Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ EFISIENSI, METODE / PENDEKATAN DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI BELAJAR & TRANSFER BELAJAR”

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

MATERI ILMU JIWA BELAJAR

DOSEN PENGAMPU:

JAJANG RUSTANDI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. MUHAMMAD AJI KARINSYAH (NIM: 21.86208.051)


2. RETNO EVI LESTARI (NIM: 21.86208.068)
3. RIKA SAFITRI (NIM: 21.86208.069)
4. MONIKA (NIM: 21.86208.132)

PRODI PAI KHUSUS 3 B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BATURAJA

SUMATERA SELATAN

TAHUN AKADEMIK 2022-2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya sehingga kita
masih dalam keadaan sehat walafiat dan khususnya saya sebagai penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Saya sebagai penulis juga mengucapkan ribuan terimakasih
kepada ibu dosen mata kuliah psikologi belajar yang telah memberi bimbingan dan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan  pada makalah yang kam kerjakan, baik dari segi konsep, tata penulisan
dan lainnya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca sebagai bahan perbaikan dalam penulisan makalah saya selanjutnya.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
tentunya juga bermanfaat bagi kami sendiri, Amiin.

Baturaja, 2 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN MATERI PERTAMA.............................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4
C. TUJUAN....................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN MATERI PERTAMA ..............................................................................5
A. EFISIENSI BELAJAR..............................................................................................5
B. PENDEKATAN DAN METODE BELAJAR...........................................................5
C. METODE BELAJAR................................................................................................7
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR.................................8
BAB III..................................................................................................................................14
PENDAHULUAN MATERI KEDUA..................................................................................14
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................14
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................................15
PEMBAHASAN MATERI KEDUA.....................................................................................15
A. PENGERTIAN TRANSFER BELAJAR..................................................................15
B. BEBERAPA TEORI TRANSFER BELAJAR..........................................................16
C. PRINSIP-PRINSIP UMUM UNTUK MEMPEROLEH DAYA TRANSFER.........16
D. PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN TRANSFER.............................17
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA TRANSFER BELAJAR....17
BAB V...................................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................................18
KESIMPULAN......................................................................................................................18
SARAN..................................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
MATERI PERTAMA:

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kegiatan belajar mengajar guru di hadapakan pada siswa dan lingkungan didalam
kelas. Oleh karena itu guru harus mengatahui betapa pentingnya keterampilan mengorganisasi
siswa-siswa agar belajar, pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif
dan keterampilan siswa, hal itu merupakan suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan
bahwa seorang pembelajar ( guru ) sudah bertindak belajar itu sendiri.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui
peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau
dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan non
pembelajaran secara profesional.
Salah satu konsep pengetahuan yang perlu dipahami oleh seorang guru adalah efisiensi,
pendekatan dan metode belajar. Banyak yang tidak paham perbedaan antara efisiensi, pendekatan
dan metode belajar. Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik
antara usaha dengan hasilnya. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat empat jenis pendekatan, Sedangkan metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan perlu disusun makalah yang mampu menjadi
wadah untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan yang berkenaan dengan
efisiensi, pendekatan, dan metode belajar baik secara teoritis maupun secara praktis. Oleh karena itu
penulis menulis sebuah makalah yang berjudul “Efisiensi, Metode Pendekatan Dan Faktor Yang
Mempengaruhi Belajar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan efisiensi?
2. Apa saja pendekatan dan metode belajar?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan efisiensi
2. Untuk mengetahui apa saja pendekatan dan metode dalam belajar
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
4
BAB II
PEMBAHASAN
MATERI KE-1:

