Anda di halaman 1dari 4

2.2.

1 Kinerja
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang ingin
dicapai, prestasi yang dilihat, atau kemampuan kerja. Jadi, kinerja memang sangat diperlukan
guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan SDM yang berkualitas. Kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang/kelompok dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2016). Pada
dasarnya manajemen kinerja adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sinergi antara
individu dan kelompok terhadap suatu pekerjaan di organisasi.
Istilah kinerja berasal dari kata performance yang artinya hasil kerja atau prestasi kerja.
Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen.(Abdurrahman, 2019). Kinerja adalah hasil
kerja yang dicapai seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas
kecakapan, usaha dan kesempatan.

2.2.2 Prestasi
Mangkunegara (2005) mengemukakan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemudian Tika (2010) menyatakan bahwa prestasi
kerja adalah pelaksanaan hasil-hasil fungsi pekerjaan pada periode waktu tertentu.
Menurut Miner dalam Sutrisno (2010) ada empat aspek yang terkandung dalam prestasi
kerja secara umum yaitu: 1) Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan,
waktu dan ketepatan dalam melakukan tugas. 2) Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan
berapa jumlah produk atau jasa yang dapat dihasilkan. 3) Waktu kerja, menerangkan akan berapa
jumlah absen, keterlambatan serta masa kerja yang telah dijalani individu. 4) Kerjasama,
menerangkan akan bagaimana individu membantu atau menghambat usaha dari teman
sekerjanya.
Sopiah (2008) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi kerja antara lain
effort (usaha), ability (kemampuan) dan situasi lingkungan sosial. Dapat berbentuk motivasi,
dimana motivasi adalah kekuatan yang dimiliki manusia dan melahirkan intensitas dan
ketekunan yang dilakukan secara sukarela dan ditujukan untuk mencapai tujuan.
2.3 Kelompok Wanita Tani (KWT)
Menurut kementrian pertanian (2009), kelompok tani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan (sosial, ekonomi, dan sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha petani maupun anggotanya.
Ciri-ciri kelompok tani adalah sebagai berikut:
1) Kelompok tani dibentuk oleh,dari,dan untuk petani.
2) Merupakan kumpulan petani yang berperan sebagai pengelola usaha tani baik pria/wanita
dewasa maupun pria/wanita muda.
3) Bersifat non-formal dalam arti tidak berbadan hukum, akan tetapi mempunyai pembagian
tugas dan tanggung jawab atas dasar kesepakatan bersama, baik tertulis maupun tidak.
4) Mempunyai Kepentingan Bersama Dalam Berusahatani.
5) Sesama anggota saling mengenal, akrab, dan percaya mempercayai.
Kelompok wanita tani (KWT) merupakan sekumpulan atau sekelompok wanita yang
memiliki aktivitas di bidang pertanian yang tumbuh atas dasar keserasian, keakraban, serta
kesamaan dalam memanfaatkan sumber daya hasil pertanian dalam rangka meningkatkan
produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggota yang tergabung didalamnya. Sedangkan
menurut Taufiq (2018) Kelompok wanita tani (KWT) merupakan organisasi atau kelompok
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan skill warga belajar untuk mendapatkan pelatihan
atau pembinaan dari dinas pertanian dan dinas ketahanan pangan yang harapannya akan mampu
menggerakkan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang perekonomian. Oleh karena itu upaya
pemberdayaan kelompok tani diarahkan pada tumbuhnya suatu kerjasama yang didasarkan dari
kesadaran petani yang tergabung didalamnya untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Jurnal
internasional menjelaskan mengenai wanita tani:
According to Ervinawati et al (2015 in Camalian and Iwan, 2017) asserted that woman
farming is not only contributing to farming, but has become the backbone of the family in
fulfilling the economic needs of the family.”
Dapat diartikan sebagai berikut: menurut Ervinawati et al (dalam Camalian dan Setiawan,
2017) menegaskan bahwa wanita tani tidak hanya berkontribusi pada pertanian, tetapi telah
menjadi tulang punggung keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Jadi, fungsi
kelompok wanita tani tidak hanya sebagai perkumpulan istri petani atau perempuan desa yang
memiliki kegiatan dibidang pertanian saja, tetapi lebih dari itu bahwa kegiatan yang ada dalam
kelompok wanita tani ini dapat memberikan dampak positif yang dapat meningkatkan taraf
ekonomi pada keluarganya.
Fungsi dari adanya KWT adalah sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama
serta sebagai wadah pembinaan bagi para petani dalam mengolah dan mengelola hasil sumber
daya pertanian sesuai dengan kebutuhan pasar selain mereka berperan sebagai istri dan ibu
rumah tangga dengan segala kesibukannya. Seperti yang dijelaskan oleh Nurmayasari dan Ilyas
(2014) bahwa anggota KWT tidak hanya aktif dalam kegiatan KWT saja, mereka tetap
melaksanakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dalam mengelola dan mengatur rumah
tangga serta memperhatikan anak-anaknya. Dalam pemberdayaan seiring berjalannya waktu
mereka akan dapat mengatur waktu dan menyeimbangkan antara kegiatan KWT dengan urusan
rumah.
Female empowerment to improving household productivity. Likewise, female
empowerment in the agricultural sector is seen as essential for achieving food security and
reducing hunger, as well as enhancing the efficiency of policy interventions.
Adanya kelompok wanita tani di pedesaan dapat menjadi wadah untuk menjalin
kerjasama yang baik antara pihak pemerintah atau swasta dengan masyarakat dalam membantu
masyarakat untuk memecahkan permasalahan antara lain berupa pemenuhan sarana produksi
pertanian, teknis produksi, dan pemasaran hasil pertanian.
Eksistensi Kelompok Wanita Tani dalam analisis kelembagaan menurut Wahyuni (2003)
penekanannya terletak pada proses interaksi antara dua individu atau lebih yang mencakup tiga
kategori yaitu:1) aturan-aturan/kesepakatan; 2) kinerja dinamika; dan 3) hasil akhir.
Eksistensi KWT akan terjaga apabila organisasi berjalan efektif. Menurut Muhyadi
(1989) organisasi dikatakan efektif apabila memenuhi dua kriteria berikut: 1) mampu
menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan; 2) mampu mengelola siklus input-proses-
output efisien.
Fungsi dan Peranan Kelompok Tani
Menurut Departemen Pertanian dalam Mauludin (2010), untuk dapat menjalankan
peranannya kelompok tani harus dapat melaksanakan fungsi-fungsinya,yaitu sebagai :
1) Kelas Belajar
2) Unit Produksi
3) Wahana Kerjasama
4) Kelompok Usaha.

2.4 Kerangka Pemikiran


Dalam penelitian terdahulu pada “Pengaruh Modal Sosial Terhadap Eksistensi Pasar Tradisional
Kolpajung Pamekasan” oleh Yulita Dwi Maulidayanti pada tahun 2021 di Kelurahan Kolpajung,
kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur hasil penelitian
menunjukkan bahwa: Pertama, Norma berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
Eksistensi Pasar Trad

Anda mungkin juga menyukai