Anda di halaman 1dari 11

Lupus

Erythematous
by kelompok 3
Anggota
kelompok
Putu Bagus Diva Yogiswara 2148202014
I Komang Agung Triwikrama Jaya Wardana 2148202018
Efrosina Rosalia Mbaung 2148202025
Eva Grace Monei 2148202020
Alexander Mudha Naibabang 2148202023
I Agus Niko Adipramana 2148202008
OUTLINE
PRESENTATION

Definisi

Patofisiologi

Gejala

Terapi yang digunakan


Definisi
Sistemik Lupus Eritematous (SLE) merupakan suatu penyakit
autoimun yang menyebabkan inflamasi kronis. Penyakit ini
terjadi dalam tubuh akibat sistem kekebalan tubuh salah
menyerang jaringan sehat. Penyakit ini juga merupakan
penyakit multi-sistem dimana banyak manifestasi klinis yang
didapat penderita, sehingga setiap penderita akan
mengalami gejala yang berbeda dengan penderita lainnya
tergantung dari organ apa yang diserang oleh antibody
tubuhnya sendiri. Manifestasi klinis yang paling sering
dijumpai adalah skin rash, arthritis, dan lemah. Pada kasus
yang lebih berat, SLE bisa menyebabkan nefritis, masalah
neurologi, anemia, dan trombositopeni
Patofisiologi
Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase
inisiasi, fase propagasi, dan fase puncak (flares).
Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang
menginisiasi kematian sel secara apoptosis dalam
konteks proimun. Kejadian ini disebabkan oleh
berbagai agen yang sebenarnya merupakan
pajanan yang cukup sering ditemukan pada
manusia, namun dapat menginisiasi penyakit karena
kerentanan yang dimiliki oleh pasien SLE. Fase
profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi
dalam menyebabkan cedera jaringan. Autoantibodi
pada lupus dapat menyebabkan
Patofisiologi
cedera jaringan dengan cara (1) pembentukan dan generasi
kompleks imun, (2) berikatan dengan molekul ekstrasel pada
organ target dan mengaktivasi fungsi efektor inflamasi di
tempat tersebut, dan (3) secara langsung menginduksi kematian
sel dengan ligasi molekul permukaan atau penetrasi ke sel hidup.
Fase puncak merefleksikan memori imunologis, muncul sebagai
respon untuk melawan sistem imun dengan antigen yang pertama
muncul. Apoptosis tidak hanya terjadi selama pembentukan dan
homeostatis sel namun juga pada berbagai penyakit, termasuk
SLE. Jadi, berbagai stimulus dapat memprovokasi puncak
penyakit
GEJALA LUPUS ERIMATHOUS
sering merasa kelelahan meski sudah cukup beristirahat
Muncul ruam dari batang hidung sampai kedua pipi (butterfly rash)
Muncul ruam di bagian tubuh lain, seperti tangan dan pergelangan tangan
Ruam kulit bertambah parah, nyeri, atau gatal, jika terpapar sinar matahari
Sendi terasa nyeri, kaku, atau bengkak
Demam secara tiba-tiba
Mulut dan mata terasa kering
Sesak napas
Nyeri dada
Sakit kepala
Linglung
Daya ingat menurun
Terapi yang digunakan
Terapi Farmakologi

Penyakit yang ringan atau remitten bisa dibiarkan tanpa


pengobatan. Bila diperlukan, NSAID dan anti malaria bisa
digunakan. NSAID membantu mengurangi peradangan dan
nyeri pada otot, sendi, dan jaringan lainnya. Contoh NSAID
adalah aspirin, ibuprofen, naproxen, dan sulindac.

Hydroxychloroquine adalah obat anti malaria yang


ditemukan efektif untuk pasien SLE dengan kelemahan,
penyakit kulit dan sendi. Efek samping termasuk diare, tidak
enak perut, dan perubahan pigmen mata.
Terapi yang digunakan
Terapi Non Farmakologi

Menghindari sinar matahari atau menutupinya dengan pakaian


yang melindungi dari sinar matahari bisa efektif mencegah
masalah yang disebabkan fotosensitif. Penurunan berat badan
juga disarankan pada pasien yang obesitas dan kelebihan
berat badan untuk mengurangi beberapa efek dari penyakit
ini, khususnya ketika ada masalah dengan persendian.1,6 Pada
pasien ini diberikan terapi dengan kortikosteroid sesuai teori.
Kortikosteroid yang diguna dalam kasus ini adalah
methylprednisolone. Selain itu pasien juga dinasehatkan agar
melindungi dirinya daripada cahaya matahari.
Any Question ?

Anda mungkin juga menyukai