A. Efisiensi Belajar
Pada umumnya orang melakukan usaha bekerja dengan harapan memperoleh hasil yang banyak
tanpa mengeluarkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak pula, atau dengan kata lain efisien.
Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan  perbandingan terbaik antara usaha dengan
hasilnya (Gie,1985). Dengan demikian, ada dua macam efisiensi belajar yang dapat dicapai siswa,
yaitu efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
a. Efisiensi usaha belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien apabila prestasi belajar yang diinginkan dapat
dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini sesuatu yang digunakan untuk mendapat
hasil belajar yang memuaskan, seperti tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain hal
yang relevan dengan kegiatan belajar.1
b. Efisiensi hasil belajar
Sebuah kegiatan belajaan  dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu
memberikan prestasi belajar tinggi. Misalnya, seperti gambar dibawah ini yang memperlihatkan
bahwa diny adalah siswa yang juga efisien ditinjau dari prestasi yang dicapai, karena ia
menunjukkan perbandingan yang terbaik dari sudut hasil. Dalam hal ini, meskipun usaha belajar
diny sama besarnya dengan usaha dina dan dino (lihat kotak usaha belajar), ia telah memperoleh
prestasi yang optimal atau lebih tinggi dari pada prestasi dina dan dino.
B. Pendekatan dan Metode Belajar
1. Ragam pendekatan belajar
Banyak ragm pendekatan belajar yang bisa diajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang
studi  atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni., dari yang paling klasik sampai yang paling
modern. Adapan pendekatan-pendekatan yang belajar yang dipandang representative (mewakili)
yang klasik dan modern itu ialah :
a. Pendekatan hukum jost
Menurut Robert (1998), salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’ Law)
adalah siswa yang lebih sering mempratekkan materi pelajaran akan lebih mudah lagi mengingat
memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ditekuni. Selanjutnya, berdasarkan
asumsi Hukum Jost itu  maka belajar misalnya dengan kiat 4x2 adalah lebih baik dari pada 4x2
walaupun hasil perkalian kedua kiat itu sama.
Maksudnya, mempelajari sebuah materi khususnya yang panjang dan kompleks dengan korelasi
waktu 2 jam perhari selama 4 hari akan lebih efektif dari pada mempelajari matri tersebut dengan
alokasi waktu 4 jam sehari tapi hanya selama 2 hari saja. Perumpamaan pendekatan belajar dengan
cara mencicil seperti di atas hingga kii masih di anggap cukup berhasil guna terutama untuk materi-
materi yang bersifat hafalan.

1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2018, Hlm 133


5
b. Pendekatan Ballard & Clanchy
Menurut Ballard & Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh
sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi
ilmu pengetahuan yaitu :
1. sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving)
2. Sikap memperluas (extending).
Siswa yang bersifat conserving pada umumnya  menggunakan pendekatan belajar “reproduktif”
(bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi). Sementara itu siswa yang bersikap extending
biasanya menggunakan pendekatan belajar “analitis” (berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta
dan informasi). Bahkan diantara mereka yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan
pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam),
yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya.
c. Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan kedalam
tiga prototype (bentuk dasar) yakni :
1. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)
2. Pendekatan deep (mendalam)
3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
John B. Biggs, seorang professor kognitif (cognitvist) yang pernah mengetuai jurusan
pendidikan Universitas Hongkong selama beberapa tahun itu menyimpulkan bahwa prototype-
prototipe pendekatan belajar tadi pada umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya,
bukan karna sikapnya terhadap pengetahuan. Namun, agaknya diduga bahwa  antara motif siswa
denan sikapnya terhaap pengetahuan ada keterkaitan.
Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karna dorongan dari
luar  (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya
belajarnya santai asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karna memang dia
tertarik  dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan
berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi
siswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki
pengetahuan  yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif
ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam
meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya
belajar siswa ini lebih serius dari pada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya.
Dia memiliki keterampilan belajar (study skills) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam
mengatur waktu, ruang kerja, dan upenelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman-
teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapid an sistematis
serta berencana untuk terus maju  kedepan (plans ahead).
d. Pendekatan independent learning dan self-directed learning
Pendekatan independent learning (IL) ialah belajar mandiri dalam arti mempelajari topic atau
materi terentu yang tidak diajarkan pleh guru, tetapi harus dikuasai oleh siswa dan penguasaan
6
siswa atas topic tersebut dinilai oleh guru (Petty,2004;342). Pendekatan IL dapat diarahkan
(directed) dan dapat pula tidak diarahkan (non-directed) oleh guru. Dalam pendekatan IL yang
diarahkan, siswa mempelajari topic sesuai petunjuk guru dalam hal caranya, rujukan yang
digunakannya, dan hasil yang harus dicapainya. Sementara itu, dalam IL yang tidak diarahkan siswa
hanya diberi topic dan sedikit gambaran mengenai rincian, rujukan dan hasil yang harus dicapainya.
Selebihnya, siswa bebas menentukan sendiri ara mempelajari materi dan memperoleh rujukan yang
dipandang relevan dengan topic yang menjadi tugasnya itu.
Pendekatan self-directed learning  (belajar dengan mengarahkan diri sendiri) merupakan
pendekatan humanistic dalam arti memberi kemerdekaan manusiawi sepenuhnya kepada
pembelajar sehingga guru benat-benar hanya berperan sebagai fasilitator. Pendekatan ini sangat
mendorong siswa untuk belajar sendiri secaea aktif, mengembangkan otonomi diri dan bertanggung
jawab terhadap proses dan hasil belajarnya sendiri, pada dasarnya, pendekatan S-dl lebih cocock
digunakan dalam dunia pendidikan orang dewasa khususnya orang dewasa bekerja. Namun,
menurut penulis pemdekatan self-directed learning dapat juga dipakai oleh para pembelajar muda
terutama mereka yang bercita cita menjadi pekerja  atau menjadi entrepreneur (pewira usaha) segera
setelah menamatkan pendidikan menengah atau pendidikan tinggi mereka.
C. Metode belajar
1. Metode SQ3R
Untuk melengkapi uraian mengenai pendekatan dan strategi belajar bagaimana tersebut di
muka, berikut ini penyusun sajian sebuah cara mempelajari teks (wacana), khususnya yang terdapat
dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan peneitian. Kiat yang secara spesifik SQ3R yang
dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat. Metode
tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.2
SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah mempelajari teks meliputi :
a) Survey, maksudnya memerikasa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks
b) Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang revan dengan teks
c) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang telah tersusun.
d) Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan
e) Review, maksudnya meninijau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada
langkah kedua dan ketiga.
Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah teks dengan metode SQ3R, mungkin
tak banyak berbeda dengan mempelajari teks secara biasa (tanpa metode SQ3R). Akan tetap, hasil
pembelajaran siswa dengan menggunakan SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan, karena
dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan-
kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks.
2. Metode PQ4R
Metode belajar lain yang dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam memahami
substansi teks adalah metode ciptaan Thomas dan Robinson (1972) yang disebut PQ4R singakatan
dari preview, question, read, reflect, recite, review. Teknik PQ4R, demekian menurut Anderson
(1990:211), pada hakikat merupakan penimbul pertanyaan dan tanya jawab yang dapat mendorong
pembaca teks melakukan pengolahan materi secara lebih mendalam dan lebih meluas. Selanjutnya,
2 Bisri Mustafa, Psikologi Pendidikan, Jalan Srandakan Km 8.2 Tegallayang Caturharjo Pandak Bantul, Yogyakarta,
2015, hlm 174
7
metode PQ4R itu sesuai dengan kepanjangannya terdiri atas 6 langkah pendukung upaya
pembelajaran materi bab dalam buku teks/buku daras sebagaimana yang dianjurkan Anderson
(1990:210) dibawah ini.
a) Preview, bab yang akan dipelajari hendaknya disurvey terlebih dahulu untuk menentukan
topic umum yang terdapat didalam. Kemudian, subbab-subbab yang ada dalam bab tersebut
hendaknya diidentifikasi sebagai unit-unit yang akan dibaca. Setelah itu, gunakan 4 langkah
berikutnya( langkah 2,3,4,dan 5) untuk memahami setiap subbab.
b) Question, pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan subbab hendaknya disusun misalnya
dengan cara dengan mengubah judul subbab yang bersangkutan kedalam bentuk kalimat-
kalimat bertanya. Apabila sebuah subbab misalnya berbunyi “ kesulitan belajar” maka
pertanyaan- pertanyaan yang relevan munkin akan berbunyi :
1) apakan kesulitan belajar itu?
2) apakah factor-faktor- yang menyebabkan kesulitan belajar itu?
3) bagaimanakan car mengatasi kesulitan belajar itu? Dan seterusnya.
c) Read, isi subbab hendaknya dibaca secra cermat sambil mencoba mencari jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tadi.
d) Reflect, selama membaca isi subbab hendaknya dikenang secara mendalam (dipikirkan)
seraya beruaha memahami isi dan menangkap contoh-contohnya serta menghubungkannya
dengan pengetahuan yang sudah dimilki sebelumnya.
e) Recite, setelah sebuah subbab selasai dibaca, informasi yang terdapat didalamnya
hendaknya diingat-ingat lalu semua pertanyaan mengenai subbab tersebt dijawab. Kalau ada
jawaban yang kurang memuaskan, maka bagian tertentu yang sulit diingat dan menyebabkan
kesalah jawaban itu hendaknya dibaca lagi.
f) Review, setelah menyelasiakan 1 bab, tanamkanlah materi bab tersebut kedalam memori
sambil mengingat-ingat intisari-intisarinya. Kemuadian, jawablah sekali lagi seluruh
pertanyaan yang berhubungan dengan subbab-subbab dari bab tersebut.
Selanjutnya, untuk mempelajari teks-teks yang diakhiri dengan rangkuman-rangkuman selain
menggunakan metode baku seperti SQ3R atau PQ4R.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3
macam yakni:
a) Faktor internal (factor dari dalam siswa) yakni atau keadaan kondisi,jasmani dan rohani
siswa
b) Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
Jadi, karena pengaruh factor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang high-
achievers (berprestasi tinggi) dan under-archievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan
dengan berusaha mengetahui dan mengatasi factor yang menghambat proses belajar mereka.
1. Factor internal

