Anda di halaman 1dari 192

BAB II

LAMPIRAN JURNAL

JURNAL NASIONAL
Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 2 No. 4 (Oktober, 2019) : 389-402 E-ISSN 2614-5375

Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 2 No. 4 (Oktober, 2019) : 389-402 E-ISSN 2614-5375

ARTIKEL RISET

URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh2410

Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil


Trimester III Di Puskesmas Simpang Kiri Kota
Subulussalam Provinsi Aceh
K
Putri Diah Pemiliana1, Yuka Oktafirnanda 2, Irwa Santi 3
1,2,3
Program Studi D4 Kebidanan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan,
Indonesia Email Penulis Korespondensi (K): putri2304diah@gmail.com

putri2304diah@gmail.com1, yukaoktafirnanda@helvetia.ac.id, irwasanti@gmail.com3


(082168154444)

ABSTRAK

Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang (developing
countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Secara keseluruhan, anemia terjadi pada 45%
wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil trimester III. Desain penelitian ini adalah survei
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 55 orang dan sampel
dalam penelitian ini seluruh ibu hamil trimester III. Teknik analisa data univariat dan bivariat dengan
uji chi-squar. Hasil penelitian didapatkan dari 55 responden 27 orang anemia dan 24 orang tidak
anemia, berdasarkan uji chi square kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe denggan anemia diperoleh nilai
p= 0,021< 0,05, hubungan paritas dengan anemia pada ibu hamil trimester III di diperoleh nilai p=
0,006< 0,05, hubungan pendidikan dengan Anemia pada ibu hamil trimester III diperoleh nilai p=
0,032< 0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe,
pendidikan, paritas dengan Anemia pada ibu hamil trimester III. Disarankan kepada Puskesmas
Simpang Kiri untuk memberikan penyuluhan tentang cara mengkonsumsi tablet Fe yang benar dan
membuat poster-poster bahaya anemia pada ibu hamil serta upaya pencegahan anemia pada ibu hamil.

Kata kunci: Kepatuhan konsumsi tablet Fe; paritas; pendidikan; anemia


Article history :
PUBLISHED BY :
Public Health Faculty Received 23 September 2019
Universitas Muslim Indonesia Received in revised form 08 October 2019
Address : Accepted 09 October 2019
Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI) Available online 25 October 2019
licensed by Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Makassar, Sulawesi Selatan.

Email :
jurnal.woh@gmail.com,
jurnalwoh.fkm@umi.ac.id

Phone :
+62 85255997212
Penerbit
Penerbit::Fakultas
FakultasKesehatan
KesehatanMasyarakat
MasyarakatUniversitas
UniversitasMuslim
MuslimIndonesia
Indonesia 389
389
ABSTRACT

Anemia generally occurs throughout the world, especially in developing countries and in low socio-
economic groups. Overall, anemia occurs in 45% of women in developing countries and 13% in
developed countries. The purpose of this study was to determine the factors associated with anemia
in third trimester pregnant women. The design of this study was an analytical survey with a cross
sectional approach. The population of this study amounted to 55 people and the sample in this study
were all third trimester pregnant women. The data used is secondary data. Univariate and bivariate
data analysis techniques with Chi-square test. The results of the study showed that 55 respondents
were 27 anemic and 24 were not anemic, based on the chi square test of adherence to anemia with
anemia, p = 0.021 <0.05, the relationship between parity and anemia in trimester III pregnant women
was obtained p = 0.006 <0.05, the relationship between education and anemia in third trimester
pregnant women obtained p = 0.032 <0.05. The conclusions in this study were the relationship of
adherence to Fe tablet consumption, education, parity with anemia in third trimester pregnant
women. It is recommended to the Simpang Kiri Health Center to provide counseling on how to
consume the right Fe tablets and make posters of danger of anemia in pregnant women and efforts to
prevent anemia in pregnant women.

Keywords: Compliance with Fe tablet consumption; parity; education; anemia

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang
terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.1 Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah
atau juga disebut sebagai (hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume
plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang beredar dalam tubuh. Tetapi peningkatan ini tidak
seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga memberikan efek yaitu
konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 mg /10 ml. Pengenceran darah (Hemodilusi) pada ibu hamil
sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah merah 18%-30%
dan hemoglobin 19%. Secara fisiologi hemodilusi untuk membantu kerja jantung. Hemodilusi terjadi
sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin
itu sebelum sekita 11 gr% maka terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis dan Hb
itu akan menjadi 9,5-10 gr%.2
Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang terjadi selama
proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan
mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30 %,
sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin
(Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan bayinya.
Tubuh memerlukan darah hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil.2
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child" (potensial membahayakan
ibu dan anak). Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan pre¬maturitas,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, kematian janin dalam kandungan, kematian janin
waktu lahir, kematian perinatal, prematuritas dan cacat bawaan, mudah terjadi infeksi, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan His, kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, keguguran, partus prematus, inersia uteri,
partus lama, perdarahan karena atonia uteri sampai mengalami serta syok hipopolemik. Sedangkan
pengaruh anemia pada masa nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum. Pada
wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Pada saat
hamil apabila anemia tidak dapat tertangani hingga akhir kehamilan maka akan berpengaruh pada saat
postpartum. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan paska
persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan
mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan 3
Menurut World Health Organization (WHO), anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia,
terutama di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah.
Pada kelompok dewasa, anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita
menyusui karena mereka yang banyak mengalami defisiensi Fe. Secara keseluruhan, anemia terjadi
pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju (developed countries). Di Amerika,
terdapat 12% wanita usia subur (WUS) 15-49 Tahun, dan 11% wanita hamil usia subur mengalami
anemia. Sementara persentase wanita hamil dari keluarga miskin terus meningkat seiring
bertambahnya usia kehamilan (8% anemia di trimester I, 12% anemia di trimester II, dan 29% anemia
di trimester III). 4
Jumlah perempuan meninggal karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami
penurunan sebesar 45% dari perkiraan 523.000 pada Tahun 1990 dan 289.000 pada Tahun 2013.
Kemajuan sangatlah penting, tetapi setiap Tahun tingkat penurunannya masih kurang dari yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembangunan Milenium Development Goal’s (MDG’s). Target
penurunan angka kematian ibu sebesar 75 % antara Tahun 1990 dan 2015.5
Penelitian Mandariska 2014 dengan judul hubungan kepatuhan meminum tablet Fe terhadap
kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Kalikajar I Wonosono, dengan hasil
penelitian ada hubungan kepatuhan meminum tablet fe terhadap kejadian anemia pada ibu hamil
trimester III.6
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu
berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur
20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia
> 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kajadian anemia.7
Cakupan pemberian Fe terutama di negara berkembang (developing countries) sudah sampai
94% namun belum sesuai seperti target yaitu 100% dan cakupan pemberian Fe secara Nasional tahun
2016 ibu hamil mendapat atau mengkonsumsi tablet Fe 83,6% sedangkan secara Per-Provinsi
cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil di Indonesia dari 34 Provinsi ada 22 Provinsi di Indonesia
yang belum tercapai target pemberian Fe pada ibu hamil dengan minimal 90 tablet selama masa
kehamilan salah satunya adalah Provinsi Aceh sekitar 73,2% pada Tahun 2016. Cakupan pemberian
tablet Fe pada ibu hamil di Provinsi Aceh pada kurun waktu enam tahun terakhir, dimana pada tahun
2015 persentase cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe sebesar 77% yaitu sebanyak 98.876 ibu
hamil dari 128.525 sasaran ibu hamil. Data pada tahun 2014 sebesar 83 % atau sebanyak 98.502 ibu
hamil dari 118.388 ibu hamil. Jika dilihat secara indikator kerja maka cakupan pemberian 90 tablet
tambah darah belum memenuhi target yakni 95 %.8
Menurut Susiloningtyas salah satu yang memengaruhi anemia adalah jumlah anak (paritas) dan
jarak antar kelahiran yang dekat. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin mampu
hidup diluar rahim. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi atau paritas ≥3 merupakan faktor
terjadinya anemia yang berhubungan erat dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat < 2 tahun. Hal ini
disebabkan karena terlalu sering hamil sehingga dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu. Paritas
merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat besi pada ibu hamil. Menurut
Manuaba 1998 wanita yang sering mengalami kehamilan dan meahirkan makin anemia karena banyak
kehilangan zat besi. Hal ini disebabkan Hal ini disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan
cadangan besi yang ada dalam tubuhnya.9
Dari data laporan Pukesmas Simpang Kiri pada tahun 2018 data dari bulan Januari sampai
bulan Juli terdapat 467 (100%) ibu hamil dari trimester I, II, dan III dan terdapat 85 orang ibu hamil
yang mengalami anemia.
Hasil penelitian Hidayah 2015 Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe
Dengan Kejadian Anemia Di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, Hasil uji
statistik menggunakan chi-square di dapatkan nilai p value 0,035 < 0,05 yang berarti ada hubungan
kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Desa Pageraji
Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. 10,11
Penelitian terdahulu oleh Mariza dengan judul Hubungan Pendidikan Dan Sosial Ekonomi
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun
2016. Hasil penelitian didapatkan jumlah responden mengalami anemia yaitu sebanyak 16 orang
(53,3%), responden dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). responden dengan
tingkat sosial ekonomi rendah yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) Terdapat Hubungan Pendidikan
Dengan Anemia Ibu Hamil dengan P-Value 0,026 < 0,05.Terdapat Hubungan sosial ekonomi Dengan
Anemia Ibu Hamil dengan P-Value 0,011 < 0,05. 12
Analisa penelitian Anggraini dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018. Hasil uji statistik di
peroleh nilai pvalue 0,002 berarti jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dari hasil
analisis diketahui nilai odds ratio = 11,700 pada rentang 2,621-52,219, artinya ibu hamil dengan
kelompok paritas risiko tinggi mempunyai risiko 11,700 kali untuk mengalami anemia berat dan Ada
Hubungan yang Bermakna antara Faktor Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,022. 13
Berdasarkan survei awal yang dilakukan dengan wawancara terhadap ibu hamil di Puskesmas
Simpang Kiri Kota Subulusussalam pada bulan Juli 2018, diketahui 10 Ibu hamil trimester III terdapat
3 ibu hamil trimester III yang mengalami anemia berat, sedangkan 4 orang ibu hamil trimester III
mengalami anemia sedang dan 3 orang ibu hamil trimester III tidak mengalami anemia. Berdasarkan
latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang
berhubungan dengan anemia pada ibu hamil trimester III. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas
Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018.

METODE

Penelitian yang digunakan adalah survei analitik. Desain penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran pada saat
bersamaan. 14
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Simpang Kiri Jalan Syech Hamzah
Fansyuri Kecamatan Simpang kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh dan penelitian ini dilakukan pada
bulan April sampai dengan Oktober 2018.
Populasi yang diambil adalah seluruh ibu hamil Trimester III yang jumlahnya sebanyak 55
orang ibu hamil trimester III. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu seluruh populasi
dijadikan sampel. Sampel sebanyak 55 orang ibu hamil trimester III. Analisis data yang digunakan
yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis data secara univariat dilakukan untuk menggambarkan
karakteristik masing-masing variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan
untuk membuktikan ada tidak hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat
dengan menggunakan uji Chi-square.

HASIL
Tabel 1. menunjukkan dapat bahwa dari 55 responden, ibu patuh mengkonsumsi tablet Fe
sebanyak 32 orang (58,2%), dan tidak patuh sebanyak 23 orang (41,8%). Dari 55 responden, ibu
primigravida sebanyak 17 orang (40,0%), dan ibu multigravida sebanyak 30 orang (54.5%), dan ibu
grandemultigravida sebanyak 8 orang (14,5%). Dari 55 responden, ibu berpendidikan tinggi sebanyak
19 orang (34.5%), dan ibu berpendidikan menengah sebanyak 31 orang (56,4%), ibu berpendidikan
dasar sebanyak 5 orang (9,1%). Selanjutnya dari 55 responden, ibu tidak anemia sebanyak 28 orang
(50,9%), dan ibu anemia sebanyak 27 orang (49,1%).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe, Paritas, Pendidikan dan Anemia pada
Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018
Variabel Jumlah Persentase (%)
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Patuh 32 58,2
Tidak Patuh 23 42,8
Paritas
Primigravida 17 40,0
Multigravida 30 54,5
Grandemultigravida 8 14,5
Pendidikan
Tinggi 19 34,5
Menengah 31 56,4
Dasar 5 9,1
Anemia
Tidak Anemia 28 50,9
Anemia 27 49,1

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 55 responden, ibu patuh konsumsi tablet Fe dengan anemia
sebanyak 32 orang (58,2%), dengan tidak terjadi anemia sebanyak 21 orang (38,2%), anemia
sebanyak 11 orang (20,0%). Ibu patuh konsumsi tablet Fe dengan anemia sebanyak 23 orang (41,8%),
dengan tidak anemia sebanyak 7 orang (12,7%), dan anemia sebanyak 16 orang (29,1%). Hubungan
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Simpang
Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square
diperoleh nilai p= 0,021 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh Kepatuhan Konsumsi
Tablet Fe dengan Anemia pada ibu hamil trimester III.
Dari 55 responden (100%), ibu primigravida dengan anemia sebanyak 17 orang (30,9%), dengan
tidak terjadi anemia sebanyak 14 orang (25,5%), anemia sebanyak 3 orang (5,5%). Ibu multigravida
dengan anemia sebanyak 30 orang (54,5%), dengan tidak anemia sebanyak 12 orang (21,8%), dan
anemia sebanyak 18 orang (32,7%). Ibu grandemultigravida dengan anemia sebanyak 8 orang
(14,5%), dengan tidak anemia sebanyak 2 orang (3,6%), dan anemia sebanyak 6 orang (10,9%).
Hubungan paritas dengan Anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Simpang Kiri Kota
Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh
nilai p= 0,006 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh paritas dengan Anemia pada ibu
hamil trimester III.
Selanjutnya dari 55 responden (100%), ibu berpendidikan tinggi dengan anemia sebanyak 19
orang (34,5%), dengan tidak terjadi anemia sebanyak 14 orang (25,5%), anemia sebanyak 5 orang
(9,1%). Ibu pendidikan menengah dengan anemia sebanyak 31 orang (56,4%), dengan tidak anemia
sebanyak 13 orang (23,6%), dan anemia sebanyak 18 orang (32,7%). Ibu berpendidikan dasar dengan
anemia sebanyak 5 orang (9,1%), dengan tidak anemia sebanyak 1 orang (1,8%), dan anemia sebanyak
5 orang (7,3%). Hubungan pendidikan dengan Anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas
Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic
chi-square diperoleh nilai p= 0,032 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh pendidikan
dengan Anemia pada ibu hamil trimester III.

Tabel 2. Tabulasi Silang Antara Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe, Paritas dan Pendidikan dengan
Anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam
Provinsi Aceh Tahun 2018
Anemia Total
Asymp.
/ Tidak Anemia Anemia
Variabel Si

PEMBAHASAN
Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Anemia pada ibu
hamil trimester III
Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji
statistic chi-square diperoleh nilai p= 0,021 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Anemia pada ibu hamil trimester III.
Sejalan dengan penelitian Hidayah tahun 2015 tentang Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten
Banyumas, Hasil uji statistik menggunakan chi-square di dapatkan nilai p value 0.035 < 0,05 yang
berarti ada hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. 11
Begitu juga sejalan dengan penelitian Adilestari tahun 2017 tentang Hubungan Kepatuhan Ibu
Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta,
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan
kejadian anemia. Hal ini diperoleh dari hasil uji statistik bahwa nilai significancy p sebesar 0,004 yang
berarti Ha diterima dan H0 ditolak dan nilai koefisien kontingensi 0,339. 15
Selanjutnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septadara tahun 2017 tentang
Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester
III di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta, menunjukkan hasil bahwa uji statistik chi square nilai p
value = 0,001 dengan p value < 0,05. Maka ada hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan
kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Melati 1 Sleman Yogyakarta. 16
Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran
merupakan faktor pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengkonsumsi tablet besi secara baik.
Menurut Rahmawati dan Subagio, ada beberapa faktor yang mempunyai andil cukup besar dalam
mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, diantaranya adalah
pengetahuan, motivasi, pelayanan kesehatan, dan peran serta keluarga. Selain itu efek samping juga
berpengaruh besar terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Efek samping dari
tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare. Kepatuhan
yang tinggi dalam mengkonsumsi tablet besi juga karena motivasi untuk pencapaian kesehatan yang
lebih baik setelah mengkonsumsi tablet besi. 17
Menurut Kementrian Kesehatan 2015 Kebutuhan wanita hamil akan zat besi meningkat 200-
300%. Perkiaraan zat besi yang di timbun selama hamil ialah 1040 mg. jumlah sebanyak ini tidak
mungkin tercukupi hanya dari diet. Karena itu suplementasi besi perlu diberikan bahkan untuk wanita
hamil dengan gizi baik. Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet
zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. Prinsip esensial dari
penanganan anemia karena defesiensi besi adalah terapi sulih besi dari penanganan penyebab
mendasar seperti perdarahan gastrointestinal atau infeksi parasit.18
Menurut Dinicola dan Dimatteo cara meningkatkan kepatuhan diantaranya melalui perilaku
sehat dan pengontrolan perilaku dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan
emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor yang penting
dalam kepatuhan dalam program-program medis, dan dukungan dari profesional kesehatan. Tablet zat
besi sebagai suplementasi yang diberikan pada ibu hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap
hari.19
Menurut Asumsi peneliti lebih banyak responden yang patuh untuk mengkonsumsi tablet Fe
dan tidak terjadi anemia pada ibu hamil trimester III. Namun jika dilihat dari hasil ibu yang patuh
mengkonsumsi tablet Fe masih ada yang anemia sebanyak 11 orang (20,0%), hal ini dikarenakan
walaupun responden patuh mengkonsumsi tablet Fe namun jika gizi yang dikonsumsi setiap harinya
maka responden tetap akan anemia karena zat besi tidak cukup untuk kebutuhan responden selama
hamil sedangkan responden sudah patuh mengkonsumsi tablet Fe namun anemia kemungkinan jika
ibu mengkonsumsi tablet besi pada pagi atau siang hari penyerapan zat besi tidak maksimal hal ini
dipengaruhi oleh faktor makanan atau minuman yang dikonsumsi ibu sehingga mengganggu
penyerapan zat besi dalam tubuh, seperti misalnya ibu menkonsumsi kopi, teh dan susu dimana
kandunganya yang terdiri dari tannin, fitat, oksalat, kalsium akan mengikat besi sebelum diserap oleh
mukosa usus, sehingga akan mengurangi penyerapan zat besi dalam tubuh.
Selain itu menurut peneliti penyebab anemia pada ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi
tablet Fe disebabkan karena selama ibu hamilbanyak membutuhkan zat besi untuk pembentukan janin
pada trimester I, II dan II, namun ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe dan asupan gizi yang
kurang sehingga hal ini menyebabkan ibu menjadi anemia. Sedangkan ibu hamil yang patuh
mengkonsumsi tablet Fe namun mengalami anemia hal ini karena cara konsumsi ibu hamil yang salah
pada saat mengkonsumsi tablet besi, seperti masalah cara mengkonsumsi tablet Fe menggunakan air
teh dan susu dapat mengakibatkan anemia. Karena air teh dan susu mengandung polifenol tanning
yang dapat mengikat zat besi heme dan membentuk kompleks besi tanoat yang tidak larut, sehingga
zat besi tidak dapat diserap oleh tubuh. Dengan berkurangnya penyerapan zat besi dalam tubuh maka
jumlah feritin juga akan berkurang yang mengakibatkan terjadinya kurangnya kadar hemoglobin
dalam darah yang disebut dengan kejadian anemia. Selain itu ada juga responden yang tidak patuh
mengkonsumsi tablet Fe namun tidak anemia sebanyak 7 orang (12,7%), hal ini disebakan karena
walaupun responden tidak mengkonsumsi tablet Fe namun jika makanan yang dikonsumsi setiap
harinya memenuhui kebutuhan responden selama hamil makan tidak akan terjadi anemia walaupun ibu
tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe secara rutin setiap harinya. Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya anemia pada ibu hamil, sehingga jika ibu hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe,
namun memiliki status gizi yang baik, selalu mengkonsumsi makanan yang mengandung makanan
yang mengandung zat besi, masih dalam reproduksi yang sehat maka ibu dapat menjalani kehamilan
yang sehat tanpa mengalami kejadian anemia. Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi
tablet Fe selama kehamilan.

Hubungan Paritas dengan Anemia pada ibu hamil trimester III


Hubungan paritas dengan Anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Simpang Kiri
Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square
diperoleh nilai p= 0,006 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan paritas dengan Anemia
pada ibu hamil trimester III.
Sejalan dengan penelitian Anggraini tahun 2018 tentang Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang. Hasil uji
statistik di peroleh nilai pvalue 0.002. Berarti jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat
diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu
hamil. 13
Tidak sejalan dengan penelitian Damayanti tahun 2015 yang berjudul Hubungan Faktor Internal
Dan Eksternal Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas
Teladan Kecamatan Medan Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status
gizi (p=0,010) dan konsumsi suplementasi tablet besi (p=0,000) dengan kejadian anemia pada ibu
hamil. Sedangkan umur ibu (p=1,000), paritas (p=0,719), jarak kehamilan (p=0,485), pendidikan
(p=0,110), dan frekuensi antenatal (p=0,148) tidak memiliki hubungan dengan kejadian anemia pada
ibu hamil. 20
Selanjutnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati tahun 2018 tentang
Hubungan Jumlah Paritas dan Umur Kehamilan dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil, menunjukkan
hasil bahwa ada hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian anemia ibu hamil, dan ada hubungan
antara umur kehamilan dengan kejadian anemia ibu hamil dengan kuat hubungan rendah. 21
Menurut Prawiroharjo Anemia dipengaruhi oleh kehamilan dan persalinan yang sering, semakin
sering seorang wanita mengalami kehamilan dan persalinan akan semakin banyak kehilangan zat besi
dan semakin anemis. Semakin sering wanita mengalami kehamilan dan persalinan maka, semakin
berisiko mengalami anemia karena kehilangan zat besi yang diakibatkan kehamilan dan persalinan
sebelumnya. Selain itu, kehamilan berulang dalam waktu singkat menyebabkan cadangan zat besi ibu
yang belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandung bukan anak pertama, jarak
kelahiran yang pendek mengakibatkan fungsi alat reproduksi masih belum optimal. 22
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Manuaba, yang menyatakan bahwa ibu hamil
dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding
dengan paritas rendah. Adanya kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran, maka akan
semakin tinggi angka kejadian anemia. Resiko ibu mengalami anemia dalam kehamilan salah satu
penyebabnya adalah ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang
memperhatikan asupan nutrisi yang baik dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam masa
kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandung. Paritas adalah jumlah anak
yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun mati. Seorang ibu yang sering melahirkan
memiliki resiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nutrisi. Selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan janin yang dikandung. Paritas
kedua dan ketiga merupakan paritas yang paling aman sedangkan paritas pertama dan paritas tinggi
(lebih dari tiga) mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. 7
Menurut asumsi peneliti bahwa ibu multigravida dan grandemultigravida lebih banyak yang
mengalami anemia daripada ibu yang primigravida hal ini dikarenakan pada saat ibu hamil banyak
membutuhkan zat besi untuk pembentukan janin dalam kandungan, dan pada saat melahirkan ibu juga
banyak mengalami pengeluaran darah, setelah melahirkan ibu masih mengeluarkan darah dimasa post
partum bahkan ibu juga masih mengeluarkan darah sampai kurang lebih 40 hari. Disamping itu
pendarahan yang terjadi mengakibatkan penurunan haemoglobin ibu dan cadangan zat besi menurun
sehingga kehamilan berikutnya menjadi lebih berisiko untuk mengalami anemia lagi. Jika dilihat dari
hasil penelitian pada ibu primigravida ada yang anemia sebanyak 3 orang (5,5%), hal ini disebabkan
ibu yang tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe sehingga walaupun baru 1 kali hamil ibu tetap
mengalami anemia. Selain itu pada ibu Multigravida ada yang tidak mengalami anemia sebanyak 12
orang (21,8%), hal ini karena responden patuh mengkonsumsi tabet Fe setiap harinya selain itu juga
didukung tingkat pendidikan ibu yang ada tinggi, sehingga walaupun iu sudah 3 kali hamil namun
tidak mengalami anemia. Pada ibu Grademultigravida ada 2 orang (3,6%) yang tidak mengalami
anemia walaupun sudah >5 kali hamil hal ini juga disebabkan karena patuh mengonsumsi tablet Fe
setiap harinya dan tingkat pendidikan ibu ada yang tinggi dan menengah, sehingga walaupun >5 kali
ibu hamil namun tidak mengalami anemia.

Hubungan Pendidikan dengan Anemia pada ibu hamil trimester III


Hubungan pendidikan dengan Anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Simpang Kiri
Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square
diperoleh nilai p= 0,032 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan pendidikan dengan
Anemia pada ibu hamil trimester III.
Sejalan dengan Penelitian Mariza tahun 2016 tentang Hubungan Pendidikan Dan Sosial
Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung.
Hasil penelitian terdapat hubungan pendidikan dengan anemia ibu hamil dengan p-value 0,026 < 0,05
dan terdapat hubungan sosial ekonomi dengan anemia ibu hamil dengan P-Value 0,011 < 0,05. 12
Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati tahun 2018 tentang Pengaruh
Pendidikan terhadap Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Pemalang, menunjukkan hasil bahwa ada
pengaruh pendidikan terhadap anemia pada ibu hamil di Kabupaten Pemalang dengan p-value = 0,016
< (0,05). 23
Selanjutnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stepyani tahun 2016 tentang
Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Tuminting Kota
Manado, menunjukkan hasil bahwa karakteristik umur dengan anemia (p= 0,079), pendidikan dengan
anemia (p=0,012), pendapatan keluarga dengan anemia (p=0,002), paritas dengan anemia (p=0,178).
Tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap umur dengan anemia. Terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan dan anemia. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan
keluarga dengan anemia. Tidak terdapat hubungan antara paritas dengan anemia. 24
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan dari
individu dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi atau mendorong kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. Didalam pendidikan terdapat proses pengembangan pengetahuan, wawasan, kompetensi,
serta mempengaruhinya juga terbentuknya pola pikir seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi kesadaran untuk berperilaku hidup sehat. Pendidikan akan membentuk pola pikir yang
baik dimana ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi sehingga dapat terbentuk pengetahuan
yang memadai. 25
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Pendidikan
yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dalam
perilaku dan gaya hidup sehari- hari, khususnya dalam hal kesehatan, sedangkan rendahnya
pendidikan
eret kaitannya dengan tingkat pengertian tentang zat bezi (Fe) serta kesadarannya terhadap konsumsi
tablet (Fe) untuk ibu hamil. Keadaan defisiensi besi ibu hamil sangat ditentukan oleh banyak faktor
antara lain tingkat pendidikan ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah akan
mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentenga zat besi (Fe) menjadi terbatas dan
berdampak pada terjadinya defisiensi besi. 26
Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo, rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada
rendahnya pengetahuan. Pengetahuan merupakan suatu penerimaan seseorang sebelum mengadopsi
perilaku (berprilaku baru), dan ingin mengetahui apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya
atau keluarganya. Tingkat pendidikan ibu hamil berhubungan dengan tingkat pengetahuannya.
Rendahnya pendidikan ibu mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tantang zat
besi (Fe) menjadi terbatas. 27,28
Menurut asumsi peneliti bahwa pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menerima informasi tentang anemia pada masa kehamilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan (lama
sekolah) seseorang, semakin mudah menerima hidup sehat secara mandir, kreaktif dan
berkesinambungan. Oleh karena itu tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dengan anemia pada ibu
hamil trimester III. Makin tinggi pendidikan makin tinggi pula kesadaran ibu untuk mendapatkan gizi
yang baik sehingga tidak menimbulkan anemia pada kehamilan. Ibu hamil yang mengalami anemia
dengan pendidikan rendah prevalensinya lebih besar daripada ibu yang berpendidikan tinggi.
Pendidikan erat dengan kemampuan menerima informasi yang berkaitan dengan kesehatan terutama
pada ibu hamil anemia, seperti pengetahuan anemia, pemilihan makanan tinggi zat besi dan asupan zat
besi.
Anemia cenderung terjadi pada yang berpendidikan rendah, karena berbagai sebab, salah
satunya kurang mempunyai akses informasi tentang anemia dan penanggulangannya, kurang
memahami akibat anemia, kurang dapat memilih bahan makanan bergizi khususnya yang mengandung
zat besi tinggi, serta kurang dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Sebaliknya
pendidikan tinggi dan menengah, mempunyai pengetahuan dan akses informasi yang cukup tentang
berbagai hal termasuk terhadap masalah-masalah kesehatan utamanya masalah anemia pada kehamilan
dan cara penanggulangannya. Namun jika dilihat dari hasil ibu berpendidikan tinggi ibu hamil masih
mengalami anemia sebanyak 5 orang (9,1%), hal ini karena ibu tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe,
dan mungkin karena efek samping dari konsumsi tablet Fe sehingga ibu tidak mau mengkonsumsi
tablet Fe. Sedangkan untuk pendidikan menengah masih ada ibu yang anemia hal ini terjadi karena
kurangnya pemahaman ibu tentang informasi yang sudah diberikan oleh tenaga kesehatan tentang cara
mencegah anemia selama kehamilan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe, paritas dan pendidikan dengan Anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh Tahun 2018.
Disarankan kepada Puskesmas Simpang Kiri untuk memberikan penyuluhan tentang cara
mengkonsumsi tablet Fe yang benar dan membuat poster-poster bahaya anemia pada ibu hamil serta
upaya pencegahan anemia pada ibu hamil.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti ucapkan terimah kasih kepada Kepala Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam
yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Puskesmas
Simpang Kiri Kota Subulussalam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho T d. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta Nuha Med. 2014.

1. Tarwoto W. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan. Jakarta Trans
Info Media. 2007;

2. Wulandari SE. Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care


Kunjungan Pertama (K1) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tanggerang
Selatan. 2016;

3. Utara DKPS. Profil kesehatan provinsi sumatera utara tahun 2012. Medan: Dinkes Sumatera
Utara. 2015;

4. Sachs JD. From millennium development goals to sustainable development goals. Lancet.
2012;379(9832):2206–11.

5. Mandariska CP, Sarwinanti S. Hubungan Kepatuhan Meminum Tablet Fe Terhadap Kejadian


Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Kalikajar I Wonosobo. STIKES’Aisyiyah
Yogyakarta; 2014.

6. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan
bidan. In EGC; 1998.

7. Elida S. Analisis Determinan Kematian Bayi di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016. 2016.

2. Susiloningtyas I. Pemberian zat besi (Fe) dalam kehamilan. Maj Ilm Sultan Agung.
2018;50(128):73–99.

3. Ermawaty F. Asuhan Kebidanan Pada Ny. T Masa Hamil Sampai Dengan Pelayanan Keluarga
Berencana Di Klinik Bersalin Helen Tarigan Simpang Selayang Tahun 2017. 2018.

4. Hidayah W, Anasari T. Hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet fe dengan


kejadian anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Bidan Prada J
Publ Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto. 2012;3(2).

5. Mariza A. Hubungan Pendidikan dan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015. J Kesehat Holistik. 2016;10(1):5–8.

6. Basaria YV. Perancangan Strategi Minat Baca Anak dalam Upaya Meningkatkan Tingkat
Pengguna Layanan Anak pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara. 2018.

7. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan


Metode Ilmiah Hal 92-98. Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2016.

8. Adilestari W. Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Di
Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta. Naskah Publ Univ Aisyiah Yogyakarya. 2017.

9. Septadara UL. Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Trimester III Di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta. Publ Has Penelit. 2017.

10. Fitarina F. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Kotabumi II Lampung Utara. J Kesehat Metro Sai Wawai. 2017;7(1):19–25.

11. Yusnaini. Pengaruh Konsumsi Jambu Biji (Psidium Guajava. L) terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin pada
Ibu Hamil Anemia yang Mendapat Suplementasi Tablet Fe (Studi Kasus Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Propinsi Aceh). Program Pascasarjana Undip; 2014.

12. Anggreni E. Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Terhadap Tingkat Kejadian Anemia
Di Puskesmas Pekan Heran Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2008. Kepatuhan Ibu Hamil Dalam
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Terhadap Tingkat Kejadian Anemia Di Puskesmas Pekan Heran Kabupaten
Indragiri Hulu Tahun 2008. 2008.

13. Damayanti D. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III
di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota. 2017.

14. Hidayati I, Andyarini EN. Hubungan Jumlah Paritas dan Umur Kehamilan dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil.
J Heal Sci Prev. 2018;2(April):42–7.

15. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan. 2009.

16. Kurniati A. Pengaruh Pendidikan terhadap Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Pemalang. Stikes Hang Tuah
Surabaya. 2018.

17. Stepyani L, Malonda NSH, Kapantow NH. Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia
di Puskesmas Tuminting Kota Manado. Fak Kesehat Masy Univ Sam Ratulangi. 2016.

18. Yamin M. Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara. Ar-Ruzz
Media; 2009.

19. Sari EK, Juaria H. Paritas dan Kelainan Letak Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini. Kebidanan. 2018;3(1).

20. Notoadmodjo. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2016

21. Thamrin H, Budu B, Nontji W, Sharief SA. Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) Increases Hemoglobin Levels
in Young Women. Window of Health: Jurnal Kesehatan. 2018 Jul 25:197- 203.
Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Risk Factors Related to Anemia in Pregnant Women
/

Program Studi Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru

ABSTRAK

Angka prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia berdasarkan SKRT tahun 2007 adalah sebesar 40,1 %.
Menurut data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru angka anemia yang tertinggi terdapat pada Puskesmas
Tenayan Raya yaitu 54% pada tahun 2011. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi,
prevalensi anemia yang termasuk tinggi terdapat di Wilayah Puskesmas Tenayan Raya yaitu sebesar 54%. Tujuan Penelitian
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tenayan Raya
Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru tahun 2012. Desain penelitian ini adalah studi penampang analitik (analytic cross
sectional study). Populasi adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Tenayan Raya tahun 2012 sebesar 771 ibu
hamil, dengan sampel 212 orang ibu hamil. Cara pengambilan data yaitu dengan wawancara. Analisis data dilakukan dengan
regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil yaitu: Paritas (CI95%:OR=1,66-6,16), Kecukupan konsumsi zat besi (CI95%:OR=1,59-5,80), Status KEK
(CI95%:OR=1,44-2,50), Pendidikan ibu (CI95%:OR=1,24-4,50). Variabel yang tidak berhubungan adalah umur ibu, pendapatan
keluarga, pekerjaan dan pengetahuan. Berdasarkan analisis multivariate variable independen yang memiliki hubungan sebab
akibat dengan kejadian anemia pada ibu hamil adalah paritas (jumlah anak), kecukupan konsumsi zat besi, status KEK, dan
pendidikan ibu. Variabel yang tidak berhubungan signifikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil adalah umur ibu,
pendapatan keluarga, pekerjaan dan pengetahuan. Di sarankan pada ibu hamil agar dapat membatasi jumlah anak jangan
lebih dari 3orang merencanakan kehamilan dengan baik, mengkonsumsi tablet zat besi sebanyak 30 butir/bulan selama 3
bulan berturut-turut dan menjaga kebutuhan nutrisi selama hamil. Untuk peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian
lebih lanjut pada responden, tempat dan waktu yang berbeda dan sebaiknya dengan menggunakan data kontiniu.

Kata Kunci: Kejadian anemia pada ibu hamil, Puskesmas Tenayan Raya

ABSTRACT

The prevalence of anemia in pregancy in Indonesia is 40.1 % by National Family Health Survey 2001. Data from
Health Office Pekanbaru City showed prevalence of anemia in pregnancy in Tenayan Raya Public Health Center is 54 %. This
cross sectional study was designed to identify risk factors with anemia in pregnancy in Tenayan Raya Public Health Center. Two
hundreds and twelve pregnant women were included in this study . Data obtained usinh questionnaire and analyzed using
regression logistic test. This study showed Parity (CI95%: OR = 1.66 to 6.16), adequacy of iron intake (CI95%: OR = 1.59 to
5.80), Status KEK (CI95%: OR = 1.44 to 2.50), maternal education (CI95%: OR = 1.24 to 4.50) were significantly associated with
incidence of anemia in pregnancy. Unrelated variables are maternal age, family income, employment and knowledge.
multivariate analysis showed the parity (number of children), the adequacy of iron intake, KEK status, and maternal education
have a causal relationship with the incidence of anemia. Variables that are not associated significantly with the incidence of
anemia in pregnant women is the mother's age, family income, occupation and knowledge. Suggest for pregnant women to
plan their pregnancy, consume iron tablets as many as 30 eggs / month for 3 consecutive months and maintain the nutritional
needs during pregnancy. For further research needs to study with different respondents, a different place and time by using
continuous data.

Key words: Anemia of Pregnancy, Puskesmas Tenayan Raya

PENDAHULUAN
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia Anemia dalam kehamilan yang paling sering
adalah karena perdarahan, infeksi dan eklampsi, dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan
sedangkan penyebab tidak langsung diantaranya adalah kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena
karena anemia. Anemia hamil disebut Potential Danger gangguan absorbsi, gangguan penggunaan atau
To Mother and Children (potensial membahayakan ibu perdarahan. Frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia
dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian cukup tinggi berkisar 10% dan 20% (Prawirohardjo,
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan 2009).
kesehatan pada lini terdepan. Angka anemia kehamilan Risiko kematian ibu karena anemia yang
di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi disebabkan perdarahan masih cukup tinggi yang
(Manuaba, 1998).
1
diperkirakan pada Tahun 2003-2010 mencapai 40 %.
/

Alamat Korespodensi: Octa Dwienda Ristica, Jl. Kuantan V gg Pinang 1 no 7 RT/RW 001/003 kelurahan tanjung rhu Kec. Lima Puluh, Hp: 0852 7881 8884,
email: aan_doank85@yahoo.com
Anemia dalam kehamilan patut diwaspadai karena analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis
menjadi penyebab terjadinya morbiditas dan mortalitas multivariat dengan multiple logistic regression.
ibu dan anak (Pandi, 2004). Menurut Word Health
Organization (WHO) dari jumlah penduduk dunia
diantaranya 52 dari 100 ibu hamil dinyatakan anemia
(WHO, 2000) sedangkan prevalensi anemia pada wanita
hamil di indonesia adalah 70 %, 7 dari 10 wanita hamil HASIL
menderita anemia (Khomsan, 2003).
Besarnya masalah anemia ibu hamil ditunjukkan
tingginya prevalensi dan sangat bervariasi dari tahun ke
Analisis Univariat
tahun. Berdasarkan SKRT tahun 2001, prevalensi anemia Diantara 8 variabel bahwa tidak ada variabel
pada ibu hamil sebesar 40,1%. Sementara survey DKI yang homogen (salah satu kategorinya mempunyai nilai
Jakarta tahun 2004 menunjukkan angka prevalensi < 15%). Variabel berisiko (salah satu kategorinya
anemia pada ibu hamil 43,5%. Di samping itu secara > 50%) adalah tingkat pendidikan, pengetahuan ibu
epidemiologis, prevalensi anemia yang lebih besar atau hamil, kecukupan zat besi, paritas (jumlah anak), status
sama dengan 40% merupakan masalah besar karena KEK, umur ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga.
akibat yang ditimbulkannya. Pemerintah telah berusaha
melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan Analisis Bivariat
tablet tambah darah (tablet fe) pada ibu hamil yang Tabel 2 menunjukkan bahwa semua variabel
dibagikan pada waktu mereka memeriksakan independen memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kehamilannya, akan tetapi prevalensi anemia pada kejadian anemia pada ibu hamil yaitu tingkat pendidikan,
kehamilan masih juga tinggi. Salah satu program pokok pengetahuan ibu hamil, kecukupan zat besi, paritas
yang akan dicapai pemerintah dalan visi Indonesia sehat (jumlah anak), status KEK, umur ibu, pekerjaan ibu,
2011 adalah prevalensi anemia pada ibu hamil turun pendapatan keluarga. Didapatkan hasil bahwa ibu hamil
menjadi 20% . Menurut data yang di dapat dari Dinas dengan pendidikan yang rendah lebih berisiko 3,3 kali
Kesehatan Kota Pekanbaru angka anemia yang tertinggi menderita anemia dibanding ibu hamil dengan
terdapat pada Puskesmas Tenayan Raya yaitu 54% pada pendidikan yang tinggi (CI 95% : OR = 1,84 - 5,79), ibu
tahun 2011. hamil dengan pengetahuan yang tidak baik lebih berisiko
2 kali menderita anemia dibanding ibu hamil dengan
pengetahuan baik (CI 95% : OR = 1,12
- 3,44), ibu hamil dengan konsumsi zat besi <30
METODE butir/bulan lebih beresiko 3,3 kali menderita anemia
dibanding ibu hamil dengan konsumsi zat besi ≥30
Jenis desain penelitian yang digunakan adalah butir/bulan (CI 95% : OR =1,85 -5,80), ibu hamil dengan
studi penampang analitik (analytic cross sectional study), paritas >3 orang lebih berisiko 5 kali menderita anemia
dimana pengukuran variable dependent dan variable dibanding ibu hamil dengan paritas
independent dilakukan secara bersamaan.Populasi dalam ≤3 orang (CI 95% : OR = 2,56 - 8,49), ibu hamil dengan
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja status gizi KEK lebih berisiko 4,5 kali menderita anemia
Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru tahun 2012 yaitu dibanding ibu hamil dengan status gizi tidak KEK (CI
sebesar 771 orang ibu hamil. Sampel dalam penelitian ini 95% : OR = 2,45 - 8,19), umur ibu saat hamil <20 tahun
adalah sebagian dari populasi ibu hamil yang berada di dan >35 tahun lebih berisiko 2 kali menderita anemia
Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru dibanding ibu hamil yang berusia 20-35 tahun saat hamil
tahun 2012, dengan metode perhitungan ukuran sampel: (CI 95% : OR = 1,16 - 3,58), ibu hamil yang tidak
α 5%, β 10%, Pa>Po, didapatkan sampel minimal dalam bekerja lebih berisiko 2,3 kali menderita anemia
penelitian ini adalah 212 orang ibu hamil. dibanding ibu hamil yang bekerja (CI 95% = 1,31 -
Prosedur pengambilan sampel dilakukan 3,96), ibu hamil dengan pendapatan keluarga rendah
menggunakan prosedur Sistematic random sampling lebih berisiko 4 kali menderita anemia dibanding ibu
dimana criteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan pendapatan tinggi (CI 95% : OR = 2,06 -
hamil yang telah diperiksa kadar Hb nya.. Sumber data 6,63).
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer adalah data yang langsung didapatkan dari Pemodelan Multivariat
responden, yang dikumpulkan dengan tekhnik
wawancara terstruktur. Pada Tabel 2 terlihat pemodelan multivariat
akhir dimana semua variable menghasilkan P value ≤
Pengolahan data dilakukan dalam tahap-tahap
0,05 maka terdapat 4 (empat) variabel yang berhubungan
editing, coding, processing, cleaning dan tabulating. bermakna dengan kejadian anemia pada ibu hamil yaitu
Analisis data dilakukan yaitu analisis univariat, pendidikan, zat besi, paritas dan status KEK. Terdapat 4
variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil yaitu ; variabel umur ibu, pendapatan,
keluarga, pekerjaan dan pengetahuan.
Tabel 1

Hasil Analisis Bivariat

/Keadaan Anemia Pada OR/

Ibu Hamil

Variabel Anemia Tidak Total (PVaue) (CI 95%)


anemia
N % N % N (%)
Pendidikan Ibu Hamil
Rendah 87 68,5 40 31,5 127(100)
Tinggi 34 40,0 51 60,0 85(100)
Total 121 57,1 91 42,9 212(100)
Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang anemia
Tidak Baik 83 63,4 48 36,6 131 (100)
Baik 38 46,9 43 53,1 81(100)
Total 121 57,1 91 42,9 212 (100)
Kecukupan konsumsi
Zat besi
Berisiko (<30btr/bln) 86 68,8 39 31,2 125 (100) 3,276
Tdk berisiko (≥30btr/bln) 35 40,2 52 59,8 87(100) 0,001 (1,850-5,803)
Total 121 57,1 91 42,9 212(100)
Jumlah anak (paritas)
Berisiko (>3org) 95 70,4 40 29,6 135(100) 0,001 4,659
Tdk berisiko(≤3org) 26 33,8 51 66,2 77 (100) (2,558-8,485)
Total 121 57,1 91 42,9 212(100)
Status KEK ibu hamil
96 69,6 42 30, 138(100) 4,480
KEK
4

Tidak KEK 25 33,8 49 66,2 74(100) 0,001 (2,451-8,187)


Total 121 57,1 91 42,9 212(100)
Umur ibu saat hamil
Berisiko : < 20 th, >35 th 84 63,6 48 36,4 132(100) 0,019 2,034
Tidak berisiko : 20-35 th 37 46,3 43 53,8 80(100) (1,156-3,577)
Total 121 57,1 91 42,9 212(100)
Pekerjaan ibu
Tidak Bekerja 75 66,4 38 33,6 113(100) 0,005 2,274
Bekerja 46 46,5 53 53,5 99 (100) (1,305-3,962)
Total 121 57,1 91 42,9 212(100)
Pendapatan keluarga
Rendah 91 68,9 41 31,1 132(100) 3,699
Tinggi 30 37,5 50 62,5 80(100) 0,001 (2,063-6,632)
Total 121 57,1 91 42,9 212(100)

Tabel 2
pencapaian tujuan khusus dan pembuktian hipotesis.
Validitas eksternal pada penelitian ini tidak ada, validitas
Pemodelan Multivariat Terakhir
internal terdiri dari random error penelitian ini dengan
/
sampel besar yang berjumlah 212 dan
Variabel P value OR 95% CI. For EXP (B)

Lower Upper
Pendidikan 0,00 0,00 2,36 3,195 1,238
Zat Besi 9 1 2
Paritas 1,587
0,00 3,03
1 5 1,657
4,507 6,15 syst r apat bias seleksi dapat
9 ema dim
5,803 tic ana dihindari karena pengumpulan data dilaksanakan di
erro terd Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru.
Status KEK 0,002 2,814 1,441 2,495 Dalam penelitian ini tidak terdapat variabel
confounding. Reliabilitas data dalam penelitian ini
tidak dapat ditentukan karena pengumpulan data hanya
PEMBAHASAN dilakukan satu kali.
Variabel Independen yang
Kualitas dan Akurasi Data
Berhubungan Sebab Akibat
Kualitas data ditentukan oleh relevansi data,
validasi data, ketepatan waktu datangnya data dan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
kelengkapan, sedangkan akurasi data mencakup relevansi Hamil
data, validitas dan reliabilitas data(Lapau, 2010). Pada tabel 3 dapat terlihat bahwa hubungan
Relevansi data terjamin karena adanya kesesuaian antara sebab akibat yang dominan antara variabel independen
data yang dikumpulkan dengan dengan kejadian anemia pada ibu hamil berturut-turut
yaitu paritas (jumlah anak), kecukupan konsumsi zat besi, pendidikan dan status KEK ibu.

Tabel 3

/Matriks Hubungan Sebab Akibat Variabel Independen dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2012

Kriteria Variabel Independent


Paritas Zat besi Pendidikan Status KEK

/Hubungan Temporal + + + +/-

Plausibility + + + +

Konsistensi +++ ++ ++ ++

Kekuatan Asosiasi (OR atau RR) 3,195 3,035 2,362 2,814


Dose response relationship _ _ _ _

Jenis desain Penelitian - - - -

Implikasi Hasil menderita anemia dibanding ibu hamil yang


mengkonsumsi tablet besi >30 tablet/bulan.
Penelitian Paritas
Paritas menunjukkan hubungan sebab akibat Pendidikan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil . Paritas > 3 Pendidikan menunjukkan hubungan sebab
orang menyebabkan anemia kehamilan 3,2 kali akibat dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
dibandingkan dengan paritas 1-3 orang (CI 95% : OR
= 1,66 – 6,16). Hasil penelitian ini ditunjang oleh teori
Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi, karena selama
hamil zat-zat gizi akan berbagi untuk ibu dan janin yang
dikandungnya. Semakin sering seorang wanita
melahirkan maka semakin besar risiko kehilangan darah
dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali
wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang
diperkirakan sebesar 250mg (wikjosastro, 2005). Hal
yang sama ditemukan oleh Rohas (2010) yaitu bahwa ibu
hamil dengan paritas tinggi berisiko 33,0 kali untuk
anemia.
Kecukupan Konsumsi Zat Besi
Konsumsi zat besi selama hamil menunjukkan
hubungan sebab akibat dengan kejadian anemia pada ibu
hamil. Konsumsi zat besi <30 butir/bulan menyebabkan
anemia pada ibu hamil 3 kali dibandingkan ibu hamil
dengan konsumsi zat besi ≥ 30 butir/bulan (CI 95% : OR
= 1,59-5,80).Ditemukannya teori yang mendukung,
Menurut teori Wiknjosastro,dkk (2005) keperluan akan
zat besi pada kehamilan akan bertambah terutama pada
trimester akhir, pada proses pematangan sel darah merah
zat besi diambil dari transferin plasma yaitu cadangan
besi dalam serum. Apabila cadangan plasma tidak cukup
maka akan mudah terjadi anemia. Hal yang sama
ditemukan oleh Buana (2004), ibu hamil yang
mendapatkan / mengkonsumsi tablet besi <30
tablet/bulan mempunyai peluang 2,286 kali untuk
Pendidikan rendah dapat menyebabkan terjadinya
anemia pada ibu hamil 2,4 kali dibandingkan dengan
pendidikan tinggi (CI 95% : OR = 1,24-4,50). Anemia
banyak terjadi pada kelompok penduduk dengan
tingkat pendidikan yang rendah. Kelompok ini
umumnya kurang memahami akibat dari anemia,
kurang mempunyai akses informasi anemia dan
penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan
makanan bergizi yang mengandung zat besi lebih
tinggi, sehingga pada penduduk yang tingkat
pendidikannya lebih rendah cenderung terkena anemia
dari pada yang berpendidikan tinggi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Buana (2004)
bahwa ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan
yang rendah mempunyai peluang 3,523 kali untuk
menderita anemia dibandingkan ibu yang berpendidikan
tinggi.
Status KEK

Status KEK menunjukkan hubungan sebab


akibat dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Status
KEK dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu
hamil 2,8 kali dibandingkan dengan ibu hamil tidak
KEK (CI 95% : OR = 1,44-2,50). Menurut Hardinsyah
(2000) menyebutkan bahwa 41% (2,0juta) ibu hamil
menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi
pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas
dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio-sosial dari ibu
hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas,
dan sebagainya yang bisa berujung pada anemia.
Penlitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Buana (2004) bahwa ibu hamil yang mempunyai
ukuran lila yang berisiko KEK mempunyai peluang
4,455 kali menderita anemia dibandingkan dengan ibu
hamil yang tidak mempunyai resiko.

KESIMPULAN
Variabel yang berhubungan sebab akibat
dengan kejadian anemia pada ibu hamil yaitu: Paritas
konsumsi zat besi, status gizi KEK dan Pendidikan
sedangkan variabel yang tidak berhubungan signifikan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil yaitu Variabel umur ibu, pendapatan keluarga, pekerjaan dan
Pengetahuan ibu.

SARAN
Kepada ibu hamil yang memiliki factor resiko terhadap kejadian anemia sebaiknya pihak
Puskesmas memberikan KIE kepada ibu hamil mengenai nutrisi yang baik selama hamil dan pola
makanan sehat selama hamil. Kampanye dan promosi tentang anemia kepada masyarakat luas.
Peningkatan pelayanan dan asuhan obstetric (ANC) selama kehamilan untuk dapat mendeteksi secara
dini ibu-ibu yang menderita anemia.Selalu meningktkan kewaspadaan terhadap ibu hamil dengan
paritas tinggi dengan mengikutsertakan para suami menjadi suami SIAGA.Perlu adanya upaya
perbaikan gizi yang berbasis masyarakat dengan focus Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).Perlu
adanya koordinasi dengan pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan mengenai PMT (Pemberian
Makanan Tambahan) dan makanan sehat buat ibu hamil yang menderita KEK selama 3 bulan
berturut-turut terutama pada keluarga miskin.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada Pembimbing I yaitu Prof. Dr. dr. Buchari Lapau, MPH
dan Pembimbing II yaitu Asniati, A.Kep, M.Kes yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pendapat
untuk memberikan bimbingan serta bantuan kepada peneliti, Kepala Puskesmas Tenayan Raya yang
telah memberikan izin penelitian, dan seluruh Staff Prodi Magister IKM yang telah membantu secara
moril.
DAFTAR PUSTAKA
Buana, A. (2004), status anemia gizi ibu hamil dan hubungannya dengan beberapa factor di
kecamatan abung Surakarta kabupaten lampung utara tahun 2004, program studi ilmu
kesehatan masyarakat program pasca sarjana universitas Indonesia tahun 2004.
Hardinsyah, N. M. (2008). Pengetahuan, Sikap dan praktek gizi serta tingkat konsumsi ibu hamil
di kelurahan kramat jati dan kelurahan ragunan provinsi DKI Jakarta.
Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lapau B, (2010a). Metodologi Penelitian Kesehatan.


Jakarta
Lapau B, (2010b). Panduan karya ilmiah magister. Program Pascasarjana Kesehatan
Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru.
Manuaba, IBG. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Rohas, S.A. (2010), faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Melur kecamatan Sukajadi pekanbaru tahun 2010, skripsi SI Stikes Hang Tuah
Pekanbaru.
Winkjosastro .(2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP SP
/HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA
TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016

Nia Nurzia,

STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan Korespondensi


penulis : nia.nurzia@stikesprima-jambi.ac.id

ABSTRAK

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di
Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini
mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah
melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu
hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia
masih tinggi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik untuk mengetahui Hubungan Status Ekonomi, Pendidikan,
dan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan Anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang
Kota Jambi tahun 2016 dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 - 29
Agustus. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Simple Random Samping dengan jumlah sampel 50
responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 50 responden terhadap pencegahan anemia sebanyak

15 responden (30%) yang baik, sebanyak 35 responden (70%) kurang baik, dan status ekonomi terhadap
pencegahan anemia selama kehamilan sebanyak 30 responden (60%) berpenghasilan rendah dan 20 responden
(40%) berpenghasilan tinggi, pendidikan terhadap pencegahan anemia sebanyak 32 responden (64%) yang
berpendidikan rendah dan 18 responden (36%) berpendidikan tinggi, dukungan keluarga positif sebanyak 17
responden (34%) dan negative sebanyak 33 responden (66 %).

Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi dapat
meningkatkan pelayanan antenatal, memberikan informasi pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku dalam program pelayanan KIA, meningkatkan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
kepada ibu hamil. Serta pentingnya kebutuhan nutrisi selama kehamilan sehingga dapat menurunkan angka
kejadian anemia selama kehamilan.

Kata Kunci : Status Ekonomi, Pendidikan, Dukungan Keluarga, Pencegahan Anemia

ABSTRACT

Based on the results of Health Research (Riskesdas) in 2013, the prevalence of anemia in pregnant women in
Indonesia amounted to 37.1%. Giving tablet Fe in Indonesia in 2012 amounted to 85%. This percentage has
increased compared to the year 2011, which amounted to 83.3%. Although the government has been doing
relief programs anemia in pregnant women is to give Fe 90 tablets to pregnant women during pregnancy with the
aim of reducing the number of maternal anemia, but anemia is still high.

This study uses research methods to determine Relationship Status Analytical Economics, Education, and Family
Support the Prevention of anemia in pregnant women in Puskesmas Tanjung Pinang city of Jambi in 2016 with
Cross Sectional approach. Research on 25-29 Agustus.Sampel in this study were taken with the technique
Simple Random Side with a sample size of 50 respondents.

Shows that of 50 respondents to the prevention of anemia sebanyak15 respondents ( 30 % ) were good, as
many as 35 respondents ( 70 % ) are less good , and the economic status of the prevention of anemia during
pregnancy as much as 30 respondents ( 60 %), low income and 20 respondents (40%) of high-income, education
on the prevention of anemia by 32 respondents (64%) with low education and 18 respondents (36%) of highly
educated, positive family support as many as 17 respondents (34%) and negative sebanyak 33 respondents
(66%)

The conclusion of this study are expected PHC Tanjung Pinang Jambi city can improve antenatal care,
providing information to pregnant women to enhance the knowledge, skills, and behavior in the KIA service
program, increase KIE (Communication, Information, Education) to pregnant women. As well as anemia
importance of nutritional needs during pregnancy in order to reduce the incidence during pregnancy .

Keywords : Anemia Prevention, Economic Status, Education, Support family


/PENDAHULUAN
Salah satu penyebab kematian pada ibu Berdasarkan data yang diperoleh dari
hamil adalah anemia dalam kehamilan. Dinas Kesehatan Kota Jambi diseluruh
Anemia pada kehamilan merupakan masalah Puskesmas Kota Jambi Tahun 2014 dari 857
nasional karena mencerminkan nilai ibu hamil yang datang memeriksa
kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan kehamilannya, ibu yang mengalami
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas anemia sebanyak 168 ibu hamil dan pada
sumber daya manusia. Anemia kehamilan Tahun 2015 dari 929 ibu hamil yang datang
disebut “potential danger to mother and child” memeriksakan kehamilannya
(potensi membahayakan ibu dan anak), karena di Puskesmas, ibu yang mengalami
itulah anemia memerlukan perhatian serius anemia sebanyak 924 ibu hamil.
dari semua pihak yang terkait dalam Hipotesis dalam penelitian ini adalah,
pelayanan kesehatan. Menurut WHO, ada hubungan status ekonomi terhadap
kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 pencegahan anemia di Wilayah kerja
dan 89% dengan menetapkan Hb 11 g% Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
sebagai dasarnya (Manuaba, 2010). Tahun 2016, ada hubungan pendidikan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar terhadap pencegahan anemia di Wilayah
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota
pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Jambi Tahun 2016, dan ada hubungan
Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun dukungan keluarga terhadap pencegahan
2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami anemia di Wilayah kerja Puskesmas
peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016.
yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah Mengetahui hubungan status ekonomi,
sudah melakukan program pendidikan, dan dukungan keluarga
penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil
dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu di wilayah kerja puskesmas tanjung pinang
hamil selama periode kehamilan dengan kota jambi tahun 2016.
tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil,
tetapi kejadian anemia masih tinggi. METODE PENELITIAN
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Penelitian ini menggunakan metode
Anemia pada umumnya terjadi penelitian Analitik untuk mengetahui
di seluruh dunia, terutama Hubungan Status Ekonomi, Pendidikan, dan
di negara berkembang Dukungan Keluarga Terhadap
(developing countries) dan pada kelompok Pencegahan Anemia pada ibu hamil di Wilayah
sosio-ekonomirendah. Anemia Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota
terjadi pada wanita usia Jambi tahun 2016 dengan
reproduksi, terutama wanita hamil dan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini telah
menyusui karena banyak yang mengalami dilaksanakan pada taggal 25 -29 Agustus
defisiensi zat besi. Secara keseluruhan 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah
anemia terjadi pada 45% wanita di negara semua ibu hamil yang
berkembang dan 13% di negara maju, berjumlah 141 datang berkunjung dan
seperti di Amerika, 12% Wanita Usia memeriksakan kehamilannya pada bulan
Subur (WUS) (15 – 49 tahun) dan 11% Januari – Juni 2016 diwilayah kerja
wanita hamil mengalami anemia.(Fatmah, Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi.
2012). Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan teknik Simple Random Samping
dengan jumlah sampel 50 responden.
Penelitian ini menggunakan analisis
univariat dan bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016

Tabel 1. Hubungan status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja
puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun 2016
/
Status Ekonomi Pencegahan Anemia Jumlah
/

Negatif Positif P-value


N % N % N %
Tinggi 8 16 12 24 20 40
Rendah 27 54 3 6 30 60 0,00
Total 35 70 15 30 50 100

/Berdasarkan tabel hasil analisis hubungan dari dua sehingga belum lagi
antara status ekonomi terhadap pencegahan
anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun
2016 bahwa dari 20 responden status ekonomi
tinggi, terdapat 8 (16%) ibu hamil yang tidak
melakukan pencegahan anemia dan sebanyak
12 (24%) ibu hamil yang melakukan
pencegahan anemia. Sebanyak 30 responden
status ekonomi rendah, terdapat
27 (54%) ibu hamil yang tidak melakukan
pencegahan Anemia dan sebanyak 3 (6%) ibu
yang melakukan pencegahan anemia.
Hasil statistik diperoleh nilai p-value 0,00
< (0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi pencegahan anemia
dengan status ekonomi ibu yang rendah (ada
hubungan yang signifikan antara
status ekonomi ibu dengan pencegahan anemia
pada ibu hamil pada ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi
tahun 2016) dengan demikian bahwa adanya
hubungan antara status
ekonomi terhadap pencegahan anemia pada
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang berdasarkantersebut
memang ekonomi masyarakatnya adalah
menengah kebawah sehingga dengan
penghasilan yang rendah tidak akan
terpenuhinya kebutuhan yang mendasar (
pangan yang berkualitas) dalam kehidupan
sehari – hari, apalagi dengan warga
tersebut dengan rata – rata memiliki anak lebih
terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga
sehingga berdampak terhadap anemia dimana
dikerenakan kurangnya daya beli atau
kemampuan keuangan untuk memperoleh
sesuai dengan kebutuhan yang terstandar
memiliki gizi untuk kebutuhan otak dan
kecerdasan anak nantinya begitu juga apalagi
ibu yang masih hamil harus lebih diutamakan
karena pentingnya pembentukan
dan perkembangan janin
yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian ini tentunya
hasil uji chi – square adalah p- value 0,00
(p< 0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakana antara variable
status ekonomi ibu hamil terhadap
pencegahan anemia.
Berdasarkan table dapat dilihat bahwa
sebagian responden memiliki status ekonomi
yang rendahnya yaitu sebesar 30 (60%), hal ini
bearti responden tidak dapat dengan mudah
melakukan akses terhadap makanan yang
bergizi dan terhadap pelayanan status gizi
seseorang menjadi lebih tidak terpenuhi. Hal
ini dikarenakan kemungkinan pemanfaatan
uang yang beredar dalam keluarga tidak
merata.
Nurhayati (2005) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa mungkin sebagian
besar uang yang dimiliki dimanfaatkan
untuk pengeluaran non – pangan sehingga
walaupun memiliki status ekonomi yang
tinggi ibu hamil belum tentu dapat
mengkonsumsi makanan
bergizi.
Hubungan pendidikan terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016

Tabel 2. Hubungan pendidikan terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016
/
Pendidikan Pencegahan Anemia Jumlah
////
Negatif Positif P-value

/
/l
hubungan antara pendidikan terhadap panjang yakni dalam pemenuhan
pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah kebutuhan atau memilih makanan yang
kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi bergizi tentunya tidak terlepas dari tingkat
tahun 2016 bahwa dari 18 responden ketahu terhadap sesuatu yang akan
pendidikan tinggi, terdapat 8 (16%) ibu hamil dikonsumsi, apakah memiliki gizi yang
yang memiliki pendidikan tinggi kurang tinggi dan sesuatu makanan yang
melakukan pencegahan anemia dan sebanyak dikonsumsi memberikan konstribusi
10 (20%) ibu hamil yang berpendidikan tinggi terhadap pencegahan anemia pada si ibu
melakukan pencegahan anemia. Sebanyak 30 akan tetapi seseorang yang berpendidikan
responden pendidikan rendah, terdapat 27 rendah tidak berarti mutlak
(54%) ibu hamil yang memiliki pendidikan berpengetahuan rendah pula.
rendah kurang melakukan pencegahan anemia Pendidikan telah dibicarakan
dan sebanyak 5 (10%) ibu hamil yang didepan konsumsi tablet zat besi dapat
berpendidikan rendah melakukan pencegahan menimbulkan efek samping yang
anemia. mengganggu sehingga orang cenderung
Hasil statistik diperoleh nilai p-value menolak tablet yang diberikan. Agar
0,003 < (0,05) maka dapat disimpulkan ada mengerti, para wanita hamil harus
perbedaan proporsi pencegahan anemia diberikan pendidikan yang tepat misalnya
dengan pendidikan ibu yang rendah (ada tentang bahaya yang mungkin terjadi
hubungan yang signifikan antara pendidikan akibat anemia, dan harus pula diyakinkan
ibu dengan pencegahan anemia pada ibu bahwa salah satu penyebab anemia adalah
hamil pada ibu hamil di wilayah kerja defesiensi zat besi.
puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun Penelitian yang dilakukan Nur hayati
2016). (2005) di kecamatan seyegan, sleman,
Berdasarkan data yang telah yogyakarta yaitu adanya hubungan antara kedua
dianalisis terlihat bahwa responden memiliki variabel, dalam penelitiannya tersebut
pendidikan yang rendah dengan demikian diungkapkan bahwa keadaan ini mungkin
dengan rendahnya pendidikan seseorang disebabkan oleh tinggi rendahnya informasi
akan berpengaruh mengenai kesehatan yang diterima oleh ibu
pengetahuan dan tingkat pengalaman dalam hamil, dimana seseorang yang memiliki tingkat
dalam kehidupan sehari – hari seperti pendidikan rendah belum tentu memiliki
dengan pendidikan yang rendah tentunya pengetahuan atau informasi yang kurang
akan lebih lambat untuk mengenai kesehatan.
Hubungan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016

Tabel 3. Hubungan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016
/
Dukungan Keluarga Pencegahan Anemia Jumlah
/

Negatif Positif P-value


N % N % N %
Negatif 27 54 6 12 33 66
Positif 8 16 9 18 17 34 0,011
Total 35 70 15 30 50 100
/

/Berdasarkan table hasil analisis hubungan lain dan ia juga merupakan anggota dalam
antara dukungan keluarga terhadap suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan
pencegahan anemia pada ibu hamil di bersama.
Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Disini peran suami salah satunya
Kota Jambi tahun 2016 bahwa dari 33 memberikan support keluarga. Suami
responden dukungan keluarga negatif, terdapat dapat memberikan dukungan dengan
27 (54%) ibu hamil yang memiliki dukungan mengerti dan memahami setiap
keluarga negatif kurang melakukan perubahan yang terjadi pada istrinya,
pencegahan anemia dan sebanyak 6 (20%) ibu memberikan perhatian dengan penuh
hamil yang memiliki dukungan keluarga kasih sayang dan berusaha untuk
positif melakukan pencegahan anemia. meringankan beban kerja istri. Jadi tidak ada
Sebanyak 17 responden dukungan keluarga salahnya bila suami mengingatkan jika ibu
positif, terdapat 8 (16%) ibu hamil yang datang ke petugas kesehatan suami/keluarga
memiliki dukungan keluarga positif kurang selalu mengingatkan untuk
melakukan pencegahan anemia dan sebanyak 9 selalu membawa buku KIA
(18%) ibu hamil yang dukungan keluarga mengingat suami berperan penting
negatif melakukan pencegahan anemia. sebagai kepala keluarga.
Hasil statistik diperoleh nilai p-value 0,011 Seperti yang kita ketahui dukungan sosial
(0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan merupakan ketersediaan sumber daya yang
proporsi pencegahan anemia dengan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
hubungan keluarga ibu yang yang didapat melalui pengetahuan bahwa
rendah (ada hubungan yang signifikan individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan,
antara hubungan keluarga ibu dengan dan dihargai oleh pasangannya dan ia juga
pencegahan anemia pada ibu hamil pada ibu merupakan anggota dalam suatu kelompok
hamil di wilayah kerja puskesmas tanjung yang berdasarkan kepentingan bersama. Jadi
pinang kota jambi tahun 2016) bila suami atau keluarga selalu mengingatkan
Dukungan keluarga merupakan ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet Fe
ketersediaan sumber daya yang memberikan karena itu sangat bermanfaat buat ibu dan
kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat janinnya selama kehamilan maka ibu tersebut
melalui pengetahuan bahwa individu tersebut merasa dicintaidan diperhatikan oleh anggota
dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang keluarganya (Indriyani, 2014).
/SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Ilmu Kebidanan,
penelitian tentang hubungan status ekonomi, Penyakit kandungan dan
pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap KB. Bukukedokteran EGC
pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja : Jakarta
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016 Notoatmodjo,
maka dapat di tarik beberapa kesimpulan bahwa 2010.Metodologi
status ekonomi responden p-value 0,00 < (ɑ=0,05) Penelitian
Ada hubungan yang bermakna antara status ekonomi Kesehatan.
terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil, PT
Pendidikan responden p- value 0,003 < (ɑ=0,05) RinekaCipta,
Ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan Jakarta:
terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Proverawati atikah danas fuah
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota siti,
Jambi Tahun 2016 dan dukungan keluarga 2009.Gizi Untuk
responden p- value 0.011< (ɑ=0,05) Ada Kebidanan.Nuha
hubungan yang bermakna antara dukungan Medika
Keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu Yogyakarta
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Proverawati Atikah,2011.
Pinang Kota Jambi Tahun 2016. Anemia dan
Anemia
DAFTAR PUSTAKA Kehamilan.
NuhaMedika :
Adriani Merryana, Wirjatma di Bambang. Yogyakarta Rukiyahyeyeh Ai,
Pengantar Gizi Masyarakat yuliantilia . 2010.
:Kencana Prenada Group : 2013 Asuhan
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur
Kehidupan :Buku Ajar IlmuGizi. Kebidanan IV
EGC : Jakarta (patologi
Dinkes Kota Jambi.2014 – 2015 .Cakupan
Jumlah Ibu Hamil Yang Mengalami Anemia kebidanan : CV.
2014. Jambi Esy, 2014 Trans Info Media
Fatmah, 2012.Gizi dan kesehatan Masyarakat.PT : Jakarta
Raja Grafindo Persada : Royston
Jakarta Erica ,Pencegah
Manuaba Chandranita Ayu, dkk. 2013. an Wanita
Hamil:Organisas
iKesehatan
Dunia : Jakarta
Robson Elizabeth S,
Waugh Jason.
Patologi Pada

Kehamilan
:BukuKedokteran
EGC
: 2013
Tarwoto dan wasnidar,
2013.Anemia
Pada Ibu
Hamil. Trans
Info Media :
Jakarta
Waryana, Gizi Reproduksi
:Pustaka
Rihama, sewon
Bantul, Yogyakarta
Wawan,AdanDewi, M.
2010. Teori dan
Pengukuran
Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Manusia
.Nuha Medika. Jakarta
http://library.stikesnh.a...bida-263-1-
25134654-1.pdf
di akses pada tanggal 15 juni 2015
pukul 21.00 wib, Sitti Abidah,
Sunarti Dode ,
Eddyman W. ferial.

/Indonesian
Nursing
Scientific
Journal

Volume 09, Nomer 04, 2019


Artikel Penelitian
/

DOI: 10.33221/jiiki.v9i04.398

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Status


Anemia
Filius Chandra1, Dini Junita2, Tina Yuli Fatmawati3
1,2,3
Program Studi Ilmu Gizi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi, Indonesia
Program Studi DIII Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi, Indonesia
Email: filiuschandra1314@gmail.com1, dinijunita.dj.dj@gmail.com2,
tinayulifatmawati@gmail.com3

Abstrak Abstract

Pendahuluan: Kehamilan adalah salah satu masa Introduction: Pregnancy is the most important
yang terpenting untuk pertumbuhan janin. Kebu- for fetal growth. The need for iron also increases
tuhan akan zat gizi juga meningkat sejalan with increasing gestational age. Inadequate
dengan pertambahan umur kehamilan. Asupan nutritional intake in pregnant women can cause
gizi yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat anemia. Mo- thers with malnutrition can increase
menyebab- kan anemia. Ibu hamil dengan the risk of miscarriage and perinatal death. High
kekurangan asupan gizi dapat meningkatkan education is expected to increase knowledge.
terjadinya resiko keguguran bahkan kematian Nutritional knowledge can help someone learn
perinatal. Penge- tahuan gizi yang cukup dapat how to store, process and use quality food
membantu seseorang belajar bagaimana ingredients for con- sumption.
menyimpan, men- golah serta menggunakan
Objective: The purpose of this study was to
bahan makanan yang berkualitas untuk
deter- mine the relationship of education and
dikonsumsi
knowledge on the status of anemia in pregnant
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk women at the PuskesmasSimpang Kawat Kota
mengetahui hubungan pendidikan dan penge- Jambi.
tahuan dengan status anemia ibu hamil di Pusk-
Method: This research is a correlative descriptive
esmas Simpang Kawat Kota Jambi.
study with a cross-sectional approach. Sampling
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian techniquesused in the sample is a total of 41 res-
deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sec- pondents, the data analysis used was Univariate
tional. Sampel dengan menggunakan teknik total and Bivariate analysis with Chi Square.
samplingberjumlah 41 responden, Analisa data
Results: The results found a significant rela-
yang digunakan adalah analisa Univariat dan Bi-
tionship between education and knowledge of
variat dengan uji statistic Chi Square.
res- pondents with anemia status of pregnant
Hasil: Hasil uji statistis diketahui ada hubungan women with 0,000 (p <0.005).
yang bermakna antara pendidikan dan Penge-
Conclusion: The importance of health education
tahuan responden dengan status anemia ibu
carried out about anemia during pregnancy so
hamil dengan nilai 0.000 (p<0.005).
that complications do not occur after
Kesimpulan: Pentingnya dilaksanakan edukasi pregnancy.of the study conducted.
kesehatan tentang anemia selama kehamilan se-
hingga tidak terjadi komplikasi pasca kehamilan.

Kata Kunci: pendidikan, pengetahuan, status


Keywords: education, knowledge, anemia
anemia, ibu hamil
sta- tus, pregnant women
Pendahuluan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah prasekolah. Seorang ibu berperan penting da- lam
upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pe- pertumbuhan bayi dan perkembangan anak.
layanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu ber- Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu
salin, ibu menyusui, bayi,dan balita serta anak yang sedang hamil dapat mempengaruhi

Submited:26/10/19 Accepted:
10/12/19 Review: 04/11/19

Published:30/12/19

653
kesehatan janin dalam kandungannya hingga wanita di negara berkembang dan 13% di negara
kelahiran dan masa pertumbuhan anaknya.1 maju (developed countries). Di Amerika, terdapat
Dimasa kehamilan ibu harus memper- 12% wanita usia subur (WUS) 15-49 Tahun, dan
siapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut 11% wanita hamil usia subur mengalami anemia.5
kelahiran bayinya. Ibu yang sehat akan me- Minggu-minggu pertama kehamilan ada- lah
lahirkan bayi yang sehat pula. Salah satu faktor masa ketika organ tubuh yang penting ter- bentuk.
yang mempengaruhi terhadap kesehatan ibu Kekurangan gizi pada minggu-minggu ini dapat
adalah keadaan gizi ibu. Kebutuhan gizi ibu dan menimbulkan kelainan pada bayi atau bahkan
janin untuk pertumbuhan dan perkembangan pada kelahiran premature.Ketika seorang wanita
masa kehamilan harus memenuhi kebu- tuhan gizi dinyatakan hamil, perubuhan fisiologis tubuh turut
karena gizi janin bergantung pada gizi ibu.2 berubah, sehingga kebutuhan gizi juga akan
Gangguan dalam kehamilan dapat terjadi berubah3.Pertumbuhan dan perkem- bangan janin
apabila masukkan gizi pada ibu hamil tidak sesuai sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu karena
dengan kebutuhan, baik gangguan ter- hadap ibu kebutuhan gizi janin berasal dari ibu. Status gizi
maupun janin yang dikandungnya. Status gizi ibu ibu sebelum hamil dan selama hamil
sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi mempengaruhi status gizi ibu dan bayi.
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Ibu Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat
hamil akan melahirkan bayi yang sehat, cukup dipengaruhi oleh asupan gizi ibu karena kebu-
bulan dengan berat badan normal apabila status tuhan gizi janin berasal dari ibu.6
gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu
kehamilan. Dengan kata lain bayi yang akan sangat dipengaruhi keadaan gizi ibu sebe- lum
dilahirkan sangat tergan- tung pada keadaan gizi dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko
ibu sebelum dan selama hamil.3 mengalami kekurangan energi kronik (KEK)
Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) kurang
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, dari 23,5 cm. ibu hamil dengan KEK berisiko
termasuk risiko keguguran, lahir mati, melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
prematuritas dan berat bayi lahir rendah.World BBLR akan membawa risiko kematian,
Health Organization (WHO) mendefinisikan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anemia sebagai tingkat hemoglobin (Hb) <11 g/dl anak. KEK juga bisa menjadi penyebab tidak
pada kehamilan dan 10 g/dl postpartum. Saat ini, langsung kematian ibu, ka- rena KEK pada
tidak ada rekomendasi WHO mengenai wanita hamil bisa menjadi sa- lah satu penyebab
penggunaan titik potong hemoglobin yang ber- terjadinya anemia dalam kehamilan. Anemia
beda untuk anemia pada trimester II, namun pada kehamilan bisa me- nyebabkan perdarahan
diketahui bahwa selama trimester II kehamilan, yang nantinya bisa mengakibatkan kematian
konsentrasi hemoglobin berkurang sekitar 0,5 g/dl baik pada ibu mau- pun pada janin/ bayi yang
Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan dilahirkan.2
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, Data yang diperoleh menyebutkan jumlah
termasuk risiko keguguran, lahir mati, perempuan yang meninggal karena komplikasi
prematuritas dan berat bayi lahir rendah.4 selama kehamilan dan persalinan mengalami
Anemia pada umumnya terjadi di seluruh penurunan sebesar 45% dari perkiraan 523 000
dunia, terutama di negara berkembang (devel- pada Tahun 1990dan 289
oping countries) dan pada kelompok sosio- 000 pada Tahun 2013. Peningkatan kesehatan
ekonomi rendah. Pada kelompok dewasa, ane- mia sangatlah penting, tetapi setiap tahunting-
terjadi pada wanita usia reproduksi, teru- tama katpenurunannya masihkurang dari yang harap-
wanita hamil dan wanita menyusui karena mereka kan untuk mencapai tujuan pembangunan Mile-
yang banyak mengalami defisiensi Fe. Secara nium Development Goal’s (MDG’s).Target
keseluruhan, anemia terjadi pada 45% penurunanangka kematian ibu sebesar 75 % an-
tara Tahun 1990 dan 2015. Asupan gizi yang
tidak mencukupi pada ibu hamil ini juga dapat pengetahuan gizi yang cukup dapat membantu
menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). seseorang belajar bagaimana menyimpan, men-
Risiko terjadinya KEK dapat dialami oleh Wanita golah serta menggunakan bahan makanan yang
Usia Subur (WUS). World Health Or- ganization berkualitas untuk dikonsumsi menurut kebu-
(WHO) memperkirakan prevalensi Berat Bayi tuhannya.
Lahir Rendah (BBLR) sebesar 15% sampai 20% Pengetahuan mengenai anemia pada saat
diseluruh dunia dan 96% kejadian BBLR terjadi di kehamilan sangatlah penting bagi ibu-ibu yang
Negara berkembang termasuk Indonesia.7 sedang hamil, karena pengetahuan dapat
Berdasarkan Survei Demografi dan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka da- lam
Kesehatan Indonesia, angka kematian ibu (AKI) menjaga pola konsumsi makanan sehari- hari
melonjak drastis 359 per 100.000 ke- lahiran sehingga dapat mencegah terjadinya ane- mia pada
hidup. Beberapa penyebab langsung ke- matian saat kehamilan. Sedangkan status gizi pada saat
ibu di Indonesia masih didominasi oleh kehamilan juga perlu diperhatikan, kebutuhan
perdarahan (42%), eklampsia (13%), dan in- feksi akan zat besi juga meningkat sejalan dengan
(10%). Anemia dan kekurangan energi kronik pertambahan umur kehamilan.Tujuan pda
pada ibu hamil menjadi penyebab utama penelitian ini untuk mengetahui hubungan
terjadinya perdarahan dan infeksi. Tujuh dari pendidikan dan pengetahuan terhadap status
sepuluh wanita hamil di Indonesia mengalami anemia ibu hamil di Puskesmas Simpang Kawat
anemia. Berdasarkan data Dinkes Kota Jambi Kota Jambi.
Tahun 2018 didapatkan jumlah ibu hamil dengan
anemia di 20 Puskesmas di Kota Jambi Tahun
2016 S/D 2017meningkat setiap tahun. Salah
satunya di Puskesmas Simpang Kawat terdapat Metode
jumlah kasus ibu hamil dengan amenia pada Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
tahun 2016 sebanyak 12 orang dan pada tahun korelatif dengan pendekatan cross sectional.
2017 meningkat sebanyak (30,3%) 191 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
Beberapa penelitian yang dilakukan di negara Hamil trimester I dan II di Pusk- esmas Simpang
berkembang bahwa separuh dari penyebab awat Kota Jambi.Sampel diam- bil dengan
terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) menggunakan teknik total sampling- berjumlah 41
adalah status gizi ibu, termasuk tinggi badan ibu, responden yang diperoleh dari bu- lan April s/d
berat badan ibu sebelum kehamilan dan Juni 2019. Sumber data yang digunakan data
penambahan berat badan selama kehami- lannya.9 primer yang diperoleh dari re- sponden dan data
Berdasarkan studi pendahuluan yang dil- sekunder diperoleh dari Pusk- esmas yang berisi
akukan pada bulan Januari 2019, pada 10 re- identitas responden, nilai HB dalam bentuk lembar
spondendidapatkan data bahwa sebanyak 4 orang observasi, Buku KIA dan Catatan Rekam Medis.
berpendidikan SMP dan 6 orang berpen- didikan Adapun instrument yang dipergunakan untuk
SMA dan PT, dari 7 responden mem- iliki mengumpulkan data lembar kuesioner. Analisis
pengetahuan yang kurang mengenai ane- mia data dalam penelitian ini dilakukan dengan
dalam kehamilan, sebagian besar tidak me- menggunakan analisis univariat yaitu dengan
mahami penyebab terjadinya anemia dan dam- menyeder- hanakan /memudahkan untuk
pak dari anemia pada kehamilan. 4 orang dian- menginterpretasi data kedalam bentuk penyajian
taranya menderita anemia . secara tekstuler, tabuler dari distribusi variabel
Ibu hamil dengan pengetahuan gizi baik di- penelitian yang diteliti dan dianalisis bivariat
harapkan dapat memilih asupan makanan yang untuk mengetahui hubungan pendidikan dan
bernilai gizi baik dan seimbang bagi dirinya pengetahuan ter- hadapstatus anemia ibu hamil di
sendiri beserta janin dan keluarga, dengan Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi analisa
dengan uji statistic Chi Square.

Hasil
Analisis univariat
Gambaran Usia Responden Gambaran status anemia Ibu Hamil di Puskesmas
Jumlah ibu hamil berdasarkan usia di Simpang Kawat Kota Jambi Tahun 2019 dapat
Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi Tahun dilihat pada tabel dibawah ini:
2019 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Status Anemia Ibu Hamil
Tabel 1. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Kat- (n= 41)
egori usia(n= 41) No Status anemia n %
No Usia n %
/

1 Tidak anemia 27 62,8%


1 17 – 25 tahun 18 43,9 2 Anemia 14 32,6%
2 26 – 35 tahun 19 46,3 Total 41 100%
/3 36 – 45 tahun 4 9,8 Berdasarkan Tabel 4 mayoritas status ane-
mia ibu hamil terbanyak tidak anemia 27 re-
Total 41 100 sponden (68,2%)
Berdasarkan Tabel 1 Umur terbanyak berada di-
usia 26 - 35 (46,3%)

Gambaran Tingkat Pendidikan Responden


Jumlah ibu hamil berdasarkan tingkat Analisis Bivariat
pendidikan di Puskesmas Simpang Kawat Kota Berikut analisis Hubungan Pendidikan Ter-
Jambi Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 2 hadap Status Anemia Ibu Hamil di Puskesmas
berikut ini: Simpang Kawat Kota Jambi, dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan tingkat
pendidikan (n= 41) Tabel 5. Hubungan pendidikan Terhadap Sta-
tus Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Simpang
Kawat Kota Jambi Tahun 2019.
No Tingkat n %
/

Pen- Status anemia Jumlah

Pendidikan didi- Tidak ane- anemia


kan mia
/1 SD 0 0%

/n % n % n %

Tinggi 25 80,6 6 29,4 31 100


Rendah 2 20,0 8 80,0 10 100
Jumlah 27 65,9 14 34,1 41 100
p-value 0.00
Berdasarkan Tabel 2 diatas mayoritas 1 Baik 29 70,7
tingkat pendidikan responden tinggi SMA
2 Kurang baik 12 29,3
sebanyak 28 orang (68,3%).
/Total 41 100
Gambaran Pengetahuan ibu Terhadap Status
Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Simpang Kawat Berdasarkan Tabel 3 mayoritas penge- tahuan
Kota Jambi Tahun 2019dapat dilihat pada tabel responden baik 29 (70,7%).
dibawah ini:

Tabel 3. DistribusiPengetahuan ibu Terhadap


Status Anemia Ibu Hamil (n= 41)
No Pengetahuan n %
/
Hasil diatas menunjukkan bahwa dari 10
responden yang memiliki pendidikan rendah 2
(20,0%) responden memiliki status tidak ane-
mia dan 8 (80,0%) responden memiliki status
anemia. Adapun dari 31 responden yang mem-
iliki pendidikan tinggi 25 (80,6%) responden
memiliki status tidak anemia dan 6 (29,4%) re-
sponden memiliki status anemia. Analisis Chi
Square menunjukkan nilai p-value =
0,00<0,05 artinya ada hubungan Pendidikan
dengan Status Anemia Ibu Hamil.
Berikut analisis Hubungan Pengetahuan
Terhadap Status Anemia Ibu Hamil di Pusk-
esmas Simpang Kawat Kota Jambi, dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Terhadap Sta- pendidikan maka seseorang akan lebih mudah
tus Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Simpang menerima informasi gizi.10
Kawat Kota Jambi Tahun 2019. Menurut Walyani, tingkat pendidikan ibu
sangat mempengaruhi bagaimana seseorang un-
/ Status anemia Jumlah tuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi
Pengeta
huan Tidak ane- anemia dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan
mia tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.
n % n % n %
mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima
Baik 25 86, 4 13,8 2 100 suatu pengetahuan, semakin tinggi
2 9
Kurang 2 16,7 10 83,3 1
baik 2
Jumlah 27 65, 14 34,1 4
9 1
p-value 0,00

Hasil diatas menunjukkan bahwa dari 12


responden yang memiliki pengetahuan kurang
baik 2 (16,7%) responden memiliki status tidak
anemia dan 10 (83,3%) responden memiliki sta-
tus anemia. Dari 29 responden yang memiliki
pengetahuan baik 25 (86,2%) responden mem-
iliki status tidak anemia dan 4 (13,8%) re-
sponden memiliki status anemia
Analisis Chi Square menunjukkan nilai p-
value = 0,000<0,05 artinya adahubungan
Pengetahuan Terhadap StatusAnemia Ibu Hamil di
Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi.

Pembahasan
Hasil penelitian diperoleh ada hubungan
Pendidikan dan Pengetahuan Terhadap Status
Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Simpang Ka-
wat Kota Jambi. Pada penelitian ini sebagian besar
ibu hamil yang memiliki pendidikan ren- dah
mengalami status anemia selama kehami- lan.
Demikian juga halnya dengan pengetahuan, pada
responden yang berpengetahuan kurang baik
sebagian besar memiliki status anemia masa
kehamilan.
Tingkat pendidikan juga mempunyai
hubungan dengan tingkat kesehatan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin mudah
menerima konsep hidup sehat secara mandiri,
kreatif dan berkesinambungan. Tingkat Pen-
didikan juga sangat mempengaruhi kemampuan
dalam menerima informasi gizi, menentukan atau
Oleh karena itu orang yang berpendidikan
akan lebih mudah menerima gagasan baru.
Demikian halnya dengan ibu yang
berpendidikan tinggi akan memeriksakan
kehamilannya secara tera- tur demi
menjaga keadaan kesehatan dirinya dan
anak dalam kandungannya.11
Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan
diperlukan sebagai dukungan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun
sikap dan perilaku setiap hari, se- hingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung
tindakan seseorang. Pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan. Ibu
hamil yang mengetahui dan memahami
aki- bat anemia serta cara mencegah
anemia akan mempunyai perilaku dan
tindakan yang positif sehingga dapat
terhindar dari dampak dan risiko anemia
pada masa kehamilan. menyatakan bahwa
pengetahuan yang baik akan akan
mempengaruhi perilaku kesehatan sehingga
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.12
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Purbadewi hasil yang diperoleh
bahwa ada hubungan antara tingkat penge-
tahuan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil dengan nilai p= 0,000. Sama halnya
dengan penelitian Anna Mariza, hasil yang
diperoleh terdapat hubungan pendidikan
dengan anemia ibu hamil dengan P-Value
0,026. Namun penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Diana
Sukmaningtyashasil yang diperoleh bahwa
tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kejadian anemia pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Gatak.13,14,15 Pengetahuan yang dimiliki
seorang ibu akan mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan dan juga
berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan
pengetahuan gizi yang baik kemung- kinan
akan memberikan gizi yang cukup bagi
bayinya, ia akan berupaya untuk memenuhi Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
kebutuhan gizinya dan juga calon bayinya. oleh peneliti maka didapatkan hasil dimana ter-
Pengetahuan yang baik tentang gizi dapat suatu hubungan yang signifikan antara
seseorang membuat orang tersebut akan se- makin pendidikan dan tingkat pesengetahun re- sponden
memperhatikan jumlah dan jenis ma- kanan yang yaitu ibu hamil yang mengalami ane- mia dengan
dipilihnya untuk dikonsumsi. Ibu hamil yang status anemia pada responden ter- sebut,
memiliki pengetahuan gizi kurang akan
berperilaku memilih makanan yang menarik panca
indra dan tidak memilih menu berdasarkan nilai
gizi makanan tersebut. Se- baliknya mereka yang
memiliki pengetahuan baik cenderung lebih
Daftar Pustaka
banyak menggunakan ra- sional dan pengetahuan 1. Anna Mariza. Hubungan Pendidikan Dan Sosial
tentang nilai gizi ma- kanan tersebut sehingga Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
asupan gizi akan meningkat. Hamil Di BPS T Yohan Way Halim Bandar
Lampung Tahun 2015, Jurnal Kesehatan Holis-
Hal ini sesuai dengan pendapat No-
tik Vol 10, No 1. Diakses Juni 2019.
toatmodjo bahwa informasi menjadi salah satu
2. Diana Sukmaningtyas. Hubungan Antara Ting-
faktor eksternal untuk memperoleh penge- tahuan
kat Pengetahuan Dan Status Gizi Ibu Hamil
seseorang. Pengetahuan individu sangat
Dengan Kejadian Anemia Di Puskesmas Gatak
mempengaruhi perilaku sehatnya setiap hari. Ibu Kabupaten Sukoharjo, Program Studi
hamil yang tidak mendapatkan pengetahuan yang Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
cukup tentang kehamilan seringkali men- galami Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015.
masalah selama kehamilan. Penge- tahuan ibu Diakses Juni 2019.
hamil juga mempengaruhi per- ilakunya dalam 3. Dinkes Propinsi Jambi, Profil Kesehatan Pro-
menjaga kehamilan. Ibu yang sedang mengalami pinsi Jambi; 2016.
kehamilan yang pertama bi- asanya sangat 4. Fatmah. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Ja-
menjaga kehamilannya dengan cara rajin karta: Departemen Gizi FKM UI; 2012.
mengkonsumsi asupan-asupan gizi untuk 5. Hariyani, S. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan
kehamilannya.12 Anak. Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu,
Semua wanita hamil memiliki resiko un- Yogyakarta; 2012.
tuk terkena anemia. Remaja putri lebih beresiko 6. Kemenkes Ri, 2017. Riset Kesehatan Dasar, Di-
menderita anemia daripada remaja putra setiap akases Juni 2019
bulannya mengalami menstruasi, sering kali 7. Kemenkes Ri. Profil Kesehatan Indonesia Ta-
menjaga penampilan, ingin mendapatkan tubuh hun 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
ideal sehingga berdiet dan mengurangi makan.16 8. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan Dan
Hal tersebut disebabkan mereka membutuhkan zat Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
besi dan asam folat lebih ban- yak daripada 2012
biasanya. Oleh karena itu dis- arankan kepada ibu 9. Purbadewi, L Dan Ulvie, Y.N.S. 2013.Hub-
hamil agar sering mencari informasi tentang ungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia
nutrisi ibu hamil baik dari media cetak maupun Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.
elektronik, diharapkan dengan memiliki Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Sema-
pendidikan dan pengetahuan yang baik seorang rang, Volume 2, Nomor 1. Diakses Juni 2019
individu akan berusaha men- erapkan pengetahuan 10. South Australian Perinatal Practice Guidelines.
Anaemia In Pregnancy; 2016.
tersebut ke dalam praktek kehidupannya, seperti
11. Suhartono.S. Wawasan Pendidikan: Sebuah
pemenuhan gizi seim- bang selama kehamilan.
Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz-
media; 2008.
12. Sulistyoningsih, H. Gizi Untuk Kesehatan Ibu
Dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.
Kesimpulan 13. Walyani Elisabeth, Siwi. Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta; 2015.
14. Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta:
Pustaka Rihama; 2010.
15. World Health Organization, 2014,
Maternal Mortality, Diakses Juni 2019
16. Muhayati, Anis, and Diah Ratnawati. "Hub- ungan Antara Status Gizi dan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Pu- tri." Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indone- sia 9.01 2019: 563-570.
JURNAL KESEHATAN HOLISTIK

Vol 10, No 1, Januari 2016 : 5-8

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL DI BPS T YOHAN WAY HALIM BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Ana Mariza1

ABSTRAK

Angka anemia dalam kehamilan menujukan nilai cukup tinggi, yaitu angka kematian kehamilan 3,8% pada trimester I,
13,6% trimester II, 24,8 pada trimester III, Sekitar 70%. Dampak anemia yaitu bahaya selama kehamilan yaitu dapat terjadi abortus,
persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb
<6 gr%) hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum dll. Penyebab anemia tersering adalah megaloblastik yang dapat
disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah
hemoglobinopati, proses implamasi toksositas zat kimia, dan keganasan (Prawirohardjo 2009). Tujuan umum diketahui Hubungan
pendidikan dan sosial ekonomi dengankejadian anemia pada ibu hamil di BPS Hertati T Yohan Way Halim Bandar Lampung tahun
2015.
Jenis penelitan penelitian ini adalah analitik dengan cross sectional Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
berkunjung di BPS Hertati T Yohan pada bulan januari – Maret 2015 yaitu sebanyak 102 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil yang berkunjung di BPS Hertati T Yohan saat penelitian berlangsung yaitu sebanyak 30 orang. Tehnik pengambilan
sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan acidental sampling. Analisa data dilakukan menggunakan unuvariat, bivariat dan
multivariat.
Hasil penelitian didapatkan jumlah responden mengalami anemia yaitu sebanyak 16 orang (53,3%), responden dengan
pendidikan rendah yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). responden dengan tingkat sosial ekonomi rendah yaitu sebanyak 19 orang
(63,3%) Terdapat Hubungan Pendidikan Dengan Anemia Ibu Hamil dengan P-Value 0,026 < 0,05.Terdapat Hubungan sosial
ekonomi Dengan Anemia Ibu Hamil dengan P-Value 0,011 < 0,05. Perlu lebih ditingkatkannya pemberian dukungan terhadap
peningkatan gizi ibu hamil melalui penyuluhan. Ibu hamil diharapkan untuk lebih aktif dalam usaha pencegahan anemia saat kehamilan
dengan cara selalu rutin selalu rutin melakukan ANC.

Kata kunci : Pendidikan, Sosial ekonomi, Anemia ibu hamil

PENDAHULUAN dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua
berlangsung lama (Manuaba,2010)
Angka Kematian Ibu Merupakan salah satu
Anemia pada umumnya terjadi diseluruh dunia,
indikator keberhasilan layanan kesehatan disuatu negara.
terutama di negara berkembang (developing countries) dan
Angka Kematian Ibu berguna untuk mengetahui tingkat
pada kelompok sosial-ekonomi rendah. Pada kelompok
kesadaran perilaku hidup sehat, setatus gizi dan kesehatan
dewasa terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan
hamil dan wanita menyusui karena mereka banyak yang
kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan nifas.
mengalami defisiensi Fe. Menurut WHO, kejadian anemia
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia relatif tinggi dibandingkan
berkiasar 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11g% (g/dl)
dengan negara-negara lain di ASEAN (Depkes RI,2012)
sebagai dasarnya. Angkan anemia kehamilan di Indonesia
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesian tertinggi di
menunjukan nilan yang cukup tinggi, yaitu angka anemia
ASEAN, sebesar 240/100.000 (KH),rencan penurunan AKI
kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6 % trimester II, dan
oleh Departemen Kesehatan Repulbik Indonesia menjadi
24,8% pada trimester III, sekitar 70% ibu hamil di Indonesia
226/100.000 (KH) pada tahun 2009 dan target MDGs 2015
mengalami anemia akibat kekurangan gizi (Manuaba,2010).
terjadi 102/100.000 (KH). Demikian pula dengan kejadian
Pengaruh anemia selama kehamian yaitu dapat terjadi
angka kematian bayi (AKB) dari 34/ 1.000 (KH). Di Indonesia
abortus, persalinan prematiritas, hambatan tumbuh kembang
prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar
janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
40,1% .
dekompensasi kordis (Hb < 6g%) mola hidatidosa,
hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahu 2012, derajat kesehatan ibu di
pecah dini (KPD). Bahaya saat persalinan yaitu his (kekuatan
mengejan), kala pertama
/

1. Program Studi Kebidanan FK Universitas Malahayati Bandar Lampung


6 Ana Mariza

Idonesian masih perlu ditingkatkan, Angka Kematian Ibu (Notoadmodjo,2012). Penelitian telah dilakukan pada tanggal
(AKI) yaitu 228/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2008, 20 April s/d 21 Mei 2015.
4.692 jiwa ibu melayang dimasa kehamilan, persalinan dan nifas. Penelitian dilakukan di BPS Hertati T Yohan Way
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 28%, eklamsi Halim Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah
24%, infeksi 11%, partus lama 5%, abortus 5% dan lain-lain seluruh ibu hamil yang berkunjung dari bulan januari sampai
(Depkes RI,2012) Maret 2015 sebanyak 102 ibu hamil di BPS Hertati T Yohan Way
Di Provinsi lampung bahwa pada tahun 2013 Halim Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini
didapatkan sebanya 2.129 persalinan dengan jumlah kejadian adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung pada saat
perdarahan post partum. Sedangakanjumlah persalinan pada penelitian berlangsung yaitu pada tanggal 20 April- 21 Mei
tahun 2014 sebanyak 2593 persalinan dengan jumlah perdarahan 2015 sebanyak 30 responden. Teknik sampling yang
post partum yaitu karus antonia uteri sebanyak 3 kasus(0,11%), digunakan dalam penelitian ini menggunakan Accidental
retensio plasenta 118 kasus (4,55%), sisa plasenta 64 kasus sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan dan
(2,46%), dan laserasi jalan lahir berjumlah 5 kasus (0,19%)( social ekonomi sebagai variabel bebas dan anemia sebagai
Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2014). Faktor penyebab variabel terikat. Analisa univariat menggunakan distribusi
terjadinya kematian ibu di Lampung berturut-turut frekuensi, analisis bivariat menggunakan chi square.
disebabkan karena perdarahan (36%), eklamsi dan keracunan
kehamilan (24%) dan infeksi (11%) (Dinkes Provinsi
Lampung,2014).
Berdasarkan presurvey di BPS Hertati T Yohan Way
Halim Bandar Lampung tahun 2015 didapatkan data ibu hamil
yang berkunjung dari bulan januari sampai dengan bulan
HASIL & PEMBAHASAN
maret 2015 sebanyak 102 ibu hamil, dan
Tabel 1
Hasil Analisis Univariat Hubungan Pendidikan dan Sosial
Ekonomi Dengan Kejadian Anemia
mengalami anemia sebanyak 39 ibu hamil, sedangkan di
BPS Anizar Sidiq Way Halim Bandar Lampung tahun 2015 No Variabel N %
didapatkan data ibu hamil yang berkunjung dari bulan 1 Pendidikan
januari sampai dengan bulan Maret 2015 sebanyak 94 ibu hamil, Rendah 14 46,7
dan mengalami anemia sebanyak 23 ibu hamil, untuk itu Tinggi 16 53,3
penulis tertarik mengambil judul Hubungan pendidikan dan 2 Social Ekonomi
sosial ekonomi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di BPS Rendah 19 63,3
Hertati T Yohan Way Halim Bandar Lampung 2015. Tinggi 11 36,7
3 Anemia
Anemia 16 53,3

METODE PENELITIAN Tidak anemia 14 46,7

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
kuantitatif dengan rancangan penelitian analitik dan pendidikan ibu tertinggi dalam kategori tinggi sebesar
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu rancangan 16(53,3%), distribusi frekuensi social ekonomi tertinggi dalam
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan kategori rendah sebesar 19(63,3%), distribusi frekuensi
variable independen dan dependen dimana pengukurannya kejadian anemia tertinggi dalam kategori anemia sebesar 16
dilakukan pada satu saat (serentak) (53,3%).

Tabel 2
Hasil Analisis Bivariat Hubungan Pendidikan dan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Anemia
/
Kejadian Anemia Total
/No Variabel Anemia Tidak Anemia P- OR
Value (95% CI)
Jurnal Kesehatan Holistik Volume 10, Nomor 1, Januari 2016
Hubungan Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 7
Di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015

seseorang untuk mengambil keputusan terhadap suatu


PEMBAHASA tindakan, ibu yang berpendidikan tinggi akan terbuka
N
1. Hubungan Pendidikan ibu dengan Kejadian Anemia dengan masukanya informasi-informasi baru sehingga akan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa, menambah tingkat pengetahuan yang baik akan mempengaruhi
dari 14 responden berpendidikan rendah, yang mengalami anemia prilaku yang positif terhadap pemenuhan gizi saat hamil.
sebanyak 11 orang (78,6%) sedangkan yang tidak anemia
sebanyak 3 orang (21,4%). Dari 16 responden berpendidikan 2. Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Anemia
tinggi , yang mengalami anemia sebanyak 5 orang (31,2%), Berdasarkan hasil penenlitian diperoleh bahwa,
sedangkan yang tidak anemia sebanyak 11 orang (68,8%). Hasil dari 19 responden tingkat Sosial Ekonomi rendah, yang
dari analisa menggunakan chi-square didapatkan P-Value 0,026 mengalami anemia sebanyak 14 orang (73,7%) sedangkan yang
sehingga P-Value <α ( 0,05) Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan tidak anemia sebanyak 5 orang (26,3%). Dari 11 responden
terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian anemia. tingkat Sosial ekonomi tinggi , yang mengalami anemia sebanyak
Pendidikan ibu tingkat pendidikan sangat 2 orang (18,2%), sedangkan yang tidak anemia sebanyak 9
mempengaruhi bagaimanan seseorang untuk bertindak dan orang (81,8%). Hasil dari analisa menggunakan chi-square
mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang didapatkan P-Value 0,011 sehingga P-Value <α (0,05) maka
berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah Sosial Ekonomi dengan kejadian anemia.
menerima gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat
berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis
teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ibu hamil
dalam kandungannya.(Walyani,2015) yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang dan psikologi yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak
kelompok masyarakat sehingga mereka akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Tingkat rendahnya pendidikan eret kaitannya dengan tingkat (Marni,2011)
pengertian tentang zat bezi (Fe) serta Manurut buku ajaran gizi untuk kebidanan bahwa
kesadarannya terhadap konsumsi tablet (Fe) untuk ibu faktor – faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil terutama
hamil. Keadaan defisiensi besi ibu hamil sangat ditentukan oleh dengan anemia salah satunya status ekonomi, karena ekonomi
banyak faktor antara lain tingkat pendidikan ibu hamil. Tingkat seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan
pendidikan ibu hamil yang rendah akan dikonsumsi sehari – hari. Seorang dengan ekonomi tinggi
mempengaruhi penerimaan informasi sehingga kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang
pengetahuan tentenga zat besi (Fe) menjadi terbatas dan dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan
berdampak pada terjadinya defisiensi besi.(Elisabeth,2013) membuat gizi ibu semakin terpantau (Sulistyawati,2009).
Pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan lokasi dan
dalam informasi gizi. Semakin tinggi tingakat pendidikan untuk pembelian makanan sehari-hari sehingga mengurangi
(lama sekolah) seseorang, semakin mudah menerima hidup jumlah dan kualitas makanan ibu perhari yang berdampak pada
sehat secara mandiri, kreaktif dan berkesinambungan. Oleh penurunan status gizi yang umum pada perempuan adalah
karena itu tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang anemia, karena secara fisiologis mengalami menstruasi setiap
eksponensial terhadap status gizi dan kesehatan. (Fifi,2012). bulan. Sumber makanan untuk mencegah anemia umumnya
Makin tinggi pendidikan makin tinggi pula kesadaran ibu berasal dari sumber protein yang lebih mahal dan sulit
untuk mendapatkan gizi yang baik sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
menimbulkan anemia pada kehamilan. Ibu hamil anemia Kekurangan tersebut memperbesar resiko anemia pada
dengan pendidikan rendah prevalensinya lebih besar daripada remaja dan ibu hamil serta memperberat kesakitan pada ibu dan
ibu yang berpendidikan tinggi. Pendidikan erat dengan pada bayi baru lahir. Anemia berperan terhadap tingginya angka
kemampuan menerima informasi yang berkaitan dengan kematian ibu dan semakin meningkat seiring dengan
kesehatan terutama pada ibu hamil anemia, seperti pengetahuan pertambahan uasia kehamilan.
anemia, pemilihan Menurut pendapat peneliti, sosial ekonomi
makanan tinggi zat besi dan asupan zat besi. merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian
Menurut pendapat peneliti tingkat pendidikan anemia. Status sosial ekonomi yang rendah akan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian anemia mempengaruhi ibu hamil terkena anemia. Disamping
di BPS Hertati T Yohan Way Halim Bandar Lampung.
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi

Jurnal Kesehatan Holistik Volume 10, Nomor 1, Januari 2016


8 Ana Mariza

penghasilan yang diperoleh kemungkunan tidak tercukupi dapat


3. Bagi ibu hamil yang memiliki ekonomi rendah
terpenuhinya status gizi yang memadahi, juga dikarenakan saat
dianjurkan untuk melakukan kunjungan ANC minimal
hamil seseorang dengan sosial ekonomi rendah tidak mampu
4 x kali selama kehamilan agar dapat memantau
untuk melakukan ANC sehingga kemungkinan besar gejala-
kemungkinan besar gejala-gejala anemia, sehingga dapat
gejala anemia tidak terdeteksi.
terdeteksi secara dini. Yakni 1x kunjungan sebelum usia
kehamilan < 14 minggu, 1 x kunjungan
<28 minggu, 1x kunjungan <36 minggu, 1x kunjungan
> 36 minggu .
SIMPULAN & SARAN

Simpulan yang dapat penulis sampaikan adalah:


1. Distribusi frekuensi responden mengalami anemia yaitu DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 16 orang (53,3%)
2. Distribusi frekuensi responden dengan pendidikan rendah Departemen Kesehatan RI.Angka Kematian Ibu dan Bayi di
yaitu sebanyak 14 orang (46,7%)
Indonesia. Jakarta tahun 2012.
3. Distribusi frekuensi responden dengan tingkat sosial
ekonomi rendah yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) Departemen Kesehatan RI.Anemia Kehamilan. Jakarta
4. Ada Hubungan Pendidikan Dengan Anemia Ibu Hamil BPS tahun 2012.
HertatiT Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015
dengan P-Value 0,26< 0,05 dengab OR 8,067 Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Profil Kesehatan
5. Ada Hubungan sosial ekonomi Dengan Anemia Ibu Hamil Provinsi Lampung. 2014.
BPS HertatiT Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun
2015 dengan P-Value 0,011< 0,05 dengan OR 12,600 Elisabeth,Lalita. 2013.Asuhan Kebidanan kehamilan.In
Adapun saran, yang penulis dapat rekomendasikan Media
dari hasil penelitian ii adalah:
1. Ibu hamil dianjurkan rajin membaca buku KIA minimal 2 Fifi. M. Liow, Nova. H. Kapantaw. Nancy
kali dan mencari sumber informasi dari media cetak
Malonda..Hubungan Antara Status Ekonomi
( koran, majalah, dll) maupum elektronik ( televisi, radio,
dengan Anemia Ibu Hamil di Desa Sapa
dll)
2. Bagi ibu hamil yang mempunyai pendidikan rendah Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa
dianjurkan untuk mengikuti penyuluhan minimal 3 kali Selatan.2012
selama kehamilan yang diberikan perugas kesehatan, agar
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandunan, dan
menerima informasi yang benar sehingga dapat
meningkatkan ibu dalam pencegahan anemia. Kb. Jakarta : EGC

Marni. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa


Antenatal.Yogyakarta:

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulistyawati, Ari.2009.Asuhan Kebidanan pada Masa


Kehamila. Jakarta: Salemba Medika

Walyani Elisabeth, Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan.

Yogyakarta:
Jurnal Kesehatan Holistik Volume 10, Nomor 1, Januari 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI RUMAH BERSALIN PERMATA BUNDA
PURWAKARTA

Daris Yolanda Sari

Politeknik Bhakti Asih Purwakarta Email:

darisyolandasari@gmail.com

ABSTRACT

Background: According to data of WHO 2005, more than 500,000 women passed away each year.
According to Indonesian Health Demographic Survey (SDKI) 2008, Maternal Mortality Rate (AKI) in
Indonesia was 228 of 100,000 live births. According to data of the World Health Organization (WHO),
20% of 515,000 deaths around the world is caused by anemia. In Indonesia, according to Household
Health Survey (SKRT) 1992, it is reported that 63.5% pregnant women suffer from anemia.
Methods: This study was conducted using descriptive design with cross sectional and secondary data
obtained in May. Samples of this study were all of 92 total population of pregnant women who procured
laboratory examination in Permata Bunda Maternal Hospital Purwakarta .
Results: According to bivariate analysis, it is obtained that there is a significant relationship between the
incidents of anemia in pregnant women and women’ education with the p value = 0,000, and pregnancy
spacing with p value = 0,000. Based on the data analysis, it is obtained that description shows that there
is a more significant relationship between predisposition variable and the incidents of anemia on
pregnant women with their education by OR of 1,106, on pregnancy spacing of more than two years with
no giving birth experience by OR of 1,122.
Conclusion: There is a significant relationship between the incidents of anemia in pregnant women and
women’ education and pregnancy spacing with p value = 0,000. no giving birth experience by OR of
1,122.
Keywords: Anemia, Education, Pregnancy spacing

ABSTRAK

Latar Belakang: Berdasarkan data WHO pada tahun 2005, bahwa setiap tahunnya wanita meninggal
dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 228/100.000 kelahiran hidup. Data dari Badan
Kesehatan Dunia 20% dari 515.000 kematian di seluruh dunia disebabkan oleh anemia. Di Indonesia,
dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 dilaporkan bahwa 63,5% ibu hamil di Indonesia
menderita anemia. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan deskriptif dengan desain
Cross Sectional dan menggunakan data sekunder yang dilaksanakan pada bulan Mei. Sampel yang
digunakan dalam karya tulis ini adalah seluruh populasi/total populasi ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan laboratorium di rumah Bersalin Permata Bunda Purwakarta dalam kurun waktu 1 tahun yaitu
sebanyak 92 orang. Hasil: Hasil analisa bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan p value = 0,000, jarak kehamilan dengan p value = 0,000 dengan kejadian anemia
pada ibu hamil. Dari analisa data diperoleh hasil bahwa gambaran yang memperlihatkan hubungan yang
lebih bermakna antara variabel predisposisi dengan kejadian anemia pada ibu hamil pendidikan ibu
dengan OR 1,106, jarak kehamilan > 2 tahun dengan belum pernah melahirkan OR 1,122.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dan jarak kehamilan dengan p value =
0,000 dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Kata Kunci: Anemia, Pendidikan, Jarak kehamilan
Latar Belakang Anemia yang sering terjadi pada saat

Kematian ibu merupakan kematian yang kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat

terjadi pada seorang wanita selama kehamilan besi karena asupan unsur besi dalam makanan

sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya yang kurang, gangguan penyerapan dan

kehamilan, tanpa melihat lama dan tempat peningkatan gangguan zat besi (Wiknjosastro,

terjadinya kematian, yang disebabkan oleh 2002). Anemia pada saat kehamilan dapat

kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan berpengaruh buruk terutama saat kehamilan,

karena kecelakaan (Cit Widiyanto, 2001). persalinan dan nifas. Dampak dari anemia pada

Berdasarkan data WHO pada tahun 2005, saat kehamilan bisa menyebabkan abortus,

wanita meninggal dunia mencapai lebih dari persalinan kurang bulan, ketuban pecah sebelum

500.000 orang setiap tahunnya (Wiknjosastro, waktunya. Pengaruh anemia saat persalinan

2008). Menurut Survey Demografi Kesehatan seperti partus lama, gangguan his dan kekuatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2008 Angka mengedan serta kala uri memanjang sehingga

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu dapat terjadi retensio palsenta. Pengaruh anemia

228/100.000 kelahiran hidup. AKI di Provinsi saat masa nifas salah satunya subinvolusi uteri,

Jawa Barat pada tahun 2005 terdapat perdarahan post partum, infeksi nifas dan

321,5/100.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab penyembuhan luka perineum lama (Manuaba,

langsung dari AKI adalah perdarahan 40-60%, 2010).

preeklampsi dan eklampsi 20-30%, infeksi 20- Faktor yang mempengaruhi terjadinya

30%. Perdarahan merupakan faktor terbesar anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat

penyebab langsung tingginya AKI. Sedangkan besi, infeksi, kekurangan asam folat dan

penyebab tidak langsungnya adalah anemia pada kelainan haemoglobin (Manuaba, 2001). Faktor

kehamilan (DinKes Jabar, 2016). lain yang mempengaruhi terjadinya anemia pada

Saat ini angka anemia pada ibu hamil ibu hamil adalah umur, pendidikan, jarak

masih tinggi. Data dari Badan Kesehatan Dunia kehamilan, paritas (Rasmaliah, 2008). Selain

(WHO), 20% dari 515.000 kematian di seluruh faktor diatas, faktor frekuensi ANC, konsumsi

dunia disebabkan oleh anemia. Di Indonesia, Fe, pengetahuan ibu hamil mengenai kesehatan

dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga reproduksi dan pola makan juga berpengaruh

(SKRT) 1992 dilaporkan bahwa 63,5% ibu terhadap kejadian anemia pada ibu hamil

hamil dan 55,5% anak usia balita di Indonesia (Amiruddin, 2004).

menderita anemia. Data Nasional terakhir dalam Pada tahun 2017 angka kejadian anemia

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) pada ibu hamil sebesar 44%, pada tahun 2018

Anemia ibu hamil 50,9 %, dan di Jawa Barat naik menjadi 46%, tahun 2019 menjadi 57%.

57,6 % (DinKes Jabar, 2006). Data anemia pada ibu hamil di Rumah Bersalin
Permata Bunda Purwakarta dari tahun ketahun
mengalami kenaikan,
berdasarkan uraian diatas, maka penulis Bunda Purwakarta dalam kurun waktu 1 tahun
melakukan penelitian dengan judul “Faktor- yaitu sebanyak 92 orang.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Alat yang digunakan untuk pengumpulan
Anemia Pada Ibu Hamil Di Rumah Bersalin data dalam penelitian ini adalah format check
Permata Bunda Purwakarta”. list yaitu suatu daftar pengecek yang berisi nama
Tujuan Penelitian subjek dan beberapa gejala atau identitas lainnya
Untuk mengetahui faktor-faktor yang serta sasaran pengambilan (Notoatmodjo, 2012).
berhubungan dengan terjadinya anemia pada ibu Analisa data yang dilakukan dalam penelitian
hamil di Rumah Bersalin Permata Bunda ini adalah Analisis Univariat untuk melihat
Purwakarta. gambaran distribusi frekuensi atau proporsi dari
Metode Penelitian semua variabel yang diamati dan Analisis

Penelitian ini dilakukan menggunakan bivariat

rancangan deskriptif dengan desain Cross Analisis bivariat dilakukan untuk

Sectional dan menggunakan data sekunder. mengetahui hubungan antara variabel

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Rumah independent dan variabel dependent dan

Bersalin Permata Bunda yang dilaksanakan pada menggunakan uji chi square denga nilai P-

bulan Mei Tahun 2020. Populasi adalah value ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara dua

keseluruhan objek penelitian/objek yang diteliti variabel, jika diperoleh P. value > 0,05 berarti

(Notoatmodjo, 2012) dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara dua variable.

seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan


laboratorium di rumah Bersalin Permata
Hasil Penelitian
Tabel. 1 Hubungan dengan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Di Rumah Bersalin Permata Bunda
/Jurnal Ilmiah Kesehatan 2021

Variabel Status Anemia Total P


Anemia Non Anemia value
n % n % n %
Usia
<20->35 thn 11 16,4 5 20 16 17,4 0,759
20 – 35 thn 56 83,6 20 80 76 82,6
Pendidikan
Rendah 47 70,1 17 68 64 69,6 0,000
Tinggi 20 29,9 8 32 28 30,4
Jarak
kehamilan
>2 tahun 35 52,2 12 48 47 51,1 0,000
Belum pernah 26 38,8 10 40 36 39,1
melahirkan
< 2 tahun 6 9,0 3 12 9 9,8
Pemeriksaan
kehamilan 53
1-3 kali 14 79,1 18 72 71 77,2 0,196
> 3 kali 20,9 7 28 21 22,8
Sedangkan faktor pendidikan ibu paling banyak
terjadi pada ibu yang pendidikannya rendah
sebanyak 47 orang (70,1%) dengan nilai p-value
0,000 dan jarak kehamilan paling banyak teradi
pada jarak kehamilan >2 tahun sebanyak 35
orang (52,2%) dengan
nilai p-value 0,000 (p-value <0,005) yang
artinya faktor pendidikan dan jarak kehamilan
mempunyai hubungan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil.

Pembahasan
1. Hubungan Umur Dengan Kejadian
Berdasarkan tabel diatas faktor usia Anemia Pada Ibu Hamil
paling banyak terjadi pada usia 20-35 tahun Ibu hamil yang berusia kurang dari 20
sebanyak 56 orang (83,6%) dengan nilai p value tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai
sebesar 0,759 yag artinya tidak terdapat resiko lebih tinggi apabila mengalami
hubungan yang siginifakn antara umu ibu kehamilan yang dapat membahayakan
dengan kejadian anemia pada kehamilan. Faktor kesehatan dan keselamatan ibu maupun
Pemeriksaan kehamilan paling banyak pada janinnya, berisiko mengalami anemia dan
pemeriksaan 1-3 kali sebanyak 53 orang dapat menyebabkan ibu mengalami
(79,1%) dengan nilai p- value 0,196 (p value > perdarahan. Menurut Wintrobe, (1987)
0,05) yang berarti berarti tidak terdapat menyatakan bahwa usia ibu dapat
hubungan yang signifikan antara pemeriksaan mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu
kehamilan dengan kejadian anemia dalam semakin muda usia ibu hamil maka semakin
kehamilan. rendah kadar
hemoglobinnya. Muhilal et al 1991 dalam Hal ini didukung oleh penelitian yang
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat dilakukan oleh Arlindia (2005) dan Armini
kecendrungan semakin tua umur ibu hamil (2008) yang menyatakan bahwa terdapat
maka persentasi anemia semakin besar. hubungan yang signifikan antara pendidikan
Namun pada penelitian ini belum dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
menunjukan adanya kecendrungan semakin Penelitian ini sesuai dengan teori Sumarno
tua umur ibu hamil maka kejadian anemia (1996) yang menyatakan bahwa pendidikan
semakin besar, karena 82,6% ibu hamil yang digambarkan berkaitan dengan kemampuan
mengalami anemia yaitu antara 20-35 tahun. menerima informasi yang berkaitan dengan
Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik kesehatan. Selain itu tingkat pendidikan ibu
diperoleh nilai p value sebesar 0,759 berarti sangat erat kaitannya dengan penggunaan
tidak ada hubungan yang signifikan antara pelayanan kesehatan yang mungkin berarti
umur dengan kejadian anemia dalam mengakibatkan keadaan kesehatan yang lebih
kehamilan. baik. Sedangkan berdasarkan data survei
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil rumah tangga di Indonesia menyatakan
penelitian yang dilakukan oleh Herlina dan bahwa ibu dengan pendidikan rendah
Djalimus (2008) yang juga mneunjukan tidak memiliki prevalensi anemia yang lebih
adanya hubungan antara umur ibu dengan tinggi.
kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini Salah satu akibat pendidikan rendah yakni
mungkin dikarenakan oleh banyaknya kurangnya pengetahuan ibu bagaimana
responden yang mengalami anemia berada di mengolah makanan yang baik sehingga tidak
rentang usia 20-35 tahun. Sedangkan merusak kandungan gizi di dalamnya. Juga
mneurut teori yang mempengaruhi terjadinya dikarenakan pendidikan rendah, ibu tidak
anemia adalah ibu dengan umur < 20 tahun bekerja sehingga mengurangi penghasilan
dan > 35 tahun. rumah tangga dan ibu tidak bisa membeli
2. Hubungan Pendidikan Ibu makanan yang bergizi sehingga dari

Dengan Kejadian Anemia keterbatasan itu terjadilah anemia. Hal ini


karena ketika dilakukan penelitian masih
Pada Ibu Hamil
banyak responden dengan pendidikan SD.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa
3. Hubungan Antara Jarak
ibu hamil yang menderita anemia adalah ibu
hamil dengan pendidikan rendah. Hasil uji Kehamilan Dengan Anemia
statistik diperoleh nilai p value sebesar Pada Ibu Hamil
0,000, berarti ada hubungan yang signifikan
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa
antara pendidikan ibu dengan kejadian
nilai p value sebesar 0,000, ini berarti
anemia pada ibu hamil.
menyatakan bahwa ada hubungan antara
jarak kehamilan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Arlindia Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
(2005) yang menyatakan bahwa ada Arlindia (2005) yang menunjukan adanya
hubungan antara jarak kehamilan dengan hubungan yang signifikan antara frekuensi
kejadian anemia pada ibu hamil. Juga pemeriksaan kehamilan dengan kejadian
diperkuat oleh pernyataan dari DepKes RI anemia. Juga bertentangan dengan
(2002) yang menyatakan bahwa salah satu pernyataan Nilla dalam bukunya yang
faktor penting yang turut menentukan berjudul Upaya Menurunkan AKI (2002)
kondisi ibu selama kehamilan dan persalinan mneyatakan bahwa pemeriksaan antenatal
adalah jarak kehamilan yaitu rentang waktu terbukti memberikan kontribusi terhadap
ibu mengandung antara anak terakhir dengan penurunan anemia. Karena dalam 2009
kehamilan sekarang. Jarak kehamilan kurang pemeriksaan antenatal dilakukan deteksi
dari 2 tahun mempengaruhi cadangan secara dini komplikasi kehamilan termasuk
simpanan zat besi yang kurang dalam tubuh. penjarinagn faktor-faktor resiko yang
Kebutuhan zat besi pada ibu hamil usia didalamnya terdapat skrinning dan
kurang dari 2 tahun lebih banyak karena pengobatan anemia.
untuk memenuhi kebutuhan selama
Kesimpulan
kehamilan, sedangkan pada ibu hamil dengan
1. Data dari Badan Kesehatan Dunia
jarak kehamilan lebih dari 2 tahun
(WHO), 20% dari 515.000 kematian di
mempunyai cadangan zat besi dalam tubuh
yang kebih banyak. seluruh dunia disebabkan oleh anemia.

4. Hubungan Frekuensi Di Indonesia, dalam Survei Kesehatan

Pemeriksaan Kehamilan Rumah Tangga (SKRT) 1992 dilaporkan


bahwa 63,5% ibu hamil dan 55,5% anak
Dengan Kejadian Anemia
usia balita di Indonesia menderita
Pada Ibu Hamil
anemia. Data Nasional terakhir dalam
Dari hasil uji statistik diketahui nilai p
value sebesar 0,196, berarti tidak ada
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,

hubungan yang signifikan antara frekuensi 1995


pemeriksaan kehamilan dengan kejadian ) Anemia ibu hamil 50,9 %, dan di Jawa
anemia pada ibu hamil. Ibu yang Barat 57,6 %. Begitu juga jumlah ibu hamil
memeriksakan kehamilannya 1-3 kali atau anemia di Rumah Bersalin Permata Bunda
>3 kali tidak mempengaruhi terhadap mengalami kenaikan. Pada tahun 2016
kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini prosentase ibu hamil dengan anemia sebesar
didukung oleh hasil penelitian Herlina dan 42%, pada tahun 2017 naik
Djalimus (2008) yang juga menyatakan tidak menjadi 44%, pada tahun 2018 menjadi
ada hubungan yang signifikan antara 46% pada tahun 2019 menjadi 57%. Pada
hubungan antara frekuensi pemeriksaan tahun 2019 tercatat 92 ibu hamil yang
kehamilan dengan kejadian anemia. diperiksa di lab Rumah Bersalin Permata
Bunda Purwakarta, 67 orang mengalami
anemia atau sebanyak 72,8%.
2. Gambaran distribusi penderita anemia pada ibu hamil dalam analisis ini umumnya pada
kelompok umur tidak beresiko (umur 20-35 tahun) yaitu sebesar 82,6%, berpendidikan rendah
69,6%, jarak kehamilan 51,1%, frekuensi pemeriksaan kehamilan 1-3 kali sebanyak 77,2%.
3. Hasil analisa bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
dengan p value = 0,000, jarak kehamilan dengan p value = 0,000 dengan kejadian anemia pada
ibu hamil.
4. Dari analisa data diperoleh hasil bahwa gambaran yang memperlihatkan hubungan yang lebih
bermakna antara variabel predisposisi dengan kejadian anemia pada ibu hamil pendidikan ibu
dengan OR 1,106, jarak kehamilan > 2 tahun dengan belum pernah melahirkan OR 1,122.

Daftar Pustaka
Amiruddin (2006). Asuhan Patologis Kebidanan, Trans Info Medika. Jakarta
Cunningham, F.Gary [et al] (2005). Obstetri William. Alih Bahasa : Andry Hartono, Y.Joko Suyono. Editor
: Huriawati Hartono [et al], edisi 21, volume 1. EGC. Jakarta
Dahlan, M.Sopiyudin (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based Medical I
Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta
Erol, Norwitz. (2007). Obstetri & Ginekologi. Erlangga, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde dkk. (2012).
Gawat darurat obstetric ginekologi & obstetric ginekologi sosial untuk profesi bidan. EGC,
Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo (2012).
Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi . Rineka Cipta. Jakarta.
Sutanto, Priyo. (2006).
Statistic kesehatan. Jakarta:Raja Grafindo
Sabri, Luknis dan Sutanto Priyo Hastono. (2008). Statistik Kesehatan. Edisi revisi. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Santoso, Sunggih ( 2007). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. PT. Elex Media
Competindo. Jakarta
Saipuddin, Abdul Bari (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-
SP, Jakarta
Setiawan, Ari dan Saryono ( 2010). Metode Penelitian KEBIDANAN DIII< DIV S1 dan S2. Nuha Medika.
Yogakarya
Varney Helen. (2007). Varney’s Midwifery. Third edition. Network. Jones and Bartlet
Varney H. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC

Manuaba IBG. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta : EGC

/Winkjosastro, Gulardi Hanifa (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Estacan Ketujuh. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo (YBPSP). Jakarta.
ISSN 1978-1059

J. Gizi Pangan, Juli 2016, 11(2):143-152

FAKTOR RISIKO ANEMIA IBU HAMIL DI INDONESIA


(Anemia risk factors among pregnant women in Indonesia)

Ikeu Tanziha1*, M. Rizal M. Damanik1, Lalu Juntra Utama1, Risti Rosmiati1


1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

ABSTRACT

The objective of the study was to analyze the risk factors for anemia among pregnant women in
Indonesia. The study design was a cross-sectional study. All of data used in this study was from Basic
Health Research 2013, Ministry of Health. The data collected include age, education, birth number,
parity, pregnancy spacing, antenatal care, and nutritional status (chronic energy deficiency). The
number of subjects was 452 pregnant women. The chi-square test was applied to analyze correlation
on dependent and independent variable. Logistic regression was applied to analyze determinants of
anemia in pregnant women. The results showed that there were 38.1% pregnant women in Indonesia
who had anemia (Hb<11 g/dl). The prevalence of pregnant women with anemia in rural and urban
were 37.9% and 38.2% respectively. Bivariate analysis showed that age, education, birth number,
parity, pregnancy spacing, and antenatal care were not significantly associated with anemia. Main
determinant of anemia in pregnant women was nutritional status (chronic energy deficiency;
OR=1.975; 95%CI:1.279-3.049).

Keywords: anemia, chronic energy deficiency, pregnancy


ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko anemia ibu hamil di Indonesia. Penelitian
menggunakan desain cross-sectional dari hasil Riskesdas 2013 meliputi usia, pendidikan, jumlah
kelahiran, frekuensi kehamilan, jarak kehamilan, pemeriksaan selama kehamilan, dan status gizi
berdasarkan pengukuran LILA. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 452 orang ibu hamil.
Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen,
sedangkan analisis regresi logistik berganda digunakan untuk menganalisis determinan anemia ibu
hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38,2% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia (Hb<11
g/ dl). Prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia di perdesaan sebesar 37,9% dan di perkotaan
sebesar 38,2%. Uji chi-square menunjukkan bahwa usia, pendidikan, jumlah kelahiran, frekuensi
kehamilan, jarak kehamilan dan antenal care tidak berhubungan dengan anemia. Faktor risiko utama
anemia ibu hamil di Indonesia adalah status gizi (Kurang Energi Kronis/KEK); OR=1,975;
95%CI:1,279-3,049).

Kata kunci: anemia, kehamilan, kurang energi kronis

PENDAHULUAN antara tiga ibu hamil di Indonesia menderita


ane- mia (Balitbangkes 2013).
Masa kehamilan merupakan masa pertum- Anemia pada ibu hamil di negara berkem-
buhan dan perkembangan janin menuju masa bang umumnya diduga karena kekurangan zat
kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi besi (van den Broek & Letsky 2000). Menurut
pada masa kehamilan akan berdampak besar definisi WHO, anemia pada kehamilan adalah
bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu bila kadar hemoglobin (Hb)<11 g/dl. Anemia
masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan masyarakat kare-
adalah anemia, yang merupakan masalah gizi na berhubungan dengan meningkatnya risiko
mikro ter- besar dan tersulit diatasi di seluruh morbiditas dan mortalitas pada saat ibu mela-
dunia (Lynch 2011). Badan Kesehatan Dunia hirkan (Christian 2010; Özaltin et al. 2010). Ibu
melaporkan bahwa pada tahun 2005 terdapat hamil yang menderita anemia mempunyai pelu-
52% ibu hamil mengalami anemia di negara ang mengalami perdarahan pada saat melahirkan
berkembang (WHO 2005). Di Indonesia yang dapat berakibat pada kematian.
prevalensi anemia pada ibu hamil juga masih
tinggi yaitu 37,1% atau satu di-
/

*
Korespondensi: Telp: +6285881898809, Surel: ikeu_jamilah@yahoo.com
Anemia bukan hanya berdampak pada lengkap berjumlah 452 orang, sisanya 51 orang
ibu, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang dikeluarkan karena data tidak lengkap.
menderita defisiensi zat besi atau anemia
kemungkinan be- sar mempunyai cadangan zat
besi yang sedikit atau tidak mempunyai
persediaan sama sekali di dalam tubuhnya Jenis dan cara pengumpulan data
walaupun tidak menderita ane- mia. Hal ini
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif
dan pengukuran oleh Tim Riskes- das dari Balitbangkes
saat remaja dan dewasa (McCann et al. 2007;
Kementerian Kesehatan RI. Data usia ibu, pendidikan,
Kar et al. 2008). Scholl (2005) menyatakan
jarak kehamilan,
bahwa kekurangan zat besi yang berat pada ibu
hamil dapat mengakibatkan penurunan cadang-
an zat besi pada janin dan bayi yang dilahirkan,
yang merupakan predisposisi untuk mengalami
anemia defisiensi zat besi pada masa bayi.
Penelitian faktor risiko anemia di Indone-
sia sejauh ini banyak dilakukan namun pada ska-
la kecil, oleh karenanya perlu diteliti dalam
skala yang lebih besar dengan menggunakan
data Ris- kesdas tahun 2013. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka tujuan penelitian adalah
menganalisis faktor risiko pada ibu hamil di
Indonesia baik di perdesaan maupun di
perkotaan.

METOD
E
Desain, tempat, dan waktu

Data yang digunakan pada penelitian


ini adalah data sekunder dengan menggunakan
data Riskesdas 2013, sehingga desain penelitian
mengacu desain penelitian Riskesdas 2013 yaitu
cross-sectional. Subjek mewakili 33 provinsi
yang tersebar di 441 kabupaten/kota di seluruh
provinsi di Indonesia. Pengolahan dan analisis
lanjut data dilakukan pada bulan Oktober-De-
sember 2014 di Kampus IPB Darmaga Bogor,
Jawa Barat.

Jumlah dan cara pengambilan


subjek
Subjek rumah tangga dalam Riskesdas
2013 dipilih berdasarkan listing Sensus Pen-
duduk (SP) 2010. Proses pemilihan rumah tang-
ga dilakukan BPS dengan memilih Blok Sensus
(BS) untuk Riskesdas 2013 berdasarkan
sampling frame SP 2010. Dari 1.027.763 total
subjek di- peroleh ibu hamil sebanyak 7.664
orang, namun yang ada data kadar Hb nya hanya
503 orang ibu hamil. Setelah melalui data
cleaning, jumlah sub- jek ibu hamil dengan data
frekuensi kehamilan, dan antenatal care gunakan uji chi-square. Faktor risiko anemia ibu
(ANC) dikumpulkan melalui wawancara hamil, dianalisis dengan regresi logistik bergan-
menggunakan kuesioner rumahtangga da. Peubah yang dimasukkan pada model adalah
(RKD13.RT) dan kue- sioner individu semua peubah baik yang berhubungan signifikan
(RKD13.IND). Data status KEK diukur maupun tidak signifikan terhadap kejadian ane-
dengan menggunakan LILA, sedangkan mia ibu hamil berdasarkan analisis chi-square,
datar kadar Hb dalam darah diukur dengan asumsi bahwa peubah yang tidak signifi-
menggunakan alat Hemocue. kan akan ada pengaruhnya setelah berinteraksi
dengan peubah lain dalam analisis regresi logis-
tik berganda. Analisis regresi logistik merupakan
salah satu cara analisis untuk menghilangkan
Pengolahan dan analisis data
Kategori data penelitian terdiri atas
variabel dependen (kejadian anemia pada
ibu hamil) dan variabel independen (usia,
tingkat pendidikan, status gizi kurang
energi kronis, frekuensi kehamilan, jarak
kehamilan, konsumsi tablet besi, dan
ANC). Usia ibu hamil dikelompokkan
pada dua kategori yaitu risiko tinggi
(usia <20 dan
>35 tahun) dan risiko rendah (usia 20-35
tahun). Tingkat pendidikan
dikelompokkan menjadi risiko tinggi
(≤SMP) dan risiko rendah (>SMP).
Status gizi dikategorikan menjadi KEK
(LILA
<23,5 cm) dan normal (LILA ≥23,5 cm).
Frekuensi kehamilan dikategorikan
menjadi risiko tinggi >3 orang dan risiko
rendah ≤3 orang. Jarak kehamilan
dikategorikan menjadi risiko tinggi ≤2
tahun dan risiko rendah >2 tahun.
Konsumsi tablet besi dikategorikan
menjadi risiko tinggi (konsumsi <30
tablet pada semester 1, <60 tablet pada
semester 2 dan <90 tablet pada semester
3) dan risiko rendah (konsumsi ≥30
tablet pada semester 1, ≥60 tablet pada
semester 2 dan ≥90 tablet pada semester
3). Pemeriksaan kehamilan (ANC)
dikategorikan menjadi risiko tinggi
(pemeriksaan <1 pada semester 1 dan 2
serta <2 kali pada semester 3) dan risiko
rendah (pemeriksaan ≥1 pada semester
1 dan 2 serta ≥2 kali pada semester 3).
Status anemia dikategorikan menjadi
anemia (Hb <11 g/dl) dan normal (Hb
≥11 g/dl). Pengolahan dan analisis data
dilakukan secara statistik deskriptif dan
inferensia menggunakan Microsoft Excel
2007 dan SPSS for Windows versi 19.0.
Uji Mann Whitney digunakan
untuk menganalisis perbedaan prevalensi
anemia di perkotaan dan perdesaan
dengan skala data ordi- nal. Analisis
hubungan antara dua peubah meng-
adanya pengaruh peubah perancu. Metode yang 20-35 tahun. Bila wanita hamil dengan umur
digunakan adalah backward, yang akan secara <20 tahun, maka asupan zat besi akan menjadi
otomatis mengeluarkan peubah dengan p wald ter- bagi antara pertumbuhan biologisnya dan
terbesar, sehingga akan diperoleh model yang janin yang dikandungnya. Wanita yang hamil
terbaik. Model yang digunakan sebagai berikut. >35 tahun, akan mengalami fungsi faal tubuh
/ tidak optimal, karena sudah masuk masa awal
Keterangan : dege- neratif. Oleh karenanya, hamil pada usia
F = Fungsi kumulatif <20 ta- hun dan >35 tahun merupakan
kehamilan yang berisiko yang dapat
β0 - β1 = Koefisien regresi menyebabkan anemia juga dapat berdampak
pada keguguran (abortus), bayi lahir dengan
KEK = Status gizi kurang energi kronis berat badan yang rendah (BBLR), dan
persalinan yang tidak lancar (komplikasi
ANC = Antenatal care (pemeriksaan
persalinan). Faktor usia merupakan faktor yang
kehamilan) FKH = Frekuensi kehamilan
perlu diperhatikan bagi seorang wanita untuk
JKH = Jarak kehamilan KFE hamil (Depkes RI 2005). Dairo dan Lawoyin
= Konsumsi tablet besi (2004) menyatakan bahwa usia ibu antara 20-
TPK = Tingkat pendidikan 29 tahun (p=0,011) memiliki risiko yang rendah
USI = Usia ibu mengalami anemia saat hamil. Hubungan usia
ibu hamil dengan status anemia dapat dilihat
pada Tabel 2.
Baik di perdesaan maupun di perkotaan
terdapat kecenderungan proporsi anemia ibu
HASIL DAN PEMBAHASAN yang hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun
lebih tinggi dibanding pada ibu yang hamil pada
usia 20-35 tahun (Tabel 2). Namun berdasarkan
Prevalensi anemia ibu hamil di perdesaan dan
uji chi-square, hubungan ini tidak signifikan
perkotaan
baik di perdesaan (OR=1,495; 95%CI: 0,820-
Prevalensi anemia pada ibu hamil di In- 2,727)
donesia masih tergolong tinggi yaitu 38,1% dan maupun perkotaan (OR=0,854; 95%CI:0,446-
termasuk pada kondisi masalah kesehatan ma- 1,634). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
syarakat (WHO 2001). Hasil penelitian menun- penelitian Adam et al. (2005) yang
jukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil di menunjukkan bahwa usia dan paritas tidak
perkotaan (38,2%) cenderung lebih tinggi dari- signifikan berhubun- gan dengan anemia, atau
pada perdesaan (37,9%). Prevalensi ini lebih menurut Ononge et al. (2014) bahwa usia ibu
tinggi dibandingkan hasil Riskesdas 2013, dima- memiliki hubungan yang lemah dengan kejadian
na proporsi anemia pada ibu hamil di perkotaan anemia pada ibu hamil.
sebesar 36,4% dan di perdesaan sebesar 37,8%. Tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendi-
Namun berdasarkan uji Mann Whitney perbe- dikan sangat berpengaruh terhadap perubahan
daan tersebut tidak signifikan (Tabel 1). Hal ini sikap dan perilaku hidup sehat. Pendidikan ibu
diduga karena di perdesaan sebagian besar pen- merupakan salah satu faktor penentu status gizi,
duduknya termasuk ekonomi menengah ke dan mortalitas ibu, bayi, dan anak (Bencaiova
bawah seperti hasil penelitian yang dilakukan et al. 2012). Sebaran ibu hamil berdasarkan sta-
Malhotra et al. (2004) menyebutkan bahwa tus anemia dan tingkat pendidikan ibu disajikan
sosial ekonomi rendah berhubungan dengan dalam Tabel 3.
prevalensi anemia tinggi. Baik di perdesaan maupun di
perdesaan+perkotaan terdapat kecenderungan
proporsi anemia pada ibu yang pendidikan-
nya ≤SMP (risiko tinggi) lebih tinggi dibanding
Hubungan karakteristik ibu
hamil dengan anemia pada ibu
hamil
Usia ibu. Kesiapan alat reproduksi wanita
untuk hamil berhubungan dengan usia ibu hamil.
Usia yang terbaik untuk hamil adalah pada usia
Tabel 1. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia di perdesaan dan perkotaan

Perdesaan Perkotaan Perdesaan+Perkotaan


Status anemia p
n % n % n %
Anemia 85 37,9 87 38,2 172 38,1
Tidak anemia 139 62,1 141 61,8 280 61,9 0,963
Total 224 49,6 228 50,4 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05
/Tabel 2. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan usia
ibu Total
Status anemia
/

Usia ibu Anemia Tidak anemia p OR

/(0,820-2,727)

Keterangan: signifikan p<0,05

/Tabel 3. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan tingkat pendidikan ibu
Status anemia

Tingkat pendidikan ibu /

Total
Anemia Tidak anemia p OR

n % n % n %
Perdesaan
≤ SMP 70 40,5 103 59,5 173 77,2 1,631
>SMP 15 29,4 36 70,6 51 22,8 >0,05 (0,831-3,202)
Total 85 37,9 139 62,1 224 100,0
Perkotaan
/0,849
(0,495-1,458)

≤ SMP 106 38,8 167 61,2 273 60,4 1,087


>SMP 66 36,9 113 63,1 179 39,6 >0,05 (0,736-1,604)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05 di perdesaan (OR=1,631; 95%CI:0,831-3,202),
maupun di perdesaan+perkotaan (OR=1,087;
95%CI:0,736-1,604) (Tabel 3). Kondisi yang ber- beda
proporsi anemia pada ibu yang pendidikannya terlihat dari hasil penelitian Jin et al. (2010) yang
≥SMA (risiko rendah). Namun berdasarkan ha- menyebutkan bahwa prevalensi anemia lebih tinggi
sil penelitian, hubungan ini tidak signifikan baik pada ibu yang berpendidikan rendah. Frekuensi hamil.
Cadangan besi akan berkurang selama
kehamilan, semakin tinggi frekuensi
kehamilan maka semakin banyak seorang ibu mengalami kehilangan zat besi, se-
hingga perlu diperhatikan frekuensi kehamilan
serta jarak kehamilannya. Hal ini dimaksud-
kan untuk mengembalikan cadangan zat besi
ke tingkat normal, dengan syarat bahwa selama
masa tenggang waktu tersebut ibu dalam kondisi
kesehatan dan mutu makanan baik (Allen 2000).
Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia
dan frekuensi hamil dapat dilihat pada Tabel 4.
Di perdesaan maupun di
perdesaan+perkotaan terdapat kecenderungan
proporsi anemia pada ibu hamil yang frekuensi
kehamilannya >3 kali
/Tabel 4. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan frekuensi hamil
Status anemia

//Total

Keterangan: signifikan p<0,05

lebih tinggi dibandingkan proporsi anemia pada hamil yang jarak kehamilannya <2 tahun le-
ibu hamil yang frekuensi kehamilannya ≤3 kali bih rendah dibandingkan proporsi anemia pada
(Tabel 4). Namun berdasarkan hasil penelitian, ibu hamil yang frekuensi kehamilannya ≥2 ta-
hubungan ini tidak signifikan baik di perdesaan hun (Tabel 5). Namun hasil uji Chi-square,
(OR=1,713; 95%CI:0,854-3,436), maupun di hubungan ini tidak signifikan baik di
perdesaan+perkotaan (OR=1,164; 95%CI:0,699- perdesaan (OR=0,978; 95%CI:0,452-2,118),
1,940). Hasil ini berbeda dengan penelitian perkotaan
Uche- Nwachi et al. 2010 dan Beard 2000 yang
menye- butkan bahwa kehamilan yang berulang
merupakan faktor risiko terjadinya anemia pada
ibu hamil.

Jarak kehamilan
Salah satu penyebab yang dapat mem-
percepat terjadinya anemia pada wanita adalah
jarak kehamilan pendek. Jarak kehamilan yang
baik minimal 2 tahun menjadi sangat penting
un- tuk diperhatikan sehingga tubuh ibu siap
untuk menerima janin kembali. Jarak kehamilan
yang kurang dari 24 bulan atau 2 tahun
memungkinkan kondisi ibu belum pulih,
sehingga zat besi yang ada didalam tubuhnya
terbagi untuk pemulihan tubuhnya dan
kebutuhan selama kehamilan beri- kutnya
(Fatimah et al. 2011). Sebaran ibu hamil
berdasarkan status anemia dan jarak kehamilan
disajikan dalam Tabel 5.
Di perdesaan, perkotaan maupun
perdesaan+perkotaan proporsi anemia pada ibu
(OR=0,935; 95%CI:0,455-1,923), maupun di
perdesaan+perkotaan (OR=0,955; 95%CI:0,564-
1,618). Hasil penelitian ini berbeda dengan pene-
litian Amiruddin dan Wahyuddin (2004) yang
menyatakan bahwa ibu hamil yang mempunyai
jarak kehamilan <2 tahun berisiko 2,3 kali ter-
kena anemia.

Status Kurang Energi Kronik (KEK)


Kehamilan selalu berhubungan dengan
perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan
volume cairan dan sel darah merah serta penu-
runan konsentrasi protein pengikat gizi dalam
sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi
mikro. Masa kehamilan merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan janin menuju
masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang ter-
jadi pada masa kehamilan akan berdampak besar
bagi kesehatan ibu dan janin (Allen 2000). Oleh
karenanya status KEK pada ibu hamil dapat ber-
dampak pada kejadian anemia ibu hamil juga pada
kejadian BBLR dan stunting (Dekker et al.
2010). Hubungan status KEK dengan anemia pada
ibu hamil dapat dilihat pada Tabel 6.
Di perdesaan, perkotaan, maupun
perdesaan+perkotaan proporsi anemia pada ibu
hamil yang KEK lebih tinggi daripada proporsi
anemia pada ibu hamil yang tidak KEK (Tabel 6).
Hasil analisis di perdesaan tidak menunjukkan
hasil yang signifikan, sebaliknya di perkotaan dan di
perdesaan+perkotaan menunjukkan hubungan
signifikan. Di perkotaan ibu hamil yang meng-
alami KEK mempunyai peluang untuk anemia
/Tabel 5. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan jarak kehamilan
Status anemia

/Total

Risiko tinggi (< 2 tahun) 14 36,8 24 63,2 38 16,7 0,935


Risiko rendah (≥2 tahun) 73 38,4 117 61,6 190 83,3 >0,05 (0,455-1,923)
Total 87 38,2 141 61,8 228 100
Perdesaan+Perkotaan

/Keterangan: signifikan p<0,05

Tabel 6. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan Kurang Energi Kronis
(KEK)
//Status
anemia

Status Gizi Total


Anemia Tidak anemia p OR

n % n % n %
Perdesaan
KEK 28 43,1 37 56,9 65 29,0 1,354
Normal 57 35,8 102 64,2 159 71,0 >0,05 (0,752-2,439)
Total 85 37,9 139 62,1 224 100,0
Perkotaan
KEK 28 60,9 18 39,1 46 20,2 3,243*
Normal 59 32,4 123 67,6 182 79,8 <0,05 (1,662-6,328)
Total 87 38,2 141 61,8 228 100,0
Perdesaan+Perkotaan
KEK 56 50,5 55 49,5 111 24,6 2,27*
Normal 116 34,0 225 66,0 341 75,4 <0,05 (1,51-3,44)
Total 172 38,1 280 61,9 452 100,0
Keterangan: signifikan p<0,05 kejadian anemia pada ibu hamil.

sebesar 3,243 kali dibanding ibu hamil tidak


KEK (OR=3,243; 95%CI:1,662-6,328), sedang- Frekuensi konsumsi tablet besi
kan di perdesaan+perkotaan sebesar 2,27 kali
(OR=2,27; 95%CI=1,51-3,44). Hasil ini sejalan Selama kehamilan terjadi peningkatan
dengan hasil penelitian Aminin et al. (2014) yang signifikan terhadap kebutuhan zat besi
yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
keku- rangan energi kronik (KEK) terhadap
untuk meningkatkan massa sel darah
merah serta ekspansi volume plasma
untuk pertum- buhan janin (Scholl
2005). Selain itu, zat besi juga
dibutuhkan untuk membentuk hemoglo-
bin di dalam sel darah merah ibu dan
janin. Se- lama kehamilan, kebutuhan zat
besi meningkat sebanyak 30% dibanding
tidak hamil. Oleh kare- na itu, ibu hamil
harus mendapatkan tambahan zat besi
berupa suplementasi zat besi (Moench-
Pfanner et al. 2005). Di Indonesia,
rekomen- dasi konsumsi suplemen besi
adalah 60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat per hari atau 1
tablet per hari yang dikonsumsi paling sedikit 90 konsentrasi hemoglobin pada ibu hamil
tablet selama kehamilan (MCAI 2015). Sebaran (p<0,05). Penelitian Alem et al. (2013) juga
ibu hamil berdasarkan status anemia dan menunjuk- kan bahwa konsumsi suplemen besi
frekuen- si konsumsi tablet besi disajikan dalam merupakan faktor protektif terjadinya anemia
Tabel 7. (OR=0,140; 95%CI:0,051-0,383).
Ibu hamil yang mengonsumsi tablet besi
rendah memiliki risiko lebih rendah untuk Frekuensi kunjungan Antenatal Care
meng- alami anemia dibandingkan yang
mengonsumsi tablet besinya tinggi (Tabel 7). Antenatal care adalah salah satu cara
Kondisi ini se- suai dengan penelitian yang yang dipercaya untuk mengurangi kematian ibu
dilakukan Morsy dan Alhady (2014) yang hamil (WHO 2001), sehingga akses ibu terhadap
menunjukkan bahwa ibu hamil yang konsumsi pelay- anan antenatal menjadi prioritas baik di
zat besinya cukup tetap mengalami anemia. Hal negara maju maupun berkembang (NCCWCH
ini kemungkinan disebabkan adanya kebiasaan 2008; Idowu et al. 2005; Obse et al. 2013).
konsumsi tablet besi dibarengi dengan inhibitor Salah satu masalah yang sering menyertai
pada ibu hamil yang mengonsumsi tablet besi kehamilan dan dapat menjadi faktor penyulit
tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Zijp et al. pada saat melahir- kan adalah anemia. Ibu hamil
(2000) bahwa konsumsi sumber zat besi yang mengalami anemia memungkinkan
bersamaan dengan konsumsi teh menyebabkan terjadinya partus prema- ture, perdarahan pada
terhambatnya 60% penyerapan asupan zat besi. saat melahirkan, melahir- kan bayi dengan berat
Namun kejadian ini tidak signifikan pada ibu badan rendah, serta dapat meningkatkan
hamil baik di perkota- an (OR=0,976; kematian perinatal (Allen 2000). Dengan
95%CI:0,527-1,807) maupun di melakukan pemeriksaan secara teratur hal
perdesaan+perkotaan (OR=0,721; 95%CI:0,461- seperti ini dapat diketahui dan diatasi sedini
1,128). Hasil penelitian ini sejalan dengan pene- mungkin.
litian Khambalia et al. (2009) yang Hasil penelitian menunjukkan antenatal
menunjukkan bahwa suplementasi besi pada ibu care tidak berhubungan dengan kejadian anemia
hamil tidak menurunkan anemia dan baik di perdesaan (OR=1,583; 95%CI:0,886-
meningkatkan status besi, namun pada wanita 2,827), perkotaan (OR=1,101; 95%CI:0,565-
yang tidak hamil ber- laku sebaliknya. Selain itu 2,146) maupun di perdesaan+perkotaan
Cogswell et al. (2003) menyatakan bahwa (OR=1,345; 95%CI:0,872-2.073) (Tabel 8). Ha-
suplementasi besi tidak ber- pengaruh secara sil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
signifikan terhadap prevalensi anemia. Jufar dan Zewde (2014) yang menunjukkan bah-
Hal yang berbeda ditunjukkan dalam wa antenatal care merupakan faktor protektif,
pene- litian Menon et al. (2014); Aikawa et al. sehingga masih perlu peningkatan kualitas pela-
(2006); Aikawa et al. (2008) yang menunjukkan yanan (Ikeanyi & Ibrahim 2015).
bahwa konsumsi tablet besi berkorelasi positif
dengan
/Tabel 7. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan konsumsi tablet
besi
Status anemia

//Total
Keterangan: signifikan p<0,05
/Tabel 8. Sebaran ibu hamil berdasarkan status anemia dan antenatal care
Status anemia

/Antenatal Total
Anemia Tidak anemia p OR
care
/

/n % n % n %

Perdesaan

Risiko tinggi 31 45,6 37 54,4 68 30,4 >0,05 1,583

Risiko rendah 54 34,6 102 65,4 156 69,6 (0,886-2,827)

Total 85 37,9 139 62,1 224 100

Perkotaan
1,101
Risiko tinggi 18 40,0 27 60,0 45 19,7 >0,05 (0,565-2,146)

Risiko rendah 69 37,7 114 62,3 183 80,3

Total 87 38,2 141 61,8 228 100


1,345
Perdesaan+Perkotaan
(0,872-2,073)
Risiko tinggi 49 43,4 64 56,6 113 25,0 >0,05

Risiko rendah 123 36,3 216 63,7 339 75,0

/Total 172 38,1 280 61,9 452 100

Keterangan: signifikan p<0,05

Faktor risiko anemia ibu hamil DAFTAR PUSTAKA


Regresi logistik digunakan untuk meng-
analisis determinan atau faktor risiko kejadian Adam I, Khamis AH, Elbashir MI. 2005. Preva-
anemia pada ibu hamil di perdesaan dan lence and risk factors for anaemia in preg-
perkota- an dengan mengontrol beberapa peubah nant women of eastern Sudan. Trans R
con- founding. Peubah yang dimasukkan pada Soc Trop Med Hyg 99(10):739-743.
model adalah semua peubah baik yang http://
berhubungan signifikan maupun tidak terhadap dx.doi.org/10.1016/j.trstmh.2005.02.008
kejadian ane- mia ibu hamil berdasarkan analisis Aikawa R, Jimba M, Nguen KC, Zhao Y,
chi-square, dengan asumsi bahwa peubah yang Binn CW, Lee MK. 2006. Why do adult
tidak signifi- kan akan ada pengaruhnya setelah women in Vietnam take iron tablets?
berinteraksi dengan peubah lain dalam analisis BMC Public Health 6:144. http://dx.doi.
regresi logistik org/10.1186/1471-2458-6-144
berganda. Hasil analisis menunjukkan hanya sta- , Jimba M, Nguen KC, Binns CW. 2008.
tus gizi KEK yang merupakan faktor risiko pada KESIMPULAN
kejadian anemia ibu hamil dengan OR=1,975;
95% CI:1,279-3,049. Artinya ibu hamil dengan
status KEK mempunyai risiko anemia 1,975 kali Prevalensi anemia pada ibu hamil di In- donesia
dibanding ibu hamil dengan status gizi normal masih tergolong tinggi baik di perde- saan (37,9%)
dengan R2 =0,028. maupun di perkotaan (38,2%). Pe- ubah yang
berhubungan dengan kejadian anemia adalah status gizi
Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan usia Prenatal iron supplementation in rural
ibu, pendidikan ibu, jumlah kela- hiran, Vietnam. EJCN 62: 946–952.
frekuensi kehamilan, jarak kehamilan, dan http://dx.doi.
antenal care tidak berhubungan dengan anemia. org/10.1038/sj.ejcn. 1602812
Ibu hamil dengan status gizi KEK berpeluang Alem M, Enawgaw B, Gelaw A, Kenaw T, Seid
1,975 kali (95% CI:1,279-3,049) untuk meng- M, Olkeba Y. 2013. Prevalence of anemia
alami anemia, dibanding ibu hamil dengan status and associated risk factors among
gizi normal. pregnant women attending antenatal care
in Azezo Health Center Gondar Town,
North- west Ethiopia. J Interdiscipl
Histopathol 1(3):137-144.
http://dx.doi.org/10.5455/
jihp.20130122042052
Allen LH. 2000. Anemia and iron deficiency: ef-
fects on pregnancy outcome. Am J Clin
Nutr 71:1280S-4S.
Aminin F, Wulandari A, Lestari RP. 2014. Pe-
ngaruh kekurangan energi kronik (KEK)
dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Jurnal Kesehatan 5(2):167-172.
Amiruddin, Wahyuddin. 2004. Studi Kasus
Kon- trol Faktor Biomedis terhadap
Kejadian Anemia Ibu Hamil di
Puskesmas Man-
ti-murung Maros (Laporan). Makassar: org/10.1017/ S1368980010001552
FKM, Universitas Hasanuddin. Jufar AH, Zewde T. 2014. Prevalence of anemia
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengem- among pregnant women attending ante-
bangan Kesehatan Kementerian Kesehatan natal care at Tikur Anbessa specialized
RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Ja- hospital, Addis Ababa Ethiopia. J He-
karta: Kemenkes RI. matol Thromb Dis 2:125. http://dx.doi.
Beard JL. 2000. Effectiveness and strategies of org/10.4172/2329-8790.1000125
iron supplementation during pregnancy. Kar BR, Rao SL, Chandramouli BA. 2008.
Am J Clin Nutr 71:1288S-94S. Cognitive development in children with
Bencaiova G, Burkhardt T, Breymann C. 2012. chronic protein energy malnutrition.
Anemia-prevalence and risk factors Behav Brain Funct 4:31. http://dx.doi.
in pregnancy. Eur J Intern Med 23(6); org/10.1186/1744-9081-4-31
529–533.http://dx.doi.org/10.1016/j. Khambalia AZ, O’connor DL, Macarthur C,
ejim.2012.04.008 Dupuis A, Zlotkin SH. 2009. Periconcep-
Christian P. 2010. Maternal height and risk tional iron supplementation does not re-
of child mortality and undernutrition. duce anemia or improve iron status
JAMA 303(15):1539-1540. http://dx.doi. among pregnant women in rural
org/10.1001/jama.2010.469 Bangladesh. Am J Clin Nutr 90:1295-302.
Cogswell ME, Parvanta I, Ickes L, Yip R, Brit- Lynch SR. 2011. Why nutritional iron
tenham G. 2003. Iron supplementation du- deficiency persists as a worldwide
ring pregnancy, anemia, and birth weight: problem. J Nutr 141:763S-768S.
a randomized controlled trial. Am J Clin Malhotra P, Kumari S, Kumas R, Varma S.
Nutr 78(4):773-81. 2004. Prevalence of anemia in adult rural
Dairo MD, Lawoyin TO. 2004. Socio-demo- popu- lation of north India. J Assoc
graphic determinants of anaemia in preg- Physicians India 52:18-20
nancy at primary care level: a study in [MCAI] Millenium Challenge Account - Indo-
urban and rural Oyo State, Nigeria. Afr J nesia. 2015. Pedoman Program Pemberian
Med Med Sci 33(3):213-7. dan Pemantauan Mutu Tablet Tambah
Dekker LH, Mora-Plazas M, Marin C, Baylin Da- rah Untuk Ibu Hamil. Kerjasama
A, Villamo E. 2010. Stunting associated antara Kementerian Kesehatan RI dan
with poor socioeconomic and maternal Millenium Challenge Account –
nutrition status and respiratory morbidity Indonesia.
in Colombian school children. Food Nutr McCann JC, Ames BN. 2007. An overview of
Bull 31(2):242-50. evidence for a causal relation between
[Depkes RI] Departemen Kesehatan RI. 2005. iron deficiency during development and
Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Mater- defi- cits in cognitive or behavioral
nal dan Neonatal. Jakarta: Depkes RI. function. Am J Clin Nutr 85:931-45.
Fatimah S, Hadju V, Bahar B, Abdullah Z. Menon KC, Ferguson EL, Thomson CD, Gray
2011. Pola konsumsi dan kadar AR, Zodpey S, Saraf A, Das PK, Pandav
hemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten CS, Skeaff SA. 2014. Iron status of preg-
Maros, Sulawesi Selatan. Makara nant Indian women from an area of active
Kesehatan 15(1):31-36. iron supplementation. Nutr 30(3):291–
Idowu OA, Mafiana CF, Sotiloye D. 2005. Ane- 296.http://dx.doi.or g/10.1016/j.
mia in Pregnancy: a survey of pregnant nut.2013.08.015
women in Abeokuta, Nigeria. Afr Health Moench-Pfanner R, de Pee S, Bloem MW,
Sci 5(4): 295-299. Foote D, Kosen S, Webb P. 2005. Food-
Ikeanyi EM, Ibrahim AI. 2015. Does antenatal for-work programs in Indonesia had a
care attendance prevent anemia in preg- limited effect on anemia. J. Nutr. 135:
nancy at term? Niger J Clin Pract 18(3): 1423–1429.
323-327. http://dx.doi.org/ 10.4103/1119- Morsy N, Alhady S. 2014. Nutritional status and
3077.151730 socio-economic conditions influencing
Jin L, Yeung LF, Cogswekk ME, Ye R, Berry prevalence of anaemia in pregnant
RJ, Liu J, Hu DJ, Zhu L. 2010. Prevalence women. IJSTR 3(7):54-60.
of anaemia among pregnant women in [NCCWCH] National Collaborating Centre for
south- east China, 1993–2005. Public Women’s and Children Health. 2008.
Health Nutr 13(10):1511–1518. Antenatal Care. Routine Care for the
http://dx.doi.
Healthy Pregnant Woman. ISBN-13:978-
1-904752-46-2. Greene K, Jarvis J, Nixon C, Seereeram
Obse N, Mossie A, Gobena T. 2013. Magni- R, Poon-King C, Singh R. 2010. Anaemia
tude of anemia and associated risk factors in pregnancy: associations with parity,
among pregnant women attending antena- abor- tions and child spacing in primary
tal care in Shalla Woreda, West Arsi zone, health- care clinic attendees in Trinidad
Oromia Region, Ethiopia. Ethiop J Health and To- bago. Afr Health Sci 10(1):66-70.
Sci 23(2):165-73. van den Broek NR, Letsky EA. 2000. Etiology
Ononge S, Campbell O, Mirembe F. 2014. Hae- of anemia in pregnancy in south Malawi.
moglobin status and predictors of anaemia Am J Clin Nutr 72:247S–56S.
among pregnant women in Mpigi, [WHO] World Health Organization. 2001. Iron
Uganda. BMC Research Notes 7:712. Deficiency Anemia: Assessment, Preven-
Özaltin E, Hill K, Subramanian SV. 2010. Asso- tion, and Control. A Guide for
ciation of maternal stature with offspring Programme Managers. Geneva (CH):
WHO
mortality, underweight, and stunting in . 2005. Worldwide prevalence of anemia
low-to middle-income countries. JAMA. 303(15):1507-1516.
Scholl TO. 2005. Iron status during pregnancy: setting the stage for mother and infant. Am J Clin Nutr 81:1218S-
22S.
Uche-Nwachi EO, Odekunle A, Jacinto S, Bur- nett M, Clapperton M, David Y, Durga S,
1993-2005: WHO Global Database on Anemia. Geneva (CH): WHO. http://www. who.int/vmnis 1-40
Zijp IM, Korver O, Tijburg LB. 2000. Effect of tea and other dietary factors on iron ab- sorption. Critical
Review in Food Sciences and Nutrition 40(5):372-398.
/FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SIKUMANA
KOTA KUPANG
TAHUN 2012

Yuliana Dafroyati

ABSTRACT

This research aimed to know the factors that affect the amemia
occuranceonpregnant mother at Sikumana Primary Health Care. The kind of this research
is quantitative with descriptive design to decribe factors that affect the anemia
occuranceon pregnant mothers at Sikumana Primary Health Care. The sample of this
research was 36 pregnant mothers who came to do Antenatal Care at Sikumana
Primary Health Careespecially at KIA klinic. The result of this research showed that
based on the pregnant mother’s age factor 18 out of 36 (50%) pregnant mothers
suffered anemia were pregnant at the unrisk age that is 20 years old to less than 35
years old (20 years old - < 35 years old); based on the pregnancy age factor 24 out of 36
(67%) pregnant mothers suffered anemia, and the age of their pregnancy was in
Trimester III; based on the level of knowledge factor 18 out of 36 (50%) pregnant
mothers had low knowledge level; based on the social economy status factor 18 out of
36 (50%) pregnant mothers were in the low social economy status;based on the
nutrition intake during pregnancy factor 18 out of 36 (50%) pregnant mothers were in the
inadequate nutrition intake; and based on the discipline level of pregnant mother in
consuming the Fe tablet factor 36out of 36 (100%) pregnant mothers were indiscipline
in consumingit.

Key Words : Factors, Anemia occurance, andpregnant mother

PENGANTAR
Indikator kesehatan yang penting disebabkan antara lain oleh keadaan
dan masih menjadi tantangan bagi bangsa kesehatan dan gizi ibu yang rendah selama
Indonesia khususnya Propinsi Nusa masa kehamilan. Yang menjadi penyebab
Tenggara Timur sekarang ini adalah masih paling banyak kematian maternal adalah
tingginya Angka Kematian Ibu yaitu akibat perdarahan yang ibu alami selama
111/100000 kelahiran hidup untuk tingkat persalinan maupun pada masa nifas.
nasional dan 128/1000 kelahiran hidup Perdarahan yang paling sering disebabkan
untuk NTT. Tingginya angka tersebut oleh anemia pada ibu hamil.
/Yuliana Dafroyati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia 469
pada Ibu Hamil di Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2012

Anemia dapat didefinisikan sebagai kesehatan dan akan menjadi lebih berat serta
penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam dapat memberikan dampak yang sangat
darah sampai dibawah rentang normal buruk, baik bagi janin maupun bagi ibu
13.5 gr/dl (Pria), 11.5 gr/dl (Wanita) dan hamil sendiri. Selain itu ada faktor lain yang
10.0 gr/dl (anak-anak). Anemia yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
sering diderita oleh ibu hamil adalah hamil, yaitu nutrisi yang tidak cukup,
anemia defisiensi besi. Ibu hamil yang masukan zat besi yang tidak adekuat, serta
mengalami anemia defisiensi besi pada ketidakpatuhan ibu dalam mengkonsumsi
umumnya hanya memberi sedikit besi tablet Fe.
pada janin yang dibutuhkan untuk Berdasarkan hasil studi data awal
kebutuhan metabolisme besi yang normal. yang peneliti ambil di Puskesmas Sikumana,
Gejala awal anemia defisiensi besi berupa terdapat 40 ibu hamil yang menderita
badan lemah, lelah, kurang energi, kurang anemia dengan kadar Hb berkisar antara 7
nafsu makan, daya konsentrasi menurun, gr/dl sampai 10 gr/dl. Dengan rincian
sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, anemia berat (5-7 gr/dl) 2.7% ibu hamil,
stamina tubuh menurun, dan pandangan yang menderita anemia sedang (7.1-8.9
berkunang-kunang terutama bila bangkit gr/dl) 19.4% ibu hamil dan ibu hamil yang
dari duduk. Selain itu wajah, selaput menderita anemia ringan (9-10 gr/dl) 77.7%
lendir, kelopak mata, bibir dan kuku ibu hamil. Melihat data tersebut di atas
penderita tampak pucat. Jikalau anemia menunjukkan bahwa masalah anemia pada
berat, ibu bisa sesak napas bahakan lemah ibu hamil masih menjadi hambatan bagi
jantung. peningkatan kesehatan ibu dan anak di
Banyak faktor yang dapat Indonesia, khususnya NTT.
menyebabkan terjadinya anemia pada ibu Faktor-faktor yang
hamil. Selain secara fisiologis, seorang ibu mengakibatkan semakin
hamil akan mengalami anemia jika selama meningkatnya angka kejadian
masa kehamilan tidak menjaga
/470 JURNAL INFO KESEHATAN, VOLUME 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013

anemia pada ibu hamil, antara lain: usia ibu


umur kehamilan, sehingga frekuensi
hamil, umur kehamilan, status sosial
anemia dalam kehamilan semakin
ekonomi, budaya, tingkat pendidikan yang
meningkat. Tingkat pendidikan dan tingkat
juga mempengaruhi tingkat
ekonomi secara tidak langsung dapat
pengetahuan ibu hamil serta tingkat
mempengaruhi keadaan anemia pada ibu
kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi obat
hamil. Tingkat pendidikan yang rendah
penambah darah (Fe). Usia ibu yang terlalu
mengakibatkan rendahnya tingkat
muda dan terlalu tua sangat mempengaruhi
pengetahuan ibu hamil tentang makanan
kejadian anemia, karena pada usia muda
dan nutrisi- nutrisi yang harus dipenuhi
tersebut membutuhkan zat besi lebih
selama masa kehamilan, sedangkan
banyak, baik untuk pertumbuhan ibu hamil
tingkat ekonomi yang rendah juga
sendiri maupun janin yang dikandungnya,
mempengaruhi kemampuan ibu dalam
sedangkan kehamilan yang terjadi pada ibu
memenuhi nutrisi yang diperlukan selama
berusia lebih dari 35 tahun lebih banyak
masa kehamilan. Kepatuhan ibu hamil
mengalami hipertensi, diabetes melitus,
dalam mengkonsumsi tablet Fe yang
anemia dan penyakit-penyakit kronis lainnya
diterima selama masa kehamilan
yang akhirnya dapat
merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi kehamilannya.
meningkatkan kualitas
Pada kehamilan memasuki usia 10
kehamilannya, yaitu meningkatnya kadar
minggu, darah ibu bertambah tetapi tidak
Hb pada ibu hamil.
dibarengi dengan pertambahan plasma
Dengan melihat
darah dan akan memuncak dalam usia
kehamilan antara 32-36 minggu. Makin permasalahan yang ada, maka
tua umur kehamilan, kadar Hb semakin peneliti berminat untuk melakukan
rendah karena pengenceran darah menjadi penelitian tentang “Faktor-Faktor
semakin nyata dengan kemajuan Yang Mempengaruhi Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Sikumana”.

METODE PENELITIAN
/Yuliana Dafroyati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia 471
pada Ibu Hamil di Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2012

Rancangan penelitian ini Penelitian ini dilaksanakan di


menggunakan metode deskripsi kuantitatif Puskesmas Sikumana yaitu di Poli KIA
yang bertujuan untuk mendeskripsikan mulai tanggal 21 Januari – 23 Januari
atau mengetahui faktor-faktor yang 2013. Puskesmas Sikumana merupakan
mempengaruhikejadian anemia salah satu pusat pelayanan kesehatan
padaibuhamil. Populasi dalam penelitian ini masyarakat yang ada di kota kupang.
adalah seluruh ibu hamil yang menderita Wilayah kerja puskesmas Sikumana
anemia atauibuhamil yang mencakup 6 (enam) kelurahan dalam
kadarHbnyadibawah 11 gr/dl yang ada di wilayah Kecamatan Maulafa dengan luas
PuskesmasSikumanaberjumlah 40 orang. wilayah kerja sebesar
Sampel dalam penelitian ini dengan 200.67 km2. Kelurahan yang termasuk
mengunakan rumus Notoadmojo adalah 36 dalam wilayah kerja Puskesmas Sikumana
orang ibu hamil. Instrumen penelitian yang antara lain : Kelurahan Sikumana, Kelurahan
digunakan adalah kuisoner. Penelitian ini Kolhua, Kelurahan Belo, Kelurahan
dilakukan di puskemas sikumana pada Fatukoa, Kelurahan Naikolan, dan
bulan Januari 2013. Data yang telah Kelurahan Oepura.
terkumpul akan diolah secara deskriptif,
kemudian disajikan dalam bentuk naratif Gambaran Umum Responden
dan tabular.
Hasil penelitian mengenai gambaran
HASIL DAN PEMBAHASAN umum responden (Tabel 1) menunjukkan
bahwa dari tingkat anemia, 15 (42.9%) ibu
Setelah dilakukan penelitian hamil menderita anemia Ringan, 12
terhadap 36 orang ibu hamil di Puskesmas (33%), ibu hamil menderita anemia Sedang,
Sikumana, maka diperoleh hasil, sebagai dan 9 (25%) ibu hamil menderita anemia
berikut : berat; dari jumlah paritas, 20 (56%) ibu
hamil
Gambaran Umum Lokasi
Primigravida dan 16 (44%) ibu hamil
Penelitian Multigravida; dari tingkat pendidikan
responden 19 (53%) ibu
/472 JURNAL INFO KESEHATAN, VOLUME 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013

hamil berpendidikan SMA, 13 (36%)


Ibu suaminya bekerja sebagai PNS,
dan 4 (11%) ibu hamil berpendidikan SD;
9 (25%) bekerja sebagai Wiraswasta, 8
dari pekerjaan Ibu, 27 (75%) ibu hamil
(22%)
bekerja
bekerjasebagai tukang, sopir dan
sebagai IRT, 8 (22%) ibu hamil
mehasiswa, 6 (17%) ibu suaminya bekerja
merupakan Mahasiswa dan 1 (3%)
sebagai petani, 2 (5%) bekerja sebagai
ibu hamil merupakan Wiraswasta; serta dari
buruh.
pekerjaan suami 11 (31%)
/

Variabel ∑ (Jumlah

/
% Ibu)
Tingkat Anemia Ibu
15 42.9%
/Ringan 12 33%
Sedang 9 25%
Berat
Paritas
Primigravida 20 56
%
Multigravida 16 44
%
Pendidikan
SD 4 11
%
SMP 13 36
%
SMA 19 53
%
PT 0 0%
Pekerjaan Ibu
PNS 0 0%
Wiraswasta 1 3%
IRT 27 75
%
Mahasiswa 8 22
%
Pekerjaan Suami
PNS 11 31
%
Wiraswasta 9 25
%
Petani 6 17
%
Buruh 2 5%
Lain-lain*) 8 22
%
Tabel 1. Karakteristik Responden (Ibu Hamil) yang Menderita Anemia Di
Puskesmas Sikumana Kota Kupang
/Yuliana Dafroyati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia 473
pada Ibu Hamil di Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2012
/

Gambar 1. Karakteristik Usia Responden (Ibu Hamil) yang Menderita Anemia di


Puskesmas Sikumana Kota Kupang

FaktorUsia Ibu Hamil anemia pada ibu hamil. Tetapi keadaan ini
/Hasil penelitian mengenai Faktor tidak mutlak karena pada ibu yang hamil
Usia Ibu Hamil (Gambar 1) menunjukkan pada usia yang tidak beresiko juga bisa
bahwa dari 36 responden yang peneliti mengalami anemia.
ambil, 50% ibu merupakan ibu yang hamil Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dalam usia beresiko yaitu <20 tahun dan telah dilakukan, menunjukkan bahwa 50%
>35 tahun. Sedangkan 50% ibu merupakan ibu hamil yang menderita anemia, hamil
ibu yang hamil dalam usia yang tidak pada usia yang tidak beresiko yaitu
beresiko yaitu 20 tahun - <35 tahun.Hamil 20 tahun-<35 tahun dan 50% ibu, hamil
pada usia yang beresiko akan sangat pada usia yang beresiko yaitu
mempengaruhi keadaan <20 tahun dan >35 tahun.

Gambar 2. Karakteristik Umur Kehamilan Responden (Ibu Hamil) yang Menderita


Anemia di Puskesmas Sikumana Kota Kupang
/474 JURNAL INFO KESEHATAN, VOLUME 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013

Faktor Umur Kehamilan menimbun cadangan zat besi untuk dirinya


/Hasil Penelitian mengenai Faktor sendiri sebagai persediaan bulan pertama
Umur Kehamilan Ibu (Gambar 2) sesudah lahir.Semakin
menunjukkan bahwa 67% ibu tinggi umur kehamilan ibu maka akan
hamilmenderita anemia pada usia mempengaruhi keadaan anemia pada ibu.
kehamilan Trimester III, 25% pada usia Hal ini sesuai dengan hasil penelitan yang
kehamilan Trimester II dan 8% pada usia menunjukkan bahwa 67% ibu hamil yang
Trimester I. Ibu hamil cendrung mengalami menderita anemia datang dengan umur
anemia pada tiga bulan terakhir kehamilan kehamilan pada trimester III.
karena pada masa tersebut janin

Gambar 3. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden (Ibu Hamil) yang


Menderita Anemia tentang Anemia dalam Kehamilan di Puskesmas Sikumana
Kota Kupang

Faktor Tingkat Pengetahuan berpengetahuan rendah tentang anemia,

Ibu Hamil tentang Amenia 39% berpengetahuan cukup dan 11% saja
yang berpengetahuan tinggi. Agustina
dalam Kehamilan
(2000) menyatakan bahwa faktor- faktor

Hasil penelitian mengenai tingkat yang menyebabkan anemia adalah adanya

pengetahuan ibu hamil tentang anemia penyakit infeksi dan asupan makanan yang

dalam kehamilan (Gambar 3) menunjukkan tidak mencukupi kebutuhan tubuh yang

bahwa 50% ibu hamil yang diteliti


/Yuliana Dafroyati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia 475
pada Ibu Hamil di Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2012

dipengaruhi oleh kurangnya perbulan, 28% ibu hamil berstatus sosial


pengetahuan dan pendidikan ekonomi cukup dan 22% ibu hamil
tentang kesehatan ibu berstatus sosial ekonomi tinggi.
mengakibatkan ibu merasa tidak perlu Penyebab terjadinya anemia yaitu (1)
untuk meminta pertolongan medis atau Kurangnya kemampuan keluarga
mendatangi pusat-pusat pelayanan memperoleh makanan yang
kesehatan yang tersedia. Dengan cukup kuantitas dan kualitas untuk anggota
pengetahuan yang rendah, seorang ibu keluarga sepanjang tahun, (2) Praktek
hamil beresiko pelaksanaan pemeliharaan
menderita anemia, karena ibu dan anak memadai,
ketidaktahuan ibu mengenai (3) Kurangnya kemampuan
anemia menghambat proses keluarga dalam menjangkau
pencegahan anemia pada ibu hamil itu pelayanan dan lingkungan
sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil kesehatan yang baik.
penelitian yang menunjukkan bahwa50% Semua itu diperburuk lagi bila
ibu hamil yang ditambah adanya faktor kemiskinan,
menderita anemia berpengetahuan rendah, rendahnya status wanita, adanya buta huruf,
39% ibu hamil dan lingkungan yang buruk. Keadaan ini
berpengetahuan cukup dan 11% ibu tidak mutlak, karena sesuai
hamil berpengetahuan tinggi. dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa 22%
Faktor Status Sosial Ekonomi
ibu hamil berstatus sosial ekonomi
Keluarga Ibu Hamil. keluarga tinggi, 28% berstatus sosial
ekonomi keluarga cukup, dan 50% ibu
Hasil penelitian mengenai status
hamil berstatus sosial ekonomi keluarga
sosial ekonomi keluarga ibu hamil (Gambar
rendah dengan pendapatan <700.000
4) menunjukkan bahwa 50% ibu hamil
perbulan.
berstatus sosial ekonomi keluarganya rendah
dengan pendapatan <700.000
/476 JURNAL INFO KESEHATAN, VOLUME 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013

Gambar 4. Karakteristik Status Sosial Ekonomi Keluarga Responden (Ibu Hamil)


yang Menderita Anemia di Puskesmas Sikumana Kota Kupang

Faktor Status Asupan Nutrisi mengandung protein (Hewani dan Nabati);

Ibu Hamil selama masa 2) Susu dan olahannya; 3) Roti dan bebijian;
4) Buah dan sayur yang kaya akan vitamin
Kehamilan.
C; 5) Sayuran berwarna hijau tua; 6) buah

Hasil penelitian mengenai status dan sayur lain. Jika keenam bahan makanan

asupan nutrisi ibu hamil ini digunakan, maka seluruh zat gizi yang

selama masa kehamilan (Gambar 5)


dibutuhkan ibu hamil akan terpenuhi,
menunjukkan bahwa 50% ibu hamil asupan
kecuali zat besi dan asam folat. Itulah
nutrisinya inadekuat selama masa
sebabnya mengapa suplementasi zat besi
kehamilan, 39% asupan
perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada
nutrisinya cukup dan 11% ibu hamil asupan
wanita yang bergizi baik. Status asupan
nutrisinya adekuat.
nutrisi ibu hamil selama masa kehamilan,
Perencanaan gizi untuk wanita hamil
akan sangat mempengaruhi keadaan status
sebaiknyamengacu pada
kesehatan ibu hamil, terutama masalah
RDA (Recomended Daily
anemia pada ibu hamil. Hal ini sesuai
Allowances). Dibandingkan dengan ibu
dengan hasil penelitian yang menunjukkan
yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil
bahwa, 50% ibu hamil yang
akan protein meningkat
sampai 68%, asam folat 100%,
kalsium 50% dan zat besi 200%- 300%.
Bahan pangan yang digunakan harus
meliputi enam kelompok, yaitu 1)
Makanan yang
/Yuliana Dafroyati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia 477
pada Ibu Hamil di Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2012

/menderita anemia status asupan nutrisi nutrisi cukup dan 11% berstatus asupan nutrisi
selama kehamilannya inadekuat, 39% adekuat.
berstatus asupan

Gambar 5. Karakteristik Status Asupan Nutrisi Responden (Ibu Hamil) yang


Menderita Anemia selama Kehamilan di Puskesmas Sikumana

Faktor Tingkat Kepatuhan Ibu kualitas kehamilannya. Kadar hemoglobin

Hamil dalam Mengkonsumsi akan meningkat 1 gr/dl jika dalam waktu 1-2
bulan ibu hamil mengkonsumsi pil Fe 60
Tablet Fe selama masa
mg. Kepatuhan ibu hamil minum pil Fe
Kehamilan. merupakan faktor penting dalam menjamin
peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil.
Hasil penelitian mengenai tingkat
Tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
mengkonsumsi tablet Fe sangat
tablet Fe selama masa kehamilan (Gambar
mempengaruhi keadaan anemia pada ini
6) menunjukkan bahwa 100% ibu hamil
hamil. Keadaan ini sesuai dengan hasil
atau seluruh ibu hamil yang diteliti tidak
penelitian yang menunjukkan bahwa 100%
patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe.
atau seluruh ibu hamil yang diteliti tidak
Kepatuhan ibu hamil dalam minum pil Fe
patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe.
yang diterima selama kehamilannya
merupakan faktor penting dalam
meningkatkan
/478 JURNAL INFO KESEHATAN, VOLUME 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013

Gambar 6. Karakteristik Tingkat Kepatuhan Responden (Ibu Hamil) yang


Menderita Anemia dalam Mengkonsumsi Tablet di Puskesmas Sikumana Kota
Kupang

Faktor Dominan hamil mengenai anemia, faktor status sosial

yang ekonomi keluarga, faktor asupan nutrisi


selama masa kehamilan dan faktor tingkat
Mempengaruhi
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
Kejadian Anemia tablet Fe dan faktor yang paling dominan
pada Ibu Hamil dalam mempengaruhi kejadian anemia
adalah faktor ketidakpatuhan ibu hamil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dalam mengkonsumsi tablet Fe dan diikuti
dilakukan menunjukkan bahwa faktor yang faktor asupan nutrisi ibu hamil selama masa
paling dominan dalam mempengaruhi kehamilan yang tidak adekuat.
kejadian anemia pada ibu hamil adalah
faktor ketidakpatuhan ibu hamil dalam Dengan penelitian ini, diharapkan

mengkonsumsi tablet Fe dan diikuti faktor ibu hamil bisa mengubah pola hidup

asupan nutrisi ibu hamil selama masa mereka khususnya dalam hal

kehamilan yang tidak adekuat. meningkatkan asupan nutrisi selama masa


kehamilan serta dalam hal kepatuhannya
SIMPULAN DAN SARAN dalam

Faktor-faktor resiko yang


mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
hamil adalah faktor usia ibu hamil, faktor
umur kehamilan, faktor tingkat
pengetahuan ibu
/Yuliana Dafroyati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia 479
pada Ibu Hamil di Puskesmas Sikumana Kota Kupang
Tahun 2012

mengkonsumsi tablet Fe selama masa


Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Hidup
kehamilan untuk menekan angka kejadin Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi.
anemia pada ibu hamil.Mengingat bahwa EGC : Jakarta
angka kejadia anemia pada ibu hamil di
Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004.
Puskesmas Sikumana cukup tinggi maka
Buku Ajar Keperawatan
petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Maternitas ed.4. EGC : Jakarta
Sikumana khususnya di Poli KIA agar
senantiasa memperhatikan keadaan ini, bisa
Curtis B. Glade.1999. Kehamilan Apa
Yang Anda Hadapi Minggu per
dengan memberikan Pendidikan Kesehatan
Minggu. Arcan : Jakarta
tentang anemia pada ibu hamil khususnya
mengenai pentingnya meningkatkan asupan Fraser, M.Diane dan Cooper,
nutrisi selama masa kehamilan dan A.Margaret. 2009. Buku Ajar
Bidan Myles ed. 14. EGC :
pentingnya mengkonsumsi tablet Fe
Jakarta
selama masa kehamilan agar meningkatkan
pemahaman ibu hamil, sehingga angka Indiarti, M.T. 2007. Panduan Lengkap
kejadian anemia pada ibu hamil dapat Kehamilan dan Persalinan dan
diturunkan. Perawatan Bayi. Diglosia Media
: Jakarta
REKOMENDASI Notoadmodjo, S. 2003. Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Agar dilakukan penelitian lanjutan terkait
Rineka Cipta : Jakarta
faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat asupan nutrisi pada Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Ilmu Perilaku Kesehatan. PT
ibu hamil selama masa kehamilan serta
Rineka Cipta : Jakarta
tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet Fe. Nursalam, M. 2001. Metodologi Riset
Penelitian. EGC : Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Simkin,Penny, dkk. 2007. Panduan
Lengkap Kehamilan,
Melahirkan dan Bayi. Arcan :
Jakarta

Yayasan Bina Pustaka. Ilmu Kebidanan


http://pondokibu.com/dampak- anemia-
terhadap-ibu-hamil- dan-janin.html
http://puskesmas-
oke.blogspot.com/2008/12/a
nemia-pada-ibu-hamil.html
http://www.skripsipedia.com/2011/0
3/faktor-yang- mempengaruhi-
anemia.html
http://sahabatpintarq.blogspot.com/ pada-ibu-hamil.html
2001/05/pengetahuan- anemia-
ANALISIS FAKTOR ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH
BESAR
/

Nuzulul Rahmi1*, Asmaul Husna2


1
Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ubudiyah Indonesia, Jl. Alue Naga Desa Tibang
Kota Banda Aceh
2
Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ubudiyah Indonesia, Jl. Alue Naga Desa Tibang
Kota Banda Aceh
*
Korespondesnsi Penulis: Nuzulul_r@uui.ac.id

Abstrak

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit)
dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh (Proverawati, 2011). Menurut
Badriah (2011), ibu hamil dengan anemia berat (< 7 g/dl) mempunyai risiko kematian pada persalinan 3,6
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil tanpa anemia. Kontribusi anemia terhadap kematian ibu
dan bayi diperkirakan lebih tinggi lagi, antara 50-70%. Hasil Riskesdas tahun 2018 kejadian anemia pada
ibu hamil meningkat dibandingkan Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 48,9 %, dari 37,1 %. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Jenis penelitian yaitu penelitian observasional dengan rancangan
case control. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, pada kelompok kasus diambil
sampel sebanyak 30 ibu dan kelompok kontrol sebanyak 30 orang dengan menggunakan tehnik acak
sederhana, analisis data menggunakan uji Chi square dan Odd ratio. Analisis data didapatkan faktor umur
(p=0,038, OR=3,5), paritas (p=0,009, OR=4,7), usia kehamilan (p=0,119, OR=0,3) dan pendidikan
(p=0,111, OR=2,7). Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh faktor, paritas dengan anemia pada
kehamilan dan tidak ada pengaruh antara usia kehamilan dan pendidikan dengan kejadian anemia dalam
kehamilan.

Kata Kunci : anemia dalam kehamilan, faktor anemia


Abstract

PENDAHULUAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang terlalu
sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen
ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Menurut WHO (2008), secara global prevalensi anemia
pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di
Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1 %. (Salmariantity, 2012).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok
wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan,
badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari
anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena
interaksi antara keduanya (Noverstiti, 2012). Menurut WHO, 40 % kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%,
sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan
predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia (Saifudin, 2012).
Hasil Riskesdas tahun 2018 kejadian anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 %, mengalami
peningkatan dari hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 37,1. Ibu dengan status pekerjaan buruh lebih
banyak menderita anemia pada kehamilan yaitu 55,5 %, ibu yang berpendidikan tamat SLTP sederajat
lebih banyak mengalami anemia dalam kehamilan yaitu 51,5 % dan ibu hamil yang barusia di bawah 24
tahun juga mengalami anemia yang sangat tinggi yaitu 84,6 %. Data Ibu hamil provinsi Aceh ada 79,5 %
ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet tambah darah kurang dari 90 tablet dan 83,6 tidak mendapatkan
tablet tambah darah 90 tablet.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya gravida, umur,
paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe (Krisnawati, dkk, 2015).
Menurut Amirudin dan Wahyuddin (2014), faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada
ibu hamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat
dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada
usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kajadian anemia.
Berdasarkan hasil penelitian dari Astriana di tahun 2017 didapatkan hasil p value 0,023 yang
artinya ada pengaruh paritas dengan anemia pada ibu hamil. Responden dengan paritas beresiko lebih
banyak mengalami anemia pada ibu hamil dibandingkan responden dengan paritas tidak beresiko.
Menurut peneliti hal ini dikarenakan Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia
zat besi pada ibu hamil. Menurut penelitian Ramadini dan Risma tahun 2016 menunjukkan hasil ada
hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia dengan p value 0,001, jarak
kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia,
karena kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zatzat gizi belum optimal, sudah harus
memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.

Kondisi anemia pada ibu hamil harus dideteksi sedini mungkin dan diberikan penatalaksanaan
yang tepat. Berdasarkan data peningkatan kejadian anemia, dampak yang dapat timbul dari kejadian
anemia serta beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh umur, usia kehamilan, dan paritas terhadap anemia pada ibu
hamil.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain case control.
Pengambilan data penelitian ini mulai dilaksanakan 02-18 Juni 2020 di wilayah kerja Puskesmas
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Baitussalam pada tahun 2020 bulan Januari - Mei yang
berjumlah 157 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Besar sampel
pada penelitian dengan jumlah sebanyak 30 ibu hamil dengan anemia sebagai kasus dan 30 ibu hamil
normal sebagai kontrol. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square dengan nilai signifikansi
95%. Kemudian ditentukan nilai OR (Odd Ratio) untuk mengetahui besarnya faktor risiko kejadian
anemia pada ibu hamil.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia, Umur, Paritas, Usia kehamilan,


Pendidikan, Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar

No Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Kejadian Anemia
a. Anemia 30 50
a. Tidak Anemia 30 50
2 Umur Ibu
a. Berisiko
- <20 Tahun 18 30
15 25
- >35 Tahun 27 45
b. Tidak Berisiko (20-35)
3 Paritas
a. Berisiko (>2) 27 45
a. Tidak Berisiko (≤2) 33 55
4 Usia kehamilan
a. Trimester II 33 55
a. Trimester III 27 45
5 Pendidikan
a. Rendah (≤SMA) 37 61,7
a. Tinggi (>SMA) 23 38,3

Berdasarkan tabel 1 ibu hamil yang anemia sebanyak 50%. Umur ibu 20-35 tahun sebanyak 45%,
paritas ibu yang tidak berisiko (≤2 anak) sebanyak 55%, Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester II
sebanyak 55%, dan Ibu yang berpendidikan rendah sebanyak 61,7%
Tabel 2

Analisis Faktor Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas


Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
/

Variabel Anemia
/No Katagori P
Independen
/

Anemia Tidak
Valu OR
Anemia

Usia Trimester II 13 43,3 20 66,6


3.
/0,119 0,3

Berdasarkan Tabel 2 di atas maka dapat dilihat hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut :

a. Pengaruh Umur dengan kejadian anemia pada Ibu hamil


Berdasarkan hasil penelitian dari kelompok kasus ibu hamil dengan umur beresiko (>35
tahun) sebanyak 70%, sedangkan dari kelompok kontrol umur ibu yang berisiko (>35 tahun)
sebanyak 40%. Hasil uji statistik umur dengan anemia didapat p value = 0,038 dan OR = 3,5.
Artinya, ada pengaruh umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan ibu hamil yang berumur
<20 dan >35 tahun memiliki risiko 3,5 kali lebih besar mengalami anemia dibandingkan umur 20-
35 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fatkhiyah (2018), diketahui bahwa terdapat
hubungan usia ibu dengan kejadian anemia (p=0,006), dengan nilai odd ratio 1,5. Mayoritas
responden dalam penelitian ini yaitu ibu hamil pada usia 20 tahun dan 35 tahun
masing-masing sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa umur 35 tahun mempunyai risiko
untuk hamil karena pada usia ini, alat reproduksi ibu hamil sudah menurun dan kekuatan untuk
mengejan saat melahirkan sudah berkurang sehingga anemia pun terjadi pada saat ibu hamil umur
>35 tahun. Jadi semakin muda dan semakin tua usia ibu untuk hamil akan cenderung dapat
mengalami kejadian anemia.
Penelitian lainnya dari Astriana (2017), di dapatkan p value 0,018 ini menunjukkan
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Maka hipotesa yang menyatakan menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan umur
beresiko lebih banyak mengalami anemia pada ibu hamil dibandingkan responden dengan umur
tidak beresiko. Menurut peneliti hal ini dikarenakan Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35
tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum
optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Rismawati dan Rohmatin (2017) menunjukkan
bahwa umur ibu hamil (p=0,185, OR=2,471) memiliki nilai p lebih besar dari p value sehingga
tidak memiliki pengaruh yang berarti. Nilai OR umur menunjukkan bahwa ibu hamil dengan umur
35 tahun beresiko mengalami anemia dibandingkan dengan umur ibu 20-35 tahun. Pada penelitian
ini belum menunjukkan adanya kecenderungan makin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia
makin besar. Hal ini dikarenakan proporsi sampelnya tidak seimbang dimana proporsi paling besar
(80%) ialah dari usia ibu saat hamil yaitu 20- 35 tahun baik di kelompok kasus maupun kontrol.
Hasil penelitian ini juga sesuai menurut teori Rukiyah dan Yulianti (2011), ibu hamil pada
umur terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperlihatkan lingkungan yang
diperlukan untuk pertumbuhan janin. Pada umur terlalu muda akan terjadi kompetisi makanan antar
janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang
terjadi selama kehamilan, sedangkan ibu hamil di atas 30 tahun
lebih cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat
besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi. Manuaba (2010), usia di bawah 20 tahun bukan masa yang
baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna. Hal ini tentu akan menyulitkan
proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan di atas 35 tahun mempunyai risiko untuk
mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, anemia dalam
kehamilan, hipertensi dll.
Pada kehamilan di usia muda di bawah 20 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi, karena
organ reproduksi belum siap dan berisiko tinggi mengalami kondisi kesehatan yang buruk saat
hamil. Selain itu secara psikologis mentalnya belum optimal dengan emosi cenderung labil
sehingga tidak fokus terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi selama kehamilan. Hamil pada saat
umur ibu di atas 35 tahun juga berisiko tinggi, karena pada usia tersebut terjadinya penurunan daya
tahan tubuh dan penuaan organ-organ tubuh sehingga mudah terkena berbagai penyakit seperti
anemia, hipertensi, pre eklampsia dan sebagainya. Pada umur ini disebut resiko tinggi karena bisa
memperburuk keadaan ibu dan janinnya dan komplikasi pada usia ini akan meningkat. Pada umur
ibu (<20 tahun dan >35 tahun) berisiko mengalami anemia selama kehamilan sehingga dianjurkan
untuk wanita usia muda untuk memunda pernikahan usia dini dan pada wanita usia lanjut
sebaiknya mencukupkan kehamilannya agar tidak terjadi komplikasi pada saat kehamilan dan
persalinan salah satunya mengalami anemia.

b. Pengaruh Paritas dengan kejadian anemia pada Ibu hamil


Berdasarkan hasil penelitian dari kelompok kasus ibu hamil dengan paritas beresiko
sebanyak 63,4%, sedangkan dari kelompok kontrol paritas yang berisiko sebanyak 26,6%. Hasil
uji statistik umur dengan anemia didapat p value = 0,009 dan OR = 4,7. Artinya, ada pengaruh
paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan ibu hamil paritas yang berisiko memiliki risiko
4,7 kali lebih besar mengalami anemia dibandingkan paritas tidak berisiko. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian dari Purwandari, dkk (2016), hasil uji statistik diperoleh nilai hitung X²
= 14.761 dan p = 0.005 IK 95% = 0.006 – 0.010 dan nilai chi-square tabel 9,448. Hal ini
menunjukkan nilai chi-square hitung lebih besar dari nilai chi-square tabel sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
paritas ibu hamil dengan tingkat anemia. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan hidup. Wanita
yang sering melahirkan resiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak
memperhatikan kebutuhan nutrisi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan
janin.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Anggraini (2018), hasil uji statistik di peroleh nilai
pvalue 0.002. Berarti jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat diartikan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dari hasil analisis
diketahui nilai odds ratio = 11,700 pada rentang 2,621-52,219, artinya ibu hamil dengan kelompok
paritas risiko tinggi mempunyai risiko 11,700 kali untuk mengalami anemia berat.
Hasil penelitian berbeda oleh Purwaningtyas dan Prameswari (2017), ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai
p value 0,675 (>0,05). Tidak terdapatnya hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada
ibu hamil dikarenakan sebagian besar ibu hamil yaitu 68 responden merupakan paritas tidak
berisiko. Berdasarkan hasil penelitian, dari 68 responden paritas tidak berisiko, 34 responden
mengalami anemia dan 34 responden tidak mengalami anemia. Hal ini menunjukkan bahwa ibu
hamil yang belum pernah melahirkan anak sama sekali atau merupakan kehamilan anak
pertama menentukan terhadap kemungkinan terjadinya anemia. Paritas adalah jumlah kehamilan
yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Paritas >2 merupakan faktor
terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat
gizi tubuh ibu. Paritas merupakan salah satu faktor yang diasumsikan mempunyai hubungan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Anemia bisa terjadi pada ibu dengan paritas tinggi
karena berhubungan dengan keadaan biologis ibu dan asupan zat besi. Anemia dalam hal ini terkait
dengan kehamilan sebelumnya dimana apabila cadangan besi di dalam tubuh berkurang maka
kehamilan akan menguras persediaan besi di dalam tubuh, dengan demikian dapat menimbulkan
kejadian anemia pada
kehamilan berikutnya (Arisman, 2009).
Terlalu banyak melahirkan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit dalam kehamilan
hingga melahirkan salah satunya seperti anemia. Semakin sering seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi. Apabila persediaan zat
besi di dalam tubuh sedikit, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan zat besi tersebut dan
dapat berdampak menjadi anemia. Pada ibu yang memiliki paritas (>2) berisiko mengalami anemia,
hal ini dipicu juga oleh jarak kehamilan.

c. Pengaruh Usia Kehamilan dengan kejadian anemia pada Ibu hamil


Berdasarkan hasil penelitian dari kelompok kasus ibu hamil dengan usia kehamilan trimester
III sebanyak 56,7%, sedangkan dari kelompok kontrol usia kehamilan yang trimester III sebanyak
33,4%. Hasil uji statistik usia kehamilan dengan anemia didapat p value = 0,119 dan OR = 0,3.
Artinya, tidak ada pengaruh usia kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan ibu hamil
yang trimester II memiliki risiko 0.3 kali lebih besar mengalami anemia dibandingkan usia
kehamilan trimester III.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Gedefaw, et al (2014) dengan hasil ada
hubungan umur kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di klinik perawatan antenatal
Wolayita Sodo Town, Southern Ethiopia, dengn nilai OR=11,97. Hasil penelitian Luthfiyati (2012),
ada hubungan yang bermakna antara umur kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
puskesmas Jetis kota Yogyakarta, dengan p value = 0,000 dan OR
= 4,54, artinya ibu hamil trimester II memiliki peluang 4,54 kali lebih besar mengalami anemia
dibandingkan ibu hamil trimester I dan III.
Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), pada umur kehamilan trimester ke II volume
plasma meningkat 45-65% dan maksimum terjadi pada bulan ke sembilan dan meningkat sekitar
1000 ml. Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan atau hemodilusi
yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20-30%), sehingga hemoglobin lebih rendah.
Hemoglobin mulai menurun pada bulan ke 3-5 kehamilan dan mencapai nilai terendah pada bulan
ke 5-8.
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan
adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan,
dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
Selama kehamilan jumlah zat besi dibutuhkan jauh lebih besar dibandingkan dengan ibu
yang tidak hamil. Zat besi yang tersedia di dalam tubuh ibu akan di transfer ke janin sesuai dengan
umur kehamilan. Pada trimester pertama zat besi ini belum terlalu banyak di serap ke janin, namun
pada trimester II dan III jumlah zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh meningkat. Dengan demikian,
ibu hamil harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan baik itu dari makanan
maupun dari suplemen zat besi. Apabila zat besi di dalam tubuh ibu tidak terpenuhi, maka dapat
menurunkan kadar hemoglobin ibu yang berdampak terjadinya anemia pada kehamilan. Kebutuhan
zat gizi selama kehamilan sangat perlu diperhatikan, karena bukan hanya anemia saja yang dapat
ditimbulkan oleh kekurangan zat gizi ini, namum dapat juga mengganggu tumbuh kembang janin
dalam kandungan serta penyulit-penyulit lainnya.
Pada ibu hamil dalam masa trimester II berisiko mengalami anemia, oleh karena itu selama
kehamilan sebaiknya ibu mengonsumsi makanan dengan zat gizi baik serta mengonsumsi suplemen
zat besi (tablet Fe) selama kehamilan secara rutin dan tetap mengontrol kondisi kesehatan ibu dan
janin dengan melakukan pemeriksaan antenatal care. Namun pada penelitian ini tidak terdapat
hubungan antara usia kehamilan dengan anemia pada ibu hamil dikarenakan banyak faktor lainnya
seperti pengetahuan yang tinggi sehingga ibu hamil mengetahui tentang anemia dan dapat
melakukan pencegahan, selain itu didukung juga oleh kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tabel Fe.

d. Pengaruh Pendidikan dengan kejadian anemia pada Ibu hamil


Berdasarkan hasil penelitian dari kelompok kasus ibu hamil yang berpendidikan rendah
sebanyak 73,3%, sedangkan dari kelompok kontrol sebanyak 50%. Hasil uji statistik pendidikan
dengan anemia didapat p value = 0,111 dan OR = 2,7. Artinya, tidak ada pengaruh pendidikan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan ibu hamil yang berpendidikan rendah memiliki risiko
2,7 kali lebih besar mengalami anemia dibandingkan ibu hamil berpendidikan tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwandari, dkk (2016), tingkat pendidikan
sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan SMA sebanyak 28
responden (50%), selanjutnya tingkat pendidikan SMP sebanyak 14 responden
(25%), tingkat pendidikan PT sejumlah 7 responden (13%), tingkat pendidikan SD sejumlah 5
responden (8%) dan tingkat pendidikan diploma sejumlah 2 responden (4%). Hasil uji statistic
diperoleh nilai hitung X² = 8.798 dan p = 0.360 IK 95% = 0.088 – 0.094 dan nilai chi-square tabel
15,507. Hal ini menunjukkan nilai chisquare hitung lebih kecil dari nilai chisquare tabel sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu hamil dengan
tingkat anemia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Purwaningtyas dan Prameswari
(2017), yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu hamil dengan kejadian
anemia (p value 0,360).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Mariza (2016), hasil penelitian diperoleh bahwa,
dari 14 responden berpendidikan rendah, yang mengalami anemia sebanyak 11 orang (78,6%)
sedangkan yang tidak anemia sebanyak 3 orang (21,4%). Dari 16 responden berpendidikan tinggi ,
yang mengalami anemia sebanyak 5 orang (31,2%), sedangkan yang tidak anemia sebanyak 11
orang (68,8%). Hasil dari analisa menggunakan chi-square didapatkan P-Value 0,026 sehingga P-
Value. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian anemia di
BPS Hertati T Yohan Way Halim Bandar Lampung. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
seseorang untuk mengambil keputusan terhadap suatu tindakan, ibu yang berpendidikan tinggi akan
terbuka dengan masukanya informasi-informasi baru sehingga akan menambah tingkat
pengetahuan yang baik akan mempengaruhi prilaku yang positif terhadap pemenuhan gizi saat
hamil.
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang
datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka
dapatkan (Wawan dan Dewi, 2010).
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan semakin tinggi pula tingkat pendidikan
kesehatannya karena tingkat pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama factor
perilaku kesehatan. Dengan tingginya pendidikan ibu hamil dapat mengetahui dan menyadari
bagaimana cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang dapat
memperburuk kesehatan khususnya selama masa kehamilan.
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan
berpikir, artinya seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan
yang lebih rasional, mudah menerima perubahan, mudah menerima informasi sehingga
pengetahuan tentang anemia dan faktor penyebabnya dapat dihindari, terutama pengetahuan
tentang kebutuhan zat besi selama kehamilan. Ibu yang berpendidikan rendah berisiko mengalami
anemia, namun hal ini dapat dicegah dengan cara ibu hamil sebaiknya mendapatkan informasi baik
itu dari petugas kesehatan, media elektronik dan media cetak, tentang faktor apa saja yang dapat
memicu terjadinya anemia selama kehamilan.
Namun penelitian ini tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan anemia ibu hamil
dikarenakan faktor lain seperti kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe, ibu yang berpendidikan tinggi
tetapi tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan teratur sehingga menyebabkan anemia ibu hamil.
Faktor lainnya seperti pendapatan keluarga ibu hamil, pendidikan rendah tetapi ibu hamil dapat
membeli makanan sehat yang dapat mencegah anemia sehingga ibu hamil pendidikan rendah tidak
mengalami anemia.

KESEIMPULAN
Ada pengaruh faktor umur (p=0,038, OR=3,5), paritas (p=0,009, OR=4,7) dengan anemia pada
kehamilan. Tidak ada pengaruh antara usia kehamilan (p=0,119, OR=0,3) dan pendidikan (p=0,111,
OR=2,7) dengan kejadian anemia dalam kehamilan.

SARAN
Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk menemukan ibu hamil dengan anemia dan melakukan
penatalaksanaan yang benar bagi ibu hamil yang mengalami anemia. Pada penelitian ini belum meneliti
tentang hubungan antara konsumsi tablet besi dan riwayat penyakit dengan kejadian anemia pada ibu
hamil, sehingga saran bagi peneliti selanjutnya agar meneliti tentang hubungan konsumsi tablet besi dan
riwayat penyakit dengan kejadian anemia ibu hamil dan faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian
anemia lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Dengan selesainya penelitian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak Puskesmas
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar yang telah mendukung dan memberikan izin penelitian ini. Serta
seluruh civitas akademika di Universitas Ubudiyah Indonesia yang telah memberikan
motivasi, bantuan serta biaya dalam pelaksanaan kegiataan penelitian ini, sehingga kegiatan ini
terlaksanan dengan baik.

REFERENSI

Anggraini, Putri Dewi. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang. Jurnal Kebidanan Vol.7 No.15 April, ISSN. 2089-
7669.

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi ke-2. Jakarta : EGC

Astriana, Willy. 2017. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil ditinjau dari Paritas dan Usia Di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten OKU. Jurnal Ilmu Kesehatan 2 Vol 2 Stikes Aisyah

Amirudin, Wahyuddin, 2014, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu
Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros, Jurnal Medika Nusantara. Vol. 25 No. 2.

Badriah, Dewi Laelatul. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : PT.Refika Aditama.

Fatkhiyah, Natiqatul.2018. Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil (Studi Di Wilayah
Kerja Peskesmas Slawi Kab. Tegal. Indonesia Jurnal Kebidanan Vol2. No.2.

Gedefaw, Ayele, Asres dan Mossie. 2014. Anemia and associated factors among pregnant
Women attending antenatal care clinic in Wolayita sodo town, southern Ethiopia. Vol.
25, No.2. Diunduh dari :http://www.researchgate.net/ pub lication /279629181.
Diakses tanggal 4 November 2015.

Krisnawati., Desi Ari Madi Yanti., Apri Sulistianingsih. (2015). Faktorfaktor terjadinya anemia pada ibu
primigravida di wilayah kerja Puskesmas tahun 2015. STIKES Peringsewu Lampung

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.

Mariza, Ana. 2016. Hubungan Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Holistik Volume 10 N0.1

Noverstiti, Elsy. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 2012. STIKES Peringsewu
Lampung

Ramadini, Indri dan Risma, Elda. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil Di Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Ners Jurnal Keperawatan Volume 12 No.2 Oktober.
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan Pengembanganan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI:2018.

Rismawati, Sariestya dan Rohmatin, Etin. 2017. Analisis Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil. Penelitian
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Rukiyah dan Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media.

Salmariantity. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2012. Jakarta: FK UI.

Saifuddin, A. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR Dan Yayasan Bina
Pustaka.

Purwandari, Atik, dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia. Jurnal Ilmiah Bidan
Volume 4 Nomor 1.

Purwaningtyas, M.L dan Prameswari, G.N. 2017. Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Higeia Journal Of Public
Health Reasearch and Development 1(3).

Proverawati, A. (2013). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.


HUBUNGAN CARA KONSUMSI TABLET FE DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN
DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA BARU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SIAK HULU III TAHUN 2019

Nichi Astapani1, Dewi Anggriani Harahap2, Fitri Apriyanti3 Program


Studi DIV Kebidanan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
nichiastapani@gmail.com

ABSTRAK
Angka prevalensi anemia masih tinggi, yaitu secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia
adalah sebesar 43,9%. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan cara konsumsi tablet Fe
dan peran petugas kesehatan dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Desa Baru Wilayah Kerja Puskesmas
Siak Hulu III tahun 2019. Desain penelitian croos sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III dengan total populasi sebanyak 131 ibu hamil. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah data primer dengan penyebaran
kuesioner. Analisis yang digunakan adalah Univariat dan bivariat, diolah menggunakan sistem komputerisasi.
Dengan hasil diketahui bahwa, berdasarkan uji statistik variabel cara konsumsi tablet Fe dengan uji chi-square
diperoleh p value = 0,001 ≤ (0,05), dan variabel peran petugas kesehatan diperoleh p value = 0,000
≤ (0,05) dengan tingkat kepercayaan 95%, maka Ho ditolak yang artinya signifikan. Berarti ada hubungan cara
konsumsi tablet Fe dan peran petugas kesehatan dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Siak Hulu III tahun 2019. Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
dan menambah pengetahuan responden tentang pentingnya mengonsumsi tablet Fe secara teratur selama
kehamilan, serta menjadi motivasi dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.

Kata Kunci : Anemia Pada Ibu Hamil, Tablet Fe

PENDAHULUAN
Upaya pembangunan dibidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan
adalah untuk mempercepat tercapainya tingkat kesejahteraan. Indonesia masih diprioritaskan pada upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan terhadap kesehatan
yaitu ibu hamil, bersalin, dan calon bayi pada masa perinatal. Menurut Kemenkes RI tahun 2017 Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Sustainable
Develpoment Goals (SDGs) pada tahun 2030 sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup, dan 20-50%
penyebab kematian tersebut berkaitan dengan kehamilan (Kemenkes, 2017).
Kematian maternal merupakan masalah kesehatan global yang menjadi indikator penting dalam
keberhasilan program kesehatan ibu sekaligus salah satu indikator dalam menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat. World Health Organization (WHO) tahun 2017 memperkirakan setiap harinya 800 perempuan
meninggal akibat komplikasi kehamilan dan proses melahirkan. Data WHO menyebutkan bahwa kematian
ibu dinegara berkembang disebabkan oleh anemia dalam kehamilan 40 %, Eklampsia 34%, karena penyakit
26 %, dan infeksi 12% ( Proverawati, 2016 dalam Meidila, 2017)
Anemia dalam kehamilan berakibat terjadinya perdarahan. Perdarahan merupakan penyebab nomor 1
kematian ibu bersalin. Anemia merupakan suatu kondisi jumlah dan ukuran sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah untuk
mengangkut oksigen kesekitar tubuh. Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat bayi lahir
rendah (Prawiroharjo, 2010)
Data World Health Organization (WHO) tahun 2017, Angka prevalensi anemia masih tinggi, yaitu
secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 43,9%. Prevalensi anemia
pada ibu hamil di perkirakan di Asia sebesar 49,4%, Afrika 59,1%, Amerika 28,1% dan Eropa 26,1%. Di
negara-negara berkembang ada sekitar 40% kematian ibu berkaitan dengan anemia dalam kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan, jarak
keduanya saling berinteraksi. Tingginya
/
pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia
(Adawiyani, 2015 dalam Septianas 2017).
Data WHO tahun 2018 Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara
berkembang dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi pada ibu hamil. Total penderita anemia pada
ibu hamil di Indonesia adalah 70 %, artinya dari 10 ibu hamil, sebanyak 7 orang akan menderita anemia.
Hasil riset kesehatan dasar mencatat pada tahun 2013 anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%, dan di tahun
2018 kasus anemia di Kampar sebesar 34,23% (Riskesdas, 2018)
Menurut laporan puskesmas Siak Hulu III tahun 2018 dari tiga desa yang ada diwilayah kerja
puskesmas Siak Hulu III, Desa Baru merupakan desa yang tertinggi sasaran ibu hamil dan kasus anemia
juga tinggi yaitu sebanyak 215 orang (89,21 %) dibanding desa lain yang ada diwilayah kerja puskesmas
Siak Hulu III. Jumlah ibu hamil bulan januari sampai juni di desa baru wilayah kerja puskesmas Siak Hulu
III tahun 2019 adalah 131 orang ibu hamil.
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan dibidang kesehatan.
Dalam pembangunan kesehatan, pemerintah sudah melakukan program pencegahan anemia pada ibu hamil
dengan memberikan 90 tablet Fe selama kehamilan, ternyata masih banyak ibu hamil yang terkena anemia.
Secara nasional cakupan ibu hamil mengkonsumsi 90 tablet Fe selama kehamilan sebesar 33,3 %. Ibu hamil
yang mengkonsumsi kurang dari 90 tablet Fe sebesar 34,4% dan sebesar 21,4% yang tidak mengkonsumsi
90 tablet Fe (Kartini, 2016 dalam Novita 2018) .
Di Propinsi Riau tahun 2018 cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe sebesar 84,21% masih belum
mencapai target Nasional yaitu sebesar 90%. Profil kesehatan kampar tahun 2017 pendistribusian tablet Fe
di kabupaten Kampar mengalami fluktuasi pada tahun 2017 sebesar 90,3%. Di puskesmas Siak Hulu III
91%. Walaupun pendistribusian tablet Fe sudah mencapai target tapi nyatanya angka kejadian anemia
masing tinggi diwilayah kerja puskesmas siak Hulu III,. namun demikian anemia defisiensi besi pada wanita
hamil masih merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama di Negara
berkembang (Riskesdes 2018)
Dampak anemia bagi ibu pada saat kehamilan diantaranya Hemorragic Post Partum (HPP) 28%, syok
24%, partus lama 20% atonia uteri 11%, insersia uteri 8%, sisanya karena penyebab- penyebab lain 5%,
sedangkan dampak anemia pada bayi baru dilahirkan diantaranya BBLR, 11
%, cacat bawaan 7 %, dampak jangka panjang yang bisa terjadi adalah perubahan fungsi otak dan sel tubuh
akibat kekurangan zat besi selama di dalam kandungan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
(stunting) (Zwicker, 2012 dalam Putra et al, 2013).
Berdasarkan data Dinas Kesehatana Kabupaten Kampar kasus anemia juga berdampak pada ibu dan
janin yaitu perdarahan pada saat persalinan 18 %, bayi lahir prematur 8 %, bayi berat lahir rendah (BBLR) 5
% dan kelainan janin lainnya 3%. Di Puskemas Siak Hulu III prevalensi anemia pada ibu hamil masih tinggi
dibanding puskesmas lainnya hal ini juga berdampak pada ibu dan janin yaitu BBLR sebanyak 8 %.
Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah dengan jumlah penderita anemia kehamilan banyak.
Program pemberian tablet Fe pada setiap ibu hamil yang berkunjung ke pelayanan kesehatan nyatanya
masih belum mampu menurunkan jumlah penderita anemia kehamilan secara signifikan. Ketidakberhasilan
program ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya cara mengonsumsi tablet Fe yang tidak sesuai,
baik dari segi waktu maupun cara mengonsumsinya, peran petugas kesehatan, dukungan keluarga dan
jumlah tablet Fe yang dikonsumsi (Dinkes Kabupaten Kampar, 2019).
Pada saat kehamilan ibu hamil memerlukan zat besi tambahan untuk pertumbuhan bayi dan plasenta
dalam rahim, terutama pada trimester kedua dan ketiga, agar nutrisi tercukupi ibu hamil harus mengerti cara
konsumsi tablet Fe yang benar sehingga tercukupi defisiensi zat besi selama kehamilan (Nurliana, 2013
dalam Herwan 2014).
Penyerapan zat besi dapat maksimal apabila saat minum tablet atau sirup zat besi dengan memakai air
putih. Selain itu tablet zat besi sebaiknya diminum pada malam hari setelah makan sebelum tidur untuk
mengurangi efek mual. Tablet zat besi baik diminum jika bersamaan dengan vitamin C untuk membantu
penyerapan dari zat besi tablet zat besi sebaiknya tidak diminum dengan teh atau kopi dapat menghambat
penyerapan (Depkes, 2013).
Berdasarkan hasil peneltian terkait yang dilakukan Mery (2016) dari hasil penelitian didapatkan bahwa
dari 31 responden yang tidak tahu cara konsumsi 11 orang terkena anemia dan dari 39 ibu hamil 18
orang mengatakan peran petugas kurang. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.000 dengan
nilai Chi-square X2hitung = 45.101 > X2 tabel =3.841
maka dapat disimpulkan ada hubungan antara kepatuhan cara konsumsi tablet Fe dan peran petugas
kesehatan dengan kejadian anemia di Kelurahan Kerumutan.
Menurut Mery (2016) Ketidaktahuan ibu hamil cara meminum tablet Fe dapat mencerminkan seberapa
besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi oleh petugas kesehatan tentang anemia harus
disampaikan dengan baik kepada ibu hamil agar mereka tahu cara konsumsi yang benar , karena petugas
kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan Komunikasi Informasi dan Motivasi (KIM) pada
ibu hamil, sehingga ibu hamil tahu cara mengonsumi tablet Fe yang benar, tentang bahaya anemia,
pentingnya tambahan zat besi, pentingnya peningkatan kesehatan, Antenatal Care (ANC), sehingga
pelaksanaan program pencegahan anemia dapat diatasi.
Tercapainya distribusi tablet fe di suatu daerah dapat menekankan angka prevelensi anemia, namun
data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan jelas, apalagi data tentang ketidaktahuan ibu
mengkonsumsi tablet fe selama hamil. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan,
pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet fe dan kurangnya pemeriksaan HB rutin
(Niven, 2012 dalam Maisa 2013) .
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Siak HuLu III bulan April 2019, dari 10
orang ibu hamil di dapatkan 7 orang anemia dan 4 diantaranya tidak tahu cara mengonsumsi tablet Fe yang
benar, diantaranya 2 orang mengonsumsi menggunakan air teh, 1 orang mengonsumsi menggunakan air
kopi, 1 orang mengonsumsi menggunakan susu. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara pada ibu
hamil, 8 orang mengatakan petugas kesehatan tidak memberikan informasi cara konsumsi tablet Fe yang
benar serta dampak yang akan terjadi.

METODE
Penelitian ini merupakan metode penelitian survey analitik (survey lapangan) dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Cara Konsumsi Tablet Fe dan Peran Petugas Kesehatan
dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2019. Rancangan
cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya yang dilakukan secara
simultan pada satu saat atau sekali waktu.

HASIL
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 24-27 Juli 2019 di Desa Baru Wilayah Kerja Puskesmas Siak
Hulu III Tahun 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 99 ibu hamil. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan cara konsumsi tablet fe dan peran petugas kesehatan dengan kejadian anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2019.
Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan kategori dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Cara Konsumsi Tablet Fe,


peran petugas kesehatan
dan kejadian anemia di Desa Baru Wilayah Kerja Puskesmas Siak
Hulu III Tahun 2019

No Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)


1. Cara Konsumsi Tablet Fe
a. Salah 59 59,5
b. Benar 40 40,5
Total 99 100%
2 Peran Petugas Kesehatan
a. Kurang 52 52,5
b. Baik 47 47,5
Total 99 100%
3 Anemia
a. Ya 64 64,6
b. Tidak 35 35,4
Total 99 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 99 ibu hamil sebagian besar cara konsumsi tablet Fe salah
sebanyak 59 ibu hamil (59,5%), peran petugas kesehatan kurang sebanyak 52 orang (52,5%) dan kejadian
Anemia sebanyak 64 ibu hamil ( 64,6%)
Tabel 1.2 Hubungan Cara Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian
Anemia di Desa Baru Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III
Tahun 2019
/
No Cara Kejadian Anemia TOTAL
konsumsi Ya % Tidak % N % POR C1 95% P Value
1. Salah 36 61 23 39 59 100 6,671 2.285-11.577
2. Benar 28 70 12 30 40 100 0,001
TOTAL 64 64,7 35 35,4 99 100

Berdasarkan dari tabel 4.2 diketahui bahwa dari 59 ibu hamil (59,5%) cara konsumsi tablet Fe salah,
terdapat 23 ibu hamil (23,2%) dengan kategori tidak anemia, sementara dari 40 ibu hamil (40,5) cara konsumsi
tablet Fe benar, terdapat 28 ibu hamil (28,2%) dengan kategori anemia. Hasil uji statistik dengan uji chi-square
didapatkan nilai p value = 0,001 ≤ (0,05) dengan tingkat kepercayaan 95%, maka Ho ditolak yang artinya ada
hubungan cara konsumsi tablet fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Siak
Hulu III tahun 2019. POR = 6,671 (C1 =2.285-11.577) artinya cara konsumsi tablet Fe salah berpeluang 6,671
kali lebih besar mengalami anemia, dibandingkan dengan yang tidak mengalami anemia.

Tabel 1.3 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Kejadian Anemia di


Desa Baru Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III Tahun 2019
/
No Peran Kejadian Anemia TOTAL
Petugas Ya % Tidak % N % POR C1 95% P Value
Kesehatan
1. Kurang 31 31,3 21 21,2 52 52,5 10.626 4.272-18. 444
2. Baik 33 33,3 14 14,1 47 47,5 0,000
TOTAL 64 64,6 35 35,3 99 100

Berdasarkan dari tabel 4.3 diketahui bahwa dari 52 (52,5%) peran petugas kesehatan kurang terdapat 21
orang (21,2%) tidak anemia, sementara dari 47 (47,5) peran petugas kesehatan baik terdapat 33 orang (33,3%)
mengalami anemia. Hasil uji statistik dengan uji chi-square didapatkan nilai p value = 0,000 ≤ (0,05) dengan
tingkat kepercayaan 95%, maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan peran petugas kesehatan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2019. POR = 10.626 (C1
=4.272-18.444) artinya peran petugas kesehatan kurang berpeluang 10.626 kali lebih besar mengalami anemia,
dibandingkan dengan yang tidak mengalami anemia.

PEMBAHASAN
Menurut hasil penelitian ibu hamil yang cara konsumsi tablet Fe salah tetapi tidak anemia hal ini
dikarenakan kebutuhan zat besi ibu terpenuhi dari sayuran buah buahan yang dikonsumsi ibu selama hamil dan
juga ibu rajin kunjungan ANC, Hal ini sesuai dengan teori Arisman (2010) mengatakan apabila dilakukan Ante
natal care (ANC), kejadian anemia dapat terdeteksi secara dini, karena anemia pada tahap awal tidak terlalu
memberikan keluhan yang bermakna. Keluhan biasanya terasa jika sudah masuk tahap lanjut. Zat besi juga
dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta
kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh dari
pada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal makanan olahan yang diperkuat dengan zat
besi. (Hannan, 2012).
Pada hasil penelitian ibu hamil cara konsumsi tablet Fe benar tetapi mengalami anemia hal ini dikarenakan
faktor umur yang < 20 tahun dan > 35 tahun, dan juga lama konsumsi tablet Fe hanya 30 tablet selama
kehamilan, menurut teori Kristiyanasari (2010), mengatakan Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu
yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Ibu hamil pada usia terlalu
muda (< 20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan
janin. Sedangkan ibu hamil di atas 30 tahun lebih cenderung mengalami anemia disebabkan cadangan zat besi
yang mulai menurun.
Pada saat kehamilan ibu hamil memerlukan zat besi tambahan untuk pertumbuhan bayi dan plasenta dalam
rahim, terutama pada trimester kedua dan ketiga, agar nutrisi tercukupi ibu hamil harus mengerti cara konsumsi
tablet Fe yang benar sehingga tercukupi defisiensi zat besi selama kehamilan (Nurliana, 2013 dalam Herwan
2014). Pada trimester ke 2 dan ke 3, faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya anemia kehamilan adalah
konsumsi tablet besi (Fe) dan kadar hemoglobin pada trimester sebelumnya. Konsumsi tablet besi (Fe) sangat
berpengaruh terhadap terjadinya anemia khususnya pada trimester II, trimester III dan masa nifas. Hal ini
disebabkan
kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar dibandingkan trimester I dan menunjukkan pentingnya pemberian
tablet besi (Fe) untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas (Notobroto, 2013).
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena
kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat
(Wiwit, 2012)
Menurut Soebroto (2011), kebutuhan zat besi pada wanita juga saat hamil dan melahirkan. Ketika hamil,
seorang ibu harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinnya. Selain itu perdarahan saat
melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan lebih banyak lagi zat besi. Karena alasan tersebut,
setiap ibu hamil disarankan mengkonsumsi tablet Fe. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia, pada kondisi
hamil pada ibu-ibu yang aktif bekerja membutuhkan zat besi lebih banyak, karena zat besi dikeluarkan untuk
energi bersama dengan kalori. Fungsi persiapan zat besi dalam tubuh ibu hamil adalah untuk kebutuhan
aktifitas tubuh setiap hari, untuk stabilitas kadar Hb darah supaya aliran oksigen ke janin optimal dan
menghindari kelelahan saat bersalin sehingga tidak terjadi perdarahan yang berlebihan (Mandriwati, 2014).
Penyerapan zat besi dapat maksimal apabila saat minum tablet atau sirup zat besi dengan memakai air
putih. Selain itu tablet zat besi sebaiknya diminum pada malam hari setelah makan sebelum tidur untuk
mengurangi efek mual. Tablet zat besi baik diminum jika bersamaan dengan vitamin C untuk membantu
penyerapan dari zat besi tablet zat besi sebaiknya tidak diminum dengan teh atau kopi dapat menghambat
penyerapan (Depkes, 2013).
Berdasarkan hasil peneltian terkait yang dilakukan Mery (2016) dari hasil penelitian didapatkan bahwa
dari 31 responden yang tidak tahu cara konsumsi 11 orang terkena anemia. Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai p value = 0.000 dengan nilai Chi-square X2hitung = 45.101 > X2 tabel
=3.841 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara kepatuhan cara konsumsi tablet Fe dengan kejadian
anemia di Kelurahan Kerumutan.
Menurut hasil penelitian peran petugas kesehatan kurang tetapi tidak anemia hal ini dikarenakan
pengetahuan ibu yang baik, pengetahuan diperoleh dari pegalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya
media masa, media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut
teori Istiarti (2010) pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan akan zat besi (Fe) selama hamil meningkat 0,8
mg pada trimester I dan meningkat tajam pada trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak
mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang baik terhadap
peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil sehingga menyebabkan anemia dapat terhindari selama
kehamilan.
Pada hasil penelitian peran petugas kesehatan baik tetapi mengalami anemia hal ini dikarenakan
pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengonsumsi
tablet zat besi (Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang
memiliki pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung lebih banyak menggunakan
pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam mengonsumsi tablet zat besi (Fe).
Petugas kesehatan berperan penting dalam mengatasi anemia. Upaya yang dilakukan petugas kesehatan
adalah dengan memberikan Komunikasi Informasi dan Motivasi (KIM) kepada ibu hamil tentang bahaya
anemia, pentingnya tambahan zat besi, faktor penting makanan yang mengandung zat besi, pentingnya
peningkatan kesehatan, pentingnya Antenatal Care (ANC) sehingga anemia secara dini dapat di ketahui dan di
atasi serta konseling cara meminum tablet zat besi yang benar yaitu dengan bersamaan dengan air putih dan
mengkonsumsi setiap malam 1 tablet sebelum tidur (Manuaba, 2010).
Petugas kesehatan berperan aktif dalam setiap kunjungan ibu hamil, seperti mengenali kehamilan yang
berisiko tinggi khususnya anemia kurang gizi, memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil, dan
berperan dalam proses pengobatan serta penyembuhan penyakit (Sarwono, 2012).
Perilaku petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat misalkan, memberikan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, selain pemeriksaan kehamilan
juga di sertai dengan tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia besi pada bumil. Tujuan pemberian tablet Fe
untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil (Anonim, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2014) perilaku petugas kesehatan mempengaruhi
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe. Kepatuhan ibu hamil dapat
lebih di tingkatkan lagi apabila petugas kesehatan mampu memberikan penyuluhan, khususnya mengenai
manfaat tablet besi dan kesehatan ibu selama kehamilan.
Penelitian lainnya di lakukan oleh Susanti (2012), dengan hasil terdapat hubungan bermakna antara faktor
pelayanan petugas kesehatan (seperti pemeriksaan kasus anemia, konseling dan pemberian tablet Fe) dengan
kepatuhan konsumsi tablet Fe. Selain memberikan penyuluhan petugas kesehatan juga memiliki berbagai
macam peranan penting lainnya di dalam proses meningkatkan derajat kesehatan.
Dalam penelitian Handayani 2012, menyatakan bahwa Peran petugas kesehatan harus mampu sebagai
komunikator, petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi
sangat di perlukan karena komunikasi di perlukan untuk mengkondisikan faktor kurangnya pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Untuk itu di perlukan komunikasi yang efektif dari petugas kesehatan. Dalam penanganan anemia kehamilan,
petugas harus bersikap ramah, sopan pada setiap kunjungan, harus bisa juga sebagai motivator, mendengarkan
keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat dan yang perlu diingat adalah semua ibu memerlukan
dukungan moril selama kehamilannya.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p value 0.001 > 0,05, artinya
terdapat hubungan signifikan antara peran petugas kesehatan dengan kejadian anemia di Kabupaten Tasik
malaya Provinsi Jawa Barat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Baru Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2019, maka
didapat kesimpulan, ada hubungan cara konsumsi tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2019 (Pvalue yaitu 0,001 < 0,05), ada hubungan Peran Petugas
Kesehatan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III tahun 2019
(Pvalue yaitu 0,000 < 0,05). Bagi tempat penelitian diharapkan kepada pihak petugas kesehatan dapat
memberikan edukasi dan informasi kepada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe pada masa
kehamilan, serta memonitoring konsumsi tablet Fe ibu hamil untuk meningkatkan kepatuhan ibu dalam
mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan bagi responden diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi dan menambah pengetahuan responden tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe
secara teratur selama kehamilan , serta menjadi motivasi dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan janin
yang dikandungnya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak di Desa Baru Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu III,
responden penelitian yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan pengambilan data penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ai, Yeyeh. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta. : CV Trans Info Media
Annonymous. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan

Rujukan.
Anonim. (2013). Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Tablet Besi Ibu Hamil. (on line)
www.dinkesjatim.go.id. Diakses tanggal 30 Juni 2019

Aziz, A (2014). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
BKKBN. (2011). Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi Konseling,

Jakarta. BKKBN
Budiarni W (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Dengan Kepatuhan Konsumsi
Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil. Semarang

Dodik, B. 2013. Naskah Akademik Pekan Sarapan Nasional (PESAN). Jakarta : Pergizi, Pangan,
Persagi, PDGMI, PDGKT

Handayani, L. (2012). Peran Petugas Kesehatan Dan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet
Besi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad DahlanYogyakarta. Diakses tanggal
30 Juni 2019

Hidayah, W. (2010). Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian
Anemia Di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Diakses 30 Juni 2019

Hoetomo. 2012. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Mitra Pelajar.


Ikatan Bidan Indonesia Cetakan Ke VI (2013). Standar Pelayanan Kebidanan. Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia : Jakarta
JNPK-KR. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO

Kartini (2014). Hubungan Cara konsumsi tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.

Journal of Nutrition College. Volume 3. Di akses tanggal 25 Juni 2019


Manuaba (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Meidila, P (2016). Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Dalam
Mengkonsumsi Tablet Fe. Yogyakarta. Diakses tanggal 25 juni 2019

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta


Noverstiti, Elys. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil

Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 2012. STIKes
Peringsewu Lampung. Diakses tanggal 20 Juni 2019

Potter A, & Perry, A. G. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,. Proses, Dan
Praktik, edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo Proverawati, A. (2013). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta :
Nuha Medika

Rahmawati, D. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam


mengkonsumsi tablet besi di Desa Sokaraja Tengah, Kecamatan sokaraja, Kabupaten
Banyumas. Diakses tanggal 20 Juni 2019

Rahmawati, F dan Subagio (2012). Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil dan
Faktor Yang Mempengaruhi. Diakses 20 Juni 2019

Rena R (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Dalam
Mengkonsumsi Tablet Besi Di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang. Diakses 22 Mei
2019

Rustam, M (2011). Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC.

Ruswana. 2013. Ibu Hamil Resiko Tinggi. Tersedia dalam :


http://medicastore.com/penyakit/569/Kehamilan_Resiko_Tinggi.html.

Salmiati (2011). Manajemen dan Standar Pelayanan. Jakarta: EGC

Sarwono. (2010). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : bina pustaka
sarwono prawirohardjo.
Setiadi. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : Graha Ilmu
Soebroto I. (2014) Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit.

Stedman. (2013) Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Susanti, D (2016). Tingkat Kepatuhan Ibu Multigravida Mengkonsumsi Tablet Fe Di Puskesmas

Polanharjo Klaten. Diakses Tanggal 20 Mei 2018

Varney, H. (2012). Buku ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Wahid Abd. dan Imam Suprapto. (2012). Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Wiknjosastro H. (2007).Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta : Yayaan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wiwit, H (2012). Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian
Anemia Di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Diakses 24 Mei 2019

World Health Organization, (2011). Worldwide Prevalence of


Anemia. Yohana. (2011). Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Garda
Media
JURNAL INTERNATIONAL

ORIGINAL ARTICLE:

Knowledge of pregnant women about anemia is related


with adherence to iron tablets
Baksono Winardi*, Elga Caecaria Grahardika Andani
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, Universitas Airlangga, Dr Soetomo
Hospital, Surabaya, Indonesia

ABSTRACT ABSTRAK

Objectives: to identify association between knowledge of Tujuan: mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil
pregnant women about anemia and the adherence to consume iron tentang anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi di
tablets in BPM Titik Suharti, Surabaya, Indonesia BPM Titik Suharti, Surabaya, Indonesia.
Materials and Methods: Observational analysis cross sectional Bahan dan Metode: penelitian analisis observasional cross
study. Population consisted of 55 trimester pregnant women in sectional. Populasi ibu hamil adalah ibu hamil trimester kedua di
BPM Titik Suharti, Surabaya, in March-April 2017. Samples were BPM Titik Suharti, Surabaya, Indonesia, pada bulan Maret-April
recruited using consecutive sampling. The number of sample was 2017, yaitu 55 orang. Teknik samplingnya adalah Consecutive
35 respondents. Data were analyzed using chi-square test. sampling. Jumlah sampel sebanyak 35 responden. Analisis data
Results: This research showed that all of the less knowledgeable menggunakan uji Chi-square.
women on anemia (100.00%) were non-adherent to consume iron Hasil: Penelitian mendapatkan 12 orang yang berpengetahuan
tablets, almost all moderately knowledgeable women (92.9%) kurang tentang anemia. Seluruhnya (100.00%) tidak patuh
were adherent, and all of the fully knowledgeable women mengkonsumsi tablet besi. Dari 14 orang yang berpengetahuan
(100.00%) were adherent. Fisher exact test in significance level of cukup tentang anemia, hampir seluruhnya (92.9%) patuh
0.05 revealed p value equal to 0.0001, indicating association mengkonsumsi tablet besi, dan dari 9 orang yang berpengetahuan
between knowledge about anemia and adherence to consume iron baik tentang anemia, seluruhnya (100.00%) patuh mengkonsumsi
tablets at BPM Titik Suharti, Surabaya, Indonesia. tablet besi. Hasil uji Fisher exact dengan tingkat signifikansi 0,05
Conclusion: There is an association between knowledge of mendapat nilai p sebesar 0,0001, berarti ada hubungan antara
pregnant women about anemia with adherence to iron tablets. pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi
tablet besi pada BPM Titik Suharti Surabaya.
Keywords: knowledge; anemia; adherence; iron tablet Simpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil
tentang anemia dengan kepatuhan terhadap tablet besi.

Kata kunci: pengetahuan; anemia; kepatuhan; tablet besi

*Correspondence: Baksono Winardi, Midwifery Education Program, Faculty of Medicine, Universitas Airlangga, Surabaya
60131, Indonesia. Phone: +62315020251, +62315030252 ext 1161, Email: bidan@fk.unair.ac.id

pISSN:0854-0381 ● eISSN: 2598-1013 ● doi: http://dx.doi.org/10.20473/mog.V26I12018.26-28


● Maj Obs Gin. 2018;26:26-28 ● Received 22 Jan 2018 ● Accepted 7 Mar 2018
● Open access under CC-BY-NC-SA license ● Available at https://e-journal.unair.ac.id/MOG/
INTRODUCTION MATERIALS AND METHODS
Globally, the prevalence of anemia in pregnant This study used cross-sectional observational
women around the world is 41.8%.1 According to design, conducted at BPM Titik Suharti, Surabaya.
the results of Basic Health Research (Riskesdas) in The popula- tion used was the second trimester
2013, the preva- lence of anemia in pregnant pregnant women who obtained as many as 30 iron
women in Indonesia was 37.1%, and according to tablets, who visited BPM Titik Suharti, Surabaya,
East Java Health Profile (2014) the prevalence rate in March-April 2017, compris- ing 55 patients.
of anemia in pregnant women in East Java was
25.3%.2,3 The sampling technique used was consecutive
sampling, with inclusion criteria willing to be
Anemia in pregnancy is a condition of the mother respondents by signing informed consent, and the
with a hemoglobin level below 11 g% in exclusion criteria of trimester II pregnant women
trimesters 1 and 3 or who were allergic to iron tablets, suffering from
<10.5 g% in trimester.2.4 These limits and the infectious and declining diseases, and hemoglobin
difference with non-pregnant women is present levels <10.5 g%. The number of samples was 35
due to hemo- dilution, especially in the second respondents. Respondents were given with an
trimester. Most anemia in pregnancy is caused by explanation on the purpose of this study as well as
iron deficiency and pregnant women have a high the informed consent sheet. Pregnant women who
risk of iron deficiency anemia.4 The high were willing to sign the informed consent were
prevalence of anemia in pregnant women can lead then given with questionnaire. Data analysis in this
to various effects of abortion, fetal death, fetal study used Chi-square test with 5% significance
growth in the uterus, pos-partum hemorrhage, and level to identify the association existence of
infection.5 knowledge of the pregnant mother about anemia
with adherence to con- sume iron tablet.
Efforts to prevent and overcome iron-deficiency
anemia are performed through the administration
of blood booster tablets in a daily dose of 1 tablet
(60 mg ele- mental iron and 0.25 mg of folic acid)
at least 90 days during pregnancy.1 Adherence in RESULTS AND DISCUSSION
taking iron supple- ments is a matter of concern,
although the report indi- cates that the number of
Table 1. General characteristics of the
pregnant women who received iron supplements is
respondents
large, but if it is not consumed then
/the expected effect of iron supplement consumption will
not be achieved.6

Adherence of the pregnant women in consuming


iron tablets is influenced by several factors, ie the
prediposi- tion factors such as age, education,
income, knowledge about anemia and prevention;
the supporting factors such as the number of iron
tablets received, iron tablet acceptability, side
effects; the driving factors such as the number of
ANC visits, use of reminder techniques, and family
support; and the environmental factors such as the
availability of ANC facilities and access to
ANC
facilities.7 trimester 2 at BPM Titik Suharti, Surabaya, in
November 2016 showed that of 2 well-
A preliminary study of 10 pregnant women of knowledgeable respondents (100%) adherently
consumed iron tablets, of 3 modera- tely Table 1 shows that of 35 respondents, most
knowledgeable respondents most (66.7%) (51.43%) are between 20-35 years old, almost half
adherent- ly consumed iron tablets, and of 5 less- (45.7%) have basic education, and most (54.29%)
knowledgeable respondents most not adherently make re-visitation in more than 30 days. The
consumed iron tablets. This study aims to analyze analysis results were tested using Chi-Square test.
the association of knowledge of pregnant women
about anemia with adherence to consume iron Of 12 patients who had less knowledge about
tablets. anemia, all (100.00%) did not adhere to iron
tablets. Of 14 patients who had sufficient
knowledge about anemia, almost all (92.9%) had
adherence to consume iron tablets. Of 9 patients
who had good knowledge about anemia, all
(100.00%) had adherence to consume iron tablets.
Table 2. Chi-Square test
results
Adherence
Knowledge p value
Adherent % Not adherent % Total %
High 9 100.00 0 0.0 9 100.00 0.0001
Moderate 13 92.90 1 7.10 14 100.00
Less 0 0.0 12 100.00 12 100.00
22 62.85 13 37.15 35 100.00
The bivariate test using chi square test shows the
num- ber of cells with the expected frequency of CONCLUSION
33.3%, while the chi square test itself required no
more than 20%, so the fisher exact test was used as an The knowledge of pregnant women about anemia
alternative with the significance level of 0.05, and p shows a profile that most pregnant women have
value 0001 (p <0.05), showing a significant moderate knowledge, more than those with full and
association between knowledge of anemia and less know- ledge. Pregnant women who consumed
adherence to iron tablets. This was confirm- ed by the iron tablets are mostly adherent. There is a relation
result of coefficient contingency with signifi- ance between the know- ledge of pregnant women about
value 0.0001 between knowledge and adherence to anemia with adherence to iron tablets. Pregnant
consuming iron tablets, showing strong association women are expected to be more active in improving
(0.685). knowledge about anemia and awareness of the
importance of taking iron tablets. Midwives need to
Knowledge of anemia are things that a person knows improve health education to pregnant women,
about hemoglobin levels that are less than normal. especially good education in the administration of
Knowledge of anemia includes the understanding, iron tablets to prevent anemia. Subsequent studies
caus- es, signs and symptoms, and consequences of should examine other comprehensive factors about
anemia; benefits and instructions in taking maternity adherence in taking iron tablets.
supplements; and the selection of foods rich in iron. 8.9
Knowledge is influenc- ed by several factors:
education, age, occupation and income, information
exposure, experience, and social culture. Adherence
with iron tablets is the accuracy of a person's behavior REFERENCES
in taking iron tablets according to the advice of
medical personnel, ie a daily dose of 1 tablet (60 mg 1. WHO. Deficiency Anaemia: Asessment, Prevention
elemental iron and 0.25 µg of folic acid) at least 90 and Control. Geneva: WHO; 2012.
days during pregnancy, trimester 2.1,6 Adherence of 2. Ministry of Health, Republic of Indonesia. Riset
pregnant mother in consuming iron tablet is Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: 2013.
influenced by several factors that are prediposition 3. Health Office, The Province of East Java. Profil
factor, suppor- ting factor, driving factor, and Kesehatan Jawa Timur Tahun 2014. Surabaya: 2014
environmental factor. 4. Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT Bina
Pustaka; 2014.
The shortcoming of the subjective data retrieval is the 5. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF.
honesty and openness to the questions on the Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2010.
question- naires as the answers are still regarded as 6. Ministry of Health, Republic of Indonesia. Pedo- man
private. In addition, to clearly identify the adherence Program Pemberian dan Pemantauan Mutu Tablet
to iron tablets, it is not enough just to ask, without Tambah Darah Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Millenium
Challenge Account – Indonesia; 2015.
direct observation, or just using the techniques of
7. Bonga D and Mac O. Factors influencing compli- ance
remembrance. Maternal knowledge about anemia is
with iron supplementation among pregnant women.
not the only factor affecting maternal adherence in
Social Science Diliman. 2006;3:84-107.
consuming iron tablets. Many other factors are 8. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perila-
involved, such as other predisposing factors, ku. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
supporting factors, driving factors, and environ- 9. Proverawati. Anemia dan Anemia dalam Kehamil-
mental factors. However, the authors did not examine an. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
these factors, so that the subsequent studies are
expected also to cover other comprehensive factors.
INDONESIAN JOURNAL OF NURSING
AND MIDWIFERY

/ISSN 2354-7642 (Print), ISSN 2503-1856 (Online)

Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia

Tersedia online pada:


http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI
Education and Hospital Chart Related with Anemia among 3rd Trimester of
Pregnant Women
Fatimah, Siti Arieska Shomadiyyah

Department of Nursing Universitas Alma Ata Yogyakarta

Jalan Brawijaya No. 99 Tamantirto, Bantul,Yogyakarta, Indonesia

/
Abstract
Anemia in pregnancy is a serious problem, especially in Indonesia. This research
used quantitative with explanatory research. In the work area of Puskesmas
Pajangan among 10 pregnant women, 7 was experienced of anemia. The purpose of
this study was to determine the relationship between education, history of disease,
age and the work of anemic mothers in the third trimester of pregnancy. This research
was a quantitative research with explanatory research design. The population was
85 pregnant women in the third trimester at Puskesmas Pajangan. The independent
variable was characteristics pregnant mothers and dependent variable was anemia
in third trimester of pregnancy at Puskesmas Pajangan Yogyakarta. The research used
a questionnaire that had been tested for reliability and validity. Bivariate analysis used
was Pearson and Spearman. The results showed bivariate analysis p-value of age
mother, education, disease history and work were 0.071, 0.003, 0.007, 0.097. In
conclusion, there was relation between education and disease history with the genesis
anemia, while age and job did not relate with anemia in third trimester of pregnancy.

Keywords: characteristics, anemia in pregnancy

Article info:

Articles submitted on August 15, 2017

Articles revised on December 26, 2017

Articles received in December 26, 2017

DOI: http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(3).224-229

INTRODUCTION from anemia during pregnancy. Pregnant women are


chategorized in anemia when the Hemoglobin (Hb)
Government efforts to reduce maternal
content is less than 11 g% in trimesters 1 and 3 and
mortality rate (MMR). In the year of 2010-2014,
Hb less than 10.5 g% in trimester 2.
National Long-Term Development Plan (RPJMN)
targeted to lowered Maternal Mortality Rate of 118 /
100,000 KH by 2014 and the Millennium
Development Goals (MDGs) targetted of 102 /
100,000 KH by 2015 (1). One causes of death in
mother is bleeding during childbirth, it is resulted
Therefore pregnant mother should have Hb more
than 11 g% (2).
The rate of pregnancy anemia in Indonesia
shows a high enough value. These data include
3.8% in the first trimester, 13.6% in the trimester II,
and 24.8% in the third trimester (3). Meanwhile,
according to Saifudin, the national anemia rate for
pregnant women reached 63.5% (4). The incidence
of maternal anemia increased in Yogyakarta in the
year 2010-2014. The anemia data from 2010
(22.45%), 2011 (25.9%), 2012
(24.33%), 2013 (24.11%), while 2014 reached
28.1%. Based on these data, it is necessary
to optimize the distribution of tablets added blood history of disease, age and the work of anemic
and compliance of pregnant women taking tablets mothers in the third trimester of pregnancy.
plus blood during pregnancy and puerperium (5).
In the year of 2014, pregnant women who
visited Puskesmas Pajangan as many as 1,251
people. Pregnant women who examined Hemoglobin MATERIALS AND METHODS
(Hb) during pregnancy in the last 10 months were The type of research was a quantitative research
281 people (22.46%), it was deviden in 3 groups, with explanatory research design. The study was
those were Hb <8 g%, conducted at Puskesmas Pajangan, Bantul,
<11 g%, and > 11 g%. The data recorded the amount Yogyakarta. The study population was all third
of each criteria were 1 person (0.35%), 95 peoples trimester pregnant women at Puskesmas
(33.80%), 186 people (66.19%), respectively. The Pajangan. By sampling using Accidental
most common cause of anemia is the lack of nutrients Sampling, 85 pregnant women of trimester III were
needed for the synthesis of erythrocytes, including selected. Inclusion criteria were all pregnant women
iron, vitamin B12, and folic acid. Anemia as a result who visit in their third trimester pregnancy
of malnutrition is called nutritional anemia, which is examination to the Puskesmas, while the exclusion
largely regarded as a result of iron deficiency or folic criteria were pregnant women with tuberculosis,
acid (6). hepatitis or in sickness. The study used
There are many factors that affect the incidence questionnaires that have been tested for validity and
of anemia in pregnant women one of them is reliability at Puskesmas Kasihan I, Bantul,
education (7). Maternal education influences Yogyakarta with 20 respondents. Independent
behavior in making decisions, consuming food, variable of this research was pregnant woman
and supplements or obtaining health services. characteristic, while dependent variable was anemia
Education is a characteristic of the community or in third trimester pregnancy. Data analysis used
respondents in the study. Pearson Product Moment test on maternal age and
Bas ed on the r e s e a r c h of Yanti, education variable, while Rank Spearman test was
Sulistianingsih and Keisnawati in 2015, indicated that used on the analysis of variable history of disease
there was correlation between education with the and work after the data normality test.
incidence of pregnancy anemia in Pringsewu
Lampung health center (8). Husnawati's research in
2015 also examined the socioeconomic status,
parity and frequency of ANC, but these variables RESULTS AND DISCUSSION
were unrelated to anemia in pregnancy. Therefore, Univariate Analysis
researchers were interested in taking other
The research respondents were pregnant
characteristics that affect the anemia in pregnancy
mother of Trimester III at Sedayu I Community
(9).
Health Center that have been seen for several
Other variables include age, education,
characteristics such as age, education, history of
disease and work of pregnant mother.

Table 1. Distribution of Frequency of Pregnant


Women in Trimester III at Puskesmas Pajangan

history of illness and occupation may relate to the


Age f %

/incidence of anemia in third trimester of pregnant women at Pajangan, Bantul,


Puskesmas
Late Adolescent Early adult
40 47.1

45 52.9

Yogyakarta. The purpose of this study was to Total 85 100


determine the relationship between education, Source: Primary Data Year 2015
Based on Table 1, the most respondents were education can affect behavior and produce many
aged more than 26 years old (26-36 years) or enter changes, especially knowledge in the field of health
the early adult category, that was 45 people (52.9%). (14). Respondents with lower education tend to have
According to the Ministry of Health, the age group an unfavorable mindset about iron tablets. In
who has at risk were <20 years (26-36 years) or early contrast, to respondents with higher education have a
adult age> 35 years (36-45 years) or late adult age. good mindset about health problems and easier to
Maternal age in childbirth less than 20 years old or accept suggestions or new values suggested by health
more than 35 years indicated increase of morbidity workers in order to maintain the health of herself and
and mortality rate in both mother and baby. It may prospective baby. In addition, education also closely
increase if the mother has anemia in pregnancy (10). related to the formation of knowledge. People with
low education will experience obstacles in the
Table 2. Education Frequency Distribution of Third
Trimester Pregnant Women at Puskesmas absorption of information so that the knowledge is
Pajangan also lower.
/
Education f % Table 3. Disease History Frequency Distribution of
/

High Education 12 14.1 Third Trimester Pregnant Women at Puskesmas


Low Education Pajangan
73 85.9

//Total 85 100
Source: Primary Data Year 2015

Based on Table 2, the highest percentage of

educations was respondents with low education level his health problems, because the level of
or high school level, as many as 73 people (85.9%).
The result of this study was in line with previous
research by Diatun that stated most of the
respondents' education was high school as many as
13 people (40.6%) (11).
Women who are poorly educated or
uneducated in Indonesia are more likely to have
more than 2 children. They tend to have the higher
risk of anemia in pregnancy. The level of education
significantly affected the participation of family
planning, including the number of children owned
(12). This was also confirmed by the other results
that there was a relationship between the level of
education with the number of children born, with a
high education people tended to have less number of
children but more qualified compared to have many
children but not neglected (13).
The high level of one's education will affect a
good mindset and affect a person to pay attention to
Source: Primary Data Year 2015

Based on Table 3, most of disease history of


respondents were low risk or has no history of
diseases such as hypertension and asthma. A history
of illness may have an indirect effect on pregnancy.
It is also likely to affect the levels of Haemoglobin
in pregnant women or anemia. Women who have
poor health or women with previous pregnancy
complications, require more high-level supervision
during pregnancy as this may aggravate pregnancy
if there is a disease that the mother has suffered
before pregnancy. The illness that the mother has
suffered can affect her pregnancy.

Table 4. Occupational Frequency Distribution of Third


Trimester Pregnant Women at Puskesmas Pajangan

Occupational f %
Housewife 62 72.8
Entrepreneur 13 15.3
Employee 10 11.8
/Total 85 100

Source: Primary Data Year 2015


Based on Table 4, most of respondents were third trimester pregnant women at Pajangan Health
housewives, those were 62 people (72.8%), Center, Bantul, Yogyakarta is presented in Table 7.
respondents whose job status as self-employer was
Table 7. Relationship of Pregnant Women
13 people (15.3%), followed by respondents who Characteristics with Anemia Occurrence in
have the employment status was 10 people (11.8%). Third Trimester Pregnant Women
The result of this study was in line with
Independent Variable Nilai p Result
previous research by Muslihah which states most of
Age * 0.071 No correlation
the respondents' occupation was housewife, Education * 0.003 There is correlation
including 35 pregnant women (64,8%) (15). Disease History ** 0.007 There is correlation
Employment ** 0.097 No correlation
Maternal work indirectly affect the knowledge.
Description: * Pearson Product Moment Test
Knowledge of worker respondents better than that of
unworker. This is because mothers working outside ** Spearman Rank Test
Source: Primary Data Year 2015
the home (formal sector) have better access to
information, including getting information about the
importance of hemoglobin examination in pregnant Based on the results in Table 7, there is a p
women (16). value of 0.071 and 0.097, which meant that was no
difference between maternal age and mother's work
Table 5. Occurrence of Anemia Distribution in Third
Trimester Pregnant Women at Puskesmas Pajangan with anemia in pregnant women. This was in line
with the research of Ngura Rai, Kawengian, Mayulu
Anemia status f % which stated that there was no relationship between
Not Anemia 59 69.4
Anemia 26 30.6 hemoglobin (Hb) levels with occupational status
Total 85 100 (17). The results of the study between age and
Source: Primary Data Year 2015 anemia were supported by other studies from
Herawati and Astuti, that maternal age was not
associated with nutritional anemia in pregnant
Based on Table 5, most of respondents were
women at Puskesmas Jalaksana Kuningan (18).
not anemic, as many as 59 people (69.4%), while the
Healthy reproductive age was between the ages of
anemia was 26 people (30.6%). Anemia in pregnant
20 to 35 years to minimize the occurrence of
women is defined when the Hb level is below 11 g%.
complications in pregnancy, it is included anemia in
Hb less than 11 g% in the first and third trimesters,
pregnancy. Based on the results of research
Hb less than 10.5 g% in the second trimester.
conducted in Wayangah Puskesmas Pajangan most
According to WHO, pregnant women should not
pregnant women have the average age more than 26
have Hb less than 11 g% during pregnancy (2).
years and under 35 years.
According to Manuaba to confirm the diagnosis of
Educational variables resulted p-value
anemia in pregnancy, anamnesis can be done (3). At
0.003 and history of disease with p-value 0.007
anamnesis, will get complaints quickly tired, often
which meant that there was a relationship between
dizzy, dizzy eyes, and complaints of greater nausea-
maternal education and history of disease with
vomiting in pregnancy.
anemia in pregnant women. Supported to this
results, the proportion of low education who
experienced anemia of pregnancy was 80%, it was
Bivariate Analysis higher than that of who has higher education with
The relationship between pregnant women anemia pregnancy, that
characteristic with the incidence of anemia of
was 60% (18). Other studies in parallel also state that or pregnant women was largely in the category of not
there was a relationship between education and the anemia. There was no relationship between maternal
incidence of maternal primigravida anemia (19). age and mother's work with anemia in pregnant
Education affected the incidence of women. While the mother's education and history of
pregnancy anemia. Education directly affects low the disease associated with anemia in pregnant
knowledge of iron requirement in pregnant women. women.
The level of education of pregnant women is related The reduces of the anemia incidence in
to the level of knowledge. The low level of maternal pregnancy may be done by improving counseling in
education influences the acceptance of information so early trimester pregnant women on how to prevent
that the knowledge of iron (Fe) becomes limited. anemia in pregnancy as well as pay attention to the
Good knowledge by pregnant women will result in status of pregnant women, either directly or
the prevention of pregnancy anemia, fulfillment of indirectly.
nutritional needs of pregnant women, and utilization
of health services in the community. REFERENCES
Conversely, low education will development of
1. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Antenatal
a person's attitude in receiving information. It
Terpadu. Jakarta; 2012.
causes the mother does not know about the iron
2. Nugroho JH. Ginekologi dan Obstetri
requirement of pregnant women and do not utilize
(obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
the available health services. Lack of such
information inhibits changes in healthy lifestyle, they 3. Manuaba IBG. Gawat-Darurat Obstetri-
prefer advice from parents who advise to avoid foods Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial
that fishy (8). Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC; 2010.
The results of the study showed p-value 4. Saifudin. Buku Acuan: Asuhan Persalinan
0.007 which meant that there was a relationship Normal. Jakarta: EGC; 2011.
between history of disease with anemia in pregnant 5. Dinas Ke se ha t a n Pe m e rin t a h Kota
women. This research was also in line with Yogyakarta. Profil Kesehatan Tahun 2015 Kota
Nurhidayati's research, that there was no significant Yogyakarta [Internet]. Yogyakarta; 2016 [cited
correlation of infectious disease status of pregnant 2017 Oct 24]. Available from:
mother with the incidence of anemia in pregnant htt p://www.depkes.go.id/development/
woman in Work area of Puskesmas Tawangsari site/depkes/resources/download/profi l/
Sukohar (20).
PROFIL_KAB_KOTA_2014/3471_DIY_
Kota_Yogyakarta_2014.pdf
6. Prawirohardjo S. Pelayanan Kesehatan
CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina
Based on the results, the characteristics of third Pustaka; 2009.
trimester pregnant women at puskesmas Pajangan 7. Nurdiansyah N. Pintar Ibu dan Bayi. Jakarta:
were from age mostly in early adult category, low Kawah Media; 2011.
education level or high school level down. They had 8. Ari Madi Yanti D, Sulisti aningsih A,
a history of low-risk or no history of diseases such as Keisnawati . Faktor-Faktor Terjadinya
hypertension and asthma. Most of them also had the Anemia pada Ibu Primigravida di Wilayah Kerja
occupation as housewives. The status of anemic Puskesmas Pringsewu Lampung. J Keperawatan
respondents [Internet]. 2015 [cited 2017 Oct 24];6(2):79–87.
Available from: http://
download.portalgaruda.org/article.php?art
icle=424747&val=278&title=Faktor- Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan
Faktor Terjadinya Anemia Pada Ibu Yogyakarta. Universitas Alma Ata; 2011.
Primigravida Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pringsewu Lampung
9. H u sn a wa ti F. Analisis Faktor
yang Mempengaruhi Tingkatan
Anemia pada Ibu Hamil Anemia di
Pusskesmas Sentolo II Kulon Progo
[Internet]. Universitas ’Aisyiyah
Yogyakarta; 2015 [cited 2017 Oct
24]. Available from:
http://digilib.unisayogya.
ac.id/209/1/FARIDAH HUSNAWATI
NASKAH PUBLIKASI.pdf
10. Departemen Kesehatan RI.
Pedoman Pelayanan Antenatal di
Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta;
2009.
11. Diatun. Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap
Senam Nifas Di RSUD Panambahan
Senopati Bantul Yogyakarta.
Univwersitas Alma Ata; 2012.
12. Rochmah UM, Kuspriyanto.
Pengaruh Tin gka t P e n d id ik a n ,
P e n g e t a h u a n , Pendapatan dan di
Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung. Swara Bhumi.
2016;3(3):372–6.
13. Fitri A, Trisnaningsih, Suwarni N.
Hubungan Tingkat Pendidikan
Penggunaan Kontrasepsi Dengan
Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita
PUS. JPG (Jurnal Penelit Geogr
[Internet]. 2016 Apr 21 [cited 2017
Dec 25];4(2). Available from:
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/
index.php/JPG/article/view/11174
14. Notoatmodjo S. Pendidikan dan
Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2003.
15. Muslihah I. Gambaran Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Hamil
16. Yatina M. Gambaran Tingkat Sukoharjo [Internet]. Universitas Muhammadiyah
Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Surakarta; 2013 [cited 2017 Oct 24]. Available from:
Tentang Kontrasepsi di BPS Pipin http://eprints.ums.
Haryanti. Universitas Alma Ata; 2014. ac.id/24138/12/02._NASKAH_PUBLIKASI. pdf
17. Ngurah Rai IGB, Kawengian SES,
Mayulu
N. Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kadar
Hemoglobin pada Ibu Hamil. J e-
Biomedik [Internet]. 2016 [cited 2017
Oct 24];4(2). Available from:
https://media.neliti.
com/media/publications/67164-ID-
analisis- faktor-faktor-yang-
berhubungan.pdf
18. Herawati C, Astuti S. Faktor-Faktor
yang Berhubungan Dengan Anemia
Gizi pada Ibu Hamil di Puskesmas
Jalaksana Kuningan Tahun 2010. J
Kesehat Kartika [Internet]. 2016 [cited
2017 Oct 24];51–8. Available from:
http://
www.stikesayani.ac.id/publikasi/e-
journal/ filesx/2010/201012/201012-
007.pdf
19. Ari Madi Yanti D, Sulisti aningsih
A, Keisnawati . Faktor-Faktor
Terjadinya Anemia pada Ibu
Primigravida di Wilayah Kerja
Puskesmas Pringsewu Lampung. J
Keperawatan [Internet]. 2015 [cited
2017 Dec 25];6(2):79–87. Available
from: http://
download.portalgaruda.org/article.ph
p?art
icle=424747&val=278&title=Faktor-
Faktor Terjadinya Anemia Pada Ibu
Primigravida Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pringsewu Lampung
20. Rohmah Dyah N. Analisis Faktor
Penyebab Terjadinya Anemia Pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Available online at:
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND

DOI : http://dx.doi.org/10.21927/ijnd.2019.7(3).97-106
//Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics
Vol. 7, No. 3, 2019: 97-106

Prevalence of anemia and factors associated with pregnant women in


West Sumatra, Indonesia: Findings from VDPM Cohort Study
Arif Sabta Aji1,2,*, Yusrawati Yusrawati 3, Safarina G Malik 4, Nur Indrawaty Lipoeto5

1
Postgraduate Department of Biomedical Science, Faculty of Medicine, Universitas
Andalas, Padang 25127, Indonesia
2
Department of Nutrition, Faculty of Health Sciences, Universitas Alma Ata, Jalan
Brawijaya No. 99 Yogyakarta 55183, Indonesia
3
Department of Obstetrics and Gynaecology Department, Faculty of Medicine,
Andalas University, Padang 25127, Indonesia
4
Eijkman Institute for Molecular Biology, Jakarta 10430, Indonesia

5
Department of Nutrition, Faculty of Medicine, Andalas University, Padang 25127, Indonesia

*
Corresponding author: sabtaaji@almaata.ac.id

ABSTRAK
Latar belakang: Anemia kehamilan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang yang berkontribusi terhadap risiko tinggi komplikasi kehamilan. Indonesia sebagai negara
berkembang memiliki risiko anemia yang lebih tinggi yang bisa disebabkan oleh kekurangan asupan
zat gizi mikro, infeksi, atau faktor sosial-demografis lainnya.

