DISUSUN OLEH :
NPM : 71200312047
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh Brand Image dan Celebrity
Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Produk Deodorant Rexona (Studi Kasus Pada
Mahasiswi FE Universitas Islam Sumatera Utara)”.
Tujuan proposal ini dibuat adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
bagaimana Pengaruh Brand Image dan Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian
Produk Deodorant Rexona.
Penulis
NPM 71200312047
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
2.3Keputusan Pembelian....................................................................
2.3.1 Definisi Keputusan Pembelian..............................................
2.3.2 Faktor Keputusan Pembelian................................................
2.3.3 Indikator Keputusan Pemelian..............................................
2.5 Hipotesis.......................................................................................
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat kesibukan yang cukup tinggi. Hal ini
menyebabkan masyarakat Indonesia memiliki aktivitas yang padat. Aktivitas yang padat membuat
orang mudah berkeringat. Keringat yang dikeluarkan oleh tubuh ini bisa menyebabkan orang
terkena penyakit bau badan. Bau badan disebabkan oleh bakteri yang ada pada keringat. Bau badan
ini bisa menyebabkan orang tidak percaya diri dan kurang nyaman dengan dirinya sendiri.
Merawat diri menjadi salah satu kegiatan yang penting dilakukan oleh setiap orang. Tidak hanya
untuk menambah penampilan menjadi lebih menarik tetapi merawat diri juga bermanfaat untuk
membantu memulihkan kesehatan tubuh seperti menghilangkan bau badan. Dalam merawat diri
perlu adanya persiapan untuk alat – alat perawatan pribadi. Alat – alat perawatan pribadi banyak
macamnya mulai dari sabun, sun care, pembersih wajah, hingga deodorant. Deodorant telah
menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam perawatan tubuh sehari-hari. Bagi orang yang
mudah berkeringat atau rentan mengalami bau badan.
Awal mulanya deodorant dibuat untuk sasaran pelanggan wanita karena wanita mempunyai
kelenjar keringat yang lebih banyak dibandingkan dengan kelenjar keringat pria, namun seiring
perkembangan zaman ternyata para ilmuan mengemukakan bahwa meskipun kelenjar keringat
wanita lebih banyak tetapi pria lebih banyak mengeluarkan keringat dari pada wanita dan juga
kebanyakan pria mempunyai aktifitas yang lebih besar daripada wanita sehingga pria cenderung
lebih cepat mengalami bau badan dan keringat berlebih (www.kompas.com).
Deodorant itu sendiri sebenarnya memiliki bahan dasar yang menggandung antibekteri dan
aluminium, sehingga mampu mencegah kelenjar keringat untuk memproduksi keringat berlebih.
Semakin berkembanganya kemajuan zaman membuat seseorang lebih interaktif memilih dan
memilah suatu produk, mulai dari melihat suatu merek apa yang paling memenuhi kebutuhannya
sehingga akan sampai pada tahap dimana seorang konsumen memilih mengkonsumsi suatu produk
yang tidak hanya melihat pada fungsi dasarnya, akan tetapi berkembang menjadi keinginan untuk
mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Merek yang memiliki citra yang lebih baik dapat mencerminkan kualitas produk yang lebih baik
di mata konsumen (Negara, Arifiin, & Nuralam, 2018). Saat melakukan pembelian, konsumen
cenderung memilih merek dengan citra yang baik atau positif. Sebelum melakukan pembelian,
konsumen juga cenderung mencari informasi mengenai merek yang bagus.
Saat ini banyak diproduksi deodoran dari banyak perusahaan dengan berbagai merek. Semua
merek tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam kategori top brand index (TBI). Top brand index
merupakan penghargaan yang diberikan kepada merek-merek terbaik pilihan konsumen. Top brand
index didasarkan atas hasil riset terhadap konsumen. Semakin tinggi top brand index menunjukkan
bahwa pilihan konsumen untuk membeli merek yang disukainya juga semakin tinggi
(https://www.topbrand-award.com/).
