Anda di halaman 1dari 2

Sistem Kepercayaan Masyarakat pada Masa Praaksara

Munculnya kepercayaan pada masa praaksara dilatarbelakangi oleh kesadaran adanya jiwa yang abstrak
di sekitar manusia. Dalam pemikiran manusia, jiwa tersebut ditransformasikan sebagai makhluk halus atau
roh halus. Mereka dipercaya berada di sekeliling tempat tinggal manusia. Makhluk halus mendapat perlakuan
istimewa karena dianggap memiliki kekuatan besar di luar kemampuan akal manusia. Oleh karena itu,
makhluk halus beserta tempat-tempat yang menjadi kediamannya sering dijadikan objek pemujaan.

1. Jenis-Jenis Kepercayaan
Kepercayaan manusia purba mulai muncul sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut. Selanjutnya, pada zaman megalitikum muncul kepercayaan yang mendorong masyarakat
melakukan pemujaan terhadap roh leluhur. Berdasarkan kepercayaan tersebut, masyarakat me­
ngembangkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme.
a. Animisme
Dalam kepercayaan animisme, manusia meyakini roh nenek moyang akan selalu mengawasi
dan melindungi mereka. Roh tersebut akan menghukum manusia jika melakukan perbuatan yang
melanggar adat. Oleh karena itu, orang yang mengetahui dan menguasai adat nenek moyang akan
menjadi ketua adat atau pemimpin masyarakat. Selanjutnya, ketua adat memimpin masyarakatnya
untuk melakukan penghormatan terhadap roh nenek moyang.
b. Dinamisme
Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa benda-benda tertentu seperti batu dan pohon
besar mempunyai kekuatan gaib. Bahkan, benda-benda yang dibuat manusia seperti tombak, cincin,
dan pedang dianggap memiliki kekuatan gaib. Kekuatan abstrak atau gaib yang berdiam pada suatu
benda disebut mana. Benda-benda yang mempunyai mana dipercaya dapat mendatangkan pengaruh
baik dan buruk bagi manusia. Oleh karena itu, benda-benda tersebut mendapat perlakuan istimewa
dan dihormati dengan berbagai macam ritual.
c. Totemisme
Totemisme merupakan kepercayaan terhadap binatang-binatang tertentu sebagai lambang
nenek moyang. Binatang-binatang yang dianggap sebagai perwujudan nenek moyang di setiap
daerah berbeda. Sebagian masyarakat di Papua dan Pulau Seram memercayai kadal adalah binatang
perwujudan nenek moyang. Oleh karena itu, binatang tersebut dikeramatkan dan tidak boleh diburu,
kecuali untuk kepentingan upacara tertentu.

2. Penguburan Jenazah
Munculnya sistem kepercayaan memengaruhi pola kehidupan masyarakat. Selain melakukan
berbagai ritual atau pemujaan terhadap roh nenek moyang, masyarakat mengenal sistem penguburan
bagi orang meninggal. Sistem penguburan pada masa ini, yaitu penguburan primer dan sekunder.
a. Penguburan Primer
Penguburan primer disebut juga penguburan langsung. Dalam sistem penguburan ini, mayat
hanya dikubur sekali dalam tanah. Akan tetapi, ada juga yang meletakkan mayat dalam sebuah wadah
seperti kendi gerabah atau peti batu, kemudian dikubur dalam tanah dengan disertakan berbagai
ritual penguburan. Sebagai bekal dalam perjalanan ke dunia roh, mayat dilengkapi berbagai macam
perhiasan atau manik-manik, seekor anjing, dan unggas. Semua bekal kubur tersebut diletakkan
dalam wadah berbentuk periuk. Sistem penguburan ini ditemukan di Anyer (Banten) dan Plawangan,
Rembang (Jawa Tengah).
b. Penguburan Sekunder
Penguburan sekunder disebut juga penguburan tidak langsung. Dalam sistem penguburan ini
mayat dikubur langsung dalam tanah tanpa upacara penguburan. Setelah mayat menjadi kerangka,
kuburnya digali dan kerangka diambil untuk dibersihkan. Selanjutnya, kerangka diletakkan dalam
wadah berupa tempayan atau sarkofagus dan dikubur kembali disertai upacara penguburan.
Cara penguburan ini ditemukan di Melolo, Sumba (Nusa Tenggara Timur), Gilimanuk (Bali), dan
Lesung Batu (Sumatra Barat).

3. Benda-Benda Pemujaan
Seiring munculnya kepercayaan, masyarakat pada masa praaksara menciptakan benda-benda yang
digunakan untuk ritual pemujaan terhadap roh nenek moyang. Benda-benda pemujaan mulai muncul
pada zaman megalitikum. Benda-benda tersebut sebagai berikut.
a. Menhir
Menhir adalah tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang.
Menhir dianggap sebagai lambang dan takhta persemayaman roh leluhur. Bangunan menhir ada
yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain
seperti punden berundak. Kebudayaan ini bisa ditemukan di Pasemah (Sumatra Selatan), Sulawesi
Tengah, dan Kalimantan.
b. Punden Berundak
Punden berundak merupakan bangunan dari
batu yang disusun secara bertingkat. Bangunan
ini berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap
roh nenek moyang. Bangunan pundek berundak
merupakan cikal bakal bangunan candi pada masa
Hindu–Buddha. Pembangunan punden berundak
dilakukan berdasarkan arah mata angin yang diyakini
memiliki kekuatan gaib atau di tempat-tempat yang
dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh nenek
moyang seperti gunung atau bukit.
Punden berundak
c. Dolmen Sumber: https://web.archive.org/web/20200603101956/https://
Bangunan ini menyerupai meja dari batu, kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/punden-
berundak-tinggalan-dari-masa-pra-sejarah-di-pura-
fungsinya sebagai tempat meletakkan sesajen untuk mehu-desa-selulung-bangli/, diunduh 3 Februari
pemujaan. Dolmen juga berfungsi sebagai tempat 2021
duduk kepala suku. Dolmen ditemukan di Cipari,
Kuningan (Jawa Barat), Bondowoso dan Jember
(Jawa Timur), Pasemah (Sumatra), serta Nusa
Tenggara Timur.
d. Kubur Batu
Kubur batu dibuat dari papan batu yang disusun persegi empat
berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang
atasnya berasal dari papan batu. Kubur batu ditemukan di daerah
Cipari, Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta),
dan Cepu (Jawa Tengah). Dalam kubur batu ditemukan rangka
manusia yang sudah rusak, alat-alat dari perunggu dan besi, serta
manik-manik.
e. Sarkofagus
Bangunan ini berupa keranda batu atau peti mayat yang
terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh
yang diberi tutup. Di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur
berupa periuk, kapak persegi, perhiasan, serta benda-benda dari Sarkofagus
Sumber: h t t p s : / / w e b . a r c h i v e . o r g /
perunggu dan besi. web/20200301075126/https://
kebudayaan.kemdikbud.go.id/
bpcbbali/sarkofagus-3/, diunduh
9 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai