Anda di halaman 1dari 10

Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp.

1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN


MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Noerzalina Abarang
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tutuyan
noerzalinaabarang9@gmail.com

Delviany
Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Makassar
delviany_kitta@yahoo.com

ABSTRAK - Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan
mengimplementasikan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan tepat sesuai sintaks pada mata
pelajaran Ilmu Penyakit dan Penunjang Diagnostik. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan tiga siklus dimana setiap siklusnya berlangsung selama 10 hari dengan tahapan kegiatan berupa
perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI
Asisten Keperawatan SMKN 1 Tutuyan tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 11 peserta didik. Data dari
penelitian ini, diperoleh dari data hasil belajar peserta didik baik pada ranah pengetahuan (kognitif) maupun
keterampilan (psikomotor) dengan rasio nilai akhir (NA) 40:60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Penyakit dan
Penunjang Diagnostik. Hasil belajar peserta didik meningkat dari prasiklus, pada siklus 1 hasil belajar peserta didik
kategori tuntas berada pada angka 27,27%, pada siklus 2 menjadi 63,63% dan pada siklus 3 hasil belajar peserta didik
dengan kategori tuntas, mencapai 72,72%. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI Asisten Keperawatan di SMKN 1
Tutuyan.

Kata kunci: Model Pembelajaran, PBL, Hasil Belajar

ABSTRACT - This study aims to improve student learning outcomes by implementing the Problem Based Learning
(PBL) learning model appropriately according to the syntax in the subjects of Diseases and Diagnostic Support. This
research is a classroom action research (CAR) which is carried out in three cycles where each cycle lasts for 10 days
with the stages of activities in the form of planning, implementing, observing, analyzing, and reflecting. The subjects
of this study were students of class XI Nursing Assistant at SMKN 1 Tutuyan for the academic year 2021/2022, totaling
11 students. Data from this study, obtained from student learning outcomes data both in the realm of knowledge
(cognitive) and skills (psychomotor) with a final score ratio (NA) of 40:60. The results showed that the use of the PBL
learning model could improve student learning outcomes in the subjects of Diseases and Diagnostic Support. Student
learning outcomes increased from pre-cycle, in cycle 1, student learning outcomes in the complete category were at
27.27%, in cycle 2 it was 63.63% and in cycle 3, student learning outcomes in the complete category reached 72.72%.
From the results of this study, it can be concluded that the Problem Based Learning learning model can improve the
learning outcomes of students in class XI Nursing Assistant at SMKN 1 Tutuyan.

Keywords: Learning Models, PBL, Learning Outcomes

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sesuatu yang mampu melahirkan kreativitas dan kecakapan hidup bagi setiap
manusia. Hal ini seiring dengan apa yang dikemukanakan oleh (Good, 1977) bahwa pendidikan adalah
bentuk dari seni ,praktek atau profesi pengajaran dan merupakan ilmu yang tertata secara sistematis dan
sangat berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode mengajar, pengawasan dan pembimbingan peserta