Berdasarkan data top brand index (TBI) kategori deodorant wanita tahun 2022, maka dapat
dilihat pada table sebagai berikut :
Merek TBI
Rexona 52.9%
Dove 11.3%
Casablanca 5.6%
Oriflamme 1.7%
Sumber: https://www.topbrand-award.com/
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa top brand merek rexona sebesar 52.9%, dove
sebesar 11.3%, Casablanca sebesar 5.6% dan oriflamme sebesar 1.7%.
Rexona adalah deodoran yang diproduksi oleh PT. Unilever hadir sebagai jawaban atas
kebutuhan pasar yaitu perlindungan terhadap bau badan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Dengan teknologi Fresh Protect, maka Rexona mampu memberikan perlindungan pada tubuh tetap
kering hingga 48 jam. Saat ini, Rexona memiliki semboyan yang terkenal yaitu “ Setia setiap
saat”,dengan mengembangkan teknologi FreshProtect, Anti Stain dan Whitening.
(https://www.rexona.com/id/)
Karena ancaman produk serupa di pasar, persaingan menjadi semakin sangat ketat, yang juga
mengharuskan produsen untuk dapat bersaing dan menunjukkan identitas produk mereka sendiri.
Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran yang tepat
untuk produk yang dihasilkannya. Terdapat banyak sekali strategi dalam pemasaran salah satunya
adalah keputusan pemberian merek atau brand. Brand merupakan suatu simbol, desain khusus,
rancangan yang bertujuan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari seseorang atau penjual
dan membedakannya dari produk pesaing. Dengan adanya merek atau brand juga akan lebih
memudahkan konsumen untuk mengingat suatu produk jika konsumen melakukan pembelian ulang.
Brand atau merek yang baik merupakan salah satu asset bagi perusahaan, karena brand tersebut
mempunyai kesan positif terhadap produk dan perusahaan. Dan dalam mempertahankan dan
meningkatkan pasar konsumen, diperlukan image dan persepsi yang baik terhadap produk dan
perusahaan. Image atau citra yang dibutuhkan suatu produk adalah apabila produk tersebut mampu
memenuhi kebutuhan konsumen, yaitu dengan cara membuat dan mengembangkan produk atau
varian-varian produk lainnya sesuai dengan harapan dan selera konsumen, mutu dan kualitas yang
terjamin dan cara penyampain produk sehingga konsumen dapat dengan mudah memperoleh
produk-produk tersebut. Semakin positif dan kuat brand image yang diciptakan maka keputusan
pembelian terhadap deodorant juga akan semakin meningkat. Maka brand image adalah salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Faktor lain yang dapat memengaruhi keputusan pembelian adalah penggunaan celebrity
endorser. Salah satu bentuk iklan yang dilakukan Rexona adalah menggunakan artis bintang iklan
(celebrity endorser) yaitu Chelsea Islan. Celebrity endorser adalah menggunakan artis sebagai
bintang iklan di media-media, mulai dari media cetak, media sosial, maupun media televisi
(Shimp,2003). Pemakaian celebrity endorser harus melalui beberapa pertimbangan, diantaranya
adalah tingkat popularitas selebriti dengan permasalahan apakah selebriti yang dipilih dapat
mewakili karakter produk yang sedang diiklankan. Karakteristik endorser mencakup daya tarik,
kepercayaan dan keahlian. Daya tarik mengacu pada kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya hidup,
dan daya tarik fisik dari endorser tersebut. Kepercayaan mengacu pada kejujuran, integritas dan
dapat dipercayainya seorang endorser. Keahlian mengacu pada pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang dimiliki oleh seorang endorser yang berhubungan dengan iklannya. (Royal,2004)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat fenomena Brand Image dan
celebrity endorser terhadap keputusan pembelian dengan judul: “Pengaruh Brand Image dan
Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Produk Deodorant Rexona (Studi Kasus Pada
Mahasiswi FE Universitas Islam Sumatera Utara)”
1) Dapat Dipercaya
Shimp (2010, hal. 252) mengatakan dapat dipercaya mengacu pada kejujuran, integritas,
dan kepercayaan diri dari seorang sumber pesan. Seorang pendukung pesan iklan tertentu
biasanya dipersepsikan sebagai orang yang layak dipercaya, namun bukan seorang yang ahli
dalam produk tersebut.