8
Factor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis
(yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
a. Aspek fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-
organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intesitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat
misalnyadapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun
kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat
dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan
memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan
berkesinambungan. Hal ini penting sebab keslahan pola makan-minum dan istirahat akan
menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : 1) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; 2)
sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.
a) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (reber, 1998). Jadi,
intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melaiankan juga kualaitas organ-organ
tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organisasi tubuh lainnya, lantaran otak
merupakan “menara pengontrol” hamper seluruh aktivitas manusia.
      Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya
untuk meraih sukses.
      Selanjutnya, diantara siswa-siswa yang mayoritsnya berintelegensi normsl itu mungkin terdspst
dstu stsu dus orsng ysng tergolong gifted child atau talented child, yakni anak sangat cerdas dan
anak sangat berbakat (IQ diatas 130). Disamping itu, mungkin adapula siswa yang berkecerdasan
dibawah rata-rata (IQ 70 kebawah). Menghadapi situasi seperti ini, apa yang sebaiknya anda
lakukan ?
      Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi
siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negative seperti borderline, lazimnya
menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang cerdas sekali akan
merasa tidak medapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karna pelajaran yang disajikan
terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan
keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Di sisi lain,
Siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah sekali mengikuti sajian pelajaran karna terlalu
sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi eperti
yang dialami  rekannya yang luar biasa positif tadi.

9
      Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaikknya anda menaikkan kelasnya setingkat lebih
tinggi dari pada klasnya sekarang. Kelak, apabila ternyata dikelas barunya itu dia mash merasa
terlalu mudah juga, siswa tersebut dapat dinaikkan sethingga dia mendapatkan kelas yang satu
tingkat lebih tinggi lagi. Begitu seterusnya, hingga ia mendapatkan kelas yang tingkat kesulitan
mata pelajara sesuai dengan tingkat intelegensinya. Apabila cara tersebut sulit ditempuh, alternative
lain dapat diambil misalnya dengan cara menyerahkan siswa tersebut kepada lembaga pendidikan
khusus untuk para sswa berbakat.
      Sementara itu, untuk menolong siswa yang berkecenderungan dibawah normal, tak dapat
dilakukan sebaliknya yakni dengan menurunkan kekelas yang lebih rendah. Sebab, cara penurunan
kelas seperti ini dapat menimbulkan masalah baru yang bersifat psiko-sosial yang tidak hanya
mengganggu dirinya saja, tetapi juga mengganggu adik-adik barunya.
      Oleh karena itu, tindakan yang dipandang lebih bijaksana adalah dengan cara memindahkan
siswa penyandang intelegensi tersebut kelembanga pendiddikan khusus untuk anak-anak
penyandang “kemalangan” IQ. Sayangnya, lembaga pendidikan khusus anak-anak malang, seperti
juga lembaga pendidikan khusus anak-anakkcermelang, di Negara kita baru ada di kota-kota besar
tertentu saja.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdemensi afektif berupa kecendruangan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara
positif maupun negative. Sikap siswa yang positif, teruma kepada dan mata pelajaran yang anda
sajikan merupakan pertanda wal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap
negative siswa terhadap guru dan mata pelajaran anda, apalagi jika diiringa kebenciaan dengan guru
atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Selain itu,
sikap terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat conserving, walaupun mungkin tidak menimbulkan
kesulitan belajar, namun prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.
Untuk mengantisipasi munculnya sikap negative siswa seperti tersebut, guru dituntut untuk
terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran
yang menjado haknya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru sangat
dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesingya. Guru yang demikian tidak
hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga mampu
menyakinkan para siswa akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka. Dengan menyakini
manfaat bidang studi tertentu, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah
diharapkan muncul sikap positif terhapa bidang studi tersebut sekalgus terhadap guru yang
mengajarkannya.

