Anda di halaman 1dari 47

COVER

i|P o lb ang an Yoma


MOTO
“Di manapun engkau berada selalulah menjadi yang terbaik dan berikan yang
terbaik dari yang bisa kita berikan"- BJ Habibie

ii | P o l b a n g a n Y o m a
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera bagi Kita Semua

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang sudah
memberikan kasih dan karunia-Nya kepada penulis dalam melaksanakan penulisan Buku
Elektronik (E-book) yang berjudul “Peran Penyuluh dalam meningkatkan Minat Beternak di
Kabupaten Kutai Barat” sehingga dapat terealisasikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan buku elektronik ini iyalah untuk memenuhi penugasan pada
mata kuliah Komunikasi Penyuluhan. Selain itu, buku ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang peranan seorang penyuluh dalam menumbuhkan minat bagi khalayak untuk melakukan
kegiatan budi daya peternakan, baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Dengan selesainya penulisan makalah ini, tidak lupa penulis mengucapkan limpah terima
kasih kepada:

1. Bapak Drs. Akimi,MM , selaku dosen I mata kuliah Komunikasi Penyuluhan.


2. Rosa Zulfikhar, S.Sn., M.Ikom, selaku dosen II mata kuliah Komunikasi Penyuluhan.
3. Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Per Kecamatan di Kabupaten Kutai Barat.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini.

Demikian pengantar buku tersebut, terkait kekurangan dalam penyusunan buku ini, dengan
rendah hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaiakan kualitas penulis dalam menyusun
buku. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melindungi kita semua dan semoga selalu dalam
keadaan sehat, Amin.

Salam Damai Sejahtera bagi Kita Semua

Kutai Barat, Juli 2021

Penulis

iii | P o l b a n g a n Y o m a
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................. i
MOTO ................................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
BAB I PENYULUHAN PETERNAKAN ...........................................................................1
A. Pengertian Penyuluhan ..............................................................................................1
B. Tujuan Penyuluhan................................................................................................... 4
1. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebarluasan Informasi .............................................. 6
2. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan atau Pemberian Penjelasan .................... 7
3. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku........................................................... 8
4. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar ................................................................................... 9
5. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial ............................................................. 10
6. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering) ....................... 10
7. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing) ........................ 11
8. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat ( Community
Empowerment)............................................................................................................................... 12
9. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas ( Capacity Strenghtening) .... 12
10. Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan ...................................... 13
11. Redefinisi Penyuluhan Pertanian dan peternakan ......................................................... 13
C. Falsafah, Prinsip dan Etika Penyuluhan ............................................................................ 14
1. Falsafah .................................................................................................................................... 14
2. Prinsip ....................................................................................................................................... 20
3. Etika .......................................................................................................................................... 24
D. Peran Penyuluh .......................................................................................................................... 25
BAB II PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT .................................................. 31
A. Kegiatan di Peternakan Kabupaten Kutai Barat ..................................................... 31
B. Kerjasama untuk Mewujudkan Cita-Cita ............................................................... 35
BAB III RINGKASAN ......................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 39
LAMPIRAN....................................................................................................................... 40

iv | P o l b a n g a n Y o m a
BAB I

PENYULUHAN PETERNAKAN
A. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan pertanian dan peternakan merupakan bagian dari sistem pembangunan


pertanian dan peternakan yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan
non formal) bagi peternak beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat
dalam pembangunan pertanian dan peternakan, dengan demikian penyuluhan pertanian
dan peternakan adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu
peternak beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk
memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya
mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto, N.P, 2005). Selanjutnya dikemukakan oleh
Salim (2005), bahwa penyuluhan pertanian dan peternakan adalah upaya pemberdayaan
peternak dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan
non formal dibidang pertanian dan peternakan agar mampu menolong dirinya sendiri baik
dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan mereka dapat dicapai. Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu
sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar
dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana, 2005).
Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam
buku A.W. van den Ban, dkk. (1999) menuliskan bahwa penyuluhan merupakan
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan
membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bias membuat keputusan yang
benar. Pengertian lain penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik
untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua “stakeholders” agribisnis
melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri
setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola kegiatan agribisnisnya yang semakin
produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan yang baik, dan semakin sejahtera secara
berkelanjutan (Mardikanto, 2003).

Selanjutnya dalam draf Repitalisasi Penyuluhan disebutkan bahwa penyuluhan


pertanian dan peternakan adalah kegiatan pendidikan non formal bagi peternak dan
keluarganya sebagai wujud jaminan pemerintah atas hak peternak untuk mendapatkan
pendidikan. Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 disebutkan bahwa sistem penyuluhan

1|P o lb ang an Yoma


peternakan dan pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan,
pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan peternakan dan
pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Oleh karena itu dalam UU no. 16
disebutkan bahwa Penyuluhan Peternakan dan Pertanian adalah suatu proses pembelajaran
bagi pelaku utama (pelaku kegiatan Peternakan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikandirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor ataupun
alat untuk menerangi kegelapan. Jadi dapat dimaknai bahwa penyuluhan dimaksudkan
untuk memberi penerangan ataupun penjelasan pada mereka yang disuluhi agar tidak
berada dalam kegelapan mengenai masalah tertentu. Penyuluhan adalah kegiatan mendidik
orang (kegiatan pendidikan)dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang
direncanakan/dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan usaha
mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara
mandiri. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan
waktu yang lebih lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal.
Sebaliknya, meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah
dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala factor
pemaksanya sudah dihentikan. Kegiatan penelitian dan penyuluhan sangat berkaitan dan
saling memerlukan, karena itu kebersamaan antara peneliti/lembaga penelitian dan
penyuluh/lembaga penyuluh perlu terbina dengan baik dan intim. Falsafah keduanya antara
lain adalah sebagai berikut :

1. Selalu mengusahakan pembaruan dan modernisasi IPTEKS.


2. Kebutuhan/keinginan/masalah masyarakat klien merupakan kegiatan primadona
peneliti dan penyuluh.
3. Selalu mengikuti/sejalan dengan perkembangan dan kemajuan.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
5. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran klien dan masyarakat pada
umumnya.
Pada UU RI No. 16, tentang SP3K, Tahun 2006 disebutkan bahwa sistem
penyuluhan pertanian dan peternakan merupakan seluruh rangkaian pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan
2|P o lb ang an Yoma
peternakan) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Penyuluhan peternakan adalah suatu
proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan peternakan) serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasipasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan peternakan adalah
kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan atas
hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya yang
ada guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan beserta keluarganya dan lebih luas
lagi dapat meningkatkan kesejahteraannya. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa
didalam proses pembelajaran inheren adanya proses-proses lain yang terjadi secara
simultan, yaitu:
1. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi
sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu
mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan
usaha mereka, komunikasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-
alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran,
2. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang” kepada
pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek” dalam
proses pembangunan pertanian dan peternakan, bukan sebagai “obyek”, sehingga
setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai
kesempatan yang sama untuk (1)Berpartisipasi; 2). Mengakses teknologi,
sumberdaya, pasar dan modal; 3). Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan
keputusan; dan 4). Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil
pembangunan pertanian dan peternakan.
Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku
utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai
berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan
perbaikan dan pengembangan usahanya. Pendidikan dalam penyuluhan peternakan adalah
usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia, yang mencakup:
1. Perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diakui,
2. Perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu
3. Perubahan dalam sikap mental.

3|P o lb ang an Yoma


Penyuluhan peternakan harus memiliki:
1. Pengertian yang jelas tentang perubahan perilaku yang harus dihasilkan atau
perilaku baru apa (pengetahuan, pengertian, keterampilan, kebiasaan, sikap,
perasaan, dan tentang apa yang harus dihasilkan;
2. Pengertian tentang bagaimana caranya orang belajar, yaitu bagaimana orang dapat
dipengaruhi agar berubah cara berpikir dan bertindaknya;
3. Pengertian yang jelas tentang bagaimana caranya mengajar yaitu cara
mempengaruhi orang lain. Hal ini mencakup pengetahuan dan keterampilan yang
menggunakan berbagai metode penyuluhan paling efektif untuk mengubah
perilaku orang-orang tertentu ( Margono, 1987).

B. Tujuan Penyuluhan

Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu SMART (Anonim, 2009) :
1. Specific ( khusus), kegiatan penyuluhan peternakan harus dilakukan untuk memenui
kebutuhan khusus,
2. Measurable ( dapat diukur), bahwa kegiatan penyuluhan harus mempunyai tujuan
akhir yang dapat diukur,
3. Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan) yaitu tujuan kegiatan penyuluhan itu harus
mampu untuk dicapai oleh para peserta/peternak,
4. Realistic ( realistis), bahwa tujuan yang ingin dicapai harus masuk akal, dan tidak
berlebihan, sehingga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta/peternak,
5. Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan), ini berarti bahwa
dalam waktu yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penyelenggaraan penyuluhan ini harus dapat dipenuhi oleh setiap peserta/
peternak.

Penyuluhan peternakan mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu : tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
1. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih
terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap
dan tindakan peternak keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Dengan berubahnya perilaku peternak dan keluarganya, diharapkan
dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien (Zakaria, 2006).
2. Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan
kesejahteraan peternak yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis
4|P o lb ang an Yoma
berternak (better farming), perbaikan usaha ternak (better business), dan perbaikan
kehidupan peternak dan masyarakatnya (better living), dari pengalaman
pembangunan pertanian dan peternakan yang telah dilaksanakan di Indonesia
selama tiga-dasawarsa terakhir, menunjukkan bahwa, untuk mencapai ketiga
bentuk perbaikan yang disebutkan di atas masih memerlukan perbaikan-perbaikan
lain yang menyangkut (Deptan, 2002):
a. Perbaikan kelembagaan pertanian dan peternakan (better organization) demi
terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders,
b. Perbaikan kehidupan masyarakat (better community), yang tercermin dalam
perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang sangat
diperlukan bagi terlaksananya pembangunan pertanian dan peternakan yang
merupakan sub-sistem pembangunan masyarakat (community development),
c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better enviroment) demi kelangsungan
usaha ternak. Tentang hal ini, pengalaman menunjukkan bahwa
produktivitas dan pendapatan peternak, serta kerusakan lingkungan-hidup
yang lain, yang dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan (sustainability)
pembangunan peternakan itu sendiri.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah: ABCD:
1. Audience (khalayak sasaran);
2. Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki);
3. Condition (kondisi yang akan dicapai); dan
4. Degree (derajat kondisi yang akan dicapai).
Pembangunan pertanian dan peternakan mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri; memperluas lapangan kerja dan
lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan peternak; mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan, khususnya di perdesaan; meningkatkan pendapatan nasional; serta menjaga
kelestarian lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian dan peternakan dalam
pembangunan nasional, diperlukan pelaku utama dan pelaku usaha yang berkualitas, andal,
serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis. Untuk
meningkatkan kemampuan tersebut dibutuhkan kegiatan penyuluhan pertanian dan
peternakan sebagai upaya membangun usaha dari hulu sampai hilir yang berdaya saing
tinggi, dan melestarikan fungsi lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan.

