Anda di halaman 1dari 8

Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 291

WANPRESTASI DEBITUR DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG


SECARA LISAN

Oleh
Erinda Lamonti, Diah Ayu Utami, Program Studi Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Tidar

e-mail: erindalamonti822@gmail.com, diayutami@gmail.com

Abstrak
Perjanjian hutang piutang adalah perjanjian yang dilakukan antara pihak kreditur selaku
pemberi pinjaman hutang dengan pihak debitur selaku penerima pinjaman hutang dimana objeknya
ialah uang dan mencantumkan jangka waktu tertentu di dalam perjanjian tersebut,serta mewajibkan
debitur mengembalikan sesuai batas waktu yang ditentukan. Perjanjian hutang piutang dapat
dilakukan secara lisan, hal ini dapat terjadinya suatu wanprestasi antara para pihak yang
mengikatkan dirinya dalam perjanjian tersebut. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai
sebuah bangunan sistem norma. Dasar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang
dilakukan melalui dasar negara yaitu Pancasila dan peraturan perundang-undangan yakni UUD
1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan memberi wawasan pembaca mengenai hal yang menyebabkan munculnya perjanjian hutang
piutang secara lisan dan akibat dari perjanjian tersebut serta langkah antisipasi untuk mencegah
terjadinya wanprestasi terhadap perjanjian lisan. Dalam hal ini, perjanjian lisan tetaplah sah dan
memiliki kekuatan hukum. Akan tetapi, apabila terjadi sengketa antara para pihak pembuktiannya
sulit. Maka dari itu untuk menghindari wanprestasi para pihak,maka diperlukan kepastian mengenai
hak dan kewajiban masing masing pihak.

Kata kunci : hutang piutang, perjanjian lisan, wanprestasi.


Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 292

PENDAHULUAN
dibawah tangan, serta menggunakan judul
A. Latar Belakang perjanjian. 2
Indonesia adalah negara hukum yang Perjanjian lisan yang sering terjadi
tercantum di dalam pasal 1 ayat (3) kebanyakan menimbulkan kerugian bagi
Undang-Undang Dasar 1945 yang mana kreditur, karena biasanya pihak debitur
didalam setiap kehidupan masyarakatnya mengulur waktu pengembalian uang dari
diatur oleh berbagai peraturan perundang- waktu yang telah disepakati didalam
undangan yang bertujuan untuk perjanjian yang telah dibuat.
tercapainya ketertiban dan kemakmuran Misalnya, A adalah penjual beras di
bersama. pasar, dan B adalah pembeli. Dalam
Dalam hukum dikenal hukum publik perjanjian hutang piutang A adalah pihak
dan hukum privat, yang mana hukum kreditur dan B adalah pihak debitur. Suatu
publik ialah hukum yang mengatur hari B berhutang kepada A sepuluh karung
hubungan negara dengan warga negaranya beras dan berjanji membayarnya satu
(hukum pidana), sedangkan hukum privat bulan kemudian. A kemudian sepakat
mengatur hubungan perseorangan (hukum menghutangkan beras tersebut kepada A
perdata), dalam hal ini akan dibahas dengan syarat B harus membayar sesuai
mengenai hukum perikatan yang mana dengan waktu yang telah ditetapkan yakni
masih termasuk kedalam hukum perdata. satu bulan. Perjanjian tersebut sudah sah
Hukum perikatan ialah suatu menurut pasal 1320 KUH Perdata,
hubungan hukum antara dua pihak walaupun pelaksanaanya dilakukan secara
berdasarkan mana pihak yang satu berhak lisan.
menuntut sesuatu dari pihak lain, dan Terdapat contoh lain yakni sesuai
pihak lain berkewajiban memenuhi dengan putusan Nomor 44/Pdt.G/2015/PN
kewajiban itu.1 Perikatan terbentuk atas Yyk di Pengadilan Negeri Yogyakarta
dua hal yakni dari perjanjian dan dari terdapat sebuah kasus yakni Ary Kalista
undang-undang. Sehingga perjanjian ialah melakukan wanprestasi terhadap
sumber perikatan. perjanjian lisan antara Subagyo dengan
Dalam perjanjian dikenal pula Ary Kalista. Bermula dari Subagyo dan
perjanjian lisan, yang mana perjanjian Ary Kalista membuat suatu perjanjian
tersebut bentuknya tidak tertulis dan telah lisan yang isinya yaitu, bahwa Subayo
disepakati oleh kedua pihak tersebut. membeli 3 (tiga) bidang tanah dan
Salah satu contoh perjanjian lisan ialah di diatasnamakan Ary Kalista, namun jika
dalam perjanjian hutang piutang. Dengan Subagyo dan Ary Kalista tidak jadi
kata lain perjanjian lisan akan menjadi sah menikah, Ary Kalista harus
apabila hak dan kewajiban dari para pihak mengembalikan ketiga tanah tersebut dan
telah terpenuhi. Sedangkan perjanjian membaliknamakannya menjadi atas nama
tertulis lazimnya dilakukan dimasyarakat Subagyo. Ternyata Subagyo dan Ary
yang lebih modern, berkaitan dengan Kalista tidak jadi menikah, karena Ary
bisnis yang hubungan hukumnya lebih Kalista menikah dengan orang lain.
kompleks, dan biasanya menggunakan Subagyo meminta hak yang timbul dari
akta otentik ataupun akta perjanjian lisan tersebut, namun Ary

