakan adalah: Proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
13 | P o l b a n g a n Y o m a
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Terhadap berbagai pengertian ttersebut di atas, terdapat beberapa hal yang
perlu dikritisi, yaitu:
a. Penyuluhan pertanian dan peternakan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembangunan/pengembangan masyarakat dalam arti
luas;
b. Dalam praktek, pendidikanselalu dikonotasikan sebagai kegiatan pengajaran
yang bersifat “menggurui” yang membedakan status antara guru/pendidik
yang selalu “lebih pintar” dengan peserta didik yang harus menerima apa saja
yang diajarkan oleh tenaga pendidik;
c. Pemangku kepentingan (stakeholders) agribisnis tidak terbatas;
d. Pembangunan pertanian dan peternakan harus selalu dapat memperbaiki
produktivitas, pendapatan dan kehidupan peternak secara berkelanjutan.
1. Falsafah
Falsafah adalah suatu pandangan hidup atau sebagai landasan pemikiran yang
bersumber kepada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus
diterapkan di dalam praktek.
Falsafah Penyuluhan Pertanian Falsafah, Prinsip, dan Etika Penyuluhan meskipun
telah lama dipahami bahwa penyuluhan merupakan proses pendidikan, tetapi dalam
sejarah penyuluhan pertanian di Indonesia, terutama selama periode pemerintahan
14 | P o l b a n g a n Y o m a
Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan
kekuasaan melalui kegiatan yang berupa pemaksaan, sehingga muncul gurauan:
dipaksa, terpaksa, akhirnya terbiasa. Terhadap kenyataan seperti itu, Soewardi (1986)
telah mengingat kepada semua insan penyuluhan kembali untuk menghayati makna
penyuluhan sebagai proses pendidikan. Tentang hal ini, diakui bahwa, penyuluhan
sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan waktu lebih
lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal. Sebaliknya,
meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah
dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala faktor
pemaksanya sudah dihentikan. Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian,
banyak kita jumpai beragam falsafah penyuluhan pertanian.
Tentang hal ini, Supadi (2006) memberikan catatan bahwa dalam budaya
feodalistik, pihak yang membantu selalu ditempatkan pada kedudukan yang lebih
tinggi dibanding yang dibantu. Pemahaman seperti itu, sangat kontradiktif dengan
teori pendidikan kritis untuk pembebasan. Karena itu, pemahaman konsep membantu
masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri harus dipahami secara demokratis
yang menempatkan kedua-belah pihak dalam kedudukan yang setara.
15 | P o l b a n g a n Y o m a
Dari pemahaman seperti itu, terkandung pengertian bahwa:
a. Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, dan bukannya bekerja untuk
masyarakat (Adicondro, 1990). Kehadiran penyuluh bukan sebagai penentu atau
pemaksa, tetapi ia harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan
masyarakat dan mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta memelihara
partisipasi masyarakat.
b. Penyuluhan tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi harus mampu
mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat agar
semakin memiliki kemampuan untuk berswakarsa, swadaya, swadana, dan
swakelola bagi terselenggaranya kegiatankegiatan guna tercapainya tujuan,
harapan, dan keinginan-keinginan masyarakat sasarannya.
c. Penyuluhan yang dilaksanakan, harus selalu mengacu kepada terwujudnya
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.
Berkaitan dengan falsafah helping people to help themselves Ellerman (2001) mencatat
adanya 8 (delapan) peneliti yang menelusuri teori pemberian bantuan, yaitu:
a. Hubungan Penasehat dan Aparat Birokrasi Pemerintah (Albert Hirschman),
melalui proses pembelajaran tentang: ide-ide baru, analisis keadaan dan
masalahnya yang diikuti dengan tawaran solusi dan minimalisasi
konfrontasi/ketegangan yang terjadi: antara aparat pemerintah dan
masyarakat, antar sesama aparat, dan antar kelompokkelompok masyarakat
yang merasa dirugikan dan yang menimati keuntungan dari kebijakan
pemerintah.
b. Hubungan Guru dan Murid (John Dewey), dengan memberikan: a.
kesempatan untuk mengenali pengalamanannya, b. stimulus untuk berpikir
dan menemukan masalahnya sendiri, c. memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian d. tawaran solusi untuk dipelajari e. kesempatan untuk
menguji idenya dengan aplikasi langsung
c. Hubungan Manajer dan Karyawan (Douglas McGregor), melalui pemberian
tanggung jawab sebagai alat kontrol diri (self controle)
d. Hubungan Dokter dan Pasien (Carl Rogers), melalui pemberian saran yang
konstruktif dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan atau
diusahakannya sendiri. Uji-coba kegiatan melalui pemberian dana dan
manajemen dari luar, ternyata tidak akan memberikan hasil yang lebih baik.
16 | P o l b a n g a n Y o m a
e. Hubungan Guru Spiritual dan Murid (Soren Kierkegaard), melalui
pemahaman bahwa masalah atau kesalahan hanya dapat diketahui oleh yang
mengalaminya (diri sendiri). Guru tidak boleh menonjolkan kelebihannya,
tetapi harus merendah diri, siap melayani,dan menyediakan waktu dengan
sabar
f. Hubungan Organisator dan Masyarakat (Saul Alinsky), melalui upaya
demokratisasi, menumbuh-kembangkan partisipasi, dan mengembangkan
keyakinan (rasa percaya diri) untuk meme-cahkan masalahnya sendiri.
g. Hubungan Pendidik dan Masyarakat (Paulo Freire), melalui proses penyadaran
dan memberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik
menurut dirinya sendiri.
h. Hubungan Agen-pembangunan dan Lembaga Lokal (E.F. Schumacher),
melalui program bantuan untuk mencermati apa yang dilakukan seseorang
(masyarakat) dan membantu agar mereka dapat melakukan
perbaikanperbaikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Berkaitan dengan konsep falsafah 3-T yang ada di Amerika, Ensminger (1962)
menyatakan bahwa falsafah penyuluhan dapat dirumuskan :
a. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat
b. Sasaran penyuluhan adalah segenap warga masyarakat untuk menjawab
kebutuhan dan keinginannya
c. Penyuluhan bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu menolong
dirinya sendiri
d. Penyuluhan adalah belajar sambil bekerja dan percaya tentang apa yang
dilihatnya
e. Penyuluhan adalah pengembangan individu, pemimpin mereka, dan
pengembangan dunianya secara keseluruhan
f. Penyuluhan adalah suatu bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kebahagiaan masyarakat
g. Penyuluhan adalah pekerjaan yang diselaraskan dengan budaya masyarakatnya
h. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling meghormati dan
saling mempercayai antara satu kepada yang lainnya.
i. Penyuluhan merupakan kegiatan dua arah, dan
17 | P o l b a n g a n Y o m a
j. Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang berkelanjutan Di lain pihak,
yang bertolak dari pemahaman penyuluhan merupakan salah satu sistem
pendidikan, Mudjiyo (1989) mengingatkan untuk mengaitkan falsafah
penyuluhan dengan pendidikan yang memiliki falsafah: idealisme, realisme dan
pragmatisme, yang berarti bahwa penyuluhan pertanian harus mampu
menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk selalu berfikir kreatif dan
dinamis.
18 | P o l b a n g a n Y o m a
Demikian juga halnya dengan admi-nistrasi yang terlalu sentralistis
seringkali tidak mampu secara cepat mengantisipasi permasalahan-
permasalahan yang timbul di daerah-daerah, karena masih menunggu
petunjuk atau restu dari pusat. Di pihak lain, dalam setiap
permasalahan yang dihadapi, peng-ambilan keputusan yang dilakukan
oleh petani seringkali ber-dasarkan pertimbangan bagaimana untuk
dapat menyelamatkan keluarganya. Dalam kasus-kasus seperti itu,
seharusnya penyuluh diberi kewenangan untuk secepatnya pula
mengambil inisyatifnya sendiri. Karena itu, administrasi yang terlalu
regulatif seringkali sangat membatasi kemerdekaan petani untuk
mengambil keputusan bagi usahataninya.
2) Penyuluh, selain memberikan ilmu nya kepada petani, ia harus mau
belajar tentang ngelmu nya petani yang seringkali dianggap tidak
rasional (karena yang oleh penyuluh dianggap rasional adalah yang
sudah menjadi petunjuk pusat). Padahal, praktek-praktek usahatani
yang berkembang dari budaya lokal seringkali juga sangat rasional,
karena telah mengalami proses trial and error dan teruji oleh waktu. B.
Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian Mathews menyatakan bahwa:
prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan
pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan
secara konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat
diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai
pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian prinsip
dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar, bagi pelaksanaan
kegiatan yang akan dilaksanakan.
19 | P o l b a n g a n Y o m a
1) Mengerjakan, artinya, kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu.
Karena melalui mengerjakan mereka akan mengalami proses belajar
(baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan ketram-pilannya)
yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.
2) Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang/puas
atau tidaksenang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk
mengikuti kegiatan belajar/ penyuluhan dimasa-masa mendatang.
3) Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan
kegiatan lainnya. Sebab, setiap orang cenderung untuk
mengaitkan/menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan/peristiwa
yang lainnya. Misalnya, dengan melihat cangkul orang diingatkan
kepada penyuluhan tentang persiapan lahan yang baik; melihat
tanaman yang kerdil/subur, akan mengingatkannya kepada
usahaausaha pemupukan, dll.