5|P o lb ang an Yoma


Penyuluhan peternakan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses teknologi, informasi pasar, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Keberhasilan penyuluhan tersebut sangat ditentukan oleh keberadaan dan
kompetensi penyuluh peternakan dalam melakukan kegiatan penyuluhannya.
Penyuluhan peternakan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluh peternakan
terampil adalah pejabat fungsional Penyuluh peternakan yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu. Penyuluh peternakan
ahli adalah pejabat fungsional Penyuluh Pertanian dan peternakan yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya didasarkan atas selain mempergunakan prosedur teknik kerja, juga disiplin
ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu. Kelembagaan penyuluhan
pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan tugas dan fungsi penyuluhan.
Banyak pihak menilai bahwa penyuluhan peternakan mempunyai andil yang sangat
besar dalam keberhasilan pembangunan pertanian dan peternakan dan peternakan di
Indonesia. Bimbingan masal atau yang dikenal bimas dengan metode latihan dan
kunjungannya telah berhasil mendifusikan suatu inovasi sehingga transsfer pengetahuan
dan teknologi dapat terjadi secara kontinu.
Terkait dengan hal tersebut, dalam perjalanannya, kegiatan penyuluhan diartikan
dengan berbagai pemahaman, seperti: (1) Penyebarluasan (informasi); (2)
Penerangan/penjelasan; (3) Pendidikan non-formal (luar-sekolah); (4) Perubahan perilaku;
(5) Rekayasa sosial; (6) Pemasaran inovasi (teknis dan sosial); (7) Perubahan sosial (perilaku
individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan, dll); (8) Pemberdayaan
masyarakat (community empowerment) (9) Penguatan komunitas (community strengthening).

1. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebarluasan Informasi

Sebagai terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
penyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan peyebarluasan informasi tentang

6|P o lb ang an Yoma


ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke
dalam praktek atau kegiatan praktis. Implikasi dari pengertian ini adalah:

a. Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh tidak boleh hanya menunggu


aliran informasi dari sumber-sumber informasi (peneliti, pusat informasi,
institusi pemerintah, dll) melainkan harus secara aktif berburu informasi yang
bermanfaat dan atau dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi kliennya. Dalam
hubungan ini, penyuluh harus mengoptimalkan peman-faatan segala
sumberdaya yang dimiliki serta segala media/ saluran informasi yang dapat
digunakan (media-masa, internet, dll) agar tidak ketinggalan dan tetap dipercaya
sebagai sumber informasi “baru” oleh kliennya.
b. Penyuluh harus aktif untuk menyaring informasi yang diberikan atau yang
diperoleh kliennya dari sumber-sumber yang lain, baik yang menyangkut
kebijakan, produk, metode, nilai-nilai perilaku, dll. Hal ini penting, karena di
samping dari penyuluh, masyarakat seringkali juga memperoleh
informasi/inovasi dari sumber- sumber lain (aparat pemerintah, produsen/
pelaku bisnis, media masa, LSM) yang tidak selalu “benar” dan bermanfaat/
menguntungkan masyarakat/kliennya. Sebab, dari pengalaman menunjukkan,
informasi yang datang dari “luar” seringkali lebih berorientasi kepada
“kepentingan luar” dibanding keberpihakannya kepada kepentingan masyarakat
yang menjadi kliennya.
c. Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari “dalam” baik yang berupa
“kearifan tradisional” maupun “endegenuous technology”. Hal ini penting, karena
informasi yang berasal dari dalam, di samping telah teruji oleh waktu, seringkali
juga lebih sesuai dengan kondisi setempat, baik ditinjau dari kondisi fisik, teknis,
ekonomis, sosial/budaya, maupun kesesuaiannya dengan kebutuh-an
pengembangan komunitas setempat.
d. Pentingnya informasi yang menyangkut hak-hak politik masyarakat, di samping:
inovasi teknologi, kebijakan, manajemen, dll. Hal ini penting, karena yang untuk
pelaksanaan kegiatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat seringkali
sangat tergantung kepada kemauan dan keputusan politik.

2. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan atau Pemberian Penjelasan

Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus sebagai
terjemahan dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau

7|P o lb ang an Yoma


memberikan terang bagi yang dalam ke-gelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering
diartikan sebagai kegiatan penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan
penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga
menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-
sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan (beneficiaries), sehingga mereka
benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru-
penerangnya. Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan yang dilakukan oleh
penyuluh tidak boleh hanya bersifat “searah” melainkan harus diupa-yakan
berlangsungnya komunikasi “timbal-balik” yang memusat (convergence) sehingga
penyuluh juga dapat memahami aspirasi masyarakat, manakala mereka menolak
atau belum siap menerima informasi yang diberikan. Hal ini penting, agar
penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “pemaksaan kehendak” (indoktrinasi,
agitasi, dll) melainkan tetap menjamin hubungan yang harmonis antara penyuluh
dan mnasyarakat kliennya secara berkelanjutan.

3. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku

Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar diartikan


sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi,
penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan
yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang
merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang
dapat diamati oleh orang atau pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan,
tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil
kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada “penyebar-
luasan informasi atau inovasi”, dan “memberikan penerangan”, tetapi merupakan
proses yang dilakukan secara terus- menerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan
waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh
penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi “klien” penyuluhan”.
Sebagai contoh: Pada penyuluhan penggunaan pakan terhadap ternak tertentu,,
kegiatan penyuluhan tidak boleh hanya berhenti pada pemberian penerangan atau
penjelasan kepada peternak, tetapi harus dilakukan terus-menerus sampai peternak
tersebut mau menggunakan, bahkan secara mandiri mau berswadaya untuk
membeli pakan tersebut. Implikasi dari pengertian perubahan perilaku ini adalah:
a. Harus diingat bahwa, perubahan perilaku yang diharapkan tidak hanya
terbatas pada masyarakat/klien yang menjadi “sasaran utama” penyuluhan,
8|P o lb ang an Yoma
tetapi penyuluhan harus mampu mengubah perilaku semua stakeholders
pembangunan, terutama aparat pemerintah selaku pengambil keputusan,
pakar, peneliti, pelaku bisnis, aktiivis LSM, tokoh masyarakat dan
stakeholders pemba-ngunan yang lainnya.
b. Perubahan perilaku yang terjadi tidak terbatas atau berhenti setelah
masyarakat/klien mengadopsi (menerima, menerapkan, mengikuti)
informasi/inovasi yang disampaikan, tetapi juga ter-masuk untuk selalu siap
melakukan perubahan- perubahan terhadap inovasi yang sudah diyakininya,
manakala ada informasi/ inovasi/kebijakan baru yang lebih bermanfaat
bagi perbaikan kesejahteraannya.
c. Dari contoh penyuluhan pakan di atas, kegiatan penyuluhan tidak berhenti
sampai pada tumbuhnya swadaya masyarakat untuk menggunakan dan
membeli pakan, tetapi juga kesiapannya untuk menerima “pakan baru”
sebagai pengganti pakan yang disuluhkan itu.
d. Perubahan perilaku yang dimaksudkan tidak terbatas pada kesediaanya
untuk menerapkan atau menggunakan inovasi yang ditawarkan, tetapi yang
lebih penting dari kesemuanya itu adalah kesediaannya untuk terus belajar
sepanjang kehidupannya secara berkelanjutan (life long education).

4. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa,


kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat
merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses
pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang
terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar. Hal ini
penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui
beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian insentif/hadiah, atau bahkan
melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan (baik melalui penciptaan kondisi lingkungan
fisik maupun sosial-ekonomi, maupun pemaksaan melalui aturan dan ancaman-
ancaman). Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melauli
pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih
lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan
meluntur kembali, manakalaada pengganti atau sesuatu yang dapat
menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keunggulan “baru” yang diyakininya
memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi. Lain halnya
9|P o lb ang an Yoma
dengan perubahan perilaku yang terjadi karena bujukan/hadiah atau pemaksaan,
perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi
lebih cepat pula meluntur, yaitu jika bujukan/hadiah/pemaksaan tersebut
dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan kegiatannya.
Penyuluhan sebagai proses pendidikan, dalam konsep “akademik” dapat mudah
dimaklumi, tetapi dalam prektek kegiatan, perlu dijelas-kan lebih lanjut. Sebab
pendidikan yang dimaksud di sini tidak ber-langsung vertikal yang lebih bersifat
“menggurui” tetapi merupakan pendidikan orang-dewasa yang berlangsung
horizontal dan lateral yang lebih bersifat “partisipatif”. Dalam kaitan ini,
keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang
disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang dialogis, yang
mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan, dan ketrampilan “baru”
yang mampu meng-ubah perilaku kelompok-sasarannya ke arah kegiatan dan
kehidupan yang lebih menyejahterakan setiap individu, keluarga, dan masyara-
katnya. Jadi, pendidikan dalam penyuluhan adalah proses belajar bersama.

5. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial

SDC (1995) menyatakan bahwa, penyuluhan tidak sekadar merupa-kan proses


perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial,
yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi yang dalam jangka
panjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-pilihan baru
untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Yang dimaksud dengan perubahan
sosial di sini adalah, tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri
seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam
masyara-kat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti:
demokratisasi, transparansi, supremasi hukum, dll.

6. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering)

Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan sosial


yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai proses rekayasa
sosial (social engineering) atau segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan
sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sisetm sosialnya masing-masing.
Karena kegiatan rekayasa-sosial dilakukan oleh ”pihak luar”, maka relayasa sosial
bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial demi terciptanya kondisi

10 | P o l b a n g a n Y o m a
sosial yang diinginkan oleh pihak-luar (perekayasa). Pemahaman seperti itu tidak
salah, tetapi tidak dapat sepenuhnya dapat diterima. Sebab, rekayasa-sosial yang
pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan
kelompok-sasarannya, seringkali dapat berakibat negatif, manakala hanya mengacu
kepada kepentingan perekayasa, sementara masyara-kat dijadikan korban
pemenuhan kehendak perekayasa. Sebagai contoh: Upaya menggerakkan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan memang diperlukan, tetapi
jika dalam proses untuk berpartisipasi tersebut masyarakat dituntut kesediaannya
untuk banyak berkorban termasuk mengorbankan hak-hak normatifnya sebagai
warga negara (harus tunduk, tidak boleh membantah, dll) maka proses reklayasa
sosial seperti itu bukanlah perubahan-sosial sebagaimana yang dimaksud dan
dikehendaki oleh kegiatan penyuluhan.

7. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing)

Yang dimaksud dengan “pemasaran sosial” adalah penerapan konsep dan atau
teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa-
sosial yang lebih berkonotasi untuk “membentuk” (to do to) atau menjadikan
masyarakat menjadi sesuatu yang “baru” sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa,
proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk “menawarkan” (to do for) sesuatu
kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa-sosial proses pengambilan keputusan
sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambilan keputusandalam
pemasaran-sosial sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri. Termasuk
dalam pengertian “menawarkan” di sini adalah penggunaan konsep-konsep
pemasaran dalam upaya menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yang ditawarkan dan akan
dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan. Perbedaan hakiki di
sini adalah, masyarakat berhak menawar bahkan menolak segala sesuatu yang dinilai
tidak bermanfaat, akan merugi-kan, atau membawa konsekuensi pada keharusan
masyarakat untuk berkorban dan atau mengorbankan sesuatu yang lebih besar
dibanding manfaat yang akan diterimanya.

11 | P o l b a n g a n Y o m a
8. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community
Empowerment)

Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan


adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya
kepada yang tidak berdaya dan atau mengem-bangkan daya yang sudah dimiliki
menjadi sesuatu yang lebih ber-manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Dalam
konsep pemberdayaan tersebut, terkandung pema-haman bahwa pemberdayaan
tersebut diarahkan pada terwujudnya masyarakat madani (yang beradab) dan
mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi
kesejahteraannya sendiri. Pemberdayaan masyarakat, dimaksudkan untuk
memperkuat kemam-puan (capacity strenghtening) masyarakat, agar mereka dapat
berpartisipasi secara aktif dalam keseluruahn proses pembangunan, terutama
pembangunan yang ditawarkan oleh penguasa dan atau pihak luar yang lain
(penyuluh, LSM,dll)

9. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strenghtening)

Yang dimaksud dengan penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan kemampuan


yang dimiliki oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan, maupun
hubungan atau jejaring antar individu, kelom-pok organisasi sosial, serta pihak lain
di luar sistem masyarakatnya sampai di aras global. Kemampuan atau kapasitas
masyarakat, diartikan sebagai daya atau kekuatan yang dimiliki oleh setiap indiividu
dan masyarakatnya untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumber-daya yang
dimiliki secara lebih berhasil-guna (efektif) dan berdayaguna (efisien) secara
berkelanjutan. Dalam hubungan ini, kekuatan atau daya yang dimiliki setiap
individu dan masyarakat bukan dalam arti pasif tetapi bersifat aktif yaitu terus
menerus dikembangkan/dikuatkan untuk “memproduksi” atau menghasilkan
sesuatu yang lebih bermanfaat. Penguatan masyarakat disini, memiliki makna-
ganda yang bersifat timbal-balik. Di satu pihak, penguatan diarahkan untuk melebih
mampukan indiividu agar lebih mampu ber-peran di dalam kelompok dan
masyarakat global, di tengah-tengah ancaman yang dihadapi baik dalam kehidupan
pribadi, kelompok dan masyarakat global (UNDP, 1998).

12 | P o l b a n g a n Y o m a
10. Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan

Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk


menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu
adalah, untuk menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan (Mardikanto, 1987). Di dalam pengertian “menumbuh
kembangkan”, terkandung upaya-upaya untuk:
a. Menyadarkan masyarakat agar mau berpartisipasi secara sukarela, bukan
karena paksaan atau ancaman-ancaman;
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu (fisik, mental,
intelegensia, ekonomis dan non-ekonomis);
c. Menunjukkan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi. Sedang yang dimaksud dengan “partisipasi” tidak hanya
terbatas pada kesediaan untuk berkorban, tetapi berpartisipasi dalam
keseluruhan proses pembangunan, sejak: pengambilan keputusan tentang
penting-nya pembangunan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan,
pemantauan dan evaluasi, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.

11. Redefinisi Penyuluhan Pertanian dan peternakan

Dalam kepustakaan yang selama ini dapat dijumpai, dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan peternakan diartikan sebagai pendidikan luar sekolah yang ditujukan
kepada peternak dan keluarganya agar dapat beternak lebih baik, berusaha ternak
yang lebih menguntungkan, demi terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi
keluarga dan masyarakatnya (Wiriatmadja, 1976; Totok Mardikanto dan Sri
Sutarni, 1981; Mardikanto, 1993). Pemahaman tersebut tidak seluruhnya salah,
tetapi seiring dengan terjadinya perubahan-perubahan kehidupan masyarakat
global d a n tuntutan pembangunan pertanian dan peternakan. Saragih (2002) meng
emukakan bahwa dinilai penting untuk melakukan “redefinisi” yang menyangkut
penger-tian “penyuluhan pertanian dan peternakan” Perubahan-perubahan
tersebut telah melanda semua “stakeholder” pembangunan pertanian dan
peternakan, yang membawa konsekuensi-konsekuensi terhadap perubahan
perilaku masyarakat. Meskipun demikian, dalam UU No 16 Tahun 2006, rumusan
tentang pengertian penyuluhan pertanian dan peternakan adalah: Proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

13 | P o l b a n g a n Y o m a
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Terhadap berbagai pengertian ttersebut di atas, terdapat beberapa hal yang
perlu dikritisi, yaitu:
a. Penyuluhan pertanian dan peternakan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembangunan/pengembangan masyarakat dalam arti
luas;
b. Dalam praktek, pendidikanselalu dikonotasikan sebagai kegiatan pengajaran
yang bersifat “menggurui” yang membedakan status antara guru/pendidik
yang selalu “lebih pintar” dengan peserta didik yang harus menerima apa saja
yang diajarkan oleh tenaga pendidik;
c. Pemangku kepentingan (stakeholders) agribisnis tidak terbatas;
d. Pembangunan pertanian dan peternakan harus selalu dapat memperbaiki
produktivitas, pendapatan dan kehidupan peternak secara berkelanjutan.

Telaahan beragam pengertian yang terkandung dalam istilah


“penyuluhan” sebagaimana dikemukakan di atas, memberikan pemahaman
bahwa penyuluhan dapat diartikansebagai proses perubahan sosial, ekonomi
dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat
melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan
perilaku pada diri semua stakeholders (indiividu, kelompok, kelembagaan)
yang terlibat dalam proses pemba-ngunan, demi terwujudnya kehidupan yang
semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara
berkelanjutan.

C. Falsafah, Prinsip dan Etika Penyuluhan

1. Falsafah

Falsafah adalah suatu pandangan hidup atau sebagai landasan pemikiran yang
bersumber kepada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus
diterapkan di dalam praktek.
Falsafah Penyuluhan Pertanian Falsafah, Prinsip, dan Etika Penyuluhan meskipun
telah lama dipahami bahwa penyuluhan merupakan proses pendidikan, tetapi dalam
sejarah penyuluhan pertanian di Indonesia, terutama selama periode pemerintahan

14 | P o l b a n g a n Y o m a
Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan
kekuasaan melalui kegiatan yang berupa pemaksaan, sehingga muncul gurauan:
dipaksa, terpaksa, akhirnya terbiasa. Terhadap kenyataan seperti itu, Soewardi (1986)
telah mengingat kepada semua insan penyuluhan kembali untuk menghayati makna
penyuluhan sebagai proses pendidikan. Tentang hal ini, diakui bahwa, penyuluhan
sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan waktu lebih
lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal. Sebaliknya,
meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah
dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala faktor
pemaksanya sudah dihentikan. Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian,
banyak kita jumpai beragam falsafah penyuluhan pertanian.

Berkaitan dengan itu, Ensminger (1962) mencatat adanya 11 (sebelas) rumusan


tentang falsafah penyuluhan. Di Amerika Serikat juga telah lama dikembangkan
falsafah 3-T: teach, truth, and trust (pendidikan, kebenaran dan
kepercayaan/keyakinan). Artinya, penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan untuk
menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diyakini. Dengan kata lain, dalam
penyuluhan pertanian, petani dididik untuk menerapkan setiap informasi (baru) yang
telah diuji kebenarannya dan telah diyakini akan dapat memberikan manfaat (ekonomi
maupun non ekonomi) bagi perbaikan kesejahteraannya. Rumusan lain yang lebih tua
dan nampaknya paling banyak dikemukakan oleh banyak pihak dalam banyak
kesempatan adalah, yang dikutip Kelsey dan Hearne (1955) yang menyatakan bahwa
falsafah penyuluhan harus berpijak kepada pentingnya pengem- bangan individu di
dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Karena itu, ia
mengemukakan bahwa falsafah penyuluhan adalah bekerja bersama masyarakat untuk
membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping
people to help themselves).

Tentang hal ini, Supadi (2006) memberikan catatan bahwa dalam budaya
feodalistik, pihak yang membantu selalu ditempatkan pada kedudukan yang lebih
tinggi dibanding yang dibantu. Pemahaman seperti itu, sangat kontradiktif dengan
teori pendidikan kritis untuk pembebasan. Karena itu, pemahaman konsep membantu
masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri harus dipahami secara demokratis
yang menempatkan kedua-belah pihak dalam kedudukan yang setara.

15 | P o l b a n g a n Y o m a
Dari pemahaman seperti itu, terkandung pengertian bahwa:
a. Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, dan bukannya bekerja untuk
masyarakat (Adicondro, 1990). Kehadiran penyuluh bukan sebagai penentu atau
pemaksa, tetapi ia harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan
masyarakat dan mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta memelihara
partisipasi masyarakat.
b. Penyuluhan tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi harus mampu
mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat agar
semakin memiliki kemampuan untuk berswakarsa, swadaya, swadana, dan
swakelola bagi terselenggaranya kegiatankegiatan guna tercapainya tujuan,
harapan, dan keinginan-keinginan masyarakat sasarannya.
c. Penyuluhan yang dilaksanakan, harus selalu mengacu kepada terwujudnya
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.

Berkaitan dengan falsafah helping people to help themselves Ellerman (2001) mencatat
adanya 8 (delapan) peneliti yang menelusuri teori pemberian bantuan, yaitu:
a. Hubungan Penasehat dan Aparat Birokrasi Pemerintah (Albert Hirschman),
melalui proses pembelajaran tentang: ide-ide baru, analisis keadaan dan
masalahnya yang diikuti dengan tawaran solusi dan minimalisasi
konfrontasi/ketegangan yang terjadi: antara aparat pemerintah dan
masyarakat, antar sesama aparat, dan antar kelompokkelompok masyarakat
yang merasa dirugikan dan yang menimati keuntungan dari kebijakan
pemerintah.
b. Hubungan Guru dan Murid (John Dewey), dengan memberikan: a.
kesempatan untuk mengenali pengalamanannya, b. stimulus untuk berpikir
dan menemukan masalahnya sendiri, c. memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian d. tawaran solusi untuk dipelajari e. kesempatan untuk
menguji idenya dengan aplikasi langsung
c. Hubungan Manajer dan Karyawan (Douglas McGregor), melalui pemberian
tanggung jawab sebagai alat kontrol diri (self controle)
d. Hubungan Dokter dan Pasien (Carl Rogers), melalui pemberian saran yang
konstruktif dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan atau
diusahakannya sendiri. Uji-coba kegiatan melalui pemberian dana dan
manajemen dari luar, ternyata tidak akan memberikan hasil yang lebih baik.

16 | P o l b a n g a n Y o m a
e. Hubungan Guru Spiritual dan Murid (Soren Kierkegaard), melalui
pemahaman bahwa masalah atau kesalahan hanya dapat diketahui oleh yang
mengalaminya (diri sendiri). Guru tidak boleh menonjolkan kelebihannya,
tetapi harus merendah diri, siap melayani,dan menyediakan waktu dengan
sabar
f. Hubungan Organisator dan Masyarakat (Saul Alinsky), melalui upaya
demokratisasi, menumbuh-kembangkan partisipasi, dan mengembangkan
keyakinan (rasa percaya diri) untuk meme-cahkan masalahnya sendiri.
g. Hubungan Pendidik dan Masyarakat (Paulo Freire), melalui proses penyadaran
dan memberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik
menurut dirinya sendiri.
h. Hubungan Agen-pembangunan dan Lembaga Lokal (E.F. Schumacher),
melalui program bantuan untuk mencermati apa yang dilakukan seseorang
(masyarakat) dan membantu agar mereka dapat melakukan
perbaikanperbaikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.

Berkaitan dengan konsep falsafah 3-T yang ada di Amerika, Ensminger (1962)
menyatakan bahwa falsafah penyuluhan dapat dirumuskan :
a. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat
b. Sasaran penyuluhan adalah segenap warga masyarakat untuk menjawab
kebutuhan dan keinginannya
c. Penyuluhan bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu menolong
dirinya sendiri
d. Penyuluhan adalah belajar sambil bekerja dan percaya tentang apa yang
dilihatnya
e. Penyuluhan adalah pengembangan individu, pemimpin mereka, dan
pengembangan dunianya secara keseluruhan
f. Penyuluhan adalah suatu bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kebahagiaan masyarakat
g. Penyuluhan adalah pekerjaan yang diselaraskan dengan budaya masyarakatnya
h. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling meghormati dan
saling mempercayai antara satu kepada yang lainnya.
i. Penyuluhan merupakan kegiatan dua arah, dan

17 | P o l b a n g a n Y o m a
j. Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang berkelanjutan Di lain pihak,
yang bertolak dari pemahaman penyuluhan merupakan salah satu sistem
pendidikan, Mudjiyo (1989) mengingatkan untuk mengaitkan falsafah
penyuluhan dengan pendidikan yang memiliki falsafah: idealisme, realisme dan
pragmatisme, yang berarti bahwa penyuluhan pertanian harus mampu
menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk selalu berfikir kreatif dan
dinamis.

Di samping itu, penyuluhan pertanian harus selalu mengacu kepada kenyataan-


kenyataan yang ada dan dapat ditemui di lapang atau harus selalu disesuaikan dengan
keadaan yang dihadapi. Meskipun demikian, penyuluhan harus melakukan hal-hal
terbaik yang dapat dilakukan, dan bukannya mengajar kondisi terbaik yang sulit
direalisir. Sehubungan dengan itu, sebagai proses pendidikan, di Indonesia dikenal
adanya falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro yang
berbunyi:
a. Ing ngarso sung tulodo, mampu memberikan contoh atau taladan bagi
masyarakat sasarannya;
b. Ing madyo mangun karso, mampu menumbuhkan inisyatif dan mendorong
kreativitas, serta semangat dan motivasi untuk selalu belajar dan mencoba;
c. Tut wuri handayani, mau menghargai dan mengikuti keinginan-keinginan serta
upaya yang dilakukan masyarakat petaninya, sepanjang tidak
menyimpang/meninggalkan acuan yang ada, demi tercapainya tujuan
perbaikan kese-jahteraan hidupnya.
Sehubungan dengan falsafah penyuluhan pertanian yang berlandaskan pada
falsafah pancasila, loekman soetrisno (1989) minta agar mengaitkannya dengan motto
bangsa yang: Bhineka Tunggal Ika yang membawa konsekuensi pada:
a. Perubahan administrasi penyuluhan dari yang bersifat regulatif sentralistis
menjadi fasilitatif partisipatif, dan
b. Pentingnya kemauan penyuluh untuk memahami budaya lokal yang seringkali
juga mewarnai local agriclutural practices. Pemahaman seperti itu,
mengandung pengertian bahwa:
1) Administrasi penyuluhan tidak selalu dibatasi oleh peraturan-peraturan
dari pusat yang kaku, karena hal ini seringkali menja-dikan petani tidak
memperoleh keleluasaan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

18 | P o l b a n g a n Y o m a
Demikian juga halnya dengan admi-nistrasi yang terlalu sentralistis
seringkali tidak mampu secara cepat mengantisipasi permasalahan-
permasalahan yang timbul di daerah-daerah, karena masih menunggu
petunjuk atau restu dari pusat. Di pihak lain, dalam setiap
permasalahan yang dihadapi, peng-ambilan keputusan yang dilakukan
oleh petani seringkali ber-dasarkan pertimbangan bagaimana untuk
dapat menyelamatkan keluarganya. Dalam kasus-kasus seperti itu,
seharusnya penyuluh diberi kewenangan untuk secepatnya pula
mengambil inisyatifnya sendiri. Karena itu, administrasi yang terlalu
regulatif seringkali sangat membatasi kemerdekaan petani untuk
mengambil keputusan bagi usahataninya.
2) Penyuluh, selain memberikan ilmu nya kepada petani, ia harus mau
belajar tentang ngelmu nya petani yang seringkali dianggap tidak
rasional (karena yang oleh penyuluh dianggap rasional adalah yang
sudah menjadi petunjuk pusat). Padahal, praktek-praktek usahatani
yang berkembang dari budaya lokal seringkali juga sangat rasional,
karena telah mengalami proses trial and error dan teruji oleh waktu. B.
Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian Mathews menyatakan bahwa:
prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan
pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan
secara konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat
diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai
pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian prinsip
dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar, bagi pelaksanaan
kegiatan yang akan dilaksanakan.

Meskipun prinsip biasanya diterapkan dalam dunia akademis,


Leagans(1961) menilai bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan
kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip penyuluhan. Tanpa
berpegang pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati, seorang penyuluh
(apalagi administrator penyuluhan) tidak mungkin dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah
satu sistem pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip:

19 | P o l b a n g a n Y o m a
1) Mengerjakan, artinya, kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu.
Karena melalui mengerjakan mereka akan mengalami proses belajar
(baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan ketram-pilannya)
yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.
2) Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang/puas
atau tidaksenang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk
mengikuti kegiatan belajar/ penyuluhan dimasa-masa mendatang.
3) Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan
kegiatan lainnya. Sebab, setiap orang cenderung untuk
mengaitkan/menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan/peristiwa
yang lainnya. Misalnya, dengan melihat cangkul orang diingatkan
kepada penyuluhan tentang persiapan lahan yang baik; melihat
tanaman yang kerdil/subur, akan mengingatkannya kepada
usahaausaha pemupukan, dll.
2. Prinsip

Prinsip-prinsip penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan peternakan:

a. Prinsip otonomi daerah dan desentralisasi memberikan kesewenangan


kepada kelembagaan penyuluhan pertanian dan peternakan untuk
menetapkan sendiri penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan peternakan
sesuai dengan kondisinya masing-masing; dan bahwa kebijaksanaan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan peternakan didasarkan atas
keburuhan spesifik loikalita serta dalam penyelenggaraannya menjadi
kewenangan daerah otonomi yaitu kabupaten/kota dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Prinsip Kemitrasejajaran Memberikan landasan bahwa penyuluhan
pertanian dan peternakan diselenggarakan berdasarkan atas kesertaan
kedudukan antara penyuluh pertanian dan peternakan, peternak dan
keluarganya beserta masyarakat agribisnis
c. Prinsip demokrasi Memberikan landasan bahwa penyuluhan pertanian
dan peternakan diselenggarakan dengan menghargai dan mengakomodasi
berbagai pendapat dan aspirasi semua pihak yang terlibat dalam
penyuluhan pertanian dan peternakan
20 | P o l b a n g a n Y o m a
d. Prinsip kesejahteraan Memberikan landasan bahwa dalam penyuluhan
pertanian dan peternakan semua pihak yang terlibat memiliki nakses
yang sama untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna
tumbuhnya rasa saling percaya dan kepedulian yang besar;
e. Prinsip keswadayaan Memberikan landasan bahwa penyuluhan pertanian
dan peternakan diselenggarakan atas dasar kemampuan menggali potensi
diri baik dalam bentuk tenaga, dana, maupun material yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan kegiatan.
f. Prinsip akuntabilitas Memberikan landasan bahwa penyelenggaraan
penyuluhan pertanian dan peternakan dapat dipertanggung jawabkan
kepada peternak dan keluarganya beserta masyarakat pelaku
agribisnis
g. Prinsip integrasi Memberikan landasan bahwa penyelenggaraan
penyuluhan pertanian dan peternakan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan diri kegiatan pembangunan pertanian dan peternakan dan
kegiatan pembangunan lainnya, yang secara sinergi diselenggarakan
untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian dan peternakan yang telah
ditetapkan
h. Prinsip keberpihakan Memberikan landasan bahwa penyuluhan pertanian
dan peternakan memperjuangkan dan berpihak kepada kepentingan serta
aspirasi peternak Dari uraian tersebut di atas, makna yang terkandung
dari prinsip penyuluhan pertanian dan peternakan ditinjau dari pihak
sasaran adalah sebagai berikut:
1) Peternak belajar secara sukarela;
2) Materi penyuluhan didasarkan atas kebutuhan peternak dan
keluarganya;
3) Secara potensi, keinginan, kemampuan, kesanggupan untuk maju
sudah adapada peternak, sehingga kebijaksanaan, suasana,
fasilitas yang menguntungkan akan menimbulkan kegairahan
peternak untuk berikhtiar;
4) Peternak tidak bodoh, tidak konservatif, peternak mampu
belajar dan sanggup berkreasi;