2
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara
Putra,Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum
Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak,
1
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta:PT Udayana University Press, Denpasar-Bali, hlm.
Intermasa.2002), hlm.45 52.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 293

Kalista menolaknya, justru Ary Kalist TINJAUAN PUSTAKA


menantang Subagyo untuk diselesaikan
melalui jalur pengadilan. 3 A. Tinjauan Umum Perjanjian
Sehingga hal hal tersebut Menurut Pasal 1313 KUH Perdata,
menimbulkan pelanggaran terhadap perjanjian yaitu dengan mana satu orang
beberapa ketentuan, dan juga atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
menimbulkan kerugian terhadap pihak satu orang atau lebih lainnya. Dapat
kreditur sebagai pemberi pinjaman kredit. diartikan pula, Perjanjian ialah suatu
peristiwa dimana seorang berjanji kepada
B. Rumusan Masalah orang lain atau dimana dua orang itu
Berdasarkan latar belakang masalah saling berjanji untuk melaksanakan
yang diuraikan oleh penulis, permasalahan sesuatu hal.
yang akan dibahas pada penelitian ini Di dalam rumusan Pasal 1313 KUH
ialah: Perdata mendefinisikan bahwa perjanjian
1. Apa yang menyebabkan munculnya adalah perbuatan dengan mana satu orang
perjanjian hutang piutang secara lisan atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
dan akibat-akibatnya? satu orang atau lebih. Perjanjian dengan
2. Bagaimana bentuk pelanggaran demikian mengikat para pihak secara
terhadap perjanjian (wanprestasi )? hukum, untuk mendapatkan hak atau
3. Apa langkah antisipasi untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan
mencegah terjadinya wanprestasi di dalam perjanjian itu.4 Dari peristiwa ini,
terhadap perjanjian lisan? timbulah suatu hubungan antara dua orang
tersebut yang dinamakan perikatan.
C. Tujuan Penelitian Perjanjian menerbitkan suatu perikatan
Berdasarkan rumusan masalah yang antara dua orang yang membuatnya.
diuraikan penulis, tujuan penelitian ini Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa
adalah suatu rangkaian perkataan yang
1. Untuk mengetahui dan memberi mengandung janji-janji atau kesanggupan
wawasan pembaca mengenai hal yang yang diucapkan atau ditulis.5
menyebabkan munculnya perjanjian
hutang piutang secara lisan dan akibat B. Definisi Perjanjian Lisan
dari perjanjian tersebut. Perjanjian lisan ialah sebuah
2. Mengetahui tentang bentuk perjanjian yang telah dibuat dan disetujui
pelanggaran terhadap perjanjian oleh para pihak secara lisan. Perjanjian ini
(wanprestasi). tidak sama dengan kontrak tertulis yang
3. Untuk memberi pengetahuan terhadap menjabarkan ketentuan-ketentuannya
pembaca mengenai langkah antisipasi didalam sebuah dokumen atau akta. Dalam
untuk mencegah terjadinya pasal 1320 KUHPer (syarat sah perjanjian)
wanprestasi terhadap perjanjian lisan. tidak mewajibkan agar suatu perjanjian
dibuat secara tertulis, sehingga perjanjian
lisan pun juga mengikat dan sah.

3 4
Billy Dicko Stepanus Harefa, 2016, Kekuatan I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai
Hukum Perjanjian Lisan Apabila Terjadi Asamara Putra, Implementasi Ketentuan-
Wanprestasi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam
Yogyakarta Nomor 44/PDT.G/2015/PN.YYK). Perancangan Kontrak, Udayana University
Privat Law Vol. IV No. 2, Fakultas Hukum, Press, Denpasar-Bali, hlm. 28.
5
Universitas Sebelas Maret. Ibid.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 294

Dalam pasal 1338 menyatakan bahwa D. Definisi Wanprestasi


“semua perjanjian yang dibuat secara sah Prestasi merupakan hal yang harus
berlaku sebagai undang-undang bagi dilaksanakan dalam suatu perikatan. 7
mereka yang membuatnya, suatu Pemenuhan prestasi merupakan hakikat
perjanjian tidak dapat ditarik kembali dari suatu perikatan. Kewajiban memenuhi
selain dengan sepakat kedua belah pihak, prestasi dari debitur selalui disertai dengan
atau karena alasan-alasan yang oleh tanggung jawab (liability), artinya debitur
undang-undang dinyatakan cukup untuk mempertaruhkan harta kekayaannya
itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan sebagai jaminan pemenuhan hutangnya
dengan iktikad baik”. kepada kreditur. Sehingga bila si debitur
Perjanjian lisan di dalamnya atau dapat dikatakan seorang yang
terkandung suatu janji yang berutang tidak melakukan apa yang
mengungkapkan kehendak yang dijanjikannya, maka seorang itu dapat
dinyatakan dan dianggap sebagai elemen dikatakan melakukan “wanprestasi”.
konstitutif dari kekuatan mengikat Wanprestasi dapat disebut juga
perjanjian. Perjanjian baru terbentuk jika sebagai sebuah alpa, ingkar janji atau
ada perjumpaan atau persesuaian antara kelalaian (melanggar perjanjian).
janji-janji yang ditujukan satu pihak Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan)
terhadap pihak lainnya (Muhammad seorang debitur dapat berupa 4 macam8 :
Syaifuddin, 2012:137).  Tidak melakukan apa yang disanggupi
akan dilakukannya;
C. Definisi Perjanjian Hutang Piutang  Melaksanakan apa yang dijanjikannya,
Pengertian hutang piutang sama tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
dengan perjanjian pinjam meminjam yang  Melakukan apa yang dijanjikannya
dijumpai dalam ketentuan Kitab Undang- tetapi terlambat;
Undang Hukum Perdata Pasal 1754 yang  Melakukan sesuaru yang menurut
berbunyi: “pinjam meminjam adalah suatu perjanjian tidak boleh dilakukannya.
perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu METODE PENELITIAN
jumlah barang-barang tertentu dan habis
karena pemakaian, dengan syarat bahwa A. Jenis Penelitian
yang belakangan ini akan mengembalikan Penelitian ini termasuk jenis penelitian
sejumlah yang sama dari macam keadaan hukum normatif. Penelitian hukum
yang sama pula”.6 normatif adalah penelitian hukum yang
Perjanjian utang piutang antara meletakkan hukum sebagai sebuah
kreditur dan debitur dituangkan dalam bangunan sistem norma.
perjanjian kredit. Perjanjian kredit memuat Sistem norma yang dimaksud adalah
hak dan kewajiban antara para pihak, mengenai asas asas, norma, kaidah dari
perjanjian kredit bertujuan agar para pihak peratutan perundang-undangan, putusan
memenuhi segala kewajibannya dengan pengadilan, perjanjian serta doktrin atau
berdasarkan iktikad baik seperti yang ajaran hukum. Dasar yang dilakukan
tercantum dalam pasal 1338 KUH Perdata. dalam penelitian ini adalah pendekatan