2. Prinsip
21 | P o l b a n g a n Y o m a
5) Belajar dengan mengerjakan sendiri adalah efektif,
apa yang dikerjakan/dialami sendiri akan berkesan dan melekat
pada diri peternak dan menjadi kebiasaan baru;
6) Belajar dengan melalui pemecahan masalah yang dihadapi
adalah praktis dan kebiasaan mencari kemungkinan-kemungkinan
yang lebih baik akan menjadikan peternak seseorang yang
berinisiatif dan berswadaya; Prinsip penyuluhan pertanian dan
peternakan sesungguhnya adalah suatu upaya yang harus
dilakukan untuk mewujutkan paling tidak 13 azas yang telah
dirumuskan dalam Undang-Undang no 16 tahun 2006, sebagai
berikut :
a) Penyuluhan berazaskan demokrasi adalah penyuluhan
yang diselenggarakan dengan saling menghormati
pendapat antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
pelaku utama serta pelaku usaha lainnya.
b) Penyuluhan berazasakan manfaat adalah penyuluhan
yang harus memberikan nilai manfaat bagi peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan perubahan perilaku untuk
meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan
pelaku utama dan pelaku usaha.
c) Penyuluhan berazaskan kesetaraan adalah hubungan
antara penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha yang
harus merupakan mitra sejajar.
d) Penyuluhan berazaskan keterpaduan adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan secara
terpadu antar kepentingan pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat
e) Penyuluhan berazaskan keseimbangan adalah setiap
penyelenggaraan penyuluhan harus memperhatikan
keseimbangan antara kebijakan, inovasi teknologi dengan
kearifan masyarakat setempat, pengutamaan gender,
keseimbangan pemanfaatan sumber daya dan kelestarian
lingkungan, dan keseimbangan antar kawasan yang
maju dengan kawasan yang relatif masih tertinggal.
22 | P o l b a n g a n Y o m a
f) Penyuluhan yang berazaskan keterbukaan adalah
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka
antara penyuluh dan pelaku utama dan usaha.
g) Penyuluhan berazaskan kerjasama adalah
penyelenggaraan penyuluhan harus diselenggarakan secara
sinergis dalam kegiatan pembangunan pertanian dan
peternakan, perikanan, dan kehutanan serta sektor
lain yang merupakan tujuan bersama antara
pemerintah dan masyarakat
h) Penyuluhan berazaskan partisipatif adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang melibatkan secara aktif
pelaku utama dan pelaku usaha dan penyuluh sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
i) Penyuluhan berazaskan kemitraan adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip saling menghargai, saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling
membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang
difasilitasi oleh penyuluh
j) Penyuluhan berazaskan keberlanjutan adalah
penyelenggaraan penyuluhan dengan upaya secara
terus menerus dan berkesinambungan agar
pengetahuan, ketrempilan, serta perilaku pelaku utama
dan pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan
perkembangan sehingga dapat terwujud kemandirian
k) Penyuluhan berazaskan berkeadilan adalah
penyelenggaraan yang memposisikan pelaku utama dan
pelaku usaha berhak mendapatkan pelayanan secara
proporsional sesuai dengan kemampuan, kondisi, serta
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
l) Penyuluhan berazaskan pemerataan adalah
penyelenggaraan penyuluhan harus dapat dilaksanakan
secara merata bagi seluruh wilayah RI dan segenap
lapisan pelaku utama dan pelaku usaha
23 | P o l b a n g a n Y o m a
m) Penyuluhan berazaskan bertanggung gugat adalah
evaluasi kinerja penyuluhan dikerjakan dengan
membandingkan pelaksanaan yang telah dilakukan
dengan perencanaan yang telah dibuat dengan
sederhana, terukur, dapat dicapai, rasional, dan kegiatannya
dapat jadwalkan.
3. Etika
Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal adalah “kegiatan penyuluhan”
bukan lagi menjadi kegiatan sukarela, tetapi telah berkembang menjadi “profesi”.
Meskipun demikian, pelaksanaan penyuluhan peternakan belum sungguh-sungguh
dilaksanakan secara profesional. Hal ini terlihat pada:
Pengertian tentang Etika, senantiasa merujuk kepada tata pergaulan yang khas
atau ciri-ciri perilaku yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan diri,
dan dapat merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi
kelompok tertentu yang memilikinya.Etika bukanlahperaturan, tetapi lebih dekat
kepada nilai-nilai moral untuk membangkitkan kesadaran untuk beriktikad baik dan
jika dilupakan atau dilanggar akan berakibat kepada tercemarnya pribadi yang
bersangkutan, kelompoknya, dan anggota kelompok yang lainnya (Muhamad, 1987).
24 | P o l b a n g a n Y o m a
Sehubungan dengan itu, Herman Soewardi mengingatkan bahwa penyuluh harus
mampu berperilaku agar masyarakat selalu memberi-kan dukungan yang tulus ikhlas
terhadap kepentingan nasional. Tentang hal ini, Padmanegara (1987) mengemukakan
beberapa perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (pertanian
dan peternakan), yang meliputi:
a. Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, jujur, dan disiplin.
b. Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati adat/kebiasaan
masyarakatnya, menghormati peternak dan keluarganya (apapun keadaan dan
status sosial ekonominya), dan menghormati sesama penyuluh.
c. Perilaku yang menunjukkan penampilannya sebagai penyuluh yang andal, yaitu:
berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya, memiliki tanggungjawab yang besar
untuk melaksanakan pekerjaannya, memiliki jiwa kerjasama yang tinggi, dan
berkemam- puan untuk bekerja teratur.
d. Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan semangat
kerja yang tinggi, selalu berusaha mencerdaskaan diri, dan selalu berusaha
meningkatkan kemampuannya. Proses belajar bersama dalam penyuluhan,
sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara insidental
untuk memecah-kan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup
(long life learning) secara mandiri dan berkelanjutan.