21 | P o l b a n g a n Y o m a
5) Belajar dengan mengerjakan sendiri adalah efektif,
apa yang dikerjakan/dialami sendiri akan berkesan dan melekat
pada diri peternak dan menjadi kebiasaan baru;
6) Belajar dengan melalui pemecahan masalah yang dihadapi
adalah praktis dan kebiasaan mencari kemungkinan-kemungkinan
yang lebih baik akan menjadikan peternak seseorang yang
berinisiatif dan berswadaya; Prinsip penyuluhan pertanian dan
peternakan sesungguhnya adalah suatu upaya yang harus
dilakukan untuk mewujutkan paling tidak 13 azas yang telah
dirumuskan dalam Undang-Undang no 16 tahun 2006, sebagai
berikut :
a) Penyuluhan berazaskan demokrasi adalah penyuluhan
yang diselenggarakan dengan saling menghormati
pendapat antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
pelaku utama serta pelaku usaha lainnya.
b) Penyuluhan berazasakan manfaat adalah penyuluhan
yang harus memberikan nilai manfaat bagi peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan perubahan perilaku untuk
meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan
pelaku utama dan pelaku usaha.
c) Penyuluhan berazaskan kesetaraan adalah hubungan
antara penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha yang
harus merupakan mitra sejajar.
d) Penyuluhan berazaskan keterpaduan adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan secara
terpadu antar kepentingan pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat
e) Penyuluhan berazaskan keseimbangan adalah setiap
penyelenggaraan penyuluhan harus memperhatikan
keseimbangan antara kebijakan, inovasi teknologi dengan
kearifan masyarakat setempat, pengutamaan gender,
keseimbangan pemanfaatan sumber daya dan kelestarian
lingkungan, dan keseimbangan antar kawasan yang
maju dengan kawasan yang relatif masih tertinggal.

22 | P o l b a n g a n Y o m a
f) Penyuluhan yang berazaskan keterbukaan adalah
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka
antara penyuluh dan pelaku utama dan usaha.
g) Penyuluhan berazaskan kerjasama adalah
penyelenggaraan penyuluhan harus diselenggarakan secara
sinergis dalam kegiatan pembangunan pertanian dan
peternakan, perikanan, dan kehutanan serta sektor
lain yang merupakan tujuan bersama antara
pemerintah dan masyarakat
h) Penyuluhan berazaskan partisipatif adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang melibatkan secara aktif
pelaku utama dan pelaku usaha dan penyuluh sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
i) Penyuluhan berazaskan kemitraan adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip saling menghargai, saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling
membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang
difasilitasi oleh penyuluh
j) Penyuluhan berazaskan keberlanjutan adalah
penyelenggaraan penyuluhan dengan upaya secara
terus menerus dan berkesinambungan agar
pengetahuan, ketrempilan, serta perilaku pelaku utama
dan pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan
perkembangan sehingga dapat terwujud kemandirian
k) Penyuluhan berazaskan berkeadilan adalah
penyelenggaraan yang memposisikan pelaku utama dan
pelaku usaha berhak mendapatkan pelayanan secara
proporsional sesuai dengan kemampuan, kondisi, serta
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
l) Penyuluhan berazaskan pemerataan adalah
penyelenggaraan penyuluhan harus dapat dilaksanakan
secara merata bagi seluruh wilayah RI dan segenap
lapisan pelaku utama dan pelaku usaha

23 | P o l b a n g a n Y o m a
m) Penyuluhan berazaskan bertanggung gugat adalah
evaluasi kinerja penyuluhan dikerjakan dengan
membandingkan pelaksanaan yang telah dilakukan
dengan perencanaan yang telah dibuat dengan
sederhana, terukur, dapat dicapai, rasional, dan kegiatannya
dapat jadwalkan.

3. Etika
Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal adalah “kegiatan penyuluhan”
bukan lagi menjadi kegiatan sukarela, tetapi telah berkembang menjadi “profesi”.
Meskipun demikian, pelaksanaan penyuluhan peternakan belum sungguh-sungguh
dilaksanakan secara profesional. Hal ini terlihat pada:

a. Kemampuan penyuluh untuk melayani kliennya yang masih terpusat pada


aspek teknis budidaya pertanian dan peternakan, sedang aspek manajemen,
pendidikan kewirausahaan, dan hak-hak politik peternak relatif tidak tersentuh.
b. Kelambanan transfer inovasi yang dilakukan penyuluh dibanding kecepatan
inovasi yang ditawarkan kepada masyarakat oleh pelaku bisnis, LSM, media-
masa dan stakeholder yang lain.
c. Kebanggaan penyuluh terhadap jabatan fungsional yang disandangnya yang
lebih rendah dibanding harapannya untuk mem-peroleh kesempatan
menyandang jabatan struktural.
d. Kinerja penyuluh yang lebih mementingkan pengumpulan “credit point”
dibanding mutu layanannya kepada masyarakat
e. Persepsi yang rendah terhadap kinerja penyuluh yang dikemukakan oleh
masyarakat peternak dan stakeholder yang lain. Kenyataan-kenyataan seperti itu,
sudah lama disadari oleh masyarakat penyuluhan pertanian dan peternakan di
Indonesia, sehingga pada Kongres Penyuluhan Pertanian dan peternakan ke
I pada tahun 1986 disepakati untuk merumuskan “Etika Penyuluhan” yang
seharusnya dijadikan acuan perilaku penyuluh.

Pengertian tentang Etika, senantiasa merujuk kepada tata pergaulan yang khas
atau ciri-ciri perilaku yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan diri,
dan dapat merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi
kelompok tertentu yang memilikinya.Etika bukanlahperaturan, tetapi lebih dekat
kepada nilai-nilai moral untuk membangkitkan kesadaran untuk beriktikad baik dan
jika dilupakan atau dilanggar akan berakibat kepada tercemarnya pribadi yang
bersangkutan, kelompoknya, dan anggota kelompok yang lainnya (Muhamad, 1987).

24 | P o l b a n g a n Y o m a
Sehubungan dengan itu, Herman Soewardi mengingatkan bahwa penyuluh harus
mampu berperilaku agar masyarakat selalu memberi-kan dukungan yang tulus ikhlas
terhadap kepentingan nasional. Tentang hal ini, Padmanegara (1987) mengemukakan
beberapa perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (pertanian
dan peternakan), yang meliputi:
a. Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, jujur, dan disiplin.
b. Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati adat/kebiasaan
masyarakatnya, menghormati peternak dan keluarganya (apapun keadaan dan
status sosial ekonominya), dan menghormati sesama penyuluh.
c. Perilaku yang menunjukkan penampilannya sebagai penyuluh yang andal, yaitu:
berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya, memiliki tanggungjawab yang besar
untuk melaksanakan pekerjaannya, memiliki jiwa kerjasama yang tinggi, dan
berkemam- puan untuk bekerja teratur.
d. Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan semangat
kerja yang tinggi, selalu berusaha mencerdaskaan diri, dan selalu berusaha
meningkatkan kemampuannya. Proses belajar bersama dalam penyuluhan,
sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara insidental
untuk memecah-kan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup
(long life learning) secara mandiri dan berkelanjutan.

D. Peran Penyuluh

Indonesia merupakan negara yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.


Peternakan adalah salah satu sub sektor ter-penting dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Berdasarkan pertimbangan potensi sumber daya yang dimiliki serta
permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan peternakan, maka sub
sektor peternakan memiliki potensi sebagai salah satu sumber pertumbuhan
perekonomian Peternakan yang bagus sebaiknya diiringi dengan penerapan teknologi
peternakan atau panca usaha ternak yaitu mulai dari inovasi bibit, inovasi pakan,
perkandangan, penyakit dan pencegahan, serta pemasarannya.

Dengan demikian akan tercipta peningkatan kualitas dan kesejahtaraan petani-


peternak yang memeliharanya. Penerapan inovasi di atas juga perlu di dukung oleh program
pemerintahan yang sesuai. Program yang biasa dilakukan dalam membangun sub sektor
peternakan adalah penyuluhan. Penyuluhan diartikan sebagai suatu sistem pendidikan
luar sekolah untuk para peternak dan keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu,

25 | P o l b a n g a n Y o m a
sanggup berswadaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya
sendiri serta masyarakat (Syahyuti, 2006). Demi tercapainya tujuan yang maksimal dalam
peternakan juga diperlukan juga peran dari penyuluh untuk memaksimalkan penerapan
paket teknologi peternakan. Seberapa besar peran penyuluh dalam peternakan termasuk
salah satu faktor penentu dalam pencapaian hasil yang maksimal. Penyuluh bertindak
sebagai penyampaian informasi, menambah, mengubah dan membangun sikap peternak
dalam meningkatkan mutu keterampilan dalam beternak yang lebih menguntungkan.
Keberhasilan penyuluh diukur dari seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang
dialogis, yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan dan keterampilan
baru yang mampu mengubah perilaku kelompok sasaran ke arah kegiatan dan kehidupan
yang lebih menyejahterakan setiap individu, keluarga dan masyarakatnya (Anwar S dkk.,
2009). Penyuluhan sebagai salah satu kegiatan yang dapat menunjang penciptaan
pemberdayaan pada masyarakat tani ternak dalam mengelola dan menghasilkan output
peternakan yang efektif dan efisien. Dalam hal ini yang dilihat adalah penerapan petani
peternak terhadap paket teknologi yang diberikan oleh penyuluh yang telah ditunjuk
oleh pemerintah.

Kegiatan Penyuluhan merupakan salah satu upaya pemerintah yang memiliki


peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
beternak. Peranan penyuluh tidak hanya menyampaikan informasi kepada petani-ternak
tetapi juga harus mampu menambah, mengubah, dan membangun aspek-aspek
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotoric) petani-ternak
sehingga mereka mampu bertani dan berusaha lebih baik serta menguntungkan.

Penyuluh memiliki peran penting dalam pengembangan peternakan dan


peningkatan proses adopsi teknologi peternakan kepada para peternak. Keberhasilan
proses dalam adopsi teknologi sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai
dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang digunakan.
Penyuluhan yang dilaksanakan dikatakan meningkat apabila terjadi perubahan
pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peternak dalam mengadopsi teknologi untuk
meningkatkan cara beternak agar lebih baik.