7
Mariam Darus Badruzaman, Asas-asas
Hukum Perikatan, (Medan, FH USU, 1970),
6 hlm. 8.
R.Subekti dan R. Tjitrosudibyo, Kitab
8
Undang-Undang Hukum Perdata, Ibid.
(Jakarta:Pradnya Paramita, 1992), hlm.451.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 295

yang dilakukan melalui dasar negara yaitu perjanjian. Suatu perjanjian akan lahir
Pancasila dan peraturan perundang- pada saat tercapainya kesepakatan atau
undangan yakni UUD 1945, Kitab persetujuan diantara kedua pihak yang
Undang-Undang Hukum Perdata. sedang melakukan perjanjian, yakni
mengenai hal-hal pokok yang menjadi
B. Cara Penelitian obyek perjanjian. Kata sepakat merupakan
Cara penelitian dilakukan dengan suatu persesuaian antara paham dan
menganalisis studi kepustakaan yang kehendak antara kedua belah pihak.
terdiri bahan hukum primer yaitu Disebutkan dalam Pasal 1338 Buku III
perundang-undangan. Selanjutnya, bahan KUH Perdata yang asas kebebasan
hukum sekunder diperoleh melalui telah berkontrak dalam dibuatnya perjanjian.
pendapat para ahli tentang hukum, dan Menurut pasal 1754 Bab ke 13
bahan hukum tersier diperoleh melalui Tentang Pinjam-Meminjam KUH
kamus atau ensiklopedia dan sumber Perdata, “Pinjam-Meminjam ialah
analisis. perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu
C. Metode Penelitian jumlah teertentu barang-barang yang
Metode analisis data dilakukan secara menghabis karena pemakaian, dengan
normatif kualitatif yaitu menganalisis syarat bahwa pihak yang belakangan ini
terhadap norma hukum yang menjadi akan mengembalikan sejumalah yang
obyek pembahasan, dan tidak sama dari macam dan keadaan yang
menggunakan perhitungan atau rumus sama pula”. Objek perjanjian pinjam
statistik. meminjam dalam pasal 1754 KUH
Perdata tersebut dapat berupa barang-
HASIL PENELITIAN DAN barang yang habis karena pemakaian,
PEMBAHASAN seperti uang. Fungsi dari uang merupakan
alat tukar.
A. Munculnya Perjanjian Hutang Piutang Dalam hal peminjaman uang, para
Secara Lisan dan Akibatnya. pihak yang mengikatkan dirinya pada
Perjanjian merupakan suatu kegiatan perjanjian harus mematuhi adanya
yang tidak bisa lepas dari kehidupan peraturan dalam perjanjian hutang piutang
masyarakat. Melalui perjanjian masyarakat yang disepakatinya. Unsur yang terdapat
sangat dibantu dalam melakukan segala dalam perjanjian hutang-piutang atau
kegiatan yang berhubungan dengan bisnis. pijam meminjam uang diantaranya:
Baik itu jual beli, pinjam meminjam,  Adanya para pihak
perjanjian kerja, dan usaha bisnis lainnya  Adanya persetujuan
yang membutuhkan perjanjian 9  Adanya sejumlah barang tertentu
Berdasarkan pasal 1233 KUH Perdata  Adanya pengembalian pinjaman
“Tiap-tiap perikatan lahir baik karena Dalam perjanjian hutang piutang,
perjanjian maupun karena undang- sebelum dilakukannya sebuah perjanjian,
undang”. Perikatan yang lahir dari hendaknya kreditur menggunakan
perjanjian dapat dilakukan melalui beberapa prinsip :
kesepakatan para pihak yang melakukan a. Prinsip 5 R
 Character
9
Fajar Sahat Ridoli Sitompul, I Gst Ayu Adalah watak atau kepribadian atau
Agung Ariani . 2014. Kekuatan Mengikat
Perjanjian Yang Dibuat Secara Lisan. perilaku calon debitur.
Hukum Perdata, Fakultas Hukum  Capacity
Universitas Udayana hlm.2.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 296