c) Bakat siswa
Secara umum, bakat(attitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang aka nada. Dengan demikian, sebetulnya seiap orang pasti
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapat prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu  irip dengan intelegensi itulah
sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangan cerdas(superior) atau cerdas luar
biasa(verysuperior) disebut juga sebagai talentedchild yankni anak berbakat.

10
Dalam perkembanan selanjutnya, bakat kemudian dapat diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.
Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap
informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut disbanding
dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus(specific attitude)yang konon tak
dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn(pembawaan sejak lahir)
Sehubung dengan hal diatas, bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena adalah hal yang tidak bijaksana apabali orang tua
memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa
mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang
siswa dan juga ketidak sadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga iya memilih jurusan
keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja
akademik atau prestasi belajarnya.
d) Minat siswa
Secara sederhana, minat(interst) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah popular
dalam psikologi karena tergantungnya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti
memusatkan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh
orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang
studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menruh minat besar terhadap matematika akan
mumusatkan perhatiaanya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih
giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogiyanya
membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkanding dalam bidang studinya
dengan cara yang lebih kurangnya sama dengan kiat membangun sikap positif seperti terurai
dimuka.
e) Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan-hewan
yang mendorongnya berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk
bertingkah laku secara terarah.
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk
dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap
materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang
juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian hadiah, peraturan/tata tertib sekolah,
suri te;adan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik
yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat
internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya iswa dalam
melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik disekolah maupun dirumah.

11
Dalam perspeltif kognitif, motivasi yang lebih signivikan bagi siswa adalah motivasi intrinsic
karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa
depan, umpmanya memberi pengaruh lebih kuat dan relative lebih langgeng dibandingkan dengan
dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.
2. Faktor eksternal siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor ekstenal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan(kepala sekolah dan
wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin
membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar
siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat
dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan
sangat memengaruhi aktivitas belajar. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar
tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sisoal yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar iyalah orang tua dan
keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sift orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi keluarga(letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Contohnya : kebiasaan
yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru eperti kelalaian
orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi.
Dalam hal ini, bukan saha anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku
menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berat seperti anti sosial.
b. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menetukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
Contohnya: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta kemampuan yang terlalu padat
dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja(seperti lapangan voli) akan
mendorong siswa untuk berkeliaran ketempat-tempat sebensrnya tidsk psntas dikunjungi.
Kondisi rumah diperkampungan seperti itu jelas berpengaruh burk terhadap kegiatan belajar
siswa.
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar(study time preference) seperti pagi
atau sore hari, seseorang ahli bernama J. Bigger (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi
hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian
beberapa ahli elearning style(gaya belajar), hasil belajar itu tergantung pada waktu secara
mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiap-siagaan siswa.
Diantara siswa yang siap belajar pada pagi hari, ada pula yang siap pada siang hari, bahkan
tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan
perbedaan studytime preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

12
Akan tetapi, menurut hasil penelitian mengenar kinerja baca(reading performance)
sekolompok siswa di sebuah Universitas di Australia selatan, tidak ada perbedaan yang
berarti antara hasil membaca pada pagi dan hasil membaca pada sore hari. Selain itu
keeratan korelasi antara studytime preference dengan hasil membaca pun sulit dibuktikan.
Bahkan mereka yang lebih senang belajar pada pagi hari dan dites sore hari, ternyata
hasilnya tetap baik. Sebaliknya, ada pula yang ada diantara mereka yang lebih suka belajar
pada sore hari dan dites pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan.
Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang sleama ini sering
dipercaya berpengaruh terhadapa prestasi belajar siswa tak perlu dihiraukan. Sebab, bukan
waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem memori siswa dalam
menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi pengetahuan yang dipelajari
siswa tersebut.

3. Faktor pendekatan belajar


Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan secara panjang lebar pada subbab sebelumnya,
dapat dipahami keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjan
efektivitas dan efesiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkyasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah untuk mencapai
tujuan belajar tertentu.
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan, faktor
pendekatan belajar juga berpengaruh terhadapa taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Seorang sisw yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar dan deep misalnya, mungkin sekali
berpeluang untk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa yang menggunakan
pendekatan belajar survace atau reproduktif.

13
BAB III
PENDAHULUAN
MATERI KE-2 : TRANSFER BELAJAR

A. Latar Belakang
Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari mata pelajaran yang satu
ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya
pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain.
Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut, dapat berupa
pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan otoric atau afektif .Sehubungan dengan
pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus membekali si belajar
dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, tantangan bagi pengajaran adalah untuk secara serempak meningkatkan
transfer belajar dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Untuk melakukan ini, para guru,
pertama-tama, harus memahami hakikat transfer belajar.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Transfer Belajar ?


2. Apa saja teori-teori mengenai Transfer Belajar ?
3. Apa Prinsip – Prinsip Umum untuk Memperoleh daya Transfer Belajar ?
4. Apa Peranan Guru dalam Meningkatkan Transfer Belajar ?
5. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Transfer Belajar ?

14
BAB IV
PEMBAHASAN
MATERI KE-2: TRANSFER BELAJAR

A. Pengertian Transfer Belajar


Transfer Belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu Transfer dan Belajar. Transfer
itu sendiri adalah kata pungut dari bahasa inggris, yaitu “transfer” yang berarti pergantian, serah
terima, atau pemindahan. Belajar sebagaimana telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. 3
Transfer dalam belajar yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) itu mengandung
arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. Kata “pemindahan
keterampilan” tidak berkonotai hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena
diganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang . Oleh sebab itu, definisi diatas harus
dipahami sebagai pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap
tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lainnya. 4
Adapun Pengertian Transfer Belajar menurut pendapat Para pakar psikologi adalah sebagai
berikut :
 Alice Crow mengatakan bahwa transfer belajar adalah the process of carrying over
habits of thinking , know-ledge, or skill from one learning area to another.
 Herbert Sorenson dalam bukunya Psychologi in education menyatakan bahwa transfer
adalah the process by which something learned in one situation is used in another.
 William Clark Traw mengatakan bahwa Transfer in the name for the fact that the
experience of learning in one situation influences learning and performance in other
situasion.
 Slameto merumuskan bahwa transfer adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh
pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. 5
Akan tetapi, tidak selamanya transfer itu terjadi dengan baik seperti yang telah diuraikan
diatas,  transfer dalam belajar ada yang berdampak positif dan ada juga  yang negatif. Sehingga ,
transfer dapat dibagi dua kategori, yakni transfer positif dan transfer negatif. 6
Selanjutnya, menurut Gagne seorang education psycologist (pakar psikologi pendidikan) yang
masyhur, transfer dalam belajar dapat digolongkan kedalam empat kategori .
1. Transfer Positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
2. Transfer Negatif, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
3. Transfer Vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.

3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2008, Jakarta : Rineka Cipta, hal 222
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 2007, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, hal 167
5 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2008, Jakarta : Rineka Cipta, hal 222-223

6 M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 2007, Bandung : Pt Remaja Rosdakarya, hal 108
15
4. Transfer Lateral, yaitu transfer yang berefek baik  terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang sederajat.

B. Beberapa Teori Transfer Belajar


1. Transfer belajar menurut psikologi daya
Menurut psikologi daya teori transfer adalah teori yang menyatakan bahwa setiap fungsi sebagai
akibat mempelajari bahan tertentu akan tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga, bahkan
kadang-kadang tidak berhubungan dengan bahan latihan tersebut. Contohnya adalah fungsi pikir
akan melakukan fungsinya dengan baik jika dilatih dengan pelajaran matematika atau ilmu pasti.
Penguasaan pelajaran matematika atau ilmu pasti ini akan mempermudah dalam mempelajari materi
pelajaran lain walaupun berbeda dengan pelajaran.
2. Teori elemen identik             
Edward Thorndike berpendapat bahwa transfer belajar dari satu bidang ke bidang studi lain atau
dari bidang studi ke kehidupan sehari hari, terjadi berdasarkan adanya unsur unsur  yang identik
dalam kedua bidang studi itu atau antara bidang studi di sekolah dengan kehidupan. Oleh karena itu
hakekat transfer adalah pengalihan penguasaan suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang
sama di bidang studi lain. Makin banyak unsur yang sama antara beberapa bidang studi makin besar
kemungkinan terjadi transfer belajar positif.
3. Teori Generalisasi          
Charles Judd berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip prinsip umum. Apabila peserta didik  mampu
mengembangkan dan menggeneralisasi konsep, kaidah, prinsip dan strategi untuk memecahkan
masalah suatu bidang studi, maka peserta didik akan mampu mentransfer konsep, kaidah, prinsip
dan strategi tersebut ke bidang studi lain.7
C. Prinsip - Prinsip Umum untuk Memperoleh Daya Transfer
Dalam memperoleh transfer dalam belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1) Terjadinya transfer adalah amat tergantung pada metode mengajar, karena di dalamnya
terdapat respons-respons yang dapat ditransferkan. Adapun respons-respons yang memberi
kemungkinan untuk ditransferkan adalah dengan melalui belajar kaidah-kaidah umum,
tehnik-tehnik umum yang lebih efektif dan melalui belajar sikap-sikap baru tentang dirinya
sendiri ” self-concept”, misalnya mengembangkan kepercayaan diri, menyesuaikan diri,
kemauan mencoba, dll.
2) Bahan pelajaran yang mempunyai nilai transfer yang tinggi adalah bahan pelajaran yang ada
kemiripannya dengan situasi luar sekolah, akan tetapi yang sudah disusun dan mengandung
pengertian-pengertian umum sehingga ditransfer pada situasi-situasi yang akan datang.
Prinsip-prinsip untuk memperoleh daya transfer adalah :
 Mengenal respons-respons umum yang tepat dalam bentuk kaidah umum;
 Membuat prinsip-prinsip umum itu sehingga dapat dimengerti dengan jelas;
 Mengarahkan perhatian anak-anak itu ke tempat dimana kaidah-kaidah itu dapat
dipergunakan; dan

7 http:// srisukopujilestari.nlogspot.com/2011/07/transfer-belajar.html
16
 Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mempraktekkannya ke dalam situasi-siuasi
yang lebih kompleks dan banyak ragamnya.
Prinsip-prinsip belajar yang telah dibentuk dan diperoleh melalui kejadian dalam kelas akan
sangat menguntungkan dalam proses belajar, dan sekaligus dapat mempertinggi daya transfer,
manakala anak didik besikap positif terhadap kejadian-kejadian itu, misalnya, rasa simpati pada
guru, rasa aman dan bahagia dalam kelas, akan tetapi juga sangat merugikan dalm proses belajar
jika anak didik antipati terhadap gurunya atau kurang senang pada suatu mata pelajaran tertentu. 8
D. Peranan Guru dalam Meningkatkan Transfer
Kurikulum sekolah yang telah banyak meyajikan sejumlah mata pelajaran yang untuk dipelajari
oleh anak didik, adalah menuntut sejumlah guru yang masing-masing memegang mata pelajaran,
sesuai dengan keahliannya agar dengan mudah dan jelas menanamkan pengertian tentang kaidah,
prinsip, dalil dalam mata pelajaran tersebut dalam struktur kognitif anak didik, sehingga hasil
belajar dalam mata pelajaran itu dapat ditransfer untuk memperoleh pengetahuan/ keterampilan
dalam mempelajari mata pelajaran yang lain.
Kesamaan unsur-unsur tententu dalam mata pelajaran tertentu dapat ditransfer secara timbal
balik. Agar transfer dalam belajar terjadi, prinsip korelasi mutlak diperlukan jembatan penghubung
antara materi pelajaran yang telah dikuasai sebelumnya dalam mata pelajaran yang berbeda.
Pemberian mata pelajaran dengan penjelasan yang lebih mendekati realitas kehidupan sehari-
hari, membuat hasil belajar lebih bermakna. Mata pelajaran tidak lagi dianggap terpisah, tetapi
merupakan bagian dari kehidupan. Anak didik tidak lagi menganggap mata pelajaran sebagai teori
tanpa guna, tetapi dianggap sebagai mata pelajaran yang hasil dari mempelajarinya dapat digunakan
untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan di luar sekolah.
Guru harus menjelaskan bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah akan bernilai guna
dalam kehidupan masyarakat. Penguasaan mata pelajaran agama dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dalam menjalani jembatan kehidupan yang fana.
Penjelasan tentang nilai guna mata pelajaran akan meningkatkan transfer dalam belajar. Itulah hasil
belajar yang produktif, tepat guna, dan berguna bagi masyarakat dan anak itu sendiri. 9
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
 Taraf Intelegensi dan Sikap
Faktor ini berasal dari anak didik dan berkisar pada masalah kapasitas dasar (kemampuan
dasar), sikap, minat belajar dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan anak itu sangat
membantu timbulnya transfer belajar. Anak yang pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi.
Siswa yang belajar dengan intensif untuk menggunakan hasil belajarnya (baik dalam rangka
bidang studi maupun di luarnya), yang termotivasi yang merasa senang dalam belajar di sekolah
dan yang mampu mengolah dengan baik dan secara mendalam, akan jauh lebih siap untuk
mengadakan transfer belajar, dibanding dengan siswa yang kurang termotivasi, kurang senang dan
kurang mampu mengolah dengan baik.
Kemampuan mengolah berkaitan dengan kemampuan belajar, terutama komponen kemampuan
intelektual. Siswa yang berkemampuan intelektual tinggi, lebih mampu untuk mengolah secara
mendalam dan secara menyeluruh dan pada umumnya lebih mampu pula untuk melihat
8 http:// srisukopujilestari.nlogspot.com/2011/07/transfer-belajar.html

