Anda di halaman 1dari 2

Perilaku K3 Dalam Film Cernobyl

Dalam film chernobyl menceritakan kisah terjadinya ledakan pada unit 4 reaktor inti
nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl hingga menyebabkan terjadinya
pelepasan sejumlah besar materi radioaktif di lingkungan yang menjadi bencana
radiasi terbesar sepanjang sejarah. Oleksandr Akimov sebagai pemimpin giliran
kerja di reaktor No. 4, dan operator Leonid Toptunov menjadi korban terpapar
langsung dalam ledakan inti nuklir hingga mengalami sindrom radiasi akut (ARS) dan
kemudian meninggal di rumah sakit. Diperkirakan sekitar 350.000 pekerja termasuk
tentara, pekerja di reaktor, polisi, dan petugas pemadam kebakaran yang kali
pertama terlibat dalam kejadian tersebut pada tahun 1986- 1987. Sekitar 240.000
dari pekerja tersebut, terlibat dalam kegiatan mitigasi di reaktor dan berada dalam
radius 30 km dari reaktor. Sedangkan jumlah liquidator yang terlibat mencapai
600.000, tetapi hanya sebagian kecil dari mereka yang terpapar radiasi dosis tinggi.
Dosis radiasi paling tinggi, berkisar 2 – 20 Gy, diterima oleh petugas kedaruratan dan
on-site reactor yang berjumlah sekitar 100 orang selama beberapa hari pertama
kecelakaan. Dosis radiasi tersebut bersifat fatal pada sebagian pekerja. Hingga
akhirnya bencana Chernobyl menyoroti pentingnya Budaya K3 serta pengaruh faktor
manajerial dan manusia terhadap kinerja K3. Istilah ‘Budaya K3' pertama kali
digunakan dalam ‘Summary Report on the Post-Accident Review Meeting on the
Chernobyl Accident’ milik INSAG (1986).

K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu pekerjaan, karena dengan tidak adanya K3 atau Kesehatan dan
Keselamatan Kerja akan tidak diragukan lagi banyak terjadi keceiakaan dalam kerja
yang bersifat ringan sampai yang berat. Kebanyakan perusahaan juga merasa
keberatan dengan adanya K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja karena setiap
perusahaan atau industri merasa mereka harus mengeluarkan biaya tambahan
padahal tidak demikian K3 merupakan langkah penghematan dan meningkatkan
produktifitas. Karena dengan K3 perusahaan tidak di bebani dengan biaya kesehatan
atau kecelakaan tenaga kerja atau karyawan karena kesehatan dan keselamatan
dalam kerja sudah terjamin.
Pemerintah membuat aturan K3 seperti pada Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja, yaitu : mencegah dan mengurangi kecelakaan; mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran; mencegah dan mengurangi bahaya
peledakan; memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; memberikan pertolongan
pada kecelakaan; memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; mencegah
dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan keija dalam lingkungan kerja dengan
cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Patut
diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu,
namun sampai kini masih ada pekerja dan penisahaan yang belum memahami
korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perasahaan, bahkan tidak mengetahui
aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan K3 adalah sesuatu
yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses bekerjanya seorang pekerja di
mana Budaya K3 digambarkan sebagai:

"Perakitan karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu yang menetapkan
bahwa, sebagai prioritas utama, masalah keselamatan instalasi nuklir mendapatkan
perhatian yang dijamin oleh signifikansi mereka.“

Anda mungkin juga menyukai