PROGRESIF | 46
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

didik. Pendidikan merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap individu agar memiliki kecakapan hidup
di era revolusi industri 4.0 ini, dimana kemajuan disegala sektor semakin cepat dan penuh inovasi. Oleh
karena itu pendidikan mutlak dibutuhkan baik secara formal, non-formal maupun informal. Tentunya
pendidikan tidak pernah lepas dari proses belajar mengajar yang dilakukan antara pendidik dan peserta
didik.
Kemampuan guru sebagai yang memberikan pengajaran dalam pembelajaran harus dieksplorasi
semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran abad 21. Pembelajaran abad 21 sendiri merupakan bentuk pembelajaran yang
mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta penguasaan
terhadap teknologi. Pembelajaran abad 21 berorientasi pada berbagai keterampilan yang mutlak dibutuhkan
peserta didik untuk menjadi insan yang kreatif, produktif serta penuh inovasi (Bishop, 2009). Berangkat
dari tujuan pembelajaran abad 21 inilah, guru dituntut tidak boleh hanya sekedar menyiapkan bahan
pelajaran tetapi lebih jauh guru harus berusaha untuk dapat melakukan perubahan yang nyata pada diri
peserta didik. Hal ini memang tidak mudah karena seorang guru harus dapat melaksanakan transmisi dan
sekaligus mengolah bahan pelajaran untuk dipelajari oleh peserta didik terutama pada masa pandemic saat
ini. Guru diharapkan mampu beradaptasi dengan cepat untuk meminimalisi learning loss.
Berhasil tidaknya suatu pembelajaran dapat tergambar melalui hasil belajar yang dicapai oleh setiap
peserta didik. Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah peserta didik menyelesaikan program
pembelajarannya melalui interaksi dengan sumber belajar hingga lingkungan belajar.
Ilmu Penyakit dan Penunjang Diagnostik merupakan salah satu mata pelajaran bidang peminatan (C3)
yang memiliki peran penting dalam peningkatan kompetensi asisten tenaga kesehatan khususnya asisten
perawat. Kompetensi Dasar pada ilmu penyakit dan penunjang diagnostik sebagian besar berada pada
tingkat kognitif C3 dan psikomotor P2 yang artinya setiap peserta didik diharapkan mampu
mengaplikasikan apa yang dipelajari ke dalam kehidupan sehari-hari bahkan jika memungkinkan, peserta
didik harus digiring agar level kognitifnya berada pada wilayah berpikir tingkat tinggi atau yang lebih
dikenal dengan high order thinking skills (HOTS).
Akan tetapi setelah dilakukan observasi pada kenyataannya peserta didik jangankan mengaplikasikan
bahkan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di sekitar yang berhubungan dengan kompetensi dasar
yang dipelajari, peserta didik belum mampu. Hal ini terjadi karena model pembelajaran yang digunakan
selama ini belum sesuai atau belum bisa mengakomodir apa yang menjadi tujuan pembelajaran dari
kompetensi dasar yang dipelajari dan berimbas pada hasil belajar peserta didik yang belum mencapai angka
ideal yang diharapkan atau tuntas.. Hal ini menuntut tanggung jawab guru agar tidak hanya menjelaskan
materi saja kepada peserta didik tetapi bagaimana meramu materi tersebut sehingga peserta didik benar-
benar mampu mengidentifikasi masalah hingga mengaplikasikan apa yang dipelajari ke kehidupan nyata
melalui model pembelajaran yang dapat menimbulkan keaktifan peserta didik. Melihat hal tersebut, maka
kualitas proses pembelajaran perlu ditingkatkan dalam rangka membantu peserta didik untuk meningkatkan
hasil belajar ilmu penyakit dan penunjang diagnostik peserta didik. Oleh karena itu, pemecahan masalah
yang dipilih adalah memperbaiki proses pembelajaran dengan memilih model pembelajaran probem based
learning (PBL). Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan langkah panjang guna perbaikan
capaian persentase ketuntasan peserta didik terutama di masa pandemic ini.
Pada pembelajaran abad 21, salah satu model pembelajaran yang terus dikembangkan adalah model
pembelajaran problem based learning (PBL) atau yang dikenal dengan pembelajaran berbasis masalah,
dimana menurut (Arends & Kilcher, 2010) model ini menantang peserta didik untuk memecahkan masalah
yang ada di lingkungan atau dunia nyata dengan cara bekerjasama di dalam satu kelompok sehingga
menghasilkan pembelajaran yang kaya dengan spendapat serta solusi yang lebih konkrit. Pembelajaran
berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,

PROGRESIF | 47
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

penyelidikan asli/autentik, kerjasama dan menghasilkan karya. Langkah atau sintak model pembelajaran
PBL ini terdiri dari:
a. Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah
b. Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik
c. Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
d. Fase 4 Mengengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan pendekatan Saintifik (scientific approach) ataupun
menggunakan pendekatan STEAM. Pendekatan saintifik adalah ide (pada tingkat filosofis) untuk mencapai
tujuan yang dapat dilaksanakan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja sedangkan (Muhtadi, 2019)
pendekatan STEAM merupakan suatu pendekatan pembelajaran interdisipliner yang inovatif dimana Ilmu
Pengetahuan Alam (Sains), Teknologi (Technology), Teknik (Engineering), dan Matematika (Mathematic)
diintegrasikan dengan fokus pada proses pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata. Tujuan
pembelajaran STEAM dapat mengasah tingkat literasi STEAM pada peserta didik. Literasi STEAM
menjadi tujuan yang dapat dicapai oleh peserta didik maupun pendidik. Bagi peserta didik, literasi STEAM
akan berguna dalam perkembangan kehidupannya dan bagi pendidik literasi STEAM bermanfaat
menunjang kinerja mendidik generasi yang kompetitif dan kolaboratif.

METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilaksanakan dalam tiga siklus selama
sepuluh hari efektif, dengan tahapan kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan
refleksi serta dilaksanakann secara daring dan tatap muka terbatas.
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI Asisten Keperawatan SMKN 1 Tutuyan
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara yang berjumlah 11 peserta didik. Waktu
pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 27 September 2021 s/d 7 Oktober 2021.
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini yakni sebagai berikut :
1. Observasi, digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan pada tiap
pertemuan.
2. Ulangan harian berupa tes tertulis di akhir pertemuan setiap siklusnya, untuk memperoleh data
mengenai hasil belajar pada mata pelajaran ilmu penyakit dan penunjang diagnostic
Peneliti dalam menetapkan tingkat keberhasilan peserta didik dalam poses pembelajaran,
menggunakan rentang 0 – 100. Hasil Belajar tertinggi yang dicapai peserta didik adalah 100. Sedangkan
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Hasil Belajar = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100 (1)

Untuk menentukan keberhasilan peserta didik, peneliti mengacu pada kriteria ketuntasan minimal 70,
artinya setiap peserta didik dikatakan berhasil jika Hasil Belajar menunjukkan nilai minimal 70. Dari hasil
belajar masing-masing peserta didik ini kemudian ditarik persentase peserta didik yang memenuhi kriteria
ketuntasan sebagai hasil penelitian, dengan rumus sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 100% (2)

PROGRESIF | 48
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK N 1 Tutuyan dengan peserta didik kelas XI Asisten Keperawatan
sebagai subjek penelitiannya dengan jumlah 11 peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah
ada peningkatan hasil belajar peserta didik dari prasiklus hingga ke tahapan setiap siklus setelah guru
menggunakan model pembelajaran problem based learning.
Berdasarkan pengamatan kondisi awal atau pra siklus, hasil belajar peserta didik kelas XI Asisten
Keperawatan belum mecapai angka ideal yang diharapkan. Presentase ketuntasan peserta didik di setiap
kompetensi dasar (KD) mata pelajaran ilmu penyakit dan penunjang diagnostik berada di bawah 20 %
dengan tingkat keaktifan yang kurang selama proses belajar mengajar. Data hasil belajar peserta didik pada
prasiklus ini dapat digambarkan dalam Tabel dan Gambar berikut:
Tabel 1. Hasil Belajar Peserta Didik pada Prasiklus
No Rentang Nilai Jumlah Peserta Didik Keterangan
1 90-100 0 Tuntas
2 80-89 1 Tuntas
3 70-79 1 Tuntas
4 60-69 6 Belum Tuntas
5 < 60 3 Belum Tuntas

