Oleh
Erinda Lamonti, Diah Ayu Utami, Program Studi Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Tidar
Abstrak
Perjanjian hutang piutang adalah perjanjian yang dilakukan antara pihak kreditur selaku
pemberi pinjaman hutang dengan pihak debitur selaku penerima pinjaman hutang dimana objeknya
ialah uang dan mencantumkan jangka waktu tertentu di dalam perjanjian tersebut,serta mewajibkan
debitur mengembalikan sesuai batas waktu yang ditentukan. Perjanjian hutang piutang dapat
dilakukan secara lisan, hal ini dapat terjadinya suatu wanprestasi antara para pihak yang
mengikatkan dirinya dalam perjanjian tersebut. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai
sebuah bangunan sistem norma. Dasar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang
dilakukan melalui dasar negara yaitu Pancasila dan peraturan perundang-undangan yakni UUD
1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan memberi wawasan pembaca mengenai hal yang menyebabkan munculnya perjanjian hutang
piutang secara lisan dan akibat dari perjanjian tersebut serta langkah antisipasi untuk mencegah
terjadinya wanprestasi terhadap perjanjian lisan. Dalam hal ini, perjanjian lisan tetaplah sah dan
memiliki kekuatan hukum. Akan tetapi, apabila terjadi sengketa antara para pihak pembuktiannya
sulit. Maka dari itu untuk menghindari wanprestasi para pihak,maka diperlukan kepastian mengenai
hak dan kewajiban masing masing pihak.
PENDAHULUAN
dibawah tangan, serta menggunakan judul
A. Latar Belakang perjanjian. 2
Indonesia adalah negara hukum yang Perjanjian lisan yang sering terjadi
tercantum di dalam pasal 1 ayat (3) kebanyakan menimbulkan kerugian bagi
Undang-Undang Dasar 1945 yang mana kreditur, karena biasanya pihak debitur
didalam setiap kehidupan masyarakatnya mengulur waktu pengembalian uang dari
diatur oleh berbagai peraturan perundang- waktu yang telah disepakati didalam
undangan yang bertujuan untuk perjanjian yang telah dibuat.
tercapainya ketertiban dan kemakmuran Misalnya, A adalah penjual beras di
bersama. pasar, dan B adalah pembeli. Dalam
Dalam hukum dikenal hukum publik perjanjian hutang piutang A adalah pihak
dan hukum privat, yang mana hukum kreditur dan B adalah pihak debitur. Suatu
publik ialah hukum yang mengatur hari B berhutang kepada A sepuluh karung
hubungan negara dengan warga negaranya beras dan berjanji membayarnya satu
(hukum pidana), sedangkan hukum privat bulan kemudian. A kemudian sepakat
mengatur hubungan perseorangan (hukum menghutangkan beras tersebut kepada A
perdata), dalam hal ini akan dibahas dengan syarat B harus membayar sesuai
mengenai hukum perikatan yang mana dengan waktu yang telah ditetapkan yakni
masih termasuk kedalam hukum perdata. satu bulan. Perjanjian tersebut sudah sah
Hukum perikatan ialah suatu menurut pasal 1320 KUH Perdata,
hubungan hukum antara dua pihak walaupun pelaksanaanya dilakukan secara
berdasarkan mana pihak yang satu berhak lisan.
menuntut sesuatu dari pihak lain, dan Terdapat contoh lain yakni sesuai
pihak lain berkewajiban memenuhi dengan putusan Nomor 44/Pdt.G/2015/PN
kewajiban itu.1 Perikatan terbentuk atas Yyk di Pengadilan Negeri Yogyakarta
dua hal yakni dari perjanjian dan dari terdapat sebuah kasus yakni Ary Kalista
undang-undang. Sehingga perjanjian ialah melakukan wanprestasi terhadap
sumber perikatan. perjanjian lisan antara Subagyo dengan
Dalam perjanjian dikenal pula Ary Kalista. Bermula dari Subagyo dan
perjanjian lisan, yang mana perjanjian Ary Kalista membuat suatu perjanjian
tersebut bentuknya tidak tertulis dan telah lisan yang isinya yaitu, bahwa Subayo
disepakati oleh kedua pihak tersebut. membeli 3 (tiga) bidang tanah dan
Salah satu contoh perjanjian lisan ialah di diatasnamakan Ary Kalista, namun jika
dalam perjanjian hutang piutang. Dengan Subagyo dan Ary Kalista tidak jadi
kata lain perjanjian lisan akan menjadi sah menikah, Ary Kalista harus
apabila hak dan kewajiban dari para pihak mengembalikan ketiga tanah tersebut dan
telah terpenuhi. Sedangkan perjanjian membaliknamakannya menjadi atas nama
tertulis lazimnya dilakukan dimasyarakat Subagyo. Ternyata Subagyo dan Ary
yang lebih modern, berkaitan dengan Kalista tidak jadi menikah, karena Ary
bisnis yang hubungan hukumnya lebih Kalista menikah dengan orang lain.
kompleks, dan biasanya menggunakan Subagyo meminta hak yang timbul dari
akta otentik ataupun akta perjanjian lisan tersebut, namun Ary
2
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara
Putra,Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum
Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak,
1
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta:PT Udayana University Press, Denpasar-Bali, hlm.
Intermasa.2002), hlm.45 52.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 293
3 4
Billy Dicko Stepanus Harefa, 2016, Kekuatan I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai
Hukum Perjanjian Lisan Apabila Terjadi Asamara Putra, Implementasi Ketentuan-
Wanprestasi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam
Yogyakarta Nomor 44/PDT.G/2015/PN.YYK). Perancangan Kontrak, Udayana University
Privat Law Vol. IV No. 2, Fakultas Hukum, Press, Denpasar-Bali, hlm. 28.
5
Universitas Sebelas Maret. Ibid.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 294
7
Mariam Darus Badruzaman, Asas-asas
Hukum Perikatan, (Medan, FH USU, 1970),
6 hlm. 8.
R.Subekti dan R. Tjitrosudibyo, Kitab
8
Undang-Undang Hukum Perdata, Ibid.
(Jakarta:Pradnya Paramita, 1992), hlm.451.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 295
yang dilakukan melalui dasar negara yaitu perjanjian. Suatu perjanjian akan lahir
Pancasila dan peraturan perundang- pada saat tercapainya kesepakatan atau
undangan yakni UUD 1945, Kitab persetujuan diantara kedua pihak yang
Undang-Undang Hukum Perdata. sedang melakukan perjanjian, yakni
mengenai hal-hal pokok yang menjadi
B. Cara Penelitian obyek perjanjian. Kata sepakat merupakan
Cara penelitian dilakukan dengan suatu persesuaian antara paham dan
menganalisis studi kepustakaan yang kehendak antara kedua belah pihak.
terdiri bahan hukum primer yaitu Disebutkan dalam Pasal 1338 Buku III
perundang-undangan. Selanjutnya, bahan KUH Perdata yang asas kebebasan
hukum sekunder diperoleh melalui telah berkontrak dalam dibuatnya perjanjian.
pendapat para ahli tentang hukum, dan Menurut pasal 1754 Bab ke 13
bahan hukum tersier diperoleh melalui Tentang Pinjam-Meminjam KUH
kamus atau ensiklopedia dan sumber Perdata, “Pinjam-Meminjam ialah
analisis. perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu
C. Metode Penelitian jumlah teertentu barang-barang yang
Metode analisis data dilakukan secara menghabis karena pemakaian, dengan
normatif kualitatif yaitu menganalisis syarat bahwa pihak yang belakangan ini
terhadap norma hukum yang menjadi akan mengembalikan sejumalah yang
obyek pembahasan, dan tidak sama dari macam dan keadaan yang
menggunakan perhitungan atau rumus sama pula”. Objek perjanjian pinjam
statistik. meminjam dalam pasal 1754 KUH
Perdata tersebut dapat berupa barang-
HASIL PENELITIAN DAN barang yang habis karena pemakaian,
PEMBAHASAN seperti uang. Fungsi dari uang merupakan
alat tukar.
A. Munculnya Perjanjian Hutang Piutang Dalam hal peminjaman uang, para
Secara Lisan dan Akibatnya. pihak yang mengikatkan dirinya pada
Perjanjian merupakan suatu kegiatan perjanjian harus mematuhi adanya
yang tidak bisa lepas dari kehidupan peraturan dalam perjanjian hutang piutang
masyarakat. Melalui perjanjian masyarakat yang disepakatinya. Unsur yang terdapat
sangat dibantu dalam melakukan segala dalam perjanjian hutang-piutang atau
kegiatan yang berhubungan dengan bisnis. pijam meminjam uang diantaranya:
Baik itu jual beli, pinjam meminjam, Adanya para pihak
perjanjian kerja, dan usaha bisnis lainnya Adanya persetujuan
yang membutuhkan perjanjian 9 Adanya sejumlah barang tertentu
Berdasarkan pasal 1233 KUH Perdata Adanya pengembalian pinjaman
“Tiap-tiap perikatan lahir baik karena Dalam perjanjian hutang piutang,
perjanjian maupun karena undang- sebelum dilakukannya sebuah perjanjian,
undang”. Perikatan yang lahir dari hendaknya kreditur menggunakan
perjanjian dapat dilakukan melalui beberapa prinsip :
kesepakatan para pihak yang melakukan a. Prinsip 5 R
Character
9
Fajar Sahat Ridoli Sitompul, I Gst Ayu Adalah watak atau kepribadian atau
Agung Ariani . 2014. Kekuatan Mengikat
Perjanjian Yang Dibuat Secara Lisan. perilaku calon debitur.
Hukum Perdata, Fakultas Hukum Capacity
Universitas Udayana hlm.2.
Wanprestasi Perjanjian Lisan ( Erinda, Diah) 296
Subekti, R.2001. Pokok-Pokok Hukum Sitompul, Fajar Sahat Ridoli, Ariani , I Gst
Perdata. Jakarta: PT. Intermasa Ayu Agung. 2014. Kekuatan Mengikat
Perjanjian Yang Dibuat Secara Lisan.
Peraturan Perundang-Undangan Fakultas Hukum. Universitas Udayana.
KUHPer (Buku ketiga tentang Perikatan)
Undang Undang No 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan