Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Pengetahuan Tentang Kewaspadaan Standar Dengan Kepatuhan

Staf Pada Pasien TB Paru di Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan


DKI Jakarta Tahun 2023

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Menyelesaikan Program Studi Sarjana
Keperawatan

PROPOSAL

Disusun Oleh :
TSANI DERMAWAN
NIM : 19216280

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS YATSI MADANI (UYM)
TANGERANG
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Unit Pelayanan Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinas Kesehatan (Dinkes)
Provinsi DKI Jakarta menurut Peraturan Gubernur Nomor 159 Tahun 2019 adalah
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang
mempunyai tugas membantu Dinas menyelenggarakan pengelolaan pelayanan
ambulans gawat darurat bagi masyarakat, instansi pemerintah/ swasta, organisasi dan
event di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Unit Pelayanan Ambulans Gawat Darurat
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ini diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan kesehatan di pra rumah sakit sehingga dapat menurunnya angka
kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat kasus kegawatdaruratan pra rumah sakit
untuk masyarakat di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Dalam melakukan penanganan
kegawatdaruratan yang memang harus cepat dan tepat hal yang perlu menjadi
perhatian juga adalah dalam mencegah terjadinya penularan infeksi. Hal ini
sejalan dengan tugas dan fungsi perawat terampil yang diatur dalam
Permenpan RB nomor 35 tahun 2019 tentang memfasilitasi lingkungan yang
tenang dan aman dan bebas resiko penularan infeksi.
Untuk unit atau armada yang di miliki Ambulans Gawat Darurat Dinas
Kesehatan DKI Jakarta sebanyak 98 unit, diantara nya 4 unit NETS, 5 Unit infeksius,
1 Unit khusus pelayanan, 2 unit VVIP, 85 unit adance dan 1 unit kapal,. J enis
kegiatan yang tersedia di AGD Dinkes DKI Jakarta meliputi medevac primer
(kedaruratan nyata), medevac sekunder (rujukan pasien, pengangkutan pasien
ke tirah baring) dan medevac tersier (promosi kesehatan, dll.). (Sistem
Manajemen Mutu Klinik Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI
Jakarta, 2020).
Pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dipengaruhi oleh
komitmen pimpinan dan karyawan. Komitmen dalam melaksanakan praktik
keamanan pasien dan staf. Melaksanakan berbagai standar yang dibuat dan
melakukan evaluasi pelaksanaannya.
kepatuhan seorang staf sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan
pimpinan. Kepatuhan tenaga kesehatan/staf terhadap kewaspadaan standar
merupakan indikator perilaku kepatuhan terhadap pencegahan dan
pengendalian infeksi (Faradilla, 2020).
Kewaspadaan standar merupakan pedoman yang direkomendasikan
untuk diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien
didiagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium dan setelah
pasien didiagnosis serta diterapkan secara rutin dalam perawatan pasien di
fasilitas kesehatan. Pedoman ini meliputi kebersihan tangan, APD,
dekontaminasi peralatan perawatan pasien, penatalaksanaan linen, kesehatan
petugas dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, penerapan kepatuhan
kewaspadaan standar pada staf adalah masih rendah (Muchtar, 2014).
Upaya memutus rantai mikroba penyebab infeksi diterapkan terhadap
pasien yang diduga atau diketahui terkolonisasi atau terinfeksi pathogen yang
dapat di transmisikan lewat udara, droplet, dan kontak baik kulit maupun
permukaan yang terkontaminasi. Suatu infeksi dapat di transmisikan lebih dari
satu cara (contact, droplet dan airborne) Salah satu faktor dalam memutus
rantai penyebab infeksi adalah pengetahuan, baik staf/pasien dan keluarga
pasien tentang penyakit dan pencegahannya (Kementerian Kesehatan RI,
2020)
Pengetahuan staf dan pasien tentang penyakit adalah penting. Karena
perawatan pasien TB berbeda dengan perawatan pasien biasa, harus
memperhatikan sistem tata ruang, alat pelindung diri dan kewaspadaan
standar. Staf diharapkan mampu menerapkan kewaspadaan dengan baik
sehingga dapat terhindar terjadinya penularan penyakit dari lingkungan dan
pasien. Sedangkan edukasi kepada pasien dan keluarga dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien supaya dapat melakukan pencegahan
penularan dan menerapkan kewaspadaan dengan benar selama evakuasi
pasien.
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (M tb). Tuberculosis dapat mengenai
semua organ tubuh dan semua kelompok usia, meskipun demikian paru adalah
organ yang paling terjangkit TB
Berikut ini adalah data kejadian TB di dunia meurut (WHO, 2014)

Data diatas menunjukkan semakin meningkatnya jumlah kejadian TB di


dunia dari tahun 1997 sampai 2014. Di Indonesia diperkirakan sebesar
583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian tiap tahunnya (Utama, 2017)).
Sedangkan diperkirakan kasus baru dengan Multidrug Reistance (MDR) di
Indonesia sebesar 1.8% dan diperkirakan TB kambuh dengan MDR sebesar
17% .
Badan pusat statistik DKI Jakarta menyampaikan bahwa data yang
terjadi pada kasus TB paru tahun 2021 sebanyak 26.854 kasus, dan di Jakarta
barat sendiri pada tahun 2021 sebanyak 4.956 kasus. Penularan TB terjadi
melalui udara (airborne) yang menyebar melalui percik renik/droplet nuclei
saat seseorang batuk, bersin, berbicara dan berteriak. Percik renik tersebut
berukuran < 5 mikron dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam, oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan supaya tidak menginfeksi
orang lain, di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya biasa di sebut
Hospital Associated Infections (HAIs)
Hospital Associated Infections (HAIs) TB dapat terjadi pada petugas
kesehatan, pasien dan pengunjung. Petugas kesehatan yang berisiko untuk
tertular meliputi perawat, dokter, petugas laboratorium, mahasiswa
(perawat/dokter), dan petugas lainnya yang kontak dengan pasien (petugas
kebersihan, petugas pendaftaran dan farmasi) (Kemenkes RI, 2012).
Pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan 4 pilar yaitu: Manajerial, Pengendalian Administratif,
Pengendalian Lingkungan, dan Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri
(APD). Empat pilar tersebut tertuang dalam SOP Kewaspadaan Standar.
Kewaspadaan standar diterapkan untuk mencegah penyebaran penyakit
infeksi menular diantara pasien, petugas kesehatan dan pengunjung selama di
pelayanan Kesehatan. Bila 4 pilar tersebut tidak diterapkan dengan baik akan
berisiko tertularnya petugas kesehatan oleh kuman TB maupun MDR TB.
Orang yang tertular belum tentu jatuh sakit terutama bila daya tahan
tubuhnya kuat. Petugas kesehatan yang merawat pasien dengan TB adalah
kelompok risiko tinggi untuk terinfeksi. Penularan infeksi M. tb dari pasien
ke petugas kesehatan sudah diketahui sejak lama dengan angka kejadian terus
meningkat. Keadaan ini perlu perhatian khusus, karena akan mempengaruhi
kinerja dan produktivitas petugas kesehatan (Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, 2017).
Oleh karena itu perlu dilakukan analisa bagaimana fasilitas, staf serta
pasien dalam mematuhi penerapan SOP yang telah ditetapkan fasilitas
Kesehatan.. Hal ini dilakukan untuk mengkaji faktor risiko dari staf terhadap
transmisi bakteri yang dapat menginfeksi, mengingat staf terutama
keperawatan sering kontak dan terpajan lama dengan sumber infeksi. Staf
yang berisiko meliputi dokter, perawat,dan driver. Mereka selalu kontak
dengan pasien dan cairan pasien yang menjadi sumber penularan utama.
Kejadian tertular pasien dengan kewaspadaan standar sangat merugikan
petugas kesehatan baik finansial, kesehatan dan produktivitasnya.
B. Rumusan Masalah
Jumlah kejadian TB maupun MDR TB setiap tahun terus meningkat,
petugas kesehatan adalah orang yang sering kontak dengan pasien TB dan
berisiko tinggi tertular. Kemenkes RI telah merumuskan 4 pilar dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi TB di fasilitas pelayanan kesehatan, 4
pilar tersebut tertuang dalam SOP kewaspadaan standar yang harus dipatuhi
dan dijalankan. Tetapi kepatuhan kewaspadaan standar pada staf masih
rendah, dan angka kasus TB dari tahun ke tahun terus meningkat. Dengan
demikian masalah penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan
Pengetahuan Tentang Kewaspadaan Standar Terhadap Kepatuhan Staf Pada
Pasien TB Paru Di Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Tahun 2023?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Pengaruh Hubungan Pengetahuan Tentang
Kewaspadaan Standar Terhadap Kepatuhan Staf Pada Pasien TB Paru Di
Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Untuk Mengetahui Pengetahuan tentang Kewaspadaan Standar di
Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun
2023.
b. Untuk Mengetahui Kepatuhan Staf Pada Pasien TB Paru di
Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun
2023.
c. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Kewaspadaan
Standar Terhadap Kepatuhan Staf Pada Pasien TB Paru Di
Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun
2023.
d. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan
tentang standar operasional prosedur dengan kepatuhan staf
tentang kewaspadaan standar.

b. Bagi Institusi Universitas Yatsi Madani


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai
cara mengatasi dengan kepatuhan staf tentang kewaspadaan
standar Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Tahun 2023.
c. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi pada
penelitian berikutnya tentang Hubungan Pengetahuan Tentang
Kewaspadaan Standar Terhadap Kepatuhan Staf Pada Pasien TB
Paru Di Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Tahun 2023

2. Manfaat praktis
a. Bagi praktisi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan agar
terlibat langsung dalam usaha pencegahan dan pengendalian
infeksi melalui kepatuhan terhadap kewaspadaan standar.
b. Bagi tenaga kesehatan menambah wawasan dan keterampilan
dalam memberikan pelayanan professional (patien safety dan staff
safety).

Anda mungkin juga menyukai