2) Keahlian
Keahlian menurut Shimp (2010, hal. 252) mengacu pada pengetahuan, pengalaman atau
keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan suatu merek yang
didukung. Seorang endorser yang menjadi seorang ahli pada produk atau merek yang
didukungnya akan lebih mampu mengajak audiens dalam menarik daripada seorang
endorser yang tidak diterima menjadi seorang yang ahli.
3) Daya Tarik Fisik
Istilah daya tarik menurut Shimp (2010, hal. 253) mengacu kepada diri yang dianggap
menjadi hal yang menarik untuk dilihat dalam kaitannya dengan konsep kelompok tertentu
daya tarik fisik. Pada saat konsumen menemukan sesuatu pada diri seorang endorser yang
dianggap menarik akan memiliki kecenderungan untuk mengadopsi sikap, perilaku atau
preferensi dari si endorser.
4) Kualitas Dihargai
Shimp (2010, hal. 253) mendefenisikan kualitas dihargai merupakan kualitas yang dihargai
atau disukai sebagai akibat dari kualitas pencapaian personal. Misalnya selebriti dihargai
karena kemampuan yang mereka miliki juga secara umum disukai dan hal ini dapat
digunakan untuk meningkatkan ekuitas merek.
5) Kesamaan dengan Audiens yang Dituju
Shimp (2010, hal. 253) mengatakan kesamaan dengan audiens yang dituju mengacu pada
tingkatan dimana seorang endorser dengan audiens memiliki kesamaan dalam hal jenis
kelamin, status sosial, etnis, umur, dan sebagainya.
1. Faktor budaya
Budaya, sub budaya dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya
merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak-anak yang
sedang tumbuh akan mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan
perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Contohnya pada
anak-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat sangat berpengaruh dengan nilai- nilai
sebagai berikut : prestasi, aktivitas, efisiensi, kemajuan, kenikmatan materi,
individualism, kebebasan, humanisme, dan berjiwa muda. Masing-masing sub
budaya terdiri dari sejumlah sub budaya yang lebih menampakkan identifikasi
dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya seperti kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan
wilayah geografis. Pada dasarnya dalam sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat
terdapat sebuah tingkatan (strata) sosial. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan
penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, perilaku dalam
berbusana, cara bicara, rekreasi dan lain-lainnya.
2. Faktor sosial
Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh faktor
sosial diantaranya sebagai berikut :
a. Kelompok acuan
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan sebagai
kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut
dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan
pengaruh secara langsung terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini
biasanya merupakan anggota dari kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga dan
rekan kerja yang berinteraksi dengan secara langsung dan terus
menerus dalam keadaan yang informal. Tidak hanya kelompok primer, kelompok
sekunder yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi
perdagangan juga dapat disebut sebagai kelompok keanggotaan.
b. Keluarga
Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan menjadi dua
bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarga orientas. Keluarga
jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan
orientasi agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri
dan cinta. Kedua, keluarga yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki
seseorang. Keluarga jenis ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi.
c. Peran dan status
Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat memepengaruhi perilaku
pembelian seseorang adalah peran dan status mereka didalam masyarakat. Semakin tinggi
peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka
dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku
pembeliannya. Contoh seorang direktur
di sebuah perusahaan tentunya memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang supervisor, begitu pula dalam perilaku pembeliannya. Tentunya,
seorang direktur perusahaan akan melakukan pembelian terhadap merek-merek
yang berharga lebih mahal dibandingkan dengan merek lainnya.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi diantaranya usia
dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri pembeli.
a. Usia dan siklus hidup keluarga
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya yang
dimana setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup keluarga.
b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya.
Contohnya, direktur perusahaan akan membeli pakaian yang mahal, perjalanan dengan
pesawat udara, keanggotaan di klub khusus, dan membeli mobil mewah. Selain itu,
biasanya pemilihan produk juga dilakukan berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang
seperti besaran penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, utang dan sikap terhadap
belanja atau menabung.
c. Gaya hidup
Gaya hidup dapat diartikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang terungkap
dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui sebuah kelas sosial,
dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang sama tidak menjamin
munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang
dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka
kepada gaya hidup seseorang. Contohnya, perusahaan telepon seluler berbagai
merek berlomba-lomba menjadikan produknya sesuai dengan berbagai gaya hidup remaja
yang modern dan dinamis seperti munculnya telepon seluler dengan fitur multimedia yang
ditujukan untuk kalangan muda yang kegiatan tidak dapat lepas dari berbagai hal
multimedia seperti aplikasi pemutar suara, video, kamera dan sebagainya. Atau kalangan
bisnis yang menginginkan telepon seluler yang dapat menunjang berbagai kegiatan bisnis
mereka.
d. Kepribadian
Setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik kepribadian yang berbeda- beda yang
dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian
merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang menghasilkan
sebuah tanggapan relative konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan
lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri
bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, pertahanan
diri dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel sangat
berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebabkan karena beberapa
kalangan konsumen akan memilih merek yang cocok dengan
kepribadiannya.
Persepsi konsumen tentang produk berdampak pada keputusan pembelian konsumen. Jika
suatu produk memiliki mutu yang baik, berkualitas, dan dapat dipercaya maka bisa
dikatakan baik. Celebrity endorsement memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk
persepsi atau cara konsumen memandang suatu produk melalui iklan (Dewi, 2019). Dengan
adanya celebrity endorsers maka pesan dari iklan tersebut akan semakin mudah diterima
konsumen, sehingga semakin baik celebrity endorsers yang digunakan maka akan semakin
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen (Heda, 2017).
2.4.3 Pengaruh brand image dan celebrity endorser terhadap keputusan pembelian
Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakianan dan preferensi
terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu
merekakan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003 dalam Evelina
dkk). Citra yang melekat pada suatu produk dapat diingat dengan baik oleh konsumen ketika
mereka memutuskan untuk memilih suatu produk yang dibutuhkannya. Selanjutnya,
celebrity endorser adalah setiap individu yang menikmati pengakuan ini atas nama barang-
barang konsumsi dengan tampil bersamanya dalam suatu iklan (Carrol, 2009 dalam
Kurniawan dan Kunto). Sehingga penggunaan bintang iklan diharapkan dapat mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap suatu produk untuk membuat keputusan pembelian. Hasil
penelitian Parengkuan dkk (2014) menyebutkan bahwa brand image dan celebrity endorser
berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen.
Brand Image
Keputusan
Pembelian
Celebrity Endorser
Celebrity Endorser
Gambar 2.2
Kerangka konseptual
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah, yang kebenarannya
akan diuji dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan teoritis, dan
kerangka konseptual maka dapat ditarik hipotesis sementara dari penelitian ini yaitu:
1. Brand image berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian pada produk Deodorant
Rexona (studi kasus pada Mahasiswi FE Universitas Islam Sumatera Utara)
2. Celebrity Endorser berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian pada produk
Deodorant Rexona (studi kasus pada Mahasiswi FE Universitas Islam Sumatera Utara)
3. Brand Image dan Celebrity Endorser berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
pada Deodorant Rexona (studi kasus pada Mahasiswi FE Universitas Islam Sumatera Utara)
BAB III
METODE PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Pencarian Data
3 Penyusunan Proposal
4 Bimbingan Proposal
5 Seminar Proposal
6 Penyusunan Skripsi
7 Bimbingan Skripsi
8 Sidang Skripsi
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti
sebagai subjek penelitian (Marzuki, 2005). Data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian tetapi dari pihak lain yang mempunyai informasi data yang diperlukan atau literatur –
literatur. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari official website (Rexona), google
scholar, top brand, dan lain – lain.
Skala Likert
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indikator yang menunjukkan tingkat keakuratan suatu
alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Jika hasil pengukuran yang
dilakukan secara berulang relatif sama maka instrumen tersebut dapat
dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Pengujian reliabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha.
Sebuah instrumen dinyatakan reliabel jika koefisien Cronbach Alpha > 0,60
dan menunjukkan hasil atau kesimpulan yang sama ketika digunakan
berulang kali pada waktu dan dimensi yang berbeda.