D. Peran Penyuluh
25 | P o l b a n g a n Y o m a
sanggup berswadaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya
sendiri serta masyarakat (Syahyuti, 2006). Demi tercapainya tujuan yang maksimal dalam
peternakan juga diperlukan juga peran dari penyuluh untuk memaksimalkan penerapan
paket teknologi peternakan. Seberapa besar peran penyuluh dalam peternakan termasuk
salah satu faktor penentu dalam pencapaian hasil yang maksimal. Penyuluh bertindak
sebagai penyampaian informasi, menambah, mengubah dan membangun sikap peternak
dalam meningkatkan mutu keterampilan dalam beternak yang lebih menguntungkan.
Keberhasilan penyuluh diukur dari seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang
dialogis, yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan dan keterampilan
baru yang mampu mengubah perilaku kelompok sasaran ke arah kegiatan dan kehidupan
yang lebih menyejahterakan setiap individu, keluarga dan masyarakatnya (Anwar S dkk.,
2009). Penyuluhan sebagai salah satu kegiatan yang dapat menunjang penciptaan
pemberdayaan pada masyarakat tani ternak dalam mengelola dan menghasilkan output
peternakan yang efektif dan efisien. Dalam hal ini yang dilihat adalah penerapan petani
peternak terhadap paket teknologi yang diberikan oleh penyuluh yang telah ditunjuk
oleh pemerintah.
Usaha peternakan yang dilakukan secara intensif sangat berkaitan erat dengan
inovasi-inovasi dibidang peternakan antara lain, pemanfaatan limbah ternak menjadi
biogas dan pemanfaatan jerami padi (limbah pertanian) melalui teknologi fermentasi
sebagai pakan ternak. Namun terkadang peternak sulit menerima suatu perubahan atau hal
26 | P o l b a n g a n Y o m a
yang baru, mereka merasa telah puas dengan apa yang mereka jalankan walau terkadang
hasilnya kurang memuaskan. Inovasi teknologi usaha peternakan yang telah diperkenalkan
belum sepenuhnya diadopsi oleh seluruh kelompok peternak.Meskipun inovasi teknologi
tersebut telah ada di tingkat peternak dan telah disosialisasikan kepada peternak, tetapi
sejauh ini masih terdapat sikap masyarakat peternak yang menolak inovasi teknologi tersebut.
Menurut Mosher (1978) dalam Mugniesyah (2006) tugas-tugas penyuluhan pertanian itu
dipertimbangkan sebagai salah satu upaya untuk membantu individu petani membuat kemungkinan
terbaik dalam menggunakan sumberdaya dan pelayanan yang sudah tersedia bagi mereka. Dengan
demikian masyarakat petani itu heterogen dalam hal aspek sosial budaya, sistem pertanian, dan
ketersediaan syarat-syarat pokok dan pelancar pembangunan pertanian. Kondisi tersebut
menjadikan kebutuhan akan peranan penyuluhan yang heterogen pula. Dengan
mempertimbangkan ketiga aspek tersebut, Mosher mengusulkan enam kategori peranan
penyuluhan pertanian, yaitu:
1. Pengisi Kehampaan Pedesaan Penyuluh adalah seseorang yang hidup dikalangan petani,
mengenal dengan akrab kegiatan-kegiatan dan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
memajukan peternakan.
2. Penyebar hasil-hasil penelitian Mentransfer hasil-hasil penelitian kepada petani. Peranan ini
hanya relevan bagi petani yang telah modern. Mereka telah menghasilkan produksi yang
berorientasi pasar, akses pada input produksi dan selalu merespon terhadap perubahan-
perubahan sepanjang harganya terjangkau.
3. Membantu petani agar dapat meningkatkan ketrampilanya dalam mengambil
keputusankeputusan tentang produksi, pemasaran, investasi dalam usaha peternakan.
Menghitung rugi-laba, memprediksi kecendrungan musim, menduga permintaan terhadap
sesuatu jenis komoditas, menaksir harga, dll. (perlu diinformasikan kepada peternak)
4. Rekan Pemberi Semangat Petani membutuhkan dorongan semangat Membutuhkan rekan
yang akan menyemangati dan mendampingi mereka untuk percobaan dalam menerapkan
teknologi baru dan memfasiltasi untuk berhasil. Penyuluh dituntut kompeten dibidang
peternakan (budidaya ternak).
5. Pendorong Peningkatan Produksi Peternakan Mendukung rencana pemerintah untuk
meningkatkan produksi ternak tertentu. Menawarkan alternatif-alternatif yang
27 | P o l b a n g a n Y o m a
menguntungkan peternak (mengubah harga relatif dari komoditas yang bersaing). Alternatif
yang ditawarkan tidak akan menimbulkan konflik, sehingga para penyuluh dapat
melaksanakan peranannya untuk mendukung produksi komoditas ternak.
6. Pelayanan Pemerintah Penyuluh terbatas dan sebagai pegawai pemerintah Terbatasnya SDM
yang mempunyai akses pendidikan tinggi Penyuluh menjalankan beragam tugas (sensus
penduduk, Penagih kredit KUD, Safari KB dan bahkan menjadi juru bicara dalam kampanye
partai politik menjelang pemilu). Keberhasilan penyuluh dalam menjalankan perananya juga
sangat tergantung kepada kemampuannya menganalisis beragam situasi yang dihadapi oleh
petani yang dilayaninya.
Tebel 1. Peran Penyuluh
Katagori Syarat-
Ciri sistem Ciri sistem Peranan yang dikerjakan
peranan syarat
sosial petani pertanian penyuluh
penyuluh pokok PP
The Rural
Vacuum Membantu petani agar akses
Theory (Teori Belum terhadap sumberdaya yang
Tradisional Sub sisten
pengisi tersedia dapat meningkatkan
kehampaan produktivitas usahatani
pedesaan)
The Research
Membantu petani agar akses
Definition
Orientasi terhadap informasi hasil
Distributor Sudah
Modern komersil hasil penelitian atau aspek
(Penyebar tersedia
atau pasar yg dpt meningkatkan
hasil
produktivitas.
penelitian)
The Belum
Tradisional
Encouraging tersedia atau Meyakinkan petani dengan
Belum yakin
Companion sudah membujuk mereka agar
terhadap Sub sisten
(Rekan tersedia menerapkan caracara baru
inovasi
pemberi namun blm melalui demonstrasi
teknologi
semangat) lengkap
Training for Bisa Memberi beragam alternatif
Decision tradisional Bisa belum pemecahan masalah dan
Making namun sdh tersedia atau melatih petani dalam
Sub sisten
(Pelatih mulai sudah memutuskan sendiri apa
Pengambilan responsive tersedia yang mereka butuhkan.
Keputusan) pada inovasi
28 | P o l b a n g a n Y o m a
Pendorong Bisa Sub
Bisa Bisa belum Terpaut dengan program
peningkatan sisten bisa
tradisional tersedia atau pemeritah Sebaiknya
produksi sdh
bisa sudah sudah komoditi yag dianjurkan
komiditi berorienta
modern tersedia menguntungkan petani
tertentu si komersil
Selain memberi penyuluhan
Bisa belum juga melakukan tugas-tugas
Pelayanan tersedia atau pemerintah: sensus
Tradisional Sub Sisten
pemerintah sudah pertanian, menagih KUT,
tersedia dll
29 | P o l b a n g a n Y o m a
Tabel 2. Orientasi Nilai Masyarakat atau Petani
30 | P o l b a n g a n Y o m a
BAB II
Dalam rangka mengurangi pembelian sapi potong dari luar provinsi, Gubernur
Provinsi Kalimantan Timur mencanangkan program penambahan populasi sapi potong
sebesar 2 juta ekor hingga tahun 2018. Untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi sapi potong
yang diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya diperlukan lahan. Lahan yang
memiliki potensi untuk usaha peternakan sapi potong diantaranya adalah lahan pasca
tambang batu bara. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pasca tambang batu
bara dapat digunakan sebagai lahan untuk usaha peternakan sapi potong, sehingga
perusahaan tambang maupun masyarakat di sekitar tambang telah memanfaatkannya
sebagai usaha peternakan sapi potong. Penggembalaan ternak di lahan pasca tambang
batubara tidak semudah di padang rumput alam atau pastura yang memang
diperuntukkan bagi penggembalaan. Tanah buangan (mine spoil) dalam program reklamasi
lahan tambang memiliki struktur yang belum stabil dan ekosistem tanah yang belum
sepenuhnya pulih, sehingga untuk mengembangkan ternak di lahan pasca penambangan
memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati agar tidak terjadi kompaksi tanah dan
erosi. Untuk menjamin usaha peternakan sapi potong di lahan pasca tambang batubara
dapat berkelanjutan, maka perlu dilakukan penelitian.
31 | P o l b a n g a n Y o m a
Masing-masing kelompok ternak tersebut diharapkan harus bisa mengembangkan
sapi yang telah diberikan agar menjadi banyak, yakni melalui pola kelahiran yang
diupayakan tiap tahun sehingga populasi sapi di Kaltim cepat meningkat. Menurutnya,
Pemprov Kaltim telah memprogramkan dapat mewujudkan 2 juta ekor sapi pada 2018.
Guna merealisasikan program tersebut, maka banyak cara yang dilakukan oleh Dinas
Peternakan Kaltim. Di antara cara yang ditempuh pihaknya adalah dengan melakukan
integrasi sapi-sawit karena di Kaltim banyak perkebunan sawit yang luasannya sudah
mencapai 1,2 juta hektare. Diharapkan tiap hektare lahan sawit yang sudah berusiaa di atas
7 tahun, dapat dilakukan pemeliharaan sapi rata-rata 3 ekor. Cara lain yang ditempuh adalah
membantu bibit sapi baik pejantan maupun betina kepada kelompok ternak, termasuk
membantu para kelompok ternak yang memanfaatkan lahan eks tambang batu bara.
Lahan tambang bara di Kaltim banyak tersebar di sejumlah kabupaten dan kota,
sedangkan selama ini yang sudah dilakukan masyarakat peternak dan berhasil di antaranya
di dua daerah, yakni Kutai Kartanegara dan Kutai Barat. Untuk itu, dua daerah tersebut
selalu mendapat bantuan pengembangan. Tahap selanjutnya, bantuan yang sama akan
diberikan kepada kelompok ternak di daerah lain, meskipun tahun-tahun sebelumnya juga
sudah ada sejumlah peternak di lahan eks tambang yang mendapat bantuan dan telah
berhasil mengembangkannya.
Selama ini di Kabupaten Kutai Barat khususnya dan di Provinsi Kaltim umumnya,
masih belum mampu mencukupi permintaan daging sapi bagi warga setempat, sehingga
perlu dilakukan optimalisasi budidaya sapi, menurut Kabid Perbibitan dan Budidaya Dinas
Peternakan Kaltim IG Made Jaya Adhi. Jumlah sapi yang diberikan dalam program ini lebih
banyak yang betina ketimbang yang jantan. Tujuannya adalah agar para betina tersebut
cepat bunting dan melahirkan banyak pedet (anak sapi). Selanjutnya, pedet-pedet tersebut
diharapkan cepat dewasa dan bunting setelah usia 18-24 bulan, sehingga diharapkan
bantuan yang diberikan tersebut terus beranak pinak untuk mempercepat populasi sapi.
Guna peningkatan populasinya, maka pihaknya melarang peternak menjual atau memotong
sapi betina produktif. Larangan ini berdasarkan pada pasal 18 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 18 tahun 2009, tentang peternakan dan kesehatan hewan. Dalam pasal tersebut
ditegaskan mengenai larangan memotong sapi betina produktif atau betina yang sedang
bunting, yakni pelakunya akan dikenai sanksi berupa kurungan 3-9 bulan dengan denda
pada kisran Rp5 juta-Rp25 juta. Sedangkan sejumlah peternak yang mendapat bantuan
pengembangan budidaya sapi di Kutai Barat adalah mereka yang tergabung dalam tujuh
kelompok tani (poktan) tani di desa masing-masing. 150 sapi yang dibantukan kepada tujuh
32 | P o l b a n g a n Y o m a
poktan itu terdiri 20 ekor pejantan dan 130 ekor betina. Sapi-sapi indukan yang dibantukan
itu diharapkan dapat menghasilkan pedet setiap tahun atau setiap 11-14 bulan. Sedangkan
tujuh poktan di Kutai Barat yang mendapat bantuan dari Dinas Peternakan Kaltim pada
2014 ini adalah, Poktan Taruna Merah Putih di Desa Melak Ulu, Kecamatan Melak, yang
diketuai Ardiansyah, Poktan Sahabat Sejati di Desa Melak Ilir, Melak, dengan ketua S
Dadang. Kemudian Poktan Bina Warga, Desa Sebelang, Muara Pahu, dengan ketua Jumli,
Poktan Setia, Desa Tanjung Haur, Penyinggahan, dengan ketua Otoh, Poktan Teruskan
Bekembang, Desa Gemuahan Asa, Barong Tongkok, dengan ketua Maryana, dan Poktan
Kartika Chandra dengan ketua Elsye Susan juga di Desa Barong Tonggkok, Kecamatan
Barong Tongkok.
Dikutip dari Website Resmi Humas dan Protokol Kabupaten Kutai Barat - Pemkab
Kubar melalui Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kubar pada
Tahun anggaran 2020 kembali menyalurkan bibit bantuan ternak sapi, kerbau, kambing,
babi kepada kelompok tani yang ada di Kecamatan Sekolaq Darat, Linggang Bigung,
Jempang, Damai, Barong Tongkok, Melak, Nyuatan, Muara Lawa, Mook Manaar Bulatn
dan Tering.
Untuk bibit kerbau sebanyak 29 ekor yang didistribusikan untuk tiga kelompok tani
Meratu Kampung Geleo Asa, kelompok tani Kelunag Jaya Kampung sambung, dan
kelompok tani Rawa Jawaq Kampung Muara jawaq. Sedangkan bibit kambing dengan total
137 ekor kambing terdiri dari 14 jantan dan 123 betina, diberikan kepada 14 kelompok
tani di kampung Tanjung Jone, Mendika, Juaq Asa, Simpang Raya, Penawai, Benangaq,
Sukomulyo, Keliwai, Kelumpang, Tanjung Haur, Loa Deras, Purworejo, dan kampung
Kelian Dalam. Penyerahan bibit ternak yang bersumber dananya dari APBD I 2020
merupakan realisasi usulan dari setiap kelompok tani. Selanjutnya peranan kelompok tani
ternak dalam mengupayakan ternaknya agar mendapat nilai tambah serta efisien dalam
33 | P o l b a n g a n Y o m a
pengelolaannya. Upaya yang perlu dikembangkan dalam membina dan memantapkan
kelompok peternak adalah memperkuat pengetahuan peternak dengan pelatihan yang
dilakukan Dinas Pertanian.
Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar petani/peternak dapat
memanfaatkan program pembangunan yang ada, secara berkelanjutan, melalui
penumbuhan rasa memiliki, partisipasi dan pengembangan kreatifitas, disertai dukungan
masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat tani
disekitarnya. Maka melalui bantuan tersebut diharapkan semua kelompok tani yang
menerima agar dapat memelihara sesuai petunjuk teknis beternak yang benar, menyiapkan
pakan, kandang dan apabila ada permasalahan kesehatan hewan agar segera menghubungi
ke Dinas Pertanian Bidang Peternakan dan kesehatan Hewan. Selain itu juga upaya ini
diarahkan untuk terbentuknya kelompok-kelompok peternak, kerjasama antar kelompok
sehingga terbentuk kelompok yang produktif yang terintegrasi dalam satu koperasi
dibidang peternakan.
Kegiatan pemberian bantuan ternak diharapkan dapat meningkat perekonomian
masyarakat sesuai Motto Semoga Hari Esok Lebih Baik Daripada Hari Ini. Untuk itu,
program pengentasan kemiskinan di sub sektor peternakan harus terus kita sosialisasikan
dan sinkronisasikan agar pemanfaatannya tepat sasaran.Bantuan tersebut dapat
dikembangkan dan dapat digulirkan kepada kelompok berikutnya, sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga kedepan Kubar menjadi kawasan sentra
peternakan dan kegiatan usaha budi daya peternakan di kabupaten Kutai Barat bisa dibilang
cukuplah berkembang dari tahun ke tahun. Hal tersebut ditunjukan dengan semakin
banyak masyarakat yang ingin berinovasi untuk melakukan kegiatan peternakan baik skala
rumah tangga maupun kerjasama. Seperti pada tahun 2020 lalu Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Kalimanatan Timur (Kaltim) memberikan bantuan sebanyak 15 ekor sapi untuk
Kelompok Tani Banteng Perjuangan di Kampung Muhur, Kecamatan Siluq Ngurai, Kutai
Barat. Saat ini di mini ranch mereka terdapat 92 ekor sapi terdiri dari 35 ekor jantan dan
57 ekor betina.
Kelompok Tani Banteng Perjuangan merupakan kegiatan budi daya ternak dengan
pemberdayaan lahan eks tambang batu bara atau kawasan yang sudah tidak ditambang lagi,
agar dapat dimanfaatkan dengan menggunakannya sebagai lokasi pengembalaan sapi yang
berkelanjutan.
34 | P o l b a n g a n Y o m a
B. Kerjasama untuk Mewujudkan Cita-Cita
Demi mewujudkan cita-cita menjadikan Kutai Barat sebagai lumbung ternak untuk
masa mendatang khususnya sebagai penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Koperasi PT.
Berkah Salama Jaya Kutai Kartanegara menjalin kemitraan dengan kelompok peternak sapi
di Kubar, ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT. Berkah
Salama Jaya dengan lima kelompok ternak di Kubar. Hal tersebut didasari oleh kondisi
alam yang sangat menunjang menjadi hal yang sangat utama sehingga diproyeksikan
menjadi lumbung ternak.
Sapi yang diberikan kepada peternak hasil kemitraan PT Berkah Salama Jaya
dengan Pertamina yang dinamakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) untuk
bisa menyediakan sapi dengan anggaran yang cukup besar hingga mencapai Rp 30 miliar
lebih.
Dalam kelompok tani tersebut juga ada manajemennya dan sudah lengkap, seperti
menimbang sapi setiap hari untuk mengetahui kemajuan berat badan sapi, chopper/mesin
pencacah penggiling rumput, fermentasi rumput dan pelayanan medis. Dari hasil evaluasi
di lapangan langsung, dari target 120 ekor sapi yang ada baru 116 ekor jadi masih ada
kekurangan 4 ekor sapi yang akan segera dikirim, dan untuk fasilitas sudah memadai dan
35 | P o l b a n g a n Y o m a
dibangun sesuai standar. Tetapi hanya perlu pembenahan untuk pemanfaatan limbah untuk
dijadikan pupuk organik.
Kepala dinas Pertanian juga menyatakan dari hasil pantauan langsung kelompok
tani Maju Jaya Bersama perlu dibantu pembangunan jalan usaha tani, dimana kelompok
tani tersebut kesulitan mengakses lokasi tempat penggemukan sapi karena jalan belum
disemenisasi dengan jarak kurang lebih 650 meter.
Dari sisi kelembagaan kelompok tani tersebut sudah sangat kompak seperti
bergotong royong membangun kandang, menyediakan pakan dengan penjadwalan yang
melakukan pengambilan pakan. Dari lima kelompok yang ikut dalam MOU kelompok tani
Maju Jaya Bersama yang lebih dahulu mendapatkan bantuan, dan dari hasil kunjungan di
lapangan kelompok tani tersebut akan membangun kandang tambahan untuk memperluas
serta menambah arel pakan/kebun rumput.
Untuk pakan/kebun rumput kelompok tani juga sudah menyiapkan lahan yang
sudah siap untuk pakan ternak, selain itu juga kelompok tani mengambil rumput di luar
areal karena setiap harinya memerlukan kurang lebih 4 mobil pickup setiap harinya untuk
pakan ternak. Dalam pengolahan pakan bagi sapi kelompok tani juga sudah diberikan bekal
ilmu untuk pengolahan pakan yang benar seperti memfermentasikan, dengan demikian
target dalam tiga bulan kedepan proses penggemukan sapi berhasil atau tidak.
Saat ini memang baru satu kelompok yang berjalan, oleh sebab itu sangat
diharapkan empat kelompok tani yang tergabung dalam MOU bisa mempercepat proses
pembangunan kandang agar bisa segera diselesaikan, di kubar nantiya akan ada 5 kelompok
tani yang melakukan penggemukan sapi, seperti di Linggang Bigung, Keay, Lambing,
Muara Lawa dan Bongan dengan adanya kelompok tani tersebut diharapkan bisa menjadi
tonggak Kubar bisa memproduksi sapi pedaging pemenuhan daging sapi di Kubar.
36 | P o l b a n g a n Y o m a
masyarakat secara mandiri. Untuk menuju keberhasilan tentu perlu kerja dan kekompakan
seluruh anggota kelompok tani, di dalam manajemen kelompok tani tersebut harus
dihitung sampai kenaikan berat badan sapi setiap hari harus dihitung kesehatan dievaluasi,
dan kebersihan kandang harus selalu dijaga, sehingga kegiatan yang ada tidak sekedar
mendapatkan bantuan. Oleh sebab itu dari sisi teknis dinas pertanian terus membantu
petani, terkait kesehatan hewan maupun pakan ternak, sekali lagi Dinas Pertanian siap
membantu dengan harapan kelompok tani yang ada mampu memenuhi kebutuhan 1600
ekor sapi setahun di Kubar, paling tidak kita bisa memenuhi kebutuhan di Kubar saja.
Dinas pertanian juga kan membantu mengarahkan para pembeli sapi pedaging
untuk membeli di kelompok tani yang melakukan penggemukan sapi. Seperti yang kita
ketahui bersama kubar ke depan juga sebagai salah satu daerah penyangga ibukota, oleh
sebab itu perlu kita persiapkan sejak saat ini dan target kita dalam dua tahun kedepan kita
sudah bisa memenuhi kebutuhan daging sapi untuk Kubar sendiri.
Kita sangat berharap lima kelompok yang ada bisa berhasil, di luar peternak
mandiri sehingga peternak yang ada di kampung-kampung bisa melihat peluang dan bisa
bergabung dengan memberikan bibit kepada kelompok tani. Kelompok tani penggemukan
sapi, selain menggemukan sapi. Kelompok tersebut dalam 20 ekor sapi harus ada 1 ekor
betina dengan harapan ada budidaya selain agribisnis, secara teknis kelompok tani sudah
menyiapkannya dan dinas pertanian siap untuk mendampingi kelompok tani yang ada.
Program penggemukan sapi ini merupakan membuka peluang kepada para petani
untuk mengembangkan Hijauan Makanan Ternak (HMT), karena selama ini para petani
hanya mengambil rumput untuk pakan ternak, dimana kadar protein kebutuhan makan
sangat kecil jika kita mengembangkan HMT maka petani akan diuntungkan dengan
pertumbuhan sapi yang cepat, oleh sebab itu menanam HMT memiliki peluang jika
dipotong tumbuh lagi, begitu juga banyak lahan tidur di Kubar yang bisa kita manfaatkan
atau kontrak untuk menanam HMT.
37 | P o l b a n g a n Y o m a
BAB III
RINGKASAN
Penyuluhan peternakan adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan
pelaku usaha sebagai jaminan atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu
memanfaatkan sumber daya yang ada guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan beserta
keluarganya dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kesejahteraannya. Pengertian tersebut
mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran inheren adanya proses-proses lain yang
terjadi secara simultan.
Dengan tujuan Penyuluhan peternakan mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu :
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Demi mewujudkan cita-cita menjadikan Kutai Barat sebagai lumbung ternak untuk masa
mendatang khususnya sebagai penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Beberapa lembaga
berkolaborasi dengan kelompok peternak sapi di Kubar, dengan harapan Kutai Barat mampu
menjadi pusat peternakan.
38 | P o l b a n g a n Y o m a
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Barat. 2020. https://pertanian.kutaibaratkab.go.id/ . Di akses :
20 Juli 2021
39 | P o l b a n g a n Y o m a
LAMPIRAN
Pada kesempatan yang berharga saat melaksanakan parktikum banyak hal-hal dan moment
berharga yang saya dapatkan dan rasakan selama berinteraksi langsung dengan pelaku usaha
peternakan maupun penyuluh, banyak masukan,motivasi dan bimbingan yang diberikan. Seperti
pada gambar berikut :
Gambar 2. Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur saat
melakukan pencegahan penyakit Brucellosis pada sapi yang akan mengakibatkan
keguguran sebanyak pada ternak sapi betina.
40 | P o l b a n g a n Y o m a
Gambar 3. Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur saat
melakukan pengambilan sampel darah.
41 | P o l b a n g a n Y o m a
Gambar 5. Kunjungan Ke Peternak Setelah Kelahiran Pedet Pertama hasil
Inseminasi Buatan
42 | P o l b a n g a n Y o m a
43 | P o l b a n g a n Y o m a