Anda di halaman 1dari 2

WAKTU PELAKSANAAN

Orang batak percaya kalau leluhur mereka disebut juga Oppung yang selalu dekat
dengan mereka, dan menjaga semua keturunannya dimanapun mereka berada seperti
diperantauan. 

a. Ada kalanya salah seorang dari rumpun marga suku batak sebagai panutan dalam
marga bermimpi didatangi oleh leluhur mereka, dan meminta agar dipindahkan
ketempat yang baru (Tugu). Bisa juga disebut dalam istilah batak Hasorangon atau
kesurupan oleh roh leluhur. 
b. Informasi ini akan diteruskan ke semua rumpun marga agar melakukan pesta tugu.
Nah, disinilah saatnya semua rumpun dari satu marga akan berkumpul, bersilaturahmi
mengenal satu sama lain, yang belum pernah bertemu atau lama di perantauan, dan
tau dimana asal marganya yakni di monumen tugu itulah tempatnya.
c. Masyarakat batak tidak selalu mengadakan upacara ini ada kekhususan bagi yang
membuat upacara ini misalnya; mereka yang sudah mempersiapkan secara matang
terutama dari segi ekonomi, dan orang-orang yang sudah sukses.

https://www.kampretnews.com/upacara-mangongkal-holi/

SIAPA SAJA YANG TERLIBAT DALAM UPACARA MANGOKAL HOLI

Upacara Adat Batak Mangongkal Holi dilakukan oleh sekelompok marga untuk


mendirikan monumen atau kuburan bagi nenek moyang mereka. Kuburan yang baru biasanya
berbentuk monumen Tugu sebagai penanda asal muasal nenek moyang atau leluhur dari
rumpun marga tersebut. Berikut ini adalah uraian siapa saja yang terlibat dalam upacara
mangokal holi.
a. Teknis dan proses pelaksanaan tradisi mangongkal holi dilakukan dengan mengangkat
tulang belulang leluhur (disebut Oppung) yang telah lama meninggal. Dalam silsilah
marga batak dimulai dari leluhur pertama, kedua, ketiga dst.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mangongkal_holi).
b. Pemuka agama yang membuka dengan melantunkan doa dan puji-pujian kepada
Tuhan yang Maha Esa guna melancarkan prosesnya.
c. Bona ni ari (paman dari pihak mendiang yang akan digali).
d. Mertua 
e. Pihak anak satu perut atau anak kandung serta anak kesayangan atau anak yang
terakhir.
f. Pihak boru (keturunan perempuan atau suami dari keturunan perempuan).
g. Pihak boru hasuhutan (suami dari anak perempuan kandung, bukan karena marga)
untuk mengangkat tulang-belulangnya. 
h. pihak dari keturunan laki-laki yang siap menerima tulang-belulang, yang diangkat
dari bawah dan dilakukan oleh pihak suami dari saudara perempuannya,(untuk
menjaga agar tulang tetap bersih dan dalam keadaan baik harus disiapkan air yang
bercampur karbol).
(https://ojs.unud.ac.id/index.php/sastra/article/download/13639/9313).

Anda mungkin juga menyukai