Bab 1 AGD
Bab 1 AGD
PROPOSAL
Disusun Oleh :
TSANI DERMAWAN
NIM : 19216280
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit Pelayanan Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinas Kesehatan (Dinkes)
Provinsi DKI Jakarta menurut Peraturan Gubernur Nomor 159 Tahun 2019 adalah
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang
mempunyai tugas membantu Dinas menyelenggarakan pengelolaan pelayanan
ambulans gawat darurat bagi masyarakat, instansi pemerintah/ swasta, organisasi dan
event di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Unit Pelayanan Ambulans Gawat Darurat
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ini diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan kesehatan di pra rumah sakit sehingga dapat menurunnya angka
kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat kasus kegawatdaruratan pra rumah sakit
untuk masyarakat di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Dalam melakukan penanganan
kegawatdaruratan yang memang harus cepat dan tepat hal yang perlu menjadi
perhatian juga adalah dalam mencegah terjadinya penularan infeksi. Hal ini
sejalan dengan tugas dan fungsi perawat terampil yang diatur dalam
Permenpan RB nomor 35 tahun 2019 tentang memfasilitasi lingkungan yang
tenang dan aman dan bebas resiko penularan infeksi.
Untuk unit atau armada yang di miliki Ambulans Gawat Darurat Dinas
Kesehatan DKI Jakarta sebanyak 98 unit, diantara nya 4 unit NETS, 5 Unit infeksius,
1 Unit khusus pelayanan, 2 unit VVIP, 85 unit adance dan 1 unit kapal,. J enis
kegiatan yang tersedia di AGD Dinkes DKI Jakarta meliputi medevac primer
(kedaruratan nyata), medevac sekunder (rujukan pasien, pengangkutan pasien
ke tirah baring) dan medevac tersier (promosi kesehatan, dll.). (Sistem
Manajemen Mutu Klinik Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI
Jakarta, 2020).
Pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dipengaruhi oleh
komitmen pimpinan dan karyawan. Komitmen dalam melaksanakan praktik
keamanan pasien dan staf. Melaksanakan berbagai standar yang dibuat dan
melakukan evaluasi pelaksanaannya.
kepatuhan seorang staf sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan
pimpinan. Kepatuhan tenaga kesehatan/staf terhadap kewaspadaan standar
merupakan indikator perilaku kepatuhan terhadap pencegahan dan
pengendalian infeksi (Faradilla, 2020).
Kewaspadaan standar merupakan pedoman yang direkomendasikan
untuk diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien
didiagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium dan setelah
pasien didiagnosis serta diterapkan secara rutin dalam perawatan pasien di
fasilitas kesehatan. Pedoman ini meliputi kebersihan tangan, APD,
dekontaminasi peralatan perawatan pasien, penatalaksanaan linen, kesehatan
petugas dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, penerapan kepatuhan
kewaspadaan standar pada staf adalah masih rendah (Muchtar, 2014).
Upaya memutus rantai mikroba penyebab infeksi diterapkan terhadap
pasien yang diduga atau diketahui terkolonisasi atau terinfeksi pathogen yang
dapat di transmisikan lewat udara, droplet, dan kontak baik kulit maupun
permukaan yang terkontaminasi. Suatu infeksi dapat di transmisikan lebih dari
satu cara (contact, droplet dan airborne) Salah satu faktor dalam memutus
rantai penyebab infeksi adalah pengetahuan, baik staf/pasien dan keluarga
pasien tentang penyakit dan pencegahannya (Kementerian Kesehatan RI,
2020)
Pengetahuan staf dan pasien tentang penyakit adalah penting. Karena
perawatan pasien TB berbeda dengan perawatan pasien biasa, harus
memperhatikan sistem tata ruang, alat pelindung diri dan kewaspadaan
standar. Staf diharapkan mampu menerapkan kewaspadaan dengan baik
sehingga dapat terhindar terjadinya penularan penyakit dari lingkungan dan
pasien. Sedangkan edukasi kepada pasien dan keluarga dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien supaya dapat melakukan pencegahan
penularan dan menerapkan kewaspadaan dengan benar selama evakuasi
pasien.
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (M tb). Tuberculosis dapat mengenai
semua organ tubuh dan semua kelompok usia, meskipun demikian paru adalah
organ yang paling terjangkit TB
Berikut ini adalah data kejadian TB di dunia meurut (WHO, 2014)
2. Manfaat praktis
a. Bagi praktisi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan agar
terlibat langsung dalam usaha pencegahan dan pengendalian
infeksi melalui kepatuhan terhadap kewaspadaan standar.
b. Bagi tenaga kesehatan menambah wawasan dan keterampilan
dalam memberikan pelayanan professional (patien safety dan staff
safety).