9 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2008, Jakarta : Rineka Cipta, hal 229-230
17
kelonggaran/kemungkinan mengadakan transfer belajar, bahkan sebelum tenaga pengajar
menunjukkan kemungkinan itu.
 Metode guru dalam mengajar
Proses belajar di sekolah berlangsung dalam interaksi dengan tenaga yang mengajar, yang
berlangsung dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Guru yang berusaha mengajar dengan
fungsional, yaitu menghubung-hubungkan hasil belajar di bidang studi yang dipegangnya dengan
suatu bidang studi yang lain atau dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan
kondisi eksternal yang menunjang terjadinya transfer belajar.
Usaha yang demikian, untuk sebagian tergantung sikap guru, untuk sebagian bergantung pada
bekal ilmu pengetahuan umum yang dimiliki guru itu. 10
 Isi Mata Pelajaran
Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain menjadi penengah yang dapat
menimbulkan transfer dalam belajar. Suatu mata pelajaran dapat dikuasai bisa dijadikan landasan
untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-prinsipnya. 11

BAB V

10 http://mariabans.blogspot.com/2012/06/transfer-belajar.html
11 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar, 2008, Jakarta : Rineka Cipta, hal 231
18
PENUTUP

A. Kesimpulan Materi Pertama


Dari uraian diatas kami menyimpulkan bahwa efisiensi adalah sebuah konsep yang
mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. (Gie,1985). Efisiensi belajar
terbagi menjadi dua macam yaitu, efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
Selain itu, efisiensi memiliki beberapa pendekatan yaitu :
1. Pendekatan hukun Jost
2. Pendekatan Ballard & Clanchy
3. Pendekatan Biggs
4. Pendekatan independent learning dan self-directed learning
Efisiensi juga memiliki dua metode pembelajaran yaitu, metode SQ3R dan Metode PQ4R.
Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi belajar yaitu : faktor internal, faktor eksternal dan
faktor pendekaan belajar.
B. Kesimpulan Materi Kedua
Transfer Belajar Adalah berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari mata pelajaran
yang satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah.
Beberapa Teori Transfer Belajar antara lain sebagai berikut :
a. Transfer belajar menurut psikologi daya.
b. Teori elemen identic
c. Teori Generalisasi      
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya transfer adalah :
1) Taraf Intelegensi dan Sikap
2) Metode guru dalam mengajar
3) Isi dan metode mata pelajaran
Dalam memperoleh transfer dalam belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :  
 Terjadinya transfer
 Bahan pelajaran yang mempunyai nilai transfer yang tinggi.

C. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini , tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karna terbatasnya Pengetahuan
dan kurangnya rujukan dan referensi , penulis berharap kapada para pembaca yang budiman
memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Melalui
penyusunan makalah ini, semoga mnejadikan sebuah sumber ilmu yang dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dalam mengkaji mnegenai masalah yang diangkat pada makalah ini. Diharapkan
semua pihak yang membaca dapat mengambil manfaatnya.

19

Anda mungkin juga menyukai