Usaha peternakan yang dilakukan secara intensif sangat berkaitan erat dengan
inovasi-inovasi dibidang peternakan antara lain, pemanfaatan limbah ternak menjadi
biogas dan pemanfaatan jerami padi (limbah pertanian) melalui teknologi fermentasi
sebagai pakan ternak. Namun terkadang peternak sulit menerima suatu perubahan atau hal

26 | P o l b a n g a n Y o m a
yang baru, mereka merasa telah puas dengan apa yang mereka jalankan walau terkadang
hasilnya kurang memuaskan. Inovasi teknologi usaha peternakan yang telah diperkenalkan
belum sepenuhnya diadopsi oleh seluruh kelompok peternak.Meskipun inovasi teknologi
tersebut telah ada di tingkat peternak dan telah disosialisasikan kepada peternak, tetapi
sejauh ini masih terdapat sikap masyarakat peternak yang menolak inovasi teknologi tersebut.

Mengingat fakta di lapangan masih terdapat kesenjangan antara teknologi yang


dianjurkan penyuluh dengan teknologi yang dibutuhkan peternak, menimbulkan pertanyaaan
apakah proses penyuluhan (dari penyuluh ke peternak) telah berlangsung dengan benar ? Tidak
dapat dipungkiri bahwa untuk memanfaatkan teknologi baru, petani memerlukan modal yang
lebih besar. Di samping itu mengubah kebiasaan bukan merupakan pekerjaan yang mudah,
apalagi jika beresiko terlalu besar.

Menurut Mosher (1978) dalam Mugniesyah (2006) tugas-tugas penyuluhan pertanian itu
dipertimbangkan sebagai salah satu upaya untuk membantu individu petani membuat kemungkinan
terbaik dalam menggunakan sumberdaya dan pelayanan yang sudah tersedia bagi mereka. Dengan
demikian masyarakat petani itu heterogen dalam hal aspek sosial budaya, sistem pertanian, dan
ketersediaan syarat-syarat pokok dan pelancar pembangunan pertanian. Kondisi tersebut
menjadikan kebutuhan akan peranan penyuluhan yang heterogen pula. Dengan
mempertimbangkan ketiga aspek tersebut, Mosher mengusulkan enam kategori peranan
penyuluhan pertanian, yaitu:

1. Pengisi Kehampaan Pedesaan Penyuluh adalah seseorang yang hidup dikalangan petani,
mengenal dengan akrab kegiatan-kegiatan dan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
memajukan peternakan.
2. Penyebar hasil-hasil penelitian Mentransfer hasil-hasil penelitian kepada petani. Peranan ini
hanya relevan bagi petani yang telah modern. Mereka telah menghasilkan produksi yang
berorientasi pasar, akses pada input produksi dan selalu merespon terhadap perubahan-
perubahan sepanjang harganya terjangkau.
3. Membantu petani agar dapat meningkatkan ketrampilanya dalam mengambil
keputusankeputusan tentang produksi, pemasaran, investasi dalam usaha peternakan.
Menghitung rugi-laba, memprediksi kecendrungan musim, menduga permintaan terhadap
sesuatu jenis komoditas, menaksir harga, dll. (perlu diinformasikan kepada peternak)
4. Rekan Pemberi Semangat Petani membutuhkan dorongan semangat Membutuhkan rekan
yang akan menyemangati dan mendampingi mereka untuk percobaan dalam menerapkan
teknologi baru dan memfasiltasi untuk berhasil. Penyuluh dituntut kompeten dibidang
peternakan (budidaya ternak).
5. Pendorong Peningkatan Produksi Peternakan Mendukung rencana pemerintah untuk
meningkatkan produksi ternak tertentu. Menawarkan alternatif-alternatif yang

27 | P o l b a n g a n Y o m a
menguntungkan peternak (mengubah harga relatif dari komoditas yang bersaing). Alternatif
yang ditawarkan tidak akan menimbulkan konflik, sehingga para penyuluh dapat
melaksanakan peranannya untuk mendukung produksi komoditas ternak.
6. Pelayanan Pemerintah Penyuluh terbatas dan sebagai pegawai pemerintah Terbatasnya SDM
yang mempunyai akses pendidikan tinggi Penyuluh menjalankan beragam tugas (sensus
penduduk, Penagih kredit KUD, Safari KB dan bahkan menjadi juru bicara dalam kampanye
partai politik menjelang pemilu). Keberhasilan penyuluh dalam menjalankan perananya juga
sangat tergantung kepada kemampuannya menganalisis beragam situasi yang dihadapi oleh
petani yang dilayaninya.
Tebel 1. Peran Penyuluh
Katagori Syarat-
Ciri sistem Ciri sistem Peranan yang dikerjakan
peranan syarat
sosial petani pertanian penyuluh
penyuluh pokok PP
The Rural
Vacuum Membantu petani agar akses
Theory (Teori Belum terhadap sumberdaya yang
Tradisional Sub sisten
pengisi tersedia dapat meningkatkan
kehampaan produktivitas usahatani
pedesaan)
The Research
Membantu petani agar akses
Definition
Orientasi terhadap informasi hasil
Distributor Sudah
Modern komersil hasil penelitian atau aspek
(Penyebar tersedia
atau pasar yg dpt meningkatkan
hasil
produktivitas.
penelitian)
The Belum
Tradisional
Encouraging tersedia atau Meyakinkan petani dengan
Belum yakin
Companion sudah membujuk mereka agar
terhadap Sub sisten
(Rekan tersedia menerapkan caracara baru
inovasi
pemberi namun blm melalui demonstrasi
teknologi
semangat) lengkap
Training for Bisa Memberi beragam alternatif
Decision tradisional Bisa belum pemecahan masalah dan
Making namun sdh tersedia atau melatih petani dalam
Sub sisten
(Pelatih mulai sudah memutuskan sendiri apa
Pengambilan responsive tersedia yang mereka butuhkan.
Keputusan) pada inovasi

28 | P o l b a n g a n Y o m a
Pendorong Bisa Sub
Bisa Bisa belum Terpaut dengan program
peningkatan sisten bisa
tradisional tersedia atau pemeritah Sebaiknya
produksi sdh
bisa sudah sudah komoditi yag dianjurkan
komiditi berorienta
modern tersedia menguntungkan petani
tertentu si komersil
Selain memberi penyuluhan
Bisa belum juga melakukan tugas-tugas
Pelayanan tersedia atau pemerintah: sensus
Tradisional Sub Sisten
pemerintah sudah pertanian, menagih KUT,
tersedia dll

5 (lima) Pengertian yang harus dikuasai penyuluh

1. Produksi tanaman dan ternak


2. Usahatani sebagai perusahaan (bisnis)
3. Pengertian rencana pembangunan pertanian
4. Pengertian tentang petani dan bagaimana mereka belajar
5. Pengertian tentang masyarakat-budaya: sistem nilai, kepercayaan-struktur sosial:
kepemimpinan, kelembagaan.

29 | P o l b a n g a n Y o m a
Tabel 2. Orientasi Nilai Masyarakat atau Petani

SISTEM NILAI KARAKTERISTIK


Subordinasi individu untuk mencapai tujuan
keluarga
Familiisme Tingkat integrasi keluarga dan kerabat tinggi
Kurang bersedia bekerja dengan pihak diluar
keluarga
Pasrah, perasaan tidak mampu merancang
masa depan
Fatalisme
Pasif dan berperasaan bahwa dunia luar itu
tidak dapat diprediksi dan dimengerti
Kurang mampu membayangkan diri sendiri
dalam peranan yang berbeda
Empati rendah
Kesulitan dalam memandang diri sendiri
dalam posisi yang lebih baik
Kurang mau megambil kesempatan Enggan
Takut menanggung resiko
berexsprimen
Berorientasi pada masa lalu Kepercayaan
Tradisionalisme bahwa cara yang dilakukan seseorang dalam
melakukan sesuatu itu alamiah dan terbaik
Tidak terbiasa menabung
Kepuasan segera Kurang mau menunda kepuasan untuk
mendapatkan imbalan pada masa datang
Pengabaian terhadap perjalanan waktu yang
Tunduk pada alam tidak seorangpun bermimpi tentang mengusai,
memelihara atau menggunakannya.

30 | P o l b a n g a n Y o m a
BAB II

PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT


A. Kegiatan di Peternakan Kabupaten Kutai Barat

Dalam rangka mengurangi pembelian sapi potong dari luar provinsi, Gubernur
Provinsi Kalimantan Timur mencanangkan program penambahan populasi sapi potong
sebesar 2 juta ekor hingga tahun 2018. Untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi sapi potong
yang diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya diperlukan lahan. Lahan yang
memiliki potensi untuk usaha peternakan sapi potong diantaranya adalah lahan pasca
tambang batu bara. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pasca tambang batu
bara dapat digunakan sebagai lahan untuk usaha peternakan sapi potong, sehingga
perusahaan tambang maupun masyarakat di sekitar tambang telah memanfaatkannya
sebagai usaha peternakan sapi potong. Penggembalaan ternak di lahan pasca tambang
batubara tidak semudah di padang rumput alam atau pastura yang memang
diperuntukkan bagi penggembalaan. Tanah buangan (mine spoil) dalam program reklamasi
lahan tambang memiliki struktur yang belum stabil dan ekosistem tanah yang belum
sepenuhnya pulih, sehingga untuk mengembangkan ternak di lahan pasca penambangan
memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati agar tidak terjadi kompaksi tanah dan
erosi. Untuk menjamin usaha peternakan sapi potong di lahan pasca tambang batubara
dapat berkelanjutan, maka perlu dilakukan penelitian.

Sementara itu Kepala Bidang Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan


Dinas Peternakan Kaltim Yakob Pangendongan, mengatakan bahwa bantuan sebanyak 195
ekor, dengan pembagian untuk peternak di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 100
ekor dan untuk peternak di Kutai Barat mendapat bantuan sebanyak 95 ekor sapi. Untuk
Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) atas nama Kelompok Ternak Karya Mandiri di
Desa Margo Mulyo Kecamatan Samaboja dan Kelompok Ternak Gumilang di Desa
Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang. Masing-masing kelompok mendapat 50
ekor sapi. Kemudian untuk Kabupaten Kutai Barat (Kubar) adalah Kelompok Ternak
Harapan Maju di Kampung Begai Kecamatan Muara Lawa yang mendapat bantuan 50
ekor, selanjutnya Kelompok Ternak Batu Bara yang juga di Kampung Begai mendapat
bantuan 45 ekor sapi.