Hasil Belajar
6
6 3

4 1 1
0
2

0
90-100 80-89 70-79 60-69 <60

Gambar 1. Hasil Belajar Peserta Didik pada Prasiklus


Berdasarkan diagram diatas persentase ketuntasan peserta didik, sebagai berikut:
2
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = 𝑥 100% = 18%
11
Tabel dan Gambar di atas menggambarkan hanya 2 peserta didik dengan rentang nilai 70 - 100
sementara 9 peserta didik lainnya berada pada rentang nilai 40-69 dengan kategori belum tuntas. Data ini
diperoleh dari hasil ulangan harian berupa tes tertulis, sebelum model pembelajaran problem based learning
diterapkan dalam proses pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Penyakit dan Penunjang Diagnostik.
Berangkat dari gambaran hasil belajar prasiklus inilah, peneliti melakukan diagnosis awal dan diketahui
faktor yang paling mempengaruhi adalah pemilihan model pembelajaran dan pendekatan yang selama ini
digunakan oleh Guru belum sesuai dengan kebutuhan setiap kompetensi dasar yang diajarkan pada mata
pelajaran ilmu penyakit dan penunjang diagnostic. Peneliti kemudian membuat perencanaan untuk
mengaplikasikan model pembelajaran problem based learning pada setiap kompetensi dasar yang diajarkan
dengan pendekatan Saintifik maupun pendekatan STEAM.

PROGRESIF | 49
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

Siklus I
Siklus 1 dimulai pada tanggal 26 Agustus 2021 sampai 8 September 2021 dan dilaksanakan secara daring,
siklus ini diawali dengan tahap perencanaan berupa:
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan sintak pada model
pembelajaran Problem Based Learning, menyiapkan LKPD, Materi Ajar, Media Pembelajaran berupa
google slide serta instrument penilaian.
2. Peneliti menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
pertemuan di kelas daring yang digunakan untuk mengetahui terlaksananya model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran Ilmu Penyakit dan Penunjang Diagnostik
3. Peneliti menyiapkan room meeting Gmeet untuk pembelajaran daring
4. Peneliti menyiapkan provider yang akan digunakan saat pembelajaran dilaksankan secara daring, selain
provider peneliti juga menyiapkan generator set mengingat sering terjadi pemadaman listrik di daerah
kecamatan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran siklus 1, peneliti mengawali dengan membagikan link gmeet kepada
peserta didik lewat classroom selanjutnya proses belajar mengajar dilaksanakan di dalam room meeting gmeet.
Pembelajaran dibuka dengan saling memberi salam dan berdoa bersama, selanjutnya guru mengecek kualitas
jaringan setiap peserta didik sekaligus melakukan pengecekan kehadiran peserta didik. Sebelum guru
menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari beserta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan pertama ini, terlebih dahulu guru memberikan apersepsi untuk memastikan pengetahuan awal yang
dimiliki peserta didik, hal ini tentunya sangat penting sebagai tolok ukur guru.
Tahapan berikutnya, guru memberikan penjelasan singkat tentang materi penyakit pada sistem pernapasan
sebagai stimulus bagi peserta didik untuk berorientasi pada masalah yang akan mereka pelajari, tentunya sumber
belajar peserta didik tidak hanya terpaku pada penjelasan singkat guru melainkan peserta didik diberikan
kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya melalui berbagai sumber belajar termasuk internet
sebagai bentuk penerapan teknologi di dalam proses belajar mengajar. Pada tahapan ini tidak lupa guru
memberikan kesempatan peserta didik untuk saling berbagi informasi apa yang mereka peroleh ataupun
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang belum mereka pahami.
Langkah selanjutnya yang dilakukan guru adalah mengorganisasikan peserta didik dengan cara membagi
peserta didik ke dalam tiga kelompok. Saat diskusi pemecahan masalah sesuai LKPD sedang berlangsung, Guru
tetap mendampingi dan melakukan pembimbingan penyelidikan yang dilakukan oleh peserta didik baik secara
individu maupun kelompok. Jika dalam proses diskusi ditemukan permasalahan yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas, guru bersama peserta didik mencari solusi dari setiap permasalahan yang ditemukan agar seluruh
hasil diskusi dapat dikembangkan dengan baik hingga bisa dipaparkan di depan kelas untuk mendapat
tanggapan, sanggahan ataupun masukan dari kelompok lainnya. Untuk proses penilaian hasil belajar peserta
didik pada siklus 1, diberikan ulangan harian pada pertemuan kedua.
Hasil observasi dari siklus pertama ini menunjukkan bahwa sintak atau tahapan proses pembelajaran model
problem based learning secara daring sudah terlaksana namun belum optimal. Meski demikian hasil belajar
siklus pertama ini sudah menampakkan peningkatan. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi, mulai dari
stabilitas jaringan hingga suara bising yang timbul baik dari lingkungan kerja guru ataupun dari rumah setiap
peserta didik selama proses pembelajaran, pemilihan media diskusi kelompok yang belum tepat sehingga
menyebabkan pembimbingan selama diskusi tidak berjalan dengan baik yang kemudian berimbas pada tingkat
pemahaman peserta didik.

PROGRESIF | 50
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

Berikut Tabel hasil belajar peserta didik yang diperoleh pada siklus I.
Tabel 2. Hasil Belajar Pesera Didik pada Siklus I
No Rentang Nilai Jumlah Peserta Didik Keterangan
1 90-100 - Tuntas
2 80-89 1 Tuntas
3 70-79 2 Tuntas
4 60-69 5 Belum Tuntas
5 < 60 3 Belum Tuntas
Persentase ketuntasan peserta didik pada siklus satu, adalah sebagai berikut:
3
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = 𝑥 100% = 27,3 %
11
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 September 2021 sampai dengan 22 September 2021 secara tatap
muka terbatas. Tahapan yang dilakukan pada siklus II ini kurang lebih sama dengan yang dilakukan pada siklus
I. Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan beberapa persiapan, yaitu:
1. Membuat dokumen rancangan pembelajaran untuk tatap muka dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang memuat seluruh sintaks model pembelajaran Problem Based Learning lengkap dengan LKPD,
Materi Ajar, Media pembelajaran berupa slide powerpoint serta instrument penilaian yang akan digunakan;
2. Memastikan ketersediaan media pembelajaran sesuai kebutuhan;
3. Menyiapkan kelas dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat baik bagi Guru maupun peserta didik
mulai dari pengaturan tempat duduk dengan jarak minimal 1 meter, wajib menggunakan masker selama
berada di ruang kelas, mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk kelas, tidak berkerumun di dalam
kelas ataupun di lingkungan sekolah.
Pada siklus kedua ini, Seluruh tahapan atau sintak model pembelajaran problem based learning sudah
dituangkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan terealisasi dengan baik mulai dari
pendahuluan, kegiatan inti hingga penutup. Keaktifan peserta didik dapat terlihat dengan baik lewat observasi
yang dilakukan peneliti selama proses diskusi kelompok hingga tahap penyajian hasil diskusi kelompok, selain
itu di siklus kedua ini pula peneliti memaksimalkan ice breaking untuk mengembalikan konsentrasi peserta
didik yang biasanya kurang efektif saat dilakukan secara daring dan tentunya capaian ini nampak pada
peningkatan hasil belajar yang signifikan dari siklus 1. Berikut gambaran nilai yang dicapai peserta didik pada
siklus II.
Tabel 3. Hasil Belajar Peseta Didik pada Siklus II
No Rentang Nilai Jumlah Peserta Didik Keterangan
1 90-100 1 Tuntas
2 80-89 3 Tuntas
3 70-79 3 Tuntas
4 60-69 4 Belum Tuntas
5 < 60 - Belum Tuntas
Persentase peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada siklus II, sebagai berikut:
7
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = 𝑥 100% = 63,6 %
11
Berdasarkan Tabel di atas nampak peningkatan hasil belajar yang terjadi dari siklus I ke siklus II mencapai
hampir 37%, artinya jumlah peserta didik yang berada pada kategori tuntas setelah menggunakan model
pembelajaran problem based learning, sudah lebih dari 50% peserta didik.

PROGRESIF | 51
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 23 September 2021 sampai dengan 7 Oktober 2021. Pada siklus
terakhir atau siklus III kembali dilakukan secara daring. Belajar dari siklus I yang mengalami gangguan
stabilitas jaringan yang kemudian berimbas pada hasil yang kurang memuaskan, peneliti mengambil tindakan
untuk menyiapkan lebih dari satu provider untuk mendukung proses pembelajaran daring yang akan dilakukan.
Sama halnya dengan dua siklus yang sudah dilakukan, pada siklus ini proses pembelajaran dilaksanakan sesuai
RPP yang memuat sintak model pembelajaran problem based learning, yang sedikit berbeda hanya media
diskusi kelompok yang pada siklus I dilakukan lewat personal chat whatsapp, pada siklus ketiga ini, peneliti
mengarahkan diskusi kelompok peserta didik di ruang group whatsapp agar proses pembimbingan selama
diskusi dapat berjalan lebih baik dibanding pada siklus I.
Untuk pembagian kelompok, pada siklus ketiga ini peneliti membagi secara heterogen dengan
memperhatikan tingkat kognitif setiap peserta didik. Setiap kelompok terdiri dari peserta didik dengan tingkat
kognitif tinggi, sedang serta rendah. Hal ini dilakukan agar proses diskusi kelompok yang dilakukan peserta
didik untuk menyelesaikan lembar kerja peserta didik (LKPD) dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Hasil yang didapatkan pada siklus III ini juga mengalami peningkatan dari sikus
sebelumnya. hasil ini tergambar pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus III
No Rentang Nilai Jumlah Peserta Didik Keterangan
1 90-100 2 Tuntas
2 80-89 3 Tuntas
3 70-79 3 Tuntas
4 60-69 3 Belum Tuntas
5 < 60 - Belum Tuntas
Persentase peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada siklus III, sebagai berikut:
8
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = 𝑥 100% = 72,7 %
11
Peningkatan hasil belajar pada siklus III ini tidak sesignifikan yang terjadi pada siklus II, peningkatan yang
terjadi hanya berada pada angka 9 %, artinya hanya ketambahan satu peserta didik yang tuntas dari siklus II.
Untuk itu, peneliti mengambil sedikit kesimpulan bahwa moda pembelajaran juga dapat mempengaruhi hasil
dari penerapan model pembelajaran meskipun model pembelajaran yang dipilih sudah memenuhi kebutuhan
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.

B. Pembahasan
Berdasarkan observasi dan identifikasi awal prasiklus, peneliti menemukan data persentase ketuntasan
peserta didik pada setiap kompetensi dasar mata pelajaran ilmu penyakit dan penunjang diagnostic hanya berada
pada angka 18% yang artinya tujuan dari pembelajaran itu sendiri belum tercapai. Penyebab dari persentase
ketuntasan peserta didik yang kurang ini tentunya multi faktor, kekeliruan pemilihan model pembelajaran
tentunya hanya satu dari sekian banyak faktor penyebabnya, hal ini makin diperparah oleh masa pandemi yang
mengharuskan belajar dari rumah dan tentunya sedikit banyak mempengaruhi minat belajar peserta didik
terutama peserta didik yang berada di daerah dengan fasilitas teknologi yang belum memadai. Oleh karena itu
sebagai pendidik sudah sepatutnya bergerak dan beradaptasi dengan cepat agar dapat terus merancang
pembelajaran yang tepat dan tetap bermakna meski dilakukan dari rumah.
Mata pelajaran Ilmu Penyakit dan Penunjang Diangnostik merupakan mata pelajaran yang membutuhkan
kemampuan identifikasi dan analisa yang tidak main-main. Mata pelajaran ini merupakan bagian dari mata
pelajaran muatan peminatan (C3) pada program keahlian keperawatan kompetensi keahlian asisten
keperawatan yang mengharuskan peserta didik menguasai materi mulai dari identifikasi jenis penyakit pada

PROGRESIF | 52
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

setiap sistem tubuh manusia sampai pada tahapan pemeriksaan masing-masing penyakit mulai dari pemeriksaan
fisik hingga pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk selanjutnya diaplikasikan pada keseharian peserta
didik. Oleh sebab itu mata pelajaran ini dalam perancangan dan penyajiannya harus mampu menggiring peserta
didik berada dalam suasana pembelajaran yang membangkitkan semangat dan kreatifitas berpikir tingkat tinggi
yang dapat terlihat pada hasil belajar yang mencapai kategori tuntas. Salah satu langkah yang dapat dilakukan
untuk memaksimalkan hasil belajar dan memenuhi kompetensi yang dibutuhkan peserta didik, adalah dengan
memilih model pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan setiap kompetensi dasar.
Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas. Menurut (Suprihatiningrum, 2013) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang memuat
prosedur dalam menyusun langkah untuk memperoleh pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi peserta
didik hingga mampu mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Model pembelajaran berfungsi sebagai
pedoman guru dalam merencanakan hingga melaksanakan proses belajar mengajar, tentunya ini sejalan dengan
yang dipaparkan (Saefuddin & Berdiati, 2014) bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan,
melaksanakan hingga merefleksikan aktivitas pembelajaran. Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan pola pilihan para guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Model pembelajaran merupakan suatu prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berfungsi sebagai
pedoman atau kitab untuk mempermudah perancang pembelajaran dan para guru menciptakan suasana
pembelajaran dengan kwalitas yang baik dan tentunya menghasilkan peserta didik dengan karakter dan
pengetahuan serta keterampilan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membawa suasana aktif dan menyenangkan di dalam kelas,
adalah model pembelajaran problem based learning. Pada pembelajaran abad 21 saat ini, model pembelajaran
yang terus dikembangkan untuk menunjang keterampilan dan kecakapan hidup peserta didik khususnya peserta
didik pada sekolah kejuruan, adalah model pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PjBL)
dan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL).
Dari keseluruhan sintak model pembejaran problem based learning yang terdiri dari lima fase yang dimulai
dari orientasi peserta didik terhadap masalah hingga menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, terdapat bagian yang menjadi kunci dari jalannya proses pembelajaran, yaitu pada sintaks ke-2
pengorganisasian peserta didik. Tahapan ini membutuhkan perhatian khusus agar seluruh rangkaian
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran ini dapat berjalan baik. Adapun hal utama yang perlu
diperhatikan berdasarakan hasil observasi peneliti, adalah pembagian kelompok harus benar-benar heterogen,
artinya setiap kelompok harus terdiri dari ragam level kognitif peserta didik agar tidak terjadi suasana pasif
selama proses identifikasi masalah, pemecahan masalah hingga penyajian karya atau hasil yang dilakukan
secara berkelompok.
Dari seluruh siklus yang dilaksanakan, diperoleh gambaran bahwa penerapan model pembelajaran problem
based learning (PBL) pada setiap kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Penyakit dan Penunjang Diagnostic
untuk kelas XI kompetensi keahlian asisten keperawatan ini dapat memberikan dampak baik bagi keaktifan dan
peningkatan hasil belajar setiap peserta didik.
Pada siklus 1, sudah terlihat peningkatan hasil belajar peserta didik yang pada prasiklus hanya 18%
kemudian meningkat menjadi 27,27 %. Peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus II dimana persentase
ketuntasan berada pada 67,67% , dan pada siklus III persentase ketuntasan berada pada angka 73,73%.
Peningkatan hasil belajar dari setiap siklus ini, dapat terlihat pada Tabel berikut:

PROGRESIF | 53
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

Tabel 5. Persentase ketuntasan peserta didik


Jumlah Peserta didik
No Siklus ke- %
Mencapai KKM Belum Mencapai KKM
1. I 4 7 27.27
2. II 7 4 63.63
3. III 8 3 72.72

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini juga sejalan dengan hasil yang pernah dilakukan (Mandagi et al.,
n.d.) dimana penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning,
dapat meningkatkan tingkat berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik di SMK Negeri 1 Banggai kelas XI
Teknik dan Bisnis Sepeda Motor dalam pembelajaran perawatan mekanisme katup dan kelengkapannya.
Penelitian lainnya yang menujukkan peningkatan hasil belajar yang berarti dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning juga pernah dilakukan oleh (Reinsini et al., 2021) dengan subjek peserta
didik di SMKN 2 Kupang.
Penelitian pada kelas XI Asisten Keperawatan SMKN 1 Tutuyan ini sudah dilakukan sesuai prosedur mulai
dari identifikasi masalah, perencanaan tindakan, observasi, analisis hingga refleksi dari setiap siklusnya yang
kemudian dirancang lagi dan diperbaiki pada siklus selanjutnya namun penelitian ini tentunya masih memiliki
kekurangan, salah satunya hasil dari penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan.

KESIMPULAN
Hasil penelitian selama tiga siklus diperoleh hubungan yang bermakna antara pemilihan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dengan peningkatan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar
peserta didik meningkat dari prasiklus, pada siklus 1 hasil belajar peserta didik kategori tuntas berada pada
angka 27,27%, pada siklus 2 menjadi 63,63% dan pada siklus 3 hasil belajar peserta didik dengan kategori
tuntas, mencapai 72,72%. Terjadi peningkatan dari pra siklus ke siklus 1 hingga siklus 3 setelah
menggunakan model pembelajaran problem-based learning dan menjadikan peserta didik sebagai centre of
learning. Tentunya pemilihan model, metode ataupun pendekatan pembelajaran juga dipengaruhi oleh moda
pembelajaran.
Selain peningkatan hasil belajar, pada penelitian ini juga terekam perbedaan yang berarti saat
pembelajaran menggunakan moda daring dan tatap muka. Pada pembelajaran tatap muka siklus II,
penerapan model pembelajaran problem based learning menunjukkan peningkatan yang lebih besar
dibanding saat menggunakan moda daring pada siklus I dan siklus III. Salaha satu penyebab hal ini, masih
minimnya sarana prasarana yang mendukung pembelajaran dengan moda daring khususnya di daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, belum juga ditambah tenaga listrik yang masih sering padam yang
akhirnya ikut berimbas pada proses pembelajaran secara daring, hal lainnya terletak pada lambatnya
kemampuan adaptasi baik guru maupun peserta didik terhadap laju kemajuan teknologi. Belajar dari apa
yang tergambar dari pemilihan moda pembelajaran ini, juga dapat diambil sebuah langkah tentang
bagaimana meningkatkan kemampuan guru untuk merancang pembelajaran daring terutama di daerah
dengan dukungan teknologi yang belum memadai namun pembelajarannya harus tetap menyenangkan dan
tentunya bermakna bagi peserta didik. Usaha perbaikan tentunya dapat dimulai dari individu setiap guru,
dimana setiap guru harus mau dan mampu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan merancang
pembelajaran berbasis teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R., & Kilcher, A. (2010). Teaching for student learning. Routledge New York.
Bishop, J. (2009). Partnership for 21st century skills. Retrieved from August, 18, 2019.
Good, C. V. (1977). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Alfabeta.

PROGRESIF | 54
Noerzalina Abarang, Delviany. Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 1(2) pp. 1-10
Maret 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 2809-4492

Mandagi, F. A., Palobaran, M., & Sudirman, S. (n.d.). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil
Belajar Melalui Penerapan Model Problem Based Learning. Jurnal Media Elektrik, 19(1), 46–55.
Muhtadi, A. (2019). Pembelajaran Inovatif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Reinsini, C. E., Susila, I. W., & Cholik, M. (2021). Application of Problem-Based Learning to Enhance
Students Learning Outcomes in Basic Competencies of Maintaining Brake Systems. International
Journal for Educational and Vocational Studies, 3(2), 139–145.
Saefuddin, A., & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi pembelajaran teori dan aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

PROGRESIF | 55

Anda mungkin juga menyukai