Kemampuan calon debitur dalam dilakukan dalam bentuk tertulis maupun


melunasi hutangnya. secara lisan, serta tidak jarang juga adanya
 Capital perjanjian diam-diam. Perjanjian yang
Permodalan dari suatu debitur yang dilakukan secara lisan dapat dijumpai
harus diketahui oleh calon kreditur. dalam kehidupan bermasyarakat karena
 Condition of economy adanya kesepakatan antara kedua belah
Kondisi perekonomian calon debitur pihak, misalnya dalam kegiatan berbelanja
harus dianalisis oleh calon kreditur. di pasar-pasar untuk kebutuhan sehari-
 Collateral hari.
Angunan. Perjanjian lisan di dalamnya
b. Prinsip 3R terkandung suatu janji yang
 Returns adalah hasil yang akan mengungkapkan kehendak yang
diperoleh debitur. dinyatakan dan dianggap sebagai elemen
 Repayment adalah kemampuan bayar konstitutif dari kekuatan mengikat
oleh pihak debitur. perjanjian. Perjanjian baru terbentuk jika
 Risk yaitu kemampuan menanggung ada perjumpaan atau persesuaian antara
resiko perlu diperhatikan sejauh mana janji-janji yang ditujukan satu pihak
kemampuan debitur menanggung terhadap pihak lainnya (Muhammad
resiko resiko (mengacu pada UU No. Syaifuddin, 2012:137).
10 Tahun 1998). Menurut Pasal 1320 KUH Perdata
Setelah ada kesepakatan antara para terdapat adanya syarat sahnya perjanjian
pihak dan munculah sebuah perjanjian yang penting untuk dijadikan sebagai
hutang piutang, yang mana antara para pertimbangan, karena suatu perkara
pihak harus menjalankan kewajiban wanprestasi yang pertama dilihat adalah
masing-masing untuk memenuhi hak perjanjiannya sah atau tidak sah. Jika
antar pihak. Sehingga akibat dari adanya perjanjian tersebut tidak sah maka
perjanjian hutang piutang tersebut ialah seseorang yang diduga melakukan
munculnya prestasi, yakni ada tiga wanprestasi tidak dapat dinyatakan
macam prestasi : melakukan wanprestasi. Di tambah lagi
 Melakukan sesuatu dengan adanya Pasal 1234 KUH Perdata
yang menyebutkan bahwa “tiap-tiap
 Memberikan sesuatu
perikatan adalah untuk memberikan
 Dan tidak melakukan sesuatu
sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk
Dalam hal ini, kreditur dan debitur
tidak berbuat sesuatu”. Hal ini dapat
harus saling memahami kewajiban
mengacu kepada para pihak tidak
masing-masing, yakni debitur menerima
melaksanakan perikatan yang telah
uang tersebut dan berkewajiban
disepakati dalam suatu perjanjian dapat
mengembalikan uang tersebut sesuai
dinyatakan telah melakukan wanprestasi.
dengan waktu yang telah disepakati.
Perjanjian yang dilakukan dengan
bentuk apapun terdapat perikatan di
B. Bentuk pelanggaran terhadap
dalamnya, karena perjanjian merupakan
perjanjian (wanprestasi )
sumber perikatan. Dalam hal ini,
Perjanjian dapat dilakukan oleh siapa
Perjanjian lisan tetaplah sah dan memiliki
saja, antara individu dengan individu yang
kekuatan hukum untuk menyatakan
lain, maupun dilakukan antara individu
seseorang melakukan wanprestasi. Namun,
dengan badan hukum, hal ini disebabkan
jika dalam perjanjian tersebut tidak diakui
karena perjanjian menganut asas
oleh pihak yang diduga melakukan
kebebasan berkontrak. Perjanjian tersebut
wanprestasi, perjanjian itu harus
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 297

dibuktikan dulu keberadaanya. Perjanjian PENUTUP


lisan memang mempunyai kekuatan
hukum namun tidak terlalu kuat seperti A. Simpulan
perjanjian yang dibuat secara tertulis untuk Suatu perjanjian lahir pada saat
menyatakan seseorang melakukan tercapainya kesepakatan atau persetujuan
wanprestasi sebabnya perjanjian lisan diantara kedua pihak yang sedang
tersebut tergantung dari pembuktian para melakukan perjanjian . Perjanjian yang
pihak memang benar adanya dan dapat dilakukan secara lisan dapat dijumpai
juga tidak ada. dalam kehidupan bermasyarakat karena
adanya kesepakatan antara kedua belah
C. Langkah antisipasi untuk mencegah pihak, misalnya dalam kegiatan berbelanja
terjadinya wanperstasi di pasar-pasar untuk kebutuhan sehari-
Setelah perjanjian berlaku, maka para hari. Perjanjian lisan tetaplah sah dan
pihak baik kreditur maupun debitur memiliki kekuatan hukum, namun bila
diharapkan melaksanakan iktikad baik terjadi sengketa antara para pihak
untuk menghindarkan suatu perbuatan pembuktiannya sulit. Maka dari itu untuk
yang menyimpang dari aturan yang menghindari wanprestasi para pihak, maka
berlaku dalam sebuah perjanjian. diperlukan kepastian mengenai hak dan
Solusi yang digunakan dalam kewajiban masing masing pihak. Sehingga
menjamin terlaksananya perjanjian secara dalam perjanjian hutang piutang, tetap
lisan diantaranya adalah dengan diperlukan sebuah perjanjian tertulis yakni
memberikan sanksi yang tegas untuk pihak perjanjian di bawah tangan, yang mana
yang melaksanakan wanprestasi atau akan bermanfaat untuk kepastian hukum
melanggar perjanjian tersebut, terutama dan sebagai alat bukti yang kuat dan sah
pihak kreditur sebaiknya memberikan apabila terjadi suatu permasalahan antara
penjelasan kepada debitur terkait para pihak.
kewajibannya dan sanksi apabila
kewajibannya itu tidak dilaksanakan. B. Saran
Pengawasan terhadap debitur juga Apabila seorang individu dengan
diperlukan agar debitur melaksanakan individu lainnya akan membuat perjanjian
kewajibannya sesuai dengan perjanjian secara lisan, para pihak yang terlibat
yang telah disepakati. dalam perjanjian tersebut harus
Langkah terakhir, yakni perjanjian mempelajari tentang adanya akibat atau
lisan tersebut dibuatkan perjanjian tertulis kerugian yang ditimbulkan jika terjadi
berupa perjanjian dibawah tangan. wanprestasi para pihak. Apabila kreditur
Perjanjian itu dibuat secara tertulis dan di dengan debitur tetap ingin membuat
tanda tangani oleh para pihak di atas perjanjian dalam bentuk lisan, para pihak
materai , dan lebih baik terdapat dua saksi tersebut disarankan untuk membawa
dalam pembuatannya. Hal ini dilakukan seorang saksi untuk melaksanakan
untuk mengantisipasi apabila terjadi perjanjian. Dengan adanya saksi dapat
sengketa antara para pihak, sudah terdapat mencegah suatu perjanjian lisan yang tidak
alat bukti yakni berupa dokumen diakui oleh salah satu pihak, apabila dalam
perjanjian,yang mana dokumen atau akta perjanjian lisan tersebut tetap tidak diakui
tertulis merupakan alat bukti yang paling oleh pihak yang melakukan wanprestasi,
kuat di dalam hukum acara perdata. saksi dapat dijadikan alat bukti untuk
membuktikan perjanjian lisan tersebut.
Dan saran yang paling diutamakan
ialah tetap membuat perjanjian secara
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 298

tertulis, demi kepentingan para pihak Jurnal


tersebut tercapai secara pasti sesuai Harefa, Billy Dicko Stepanus. 2016. Kekuatan
dengan hak dan kewajibannya yang Hukum Perjanjian Lisan Apabila
dituangkan didalam perjanjian tertulis. Terjadi Wanprestasi (Studi Putusan
Dan ketika terjadi sebuah masalah, maka Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor
perjanjian tertulis tersebut dapat 44/PDT.G/2015/PN.YYK). Fakultas
digunakan sebagai alat bukti. Hukum. Universitas Sebelas Maret

DAFTAR PUSTAKA Jon Hendri, Khoiri. Kemaritiman. 2018.


Tinjauan Yuridis Terhadap Wanprestasi
Buku Dalam Hal Hutang Piutang. Politeknik
Badruzaman, Mariam Darus. 1970. Asas-asas Negeri Bengkalis.
Hukum Perikatan.Medan: FH. USU.
Palit, Richard Cisanto. 2018. Kekuatan Akta
Subekti, R. 2002. Hukum Perjanjian. Jakarta: Dibawah Tangan Sebagai Alat Bukti Di
Intermasa. Pengadilan.Universitas Sam Ratulangi.

Subekti, R.2001. Pokok-Pokok Hukum Sitompul, Fajar Sahat Ridoli, Ariani , I Gst
Perdata. Jakarta: PT. Intermasa Ayu Agung. 2014. Kekuatan Mengikat
Perjanjian Yang Dibuat Secara Lisan.
Peraturan Perundang-Undangan Fakultas Hukum. Universitas Udayana.
KUHPer (Buku ketiga tentang Perikatan)
Undang Undang No 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan

Anda mungkin juga menyukai