31 | P o l b a n g a n Y o m a
Masing-masing kelompok ternak tersebut diharapkan harus bisa mengembangkan
sapi yang telah diberikan agar menjadi banyak, yakni melalui pola kelahiran yang
diupayakan tiap tahun sehingga populasi sapi di Kaltim cepat meningkat. Menurutnya,
Pemprov Kaltim telah memprogramkan dapat mewujudkan 2 juta ekor sapi pada 2018.
Guna merealisasikan program tersebut, maka banyak cara yang dilakukan oleh Dinas
Peternakan Kaltim. Di antara cara yang ditempuh pihaknya adalah dengan melakukan
integrasi sapi-sawit karena di Kaltim banyak perkebunan sawit yang luasannya sudah
mencapai 1,2 juta hektare. Diharapkan tiap hektare lahan sawit yang sudah berusiaa di atas
7 tahun, dapat dilakukan pemeliharaan sapi rata-rata 3 ekor. Cara lain yang ditempuh adalah
membantu bibit sapi baik pejantan maupun betina kepada kelompok ternak, termasuk
membantu para kelompok ternak yang memanfaatkan lahan eks tambang batu bara.

Lahan tambang bara di Kaltim banyak tersebar di sejumlah kabupaten dan kota,
sedangkan selama ini yang sudah dilakukan masyarakat peternak dan berhasil di antaranya
di dua daerah, yakni Kutai Kartanegara dan Kutai Barat. Untuk itu, dua daerah tersebut
selalu mendapat bantuan pengembangan. Tahap selanjutnya, bantuan yang sama akan
diberikan kepada kelompok ternak di daerah lain, meskipun tahun-tahun sebelumnya juga
sudah ada sejumlah peternak di lahan eks tambang yang mendapat bantuan dan telah
berhasil mengembangkannya.

Selama ini di Kabupaten Kutai Barat khususnya dan di Provinsi Kaltim umumnya,
masih belum mampu mencukupi permintaan daging sapi bagi warga setempat, sehingga
perlu dilakukan optimalisasi budidaya sapi, menurut Kabid Perbibitan dan Budidaya Dinas
Peternakan Kaltim IG Made Jaya Adhi. Jumlah sapi yang diberikan dalam program ini lebih
banyak yang betina ketimbang yang jantan. Tujuannya adalah agar para betina tersebut
cepat bunting dan melahirkan banyak pedet (anak sapi). Selanjutnya, pedet-pedet tersebut
diharapkan cepat dewasa dan bunting setelah usia 18-24 bulan, sehingga diharapkan
bantuan yang diberikan tersebut terus beranak pinak untuk mempercepat populasi sapi.
Guna peningkatan populasinya, maka pihaknya melarang peternak menjual atau memotong
sapi betina produktif. Larangan ini berdasarkan pada pasal 18 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 18 tahun 2009, tentang peternakan dan kesehatan hewan. Dalam pasal tersebut
ditegaskan mengenai larangan memotong sapi betina produktif atau betina yang sedang
bunting, yakni pelakunya akan dikenai sanksi berupa kurungan 3-9 bulan dengan denda
pada kisran Rp5 juta-Rp25 juta. Sedangkan sejumlah peternak yang mendapat bantuan
pengembangan budidaya sapi di Kutai Barat adalah mereka yang tergabung dalam tujuh
kelompok tani (poktan) tani di desa masing-masing. 150 sapi yang dibantukan kepada tujuh
32 | P o l b a n g a n Y o m a
poktan itu terdiri 20 ekor pejantan dan 130 ekor betina. Sapi-sapi indukan yang dibantukan
itu diharapkan dapat menghasilkan pedet setiap tahun atau setiap 11-14 bulan. Sedangkan
tujuh poktan di Kutai Barat yang mendapat bantuan dari Dinas Peternakan Kaltim pada
2014 ini adalah, Poktan Taruna Merah Putih di Desa Melak Ulu, Kecamatan Melak, yang
diketuai Ardiansyah, Poktan Sahabat Sejati di Desa Melak Ilir, Melak, dengan ketua S
Dadang. Kemudian Poktan Bina Warga, Desa Sebelang, Muara Pahu, dengan ketua Jumli,
Poktan Setia, Desa Tanjung Haur, Penyinggahan, dengan ketua Otoh, Poktan Teruskan
Bekembang, Desa Gemuahan Asa, Barong Tongkok, dengan ketua Maryana, dan Poktan
Kartika Chandra dengan ketua Elsye Susan juga di Desa Barong Tonggkok, Kecamatan
Barong Tongkok.

Dikutip dari Website Resmi Humas dan Protokol Kabupaten Kutai Barat - Pemkab
Kubar melalui Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kubar pada
Tahun anggaran 2020 kembali menyalurkan bibit bantuan ternak sapi, kerbau, kambing,
babi kepada kelompok tani yang ada di Kecamatan Sekolaq Darat, Linggang Bigung,
Jempang, Damai, Barong Tongkok, Melak, Nyuatan, Muara Lawa, Mook Manaar Bulatn
dan Tering.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Sapriansyah S ST menjelaskan


untuk bantuan ternak sapi sebanyak 210 ekor diberikan kepada kelompok tani di Kampung
Rejo Basuki Kecamatan Barong Tongkok, Damai Kota Kecamatan Damai, Siram Jaya dan
Muara Gusik Kecamatan Bongan, Muhur Kecamatan Siluq Ngurai, Tepian Ulaq
Kecamatan Muara Pahu. Kemudian Bibit Babi sebanyak 163 ekor babi terdiri dari 22 ekor
pejantan dan 141 betina diberikan kepada 15 kelompok tani di Kecamatan Sekolaq Darat,
Linggang Bigung, Jempang, Damai, Barong Tongkok, Melak, Nyuatan, Muara Lawa, Mook
Manaar Bulatn dan Tering.

Untuk bibit kerbau sebanyak 29 ekor yang didistribusikan untuk tiga kelompok tani
Meratu Kampung Geleo Asa, kelompok tani Kelunag Jaya Kampung sambung, dan
kelompok tani Rawa Jawaq Kampung Muara jawaq. Sedangkan bibit kambing dengan total
137 ekor kambing terdiri dari 14 jantan dan 123 betina, diberikan kepada 14 kelompok
tani di kampung Tanjung Jone, Mendika, Juaq Asa, Simpang Raya, Penawai, Benangaq,
Sukomulyo, Keliwai, Kelumpang, Tanjung Haur, Loa Deras, Purworejo, dan kampung
Kelian Dalam. Penyerahan bibit ternak yang bersumber dananya dari APBD I 2020
merupakan realisasi usulan dari setiap kelompok tani. Selanjutnya peranan kelompok tani
ternak dalam mengupayakan ternaknya agar mendapat nilai tambah serta efisien dalam
33 | P o l b a n g a n Y o m a
pengelolaannya. Upaya yang perlu dikembangkan dalam membina dan memantapkan
kelompok peternak adalah memperkuat pengetahuan peternak dengan pelatihan yang
dilakukan Dinas Pertanian.
Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar petani/peternak dapat
memanfaatkan program pembangunan yang ada, secara berkelanjutan, melalui
penumbuhan rasa memiliki, partisipasi dan pengembangan kreatifitas, disertai dukungan
masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat tani
disekitarnya. Maka melalui bantuan tersebut diharapkan semua kelompok tani yang
menerima agar dapat memelihara sesuai petunjuk teknis beternak yang benar, menyiapkan
pakan, kandang dan apabila ada permasalahan kesehatan hewan agar segera menghubungi
ke Dinas Pertanian Bidang Peternakan dan kesehatan Hewan. Selain itu juga upaya ini
diarahkan untuk terbentuknya kelompok-kelompok peternak, kerjasama antar kelompok
sehingga terbentuk kelompok yang produktif yang terintegrasi dalam satu koperasi
dibidang peternakan.
Kegiatan pemberian bantuan ternak diharapkan dapat meningkat perekonomian
masyarakat sesuai Motto Semoga Hari Esok Lebih Baik Daripada Hari Ini. Untuk itu,
program pengentasan kemiskinan di sub sektor peternakan harus terus kita sosialisasikan
dan sinkronisasikan agar pemanfaatannya tepat sasaran.Bantuan tersebut dapat
dikembangkan dan dapat digulirkan kepada kelompok berikutnya, sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga kedepan Kubar menjadi kawasan sentra
peternakan dan kegiatan usaha budi daya peternakan di kabupaten Kutai Barat bisa dibilang
cukuplah berkembang dari tahun ke tahun. Hal tersebut ditunjukan dengan semakin
banyak masyarakat yang ingin berinovasi untuk melakukan kegiatan peternakan baik skala
rumah tangga maupun kerjasama. Seperti pada tahun 2020 lalu Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Kalimanatan Timur (Kaltim) memberikan bantuan sebanyak 15 ekor sapi untuk
Kelompok Tani Banteng Perjuangan di Kampung Muhur, Kecamatan Siluq Ngurai, Kutai
Barat. Saat ini di mini ranch mereka terdapat 92 ekor sapi terdiri dari 35 ekor jantan dan
57 ekor betina.
Kelompok Tani Banteng Perjuangan merupakan kegiatan budi daya ternak dengan
pemberdayaan lahan eks tambang batu bara atau kawasan yang sudah tidak ditambang lagi,
agar dapat dimanfaatkan dengan menggunakannya sebagai lokasi pengembalaan sapi yang
berkelanjutan.

34 | P o l b a n g a n Y o m a
B. Kerjasama untuk Mewujudkan Cita-Cita

Demi mewujudkan cita-cita menjadikan Kutai Barat sebagai lumbung ternak untuk
masa mendatang khususnya sebagai penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Koperasi PT.
Berkah Salama Jaya Kutai Kartanegara menjalin kemitraan dengan kelompok peternak sapi
di Kubar, ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT. Berkah
Salama Jaya dengan lima kelompok ternak di Kubar. Hal tersebut didasari oleh kondisi
alam yang sangat menunjang menjadi hal yang sangat utama sehingga diproyeksikan
menjadi lumbung ternak.

Adapun kemitraan peternak penggemukan sapi ini menggunakan mekanisme 3


bulan sekali untuk potong dan menyediakan daging segar untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dimana kebutuhan daging segar di Kaltim ini baru sekitar 20 persen saja yang
bisa dipenuhi dari lokal. Sedangkan sisanya berasal dari luar daerah sehingga ini merupakan
peluang untuk bisa menyediakan daging segar khususnya untuk provinsi Kaltim.

Sapi yang diberikan kepada peternak hasil kemitraan PT Berkah Salama Jaya
dengan Pertamina yang dinamakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) untuk
bisa menyediakan sapi dengan anggaran yang cukup besar hingga mencapai Rp 30 miliar
lebih.

Sebagai tindak lanjut Pelaksanaan MOU Kemitraan Peternak Penggemukkan Sapi


Unit Kutai Barat Bersama Koperasi Ternak Berkah Salama Jaya Kalimantan Timur dan PT
Pertamina. Kepala Dinas Pertanian Petrus didampingi Kepala Bidang Peternakan dan
Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kubar Sapriansyah melakukan kunjungan kerja ke
Kelompok Tani Maju Jaya Bersama Kutai Barat. Saat ini sudah ada satu kelompok tani
yang berjalan, dan empat kelompok lagi masih dalam persiapan/penyelesaian kandang.
Melalui CSR PT Pertamina sudah mendistribusikan bantuan sebesar Rp 2,1 Miliar kepada
kelompok tani Maju Jaya Bersama. Dengan dana tersebut dipergunakan kelompok tani
untuk membangun fisik kandang, pembelian sapi pejantan yang digemukkan, pakan sapi,
obat-obatan.

Dalam kelompok tani tersebut juga ada manajemennya dan sudah lengkap, seperti
menimbang sapi setiap hari untuk mengetahui kemajuan berat badan sapi, chopper/mesin
pencacah penggiling rumput, fermentasi rumput dan pelayanan medis. Dari hasil evaluasi
di lapangan langsung, dari target 120 ekor sapi yang ada baru 116 ekor jadi masih ada
kekurangan 4 ekor sapi yang akan segera dikirim, dan untuk fasilitas sudah memadai dan

35 | P o l b a n g a n Y o m a
dibangun sesuai standar. Tetapi hanya perlu pembenahan untuk pemanfaatan limbah untuk
dijadikan pupuk organik.

Kepala dinas Pertanian juga menyatakan dari hasil pantauan langsung kelompok
tani Maju Jaya Bersama perlu dibantu pembangunan jalan usaha tani, dimana kelompok
tani tersebut kesulitan mengakses lokasi tempat penggemukan sapi karena jalan belum
disemenisasi dengan jarak kurang lebih 650 meter.

Dari sisi kelembagaan kelompok tani tersebut sudah sangat kompak seperti
bergotong royong membangun kandang, menyediakan pakan dengan penjadwalan yang
melakukan pengambilan pakan. Dari lima kelompok yang ikut dalam MOU kelompok tani
Maju Jaya Bersama yang lebih dahulu mendapatkan bantuan, dan dari hasil kunjungan di
lapangan kelompok tani tersebut akan membangun kandang tambahan untuk memperluas
serta menambah arel pakan/kebun rumput.

Untuk pakan/kebun rumput kelompok tani juga sudah menyiapkan lahan yang
sudah siap untuk pakan ternak, selain itu juga kelompok tani mengambil rumput di luar
areal karena setiap harinya memerlukan kurang lebih 4 mobil pickup setiap harinya untuk
pakan ternak. Dalam pengolahan pakan bagi sapi kelompok tani juga sudah diberikan bekal
ilmu untuk pengolahan pakan yang benar seperti memfermentasikan, dengan demikian
target dalam tiga bulan kedepan proses penggemukan sapi berhasil atau tidak.

Harapan terbesar adalah dengan terbentuknya lima kelompok tani penggemukan


sapi ini bisa memenuhi kebutuhan 1600 ekor sapi satu tahun di Kubar bisa
terpenuhi.”Kutai Barat memerlukan kurang lebih 1600 ekor sapi setiap tahunnya,
semantara saat ini kita hanya tersedia 100-200 ekor, untuk pemenuhan kebutuhan sapi di
Kubar didatangkan dari luar Kubar.

Saat ini memang baru satu kelompok yang berjalan, oleh sebab itu sangat
diharapkan empat kelompok tani yang tergabung dalam MOU bisa mempercepat proses
pembangunan kandang agar bisa segera diselesaikan, di kubar nantiya akan ada 5 kelompok
tani yang melakukan penggemukan sapi, seperti di Linggang Bigung, Keay, Lambing,
Muara Lawa dan Bongan dengan adanya kelompok tani tersebut diharapkan bisa menjadi
tonggak Kubar bisa memproduksi sapi pedaging pemenuhan daging sapi di Kubar.

Pemkab Kubar melalui Dinas Pertanian tentunya terus berupaya mendukung


kelompok tani yang ada, dengan mengupayakan kelompok tani sehingga akses tani lebih
muda, dan harapannya kelompok tani yang ada bisa dicontoh oleh kelompok tani atau

36 | P o l b a n g a n Y o m a
masyarakat secara mandiri. Untuk menuju keberhasilan tentu perlu kerja dan kekompakan
seluruh anggota kelompok tani, di dalam manajemen kelompok tani tersebut harus
dihitung sampai kenaikan berat badan sapi setiap hari harus dihitung kesehatan dievaluasi,
dan kebersihan kandang harus selalu dijaga, sehingga kegiatan yang ada tidak sekedar
mendapatkan bantuan. Oleh sebab itu dari sisi teknis dinas pertanian terus membantu
petani, terkait kesehatan hewan maupun pakan ternak, sekali lagi Dinas Pertanian siap
membantu dengan harapan kelompok tani yang ada mampu memenuhi kebutuhan 1600
ekor sapi setahun di Kubar, paling tidak kita bisa memenuhi kebutuhan di Kubar saja.

Dinas pertanian juga kan membantu mengarahkan para pembeli sapi pedaging
untuk membeli di kelompok tani yang melakukan penggemukan sapi. Seperti yang kita
ketahui bersama kubar ke depan juga sebagai salah satu daerah penyangga ibukota, oleh
sebab itu perlu kita persiapkan sejak saat ini dan target kita dalam dua tahun kedepan kita
sudah bisa memenuhi kebutuhan daging sapi untuk Kubar sendiri.

Kita sangat berharap lima kelompok yang ada bisa berhasil, di luar peternak
mandiri sehingga peternak yang ada di kampung-kampung bisa melihat peluang dan bisa
bergabung dengan memberikan bibit kepada kelompok tani. Kelompok tani penggemukan
sapi, selain menggemukan sapi. Kelompok tersebut dalam 20 ekor sapi harus ada 1 ekor
betina dengan harapan ada budidaya selain agribisnis, secara teknis kelompok tani sudah
menyiapkannya dan dinas pertanian siap untuk mendampingi kelompok tani yang ada.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kubar


Sapriansyah menyatakan dalam penggemukan sapi memang benar-benar dihitung jika berat
sapi 200 kg maka setiap harinya sapi tersebut membutuhkan 40 kg rumput di luar konstrat,
maka akan dilihat bobotnya setiap hari, untuk melihat selisih bobot selama tiga bulan
tersebutlah yang akan menjadi keuntungan kelompok tani.

Program penggemukan sapi ini merupakan membuka peluang kepada para petani
untuk mengembangkan Hijauan Makanan Ternak (HMT), karena selama ini para petani
hanya mengambil rumput untuk pakan ternak, dimana kadar protein kebutuhan makan
sangat kecil jika kita mengembangkan HMT maka petani akan diuntungkan dengan
pertumbuhan sapi yang cepat, oleh sebab itu menanam HMT memiliki peluang jika
dipotong tumbuh lagi, begitu juga banyak lahan tidur di Kubar yang bisa kita manfaatkan
atau kontrak untuk menanam HMT.

37 | P o l b a n g a n Y o m a
BAB III
RINGKASAN
Penyuluhan peternakan adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan
pelaku usaha sebagai jaminan atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu
memanfaatkan sumber daya yang ada guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan beserta
keluarganya dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kesejahteraannya. Pengertian tersebut
mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran inheren adanya proses-proses lain yang
terjadi secara simultan.

Dengan tujuan Penyuluhan peternakan mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu :
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

1. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih


terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap
dan tindakan peternak keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Dengan berubahnya perilaku peternak dan keluarganya, diharapkan
dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien (Zakaria, 2006).
2. Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan
kesejahteraan peternak yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis
berternak (better farming), perbaikan usaha ternak (better business), dan perbaikan
kehidupan peternak dan masyarakatnya (better living)
Penyuluh memiliki peran penting dalam pengembangan peternakan dan peningkatan
proses adopsi teknologi peternakan kepada para peternak. Keberhasilan proses dalam adopsi
teknologi sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan peternak, yaitu
ketepatan materi, metode dan media yang digunakan. Penyuluhan yang dilaksanakan dikatakan
meningkat apabila terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peternak dalam
mengadopsi teknologi untuk meningkatkan cara beternak agar lebih baik.

Demi mewujudkan cita-cita menjadikan Kutai Barat sebagai lumbung ternak untuk masa
mendatang khususnya sebagai penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Beberapa lembaga
berkolaborasi dengan kelompok peternak sapi di Kubar, dengan harapan Kutai Barat mampu
menjadi pusat peternakan.

38 | P o l b a n g a n Y o m a
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Barat. 2020. https://pertanian.kutaibaratkab.go.id/ . Di akses :
20 Juli 2021

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur. 2020.


https://peternakan.kaltimprov.go.id/galeri/penyerahan-bantuan-sapi-komitmen-
perusahaan-tahap-1-di-kaltim . Di akses : 20 Juli 2021

Hidayati, Permata Ika. 2014. Penyuluh dan Komunikasi.


https://repository.unikama.ac.id/653/1/BUKU%20AJAR%20PENYULUHAN%20DAN%20K
OMUNIKASI%20LENGKAPPERMATAIKAHIDAYATI.pdf . Di akses : 20 Juli 2021

39 | P o l b a n g a n Y o m a
LAMPIRAN
Pada kesempatan yang berharga saat melaksanakan parktikum banyak hal-hal dan moment
berharga yang saya dapatkan dan rasakan selama berinteraksi langsung dengan pelaku usaha
peternakan maupun penyuluh, banyak masukan,motivasi dan bimbingan yang diberikan. Seperti
pada gambar berikut :

Gambar 1. Pemberian Vitamin Pada Ternak masyarakat

Gambar 2. Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur saat
melakukan pencegahan penyakit Brucellosis pada sapi yang akan mengakibatkan
keguguran sebanyak pada ternak sapi betina.

40 | P o l b a n g a n Y o m a
Gambar 3. Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur saat
melakukan pengambilan sampel darah.

Gambar 4. Hari Penimbangan Ternak Sapi dengan Kemitraan Peternak


Penggemukkan Sapi Unit Kutai Barat Bersama Koperasi Ternak Berkah Salama Jaya
Kalimantan Timur dan PT Pertamina.

41 | P o l b a n g a n Y o m a
Gambar 5. Kunjungan Ke Peternak Setelah Kelahiran Pedet Pertama hasil
Inseminasi Buatan

Gambar 6. Pengecekan lahan HMT (Hijauan Makanan Ternak)

42 | P o l b a n g a n Y o m a
43 | P o l b a n g a n Y o m a

Anda mungkin juga menyukai