Tujuan: Identifikasi prevalensi dan faktor risiko anemia pada ibu hamil yang tinggal di Sumatera Barat,
Indonesia.

Metode: Penelitian ini adalah analisis data sekunder dari studi kohort prospektif yaitu ““Vitamin D
Pregnant Mother (VDPM) di Sumatera Barat”. Subyek ibu hamil trimester diperoleh dari Puskesmas di
Provinsi Sumatera Barat. Waktu penelitian dilakukan pada Januari-Maret 2017. Data demografi, sosial
ekonomi, antropometri, dan Riwayat kesehatan ibu diteliti. Regresi logistik biner multivariatdigunakan
untuk menentukan faktor-faktor terkait anemia. Dalam semua kasus, nilai p kurang dari 0,05 dianggap
signifikan secara statistik.

Hasil: 176 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi diambil dalam penelitian ini. Prevalensi anemia
ditemukan sebesar 61,90%. Rerata konsentrasi hemoglobin adalah 10,56 ± 1,41 g / dL. Prevalensi
anemia sedang dan ringan masing-masing adalah 34% dan 27%. Status anemia ibu hamil trimester
ketiga berhubungan dengan wanita yang memiliki <upah minimum/bulan (AOR: 5.15; 95% CI: 1.30-
20.47), pengetahuan gizi ibu yang rendah (AOR: 15.88; 95% CI: 3.82- 66.02), IMT sebelum kehamilan
<25 kg/m2 (AOR: 11.82; 95% CI: 2.70-

51.69), dan tidak patuh konsumsi suplemen zat besi (AOR: 29.69; 95% CI: 6.58-133.91).

Kesimpulan: Terdapat masih tingginya prevalensi anemia pada wanita hamil di Sumatera Barat. Oleh
karena itu, meningkatkan kesadaran akan suplementasi zat besi dan kesehatan yang berkaitan
dengan nutrisi selama kehamilan perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan status kesehatan ibu
untuk mengurangi anemia. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan dengan ukuran sampel yang
besar untuk mengkonfirmasi temuan ini.
KATA KUNCI: anemia; faktor risiko; kehamilan; trimester ketiga; Sumatra Barat

ABSTRACT
Background: Anemia during pregnancy remain to be a public health problem in developing countries
which contributes to the high risk of adverse pregnancy outcomes. Indonesia as developing country
has a higher risk of anemia that could be due to high of deficiencies of micronutrients intake, infection,
or other socio-demographic factors.

Objectives: The aim of this study was to determine the prevalence and risk factors anemia among
pregnant women living in West Sumatra, Indonesia.

Methods: The study is a secondary data analysis of prospective cohort study named “Vitamin D
Pregnant Mother (VDPM) study in West Sumatra”. The third trimester pregnant women were
enrolled from the
public health centers in West Sumatra Province from January to March 2017. Structured
questionnaires were used to collect data of demographic, socio-economic, anthropometry, and
maternal health from all the study subjects. A multivariate binary logistic regression had been used to
determine the associated factors of anemia. In all cases, P value less than 0.05 was considered
statistically significant.

Results: 176 pregnant women who fulfilled the inclusion criteria were enrolled this study. The
prevalence of anemia was 61.90%. The mean of hemoglobin concentration was 10.56±1.41 g/dL.
Moderate and mild anemia prevalence were 34% and 27%, respectively. The third trimester of
pregnant women anemia status were associated with women who had <minimum wage/month (AOR:
5.15; 95%CI: 1.30-20.47), low-moderate maternal nutrition knowledge (AOR: 15.88; 95%CI: 3.82-
66.02), pre-pregnancy BMI <25 kg/m2 (AOR: 11.82; 95%CI: 2.70-51.69), and no adherence iron
supplement intake status (AOR: 29.69; 95%CI: 6.58-133.91).

Conclusions: There was a high prevalence of anemia status in the third pregnant women in West
Sumatra. Therefore, raise awareness of iron supplementation and health related to nutrition during
pregnancy need to be considered to improve maternal health status to reduce anemia. However,
further studies required with large sample size to confirm this finding.

/KEYWORDS: anemia; risk factors; third trimester; pregnancy; West Sumatra

INTRODUCTION presented by the body mass index (BMI) (9,10).

Anemia is one of the most common health


problems which spread in the worldwide and
affect almost two-thirds of pregnant women in
the developing countries, included in Indonesia
(1,2). The prevalence of anemia would be the best
indicator to monitor pregnant women health and
prevent pregnancy complication. Anemia case
rates continuously increase in recent times from
37,10% (2013) to 48,90% (2018) in Indonesia’s
pregnant women population (3,4). Anemia during
pregnancy is a serious problem due to can
increase maternal mortality rate and adverse
pregnancy outcomes such as low birth weight,
small-gestational for age (SGA), hypertensive
disorders, and preterm birth (5–7).
According to the WHO, anemia in
pregnancy defined as pregnant women had low
haemoglobin concentration <11 g/dl (8). Low
haemoglobin concentration could be affected by
biological and non-biological factors while
biological risk factors such as infections, chronic
diseases, and specific dietary deficiencies related
to micronutrient deficiency. Non-biological risk
factors of anemia during pregnancy were
gestational age, maternal socio-demographic
characteristics, poor diet, low adherence of iron
tablet supplementations, and nutritional status
Hence, this study was carried out with
the aims to identify the prevalence of anemia
and among pregnant women who is attending
in the public health centres in West Sumatra,
Indonesia.

MATERIALS AND METHODS


Study design and population

This was nested within “Vitamin D


Pregnant Mother (VDPM) study in West
Sumatra” (VDPM Cohort Study). The VDPM
study aimed to investigate the effect of
genetics and non-genetic factors to
maternal vitamin D status and to identify
its association with newborn
anthropometry outcomes (11–17)maternal
vitamin D intake and the vitamin D status of
pregnant women. Methods and Study designs:
The sample of the cross- sectional study was
203 third trimester pregnant women in
September-November 2016 in four different
districts of West Sumatra, Indonesia.
Questionnaire was used to assess lifestyles,
dietary intake, anthropometry, maternal
characteristics, demography and
socioeconomic data. The Vitamin D serum
level was measured by the ELISA method and
the data were analyzed using descriptive
statistics, chi-squared tests, Pearson’s
correlation and logistic regression. Results:
160 blood serum samples of pregnant women
were collected. The means of 25-
hydroxyvitamin D and maternal
vitamin D intake were 29.06\u00b111.39 ng/mL defined based on the Hb concentration less than
and 7.92\u00b15.26 \u03bcg/day respectively. The 11.00 g/dl during pregnancy and the categorization
prevalence of vitamin D deficiency- insufficiency is performed using Hb levels. Pregnant women who
was 61.25%, and more than 85% of the women had <7.00 g/dl for severe anemia status, 7.00-9.99
had inadequate vitamin D intake. We found that
living in mountainous areas (p=0.03. The study
was carried out at public health centers in Padang
Pariaman, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, and
Pariaman in West Sumatra Province. Data were
collected for a study period from July 2017 to
April 2018. The number of subjects from baseline
to end line of the study were 176 pregnant
women.
Inclusion criteria of the study subjects
included women above more than equal 18 years,
having gestational age more than equal 28 weeks,
healthy, and without any major obstetrical
complication. While the exclusion criteria
followed if subjects have twin pregnancy, have the
chronic diseases history, and women and their
husbands who do not agree to provide consent.

Data collection
We designed a structured questionnaire to
collect the socio-demographic, maternal health and
their medical history, and anthropometric
data.This study measured the third trimester of
haemoglobin (Hb) concentration. There was
physiologically changing in plasma levels of Hb
concentration which was around 25-80% from pre-
pregnancy volumes to the second trimester.
Considering the physiological changes in plasma
volume, we decided to collect blood sample of
pregnant women in the third trimester to analyze
Hb concentration to assess the prevalence of
anemia (10). We presented the current status of
anemia during pregnancy in West Sumatra from
prevalence of anemia and its associated risk
factors.

Anemia definition and hemoglobin


measurement

Based on WHO criteria, anemia status was


g/dl for moderate anemia status, and 10.00-10.99 Ethics approval and consent to
g/dl for mild anemia (8). Subjects Hb
participate
concentration was determined from capillary
blood from a finger- pricked (EasyTouch® This study was conducted in accordance
GCHB) by healthcare workers in the public with the declaration of Helsinki. All procedures
health centers where all subjects did their involving human subjects were approved by the
antenatal visits (18)Indonesia, and to explore Ethics Committee of Faculty of Medicine,
whether the anemia was due to iron deficiency University
(IDA.

Anthropometric measurements
Height, weight, and mid-upper arm
circumference (MUAC) of the dominant hand
were recorded using measuring tape, body height
and weight scales. Maternal weight was measured
during pregnancy with an electronic weighing
scale (Seca 803, Seca GmbH. Co. kg, Hamburg,
Germany) which was placed on a flat and hard
surface. Mothers were weighed in a light cotton
gown, and their weight was recorded to the
nearest 0.1 kg. PP BMI was calculated and
classified according to the World Health
Organization guidelines for Asian populations
(underweight, <18.5 kg/m2 Underweight; normal,
18.5-23.49 kg/m2; overweight, 23.5-24.99 kg/m2;
Pre-obese, 25-29.99 kg/m2; Obese, ≥30 kg/ m2)
(19).

Factors associated with anemia


status during pregnancy
The questionnaire has been created to
identify any related factors to anemia during
pregnancy. The questionnaire will be consisting of
socio-demographic and maternal health (age,
parity status, educational level, working status,
socio-economic status, place of residence,
number of children, maternal nutrition
knowledge status, adherence iron supplement
intake status, miscarriage history and gestational
age) of subjects, anthropometric measurements
(weight, height, MUAC, pre-pregnancy BMI),
and blood pressure status.
of Andalas (No. 262/KEP/FK/2016). All subjects potential risk factors and maternal Hb concentration
provided written consent for their participation in and potential confounders had considered in this
this study (12–17)maternal vitamin D intake and analysis (age, educational levels, and nutritional
the vitamin D status of pregnant women. Methods
and Study designs: The sample of the cross-
sectional study was 203 third trimester pregnant
women in September-November 2016 in four
different districts of West Sumatra, Indonesia.
Questionnaire was used to assess lifestyles, dietary
intake, anthropometry, maternal characteristics,
demography and socioeconomic data. The
Vitamin D serum level was measured by the
ELISA method and the data were analyzed using
descriptive statistics, chi-squared tests, Pearson’s
correlation and logistic regression. Results: 160
blood serum samples of pregnant women were
collected. The means of 25-hydroxyvitamin D
and maternal vitamin D intake were 29.06\
u00b111.39 ng/mL and 7.92\u00b15.26
\u03bcg/day respectively. The prevalence of
vitamin D deficiency- insufficiency was 61.25%,
and more than 85% of the women had inadequate
vitamin D intake. We found that living in
mountainous areas (p=0.03.

Statistical analyses
This study analysis was performed using
SPSS (version 23; SPSS Inc., Chicago, IL, USA).
Univariate analysis was used to present as means
± standard deviations (SD) for continuous
variables and as percentages for categorical
variables of socio-demographic variables,
maternal health history, anthropometric data, and
other factors related to anemia during pregnancy.
The appropriate test for example chi-square will
be used to assess the association between
variables. Multicollinearity between independent
variables will be assessed. The variables for which
p-value turns out to be less than equal to 0.25 will
be included in the multivariable analysis. A binary
logistic regression was performed to analyses the
association between related risk factors and
anemia status. Linear regression was used to
identify the potential association between
status). All the association will be considered supplement intake were significant between the
as significant association when a P-value has group of anemia and non-anemia pregnant women
less than 0.05. (p<0.05).
We created a logistic regression model to
investigate the predictors variable that affecting
anemia status during pregnancy. Variables from
RESULTS Table 2 which had significant value less than
equal to 0.25 will included in the multivariate
Prevalence of anemia pregnant women
analysis with
Total 176 subjects in our study were
included. Women with anemia and non-
anemia status was 109 (61.90%) and 67
(38.10%), respectively. We carried out
hemoglobin concentration in the third
trimester of pregnant women with the average
gestational age was 30.27±3.02 weeks. Most
of study subjects had more than 25 years old
with the mean of age was 30.27±3.02 years.
The average of hemoglobin concentration
was 10.56±1.41 g/dL which means that the
majority of study subjects had low
hemoglobin concentration than the
recommendation (11 g/dL) during pregnancy.
Pregnant women socio-demographic,
maternal health history, anthropometric, and
blood pressure are shown in Table 1. Sorted
to the severity of anemia, we found that the
prevalence anemia considered non-anemia,
mild, and moderate anemia was 39%, 34%,
and 27%, respectively (Figure 1). There were
no pregnant women with severe anemia status
in the study, however most of subjects mild
and moderate anemia status.

The risk factors of anemia among


the third trimester of pregnant
women
Table 2 shows that the result of
bivariate analysis between subject’s
characteristics of anemia and non-anemia
status group among pregnant women. In this
study, we showed that the differences in
maternal age groups, educational levels,
locations, place of resident, socio-economic
status, maternal nutrition knowledge status,
pre- pregnancy BMI, and adherence of iron
/Table 1. Sociodemographic and characteristics of pregnant women (n=177)

Variables N (%) Mean ± SD Min-Max

Age, years 30.27±3.02 18-44


Age groups
≤25 62 (35.20)
>25 114 (64.80)
Educational level
Primary 63 (35.80)
Secondary 61 (34.70)
Tertiary 52 (28.50)
Working status
Housewife 121 (68.80)
Non-housewife 55 (31.30)
Family monthly income, IDR 2,689±2,363 1,512-20,000
Socio-economic status
<Minimum wage 60 (34.10)
≥Minimum wage 116 (65.90)
Cities
38 (21.50)
Padang Pariaman
Payakumbuh Lima 45 (25.60)
Puluh Kota
Pariaman 58 (33.00)

Place of residence 35 (19.90)


Urban

Rural
90 (51.10)
Maternal nutrition knowledge status
86 (48.90)

High 68 (38.60)
Low-moderate 108 (61.40)
Parity status
Nulliparous 42 (23.90)
Multiparous 134 (76.10)
Parity number
≥4 40 (22.70)
1-3 93 (52.80)
0 43 (24.40)
Miscarriage history
Yes 22 (12.50)

No 154 (87.50)

Adherence iron/folic acid


supplement intake status

No 114 (64.80)
Yes 62 (35.20)
Gestational age TM3, weeks 30.27±3.02 27-39
Pregnancy body weight, kg 63.84±11.16 42.60-98.80
Height, cm 154.34±6.24 140-176
Pre-pregnancy BMI, kg/m2 22.76±3.82 14.10-34.80
Pre-pregnancy BMI status
Underweight 21 (11.90)
Normal 78 (44.30)
Overweight 22 (12.50)
Pre-obese 34 (19.30)
Obese 21 (11.90)
MUAC, cm 27.74±3.79 21-37
Systolic blood pressure, mmHg 111.42±10.29 90-140
Diastolic blood pressure, mmHg 76.37±7.76 60-100
Hemoglobin concentration, g/dL 10.56±1.41 7-14.40
Hemoglobin status
Non-anemia 67 (38.10)
Anemia 109 (61.90)
Table 2. Bivariate analysis between associated factors of anemia and status of anemia among
pregnant women (n=176)

Variables Non-anemia Anemia χ2 p-value


Subjects 67 (38.10) 109 (61.90)
Age group 5.025 0.025
≤25 36 (53.70) 78 (71.60)
>25 31 (46.30) 31 (28.40)
Working status 0.737 0.391
Housewife 43 (64.20) 78 (71.60)
Non-housewife 24 (35.80) 31 (28.40)
Educational level 18.381 <0.001
Primary 12 (17.90) 51 (46.80)
Secondary 25 (37.30) 36 (33.00)
Tertiary 30 (44.80) 22 (20.20)
Cities 48.200 <0.001
Padang Pariaman 15 (22.40) 23 (21.10)
Payakumbuh 34 (50.70) 11 (10.10)
Lima Puluh Kota 5 (7.50) 53 (48.60)
Pariaman 13 (19.40) 22 (20.20)
Place of residence 19.554 <0.001
Urban 49 (73.10) 41 (37.60)
Rural 18 (26.90) 68 (62.40)
Socio-economic status 33.448 <0.001
<Minimum wage 41 (61.20) 19 (17.40)
≥Minimum wage 26 (38.80) 90 (82.60)
Maternal nutrition knowledge status 35.218 <0.001
High 45 (67.20) 23 (21.10)
Low-moderate 22 (32.80) 86 (78.90)
Pre-pregnancy BMI status 28.608 <0.001
<25 kg/m2 26 (38.80) 87 (79.80)
≥25 kg/m2 41 (61.20) 22 (20.20)
Parity status 0.837 0.360
Nulliparous 19 (28.40) 23 (21.10)
Multiparous 48 (71.60) 86 (78.90)
Parity number 1.216 0.544
≥4 13 (19.40) 27 (24.80)
1-3 35 (52.20) 58 (53.20)
0 19 (28.40) 24 (22.00)
Adherence iron/folic acid supplement 55.376 <0.001
intake status
No 20 (29.90) 94 (86.20)
Yes 47 (70.10) 15 (13.80)
/
Figure 1. Illustrates the prevalence of the degree of anemia among pregnant women during their third
trimester of pregnancy in West Sumatra, Indonesia
adjusting other variables. There were significant the last national Indonesia basic health research in
predictors to identify anemia status such as 2018 (48,90%) even though the study conducted
women who had <minimum wage/month (AOR: earlier. Based on nutritional status monitoring
5.15; 95%CI: 1.30-20.47), low-moderate maternal survey report in 2016, West Sumatra province had
nutrition knowledge (AOR: 15.88; 95%CI:
43,10% of the incidence of anemia among
3.82-
pregnant women (20).
66.02), pre-pregnancy BMI <25 kg/m2 (AOR:
Adverse pregnancy outcomes and pregnancy
11.82; 95%CI: 2.70-51.69), and no adherence
complications will be the most common health
iron/folic acid supplement intake status (AOR:
problems in the anemic pregnancy status. It has
29.69; 95%CI: 6.58-133.91) (Table 3).
risen that anemia was a public health problem
that mostly happened in developing countries.
With 61,90% of anemia prevalence in this study,
DISCUSSION according to the WHO classification of the public
health importance of anemia, this might show
The present study determined the prevalence that it was a severe public health problem among
of anemia and its associated risk factors among pregnant women in our study and generally found
the third trimester of pregnancy who visited the in Indonesia regarding the last national data
public health centers in West Sumatra. This study survey which was conducted in 2018 and reach to
results found that more than 60% of pregnant 48,90%. The higher prevalence of anemia among
women during third trimester were anemic. The pregnant
amount of the prevalence percentage of this study
was higher than

/Table 3. Possible risk factors of anemia among pregnant women (n=176)

Variables COR 95%CI p-value AOR 95%CI p-value


/

Age group
≤25 0.46 0.24-0.87 0.017 1.37 0.08-1.70 0.203
>25 1.00 1.00
Educational level
Primary 5.80 2.51-13.36 <0.001 2.25 0.41-12.35 0.349
Secondary 1.96 0.93-4.16 1.48 0.31-7.01 0.623
Tertiary 1.00 1.00
Cities
Padang Pariaman 6.91 0.08-0.54 <0.001 2.57 0.13-50.24 0.534
Payakumbuh 1.10 2.25-21.28 <0.001 0.25 0.03-1.82 0.172
Lima Puluh Kota 0.84 0.43-2.84 0.838 20.28 0.65-628.79 0.086
Pariaman 1.00 1.00
Place of residence
Urban 1.00 2.32-8.78 <0.001 1.00 0.21-72.56 0.359
Rural 4.51 3.92
Socio-economic status
<Minimum wage 7.47 3.72-15.00 <0.001 5.146 1.30-20.47 0.020
≥Minimum wage 1.00 1.00
Maternal nutrition
knowledge status
High 1.00 3.85-15.20 <0.001 1.00 3.82-66.02 <0.001
Low-moderate 7.65 15.88
Pre-pregnancy BMI
status
<25 kg/m2 6.24 3.16-12.29 <0.001 11.82 2.70-51.69 0.001
≥25 kg/m2 1.00 1.00
Adherence iron/folic acid
supplement intake status
No 14.73 6.92-31.35 <0.001 29.69 6.58-133.91 <0.001
Yes 1.00 1.00
women worldwide was Sub-Saharan Africa (SSA) health care center of Mojolaban,\ nSukoharjo.\
(57%), followed by pregnant women in Southeast nMethods: The research was a cross
Asia (48%), and the lowest prevalence (24.1%) - sectional study. The number of subjects\nwas
was found among pregnant women in South
America. Indonesia ranks 5th with the highest rate
of anemia among pregnant women in Southeast
Asia regions (21,22).
Pregnant women with fewer than 25 years
more likely to have anemia status, however the
result was not significant after adjusting other
variables (AOR: 1.37; 95%CI: 0.08-1.70; p =
0.203).
This finding was similar with the Indonesia basic
health research in 2018 that most anemic pregnant
women (84,60%) had 15-24 years, 33,70% was
25-
34 years, 33,60% was 35-44, and 24% was 45-54
years (4). The younger age will be considered to
have a high risk to become anemic due to
pregnancy at the age of fewer than 20 years has
pelvis and uterus that optimally have not grown.
This will affecting and disrupting the safety and
health of the fetus in the womb because it has to
share red blood cells with the fetus conceived so
that younger pregnant women will be more likely
suffering from anemia (23).
High prevalence of anemic pregnant women
was found for those who were not regularly
consume iron tablet supplementation in this
study. Based on RISKESDAS national health
survey showed that the distribution of iron tablet
supplementation coverage reaches 73,20% of the
total population. This number still lower than the
government target which was 90% (4). There
were 64,80% of this study population had no
adherence of consuming iron tablet
supplementation and only 35,20% had regularly
consumed the iron tablet supplementation during
pregnancy. This result finding was similar with
Ariyani et al., that 60% of anemic pregnant
women did not consume iron tablet
supplementation (24)\ nincluding high death rate
among pregnant women. The prevalence of
anemia in\npregnant mothers in Sukoharjo was
still high, which was 94.7%.\ nObjective: The aim
of research was to identify and analyze the factors
that\ninfluence anemia among pregnant women at
45 respondents. Data on maternal age, parity situation for health care workers, especially for
and Antenatal Care (ANC. Then pregnant those who work in the primary health care or
women who regularly consumed iron tablet public health centers to improve their knowledge
supplementation also had hemoglobin of nutrition also their awareness of nutrition
concentration 11 g/dL (25). during pregnancy to avoid anemia.
We found that women with lower
family income had five-fold increase the risk
of anemia during pregnancy than higher one.
The higher prevalence of anemia was also
found among pregnant women not only who
live in the rural than urban areas, but also for
those who had lower education level seemed
to have six times higher risk of anemia during
pregnancy than the higher ones. The results of
a study in Jakarta showed that the level of
education (p = 0.022) and socio-economic (p
= 0.018) are significantly correlated to anemia
in pregnancy (26).
Our study also indicated that the pre-
pregnancy BMI <25 kg/m2 was a predictor
anemia and increasing the risk about twelve
times than women who had higher BMI. This
condition may due to inadequate nutrition
requirement during pregnancy. We also
analyzed the association between maternal
nutrition knowledge status and anemia. The
finding showed that women who had low-
moderate nutrition knowledge related to
maternal health status more likely to have
sixteen times to develop anemia status. This is
likely related to lack of knowledge from
beneficial health information about the
importance of adequate nutrition during
pregnancy, the inaccessibility of health care
centers, and ability to provide nutritious and
balance nutrition practice. Health
interventions including health education
which is providing the easiest health
promotion media to improve understanding of
pregnant women in nutrition and health
may be help an iron supplement consumption
during pregnancy (24,27–29)the prevalence
of anemia in pregnant women in urban area is
36.4%. The treatment of anemia in pregnant
women is conducted by administering 90 iron
tablets during pregnancy. The majority of
anemia in pregnant women is mostly caused
by lacking of iron (Fe. This was challenging
CONCLUSION AND 6. Bánhidy F, Ács N, Puhó EH, Czeizel AE. Iron
deficiency anemia: Pregnancy outcomes with
RECOMMENDATION
There was a high prevalence of anemia
status in the third pregnant women in West
Sumatra. Therefore, raise awareness of iron
supplementation and health related to nutrition
during pregnancy need to be considered to
improve maternal health status to reduce anemia.
However, further studies required with large
sample size to confirm this finding.

Acknowledgements
This research was funded by Directorate
General of Higher Education Ministry of National
Education (Menristekdikti), Indonesia, with
project name The Research of Master Program
Leading to Doctoral Degree for Excellent
Students (PMDSU Batch-2) in the year of 2018
(Grant No: 050/ SP2HL/LT/DRPM/2018) and
Indonesian Danone Institute Foundation (Grant
No: 007/ROG-D/IDIF/ X2016). The views
expressed herein are those of the individual
authors and do not necessarily reflect those of the
Indonesian Danone Institute Foundation.

REFERENCES
1. World Health Organization (WHO). WHO_MCH_
MSM_92.2.pdf. 1992. p. 5–11.
2. Baig-Ansari N, Badruddin SH, Karmaliani R, Harris
H, Jehan I, Pasha O, et al. Anemia prevalence and
risk factors in pregnant women in an urban area of
Pakistan. Food Nutr Bull [Internet].
2008;29(2):132–9. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18693477/
3. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta; 2013. 2013.
4. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
5. Haas JD, Brownlie T. Iron Deficiency and Reduced
Work Capacity: A Critical Review of the Research to
Determine a Causal Relationship. J Nutr. 2001
Feb;131(2):676S–690S.
or without iron supplementation. Nutrition
[Internet]. 2011 Jan;27(1):65–72. Available
from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20381313/
7. Levy A, Fraser D, Katz M, Mazor M, Sheiner
E. Maternal anemia during pregnancy is an
independent risk factor for low birthweight
and preterm delivery. Eur J Obstet Gynecol
Reprod Biol. 2005 Oct;122(2):182–6.
8. World Health Organization (WHO). Haemoglobin
concentrations for the diagnosis of anaemia and
assessment of severity. Geneva; 2011.
9. Vindhya J, Nath A, Murthy GVS, Metgud C,
Sheeba B, Shubhashree V, et al. Prevalence and
risk factors of anemia among pregnant women
attending a public-sector hospital in Bangalore,
South India. J Fam Med Prim Care. 2019
Jan;8(1):37–43.
10. Lin L, Wei Y, Zhu W, Wang C, Su R, Feng H, et al.
Prevalence, risk factors and associated adverse
pregnancy outcomes of anaemia in Chinese
pregnant women: a multicentre retrospective
study. BMC Pregnancy Childbirth. 2018
Apr;18(1):111.
11. Aji AS, Lipoeto NI. Vitamin D in Pregnancy.
ARGIPA. 2016;1(2):73–90.
12. Aji AS, Yerizel E, Desmawati, Lipoeto NI. The
association between lifestyle and maternal
vitamin D during pregnancy in West Sumatra,
Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr [Internet]. 2018
Nov 1;27(6):1286–93. Available from: https://
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30485928/
13. Aji AS, Erwinda E, Yusrawati Y, Malik SG, Lipoeto
NI. Vitamin D deficiency status and its related
risk factors during early pregnancy: a cross-
sectional study of pregnant Minangkabau
women, Indonesia. BMC Pregnancy Childbirth.
2019 May;19(1):183.
14. Aji AS, Yerizel E, Desmawati D, Lipoeto NI. Low
maternal vitamin d and calcium food intake
during pregnancy associated with place of
residence: A cross-sectional study in west
sumatran women, Indonesia. Open Access
Maced J Med Sci [Internet]. 2019 Sep
15;7(17):2879–85. Available from: https://doi.
org/10.3889/oamjms.2019.659
15. Aji AS, Erwinda E, Rasyid R, Yusrawati Y, Malik SG, Alathari B, et al. A genetic approach to study the relationship
between maternal Vitamin D status and newborn anthropometry measurements: the Vitamin D pregnant mother
(VDPM) cohort study. J Diabetes Metab Disord [Internet]. 2020 Jun 27;19(1):91–103. Available from:
http://link.springer.com/10.1007/s40200- 019-00480-5
16. Putri NI, Lipoeto NI, Rita RS, Aji AS. Analysis of the asso ciati on be twee n m ate rn al 25-hydroxyvitamin D
levels and newborn birthweight in Tanah Datar and Solok Districts, West Sumatra, Indonesia. J Ilm Univ Batanghari
Jambi. 2019 Jan;19(1):61–4.
17. Lipoeto NI, Aji AS, Faradila F, Ayudia F, Sukma NP. Maternal vitamin D intake and serum 25-hydroxyvitamin D
(25(OH)D) levels associated with blood pressure: A cross- sectional study in Padang, West Sumatra. Malays J
Nutr. 2018;24(3):407–15.
18. Susanti AI, Sahiratmadja E, Winarno G, Sugianli AK, Susanto H, Panigoro R. Low Hemoglobin among
Pregnant Women in Midwives Practice of Primary Health Care, Jatinangor, Indonesia: Iron Deficiency Anemia or
β-Thalassemia Trait? Anemia [Internet]. 2017 May 29;2017:6935648–6935648. Available from:
https://doi.org/10.1155/2017/6935648
19. Nishida C, Barba C, Cavalli-Sforza T, Cutter J, Deurenberg P, Darnton-Hill I, et al. Appropriate body-mass index for
Asian populations and its implications for policy and intervention strategies. Lancet [Internet]. 2004 Jan
10;363(9403):157–
63. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih. gov/14726171/
20. Pemantauan Status Gizi (PSG). Jakarta: Direktorat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2017.
21. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005. WHO global database on anaemia; 2008.
22. Barkley JS, Kendrick KL, Codling K, Muslimatun S, Pachón H. Anaemia prevalence over time in Indonesia: estimates
from the 1997, 2000, and
2008 Indonesia Family Life Surveys. Asia Pac J Clin Nutr. 2015;24(3):452–5.
23. Frequency and risk factors of low birth weight in term pregnancy | Khan | Pakistan Journal of Medical Sciences
Old Website [Internet]. [cited 2020 Nov 3]. Available from: https://pjms.com.
pk/index.php/pjms/article/view/8120
24. Ariyani R, Dwi Sarbini SST. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo [s1]. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016.
25. Rizki F, Lipoeto NI, Ali H. Hubungan Suplementasi Tablet Fe dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester
III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang. J Kesehat Andalas [Internet]. 2018 Feb 20;6(3):502. Available from:
http://jurnal. fk.unand.ac.id
26. Chandra AF, Marsigit J, Pratiwi AA, Akhmad SR, Andrianus A, Priyatini T. Education and Socioeconomic Status
as Risk Factors of Anemia in Pregnancy: A Cross-Sectional Study in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Adv Sci
Lett. 2018 Jul 6;24(9):6526–9.
27. Adawiyani R. Pengaruh pemberian booklet anemia terhadap pengetahuan, kepatuhan minum tablet tambah
darah dan kadar hemoglobin ibu hamil. Calyptra [Internet]. 201AD;2(2):1–20. Available from: https://journal.
ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/725
28. Vernissa V, Andrajati R, Supardi S. Efektivitas Leaflet dan Konseling terhadap Kepatuhan Minum Tablet Besi dan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia di Puskesmas di Kabupaten Bogor. Media Penelit dan Pengemb
Kesehat. 2017;27(4):229–36.
29. Alvionita I, Sulastri SK. Pengaruh Pemberian Poster Dan SMS Reminder Terhadap Kepatuhan Minum Tablet Besi
Dan Kenaikan Kadar Hb Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo [s1]. Universitas Muhammadiyah
Surakart; 2017.
Obai et al. BMC Pregnancy and Childbirth (2016) 16:76

/DOI 10.1186/s12884-016-0865-4

/Prevalence of anaemia and associated risk factors among pregnant women


attending antenatal care in Gulu and Hoima Regional Hospitals in Uganda: A
cross sectional study
Gerald Obai1*, Pancras Odongo2 and Ronald Wanyama3

/Abstract

Background: Anaemia is a public health problem affecting over 1.62 billion people globally. It affects all age groups of
people and is particularly more prevalent in pregnant women. Africa carries a high burden of anaemia; in Uganda 24 % of
women of child bearing age have anaemia. Pregnant women living in poverty are at greater risk of developing iron
deficiency anaemia. The objective of this study was to determine the prevalence of anaemia and the associated risk factors
in pregnant women attending antenatal care at Gulu and Hoima Regional Hospitals in Northern and Western Uganda
respectively.

Methods: We conducted a cross sectional study in Gulu and Hoima Regional


Hospitals from July to October 2012. Our study participants were pregnant
women attending antenatal care. Socio-demographic data were collected using
structured questionnaires and blood samples were collected for haemoglobin
estimation. Haemoglobin concentration was determined using an automated
analyzer closed mode of blood sampling. Data were analysed using Stata version
12. Odds ratio was used as a measure of association, with 95 % confidence
interval; and independent risk factors for anaemia were investigated using
logistic regression analyses. Ethical approval was obtained from Gulu University
Research Ethics Committee and written informed consent was obtained from
each study participant.
Results: The overall prevalence of anaemia was 22.1 %; higher in Gulu (32.9 %) than in Hoima (12.1 %), p < 0.001. In Gulu,
the prevalence of mild anaemia was 23 %, moderate anaemia was 9 %, and severe anaemia was 0.8 %, while in Hoima, the
prevalence of mild anaemia was 9 %, moderate anaemia was 2.5 %, and severe anaemia was

0.5 %. Independent risk factors for anaemia were: being a housewife [Adjusted Odds
Ratio (AOR) = 1.7, 95 % CI: 1.05–2.68]; and being a resident in Gulu (AOR = 3.6,
95 % CI: 2.41–5.58).
Conclusion: The prevalence of anaemia in pregnant women in Gulu is higher than in Hoima. Amongst pregnancy women,
being a housewife is an independent risk factor for anaemia. Greater efforts are required to encourage

early antenatal attendance from women in these at risk groups. This would
allow iron and folic acid supplementation during pregnancy, which would
potentially reduce the prevalence of anaemia.
Keywords: Anaemia, Gulu, Hoima, Hospital, Pregnant women, Prevalence

/
* Correspondence: lekobai@gmail.com

1
Department of Physiology, Faculty of Medicine, Gulu University, P.O Box 166,
Gulu, Uganda

Full list of author information is available at the end of the article

/© 2016 Obai et al. Open Access This article is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International
License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium,
provided you give appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to the Creative Commons license, and
indicate if changes were made. The Creative Commons Public Domain Dedication waiver
(http://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) applies to the data made available in this article, unless otherwise stated.
Background poverty. Western Uganda on the other hand
remained peaceful during the same period. It was
Anaemia is a global public health problem
affecting over therefore necessary to compare the prevalence of
1.62 billion people [1]. It affects all age groups of anaemia in the two regional hospitals. This would
people but pregnant women and children are more give an insight into the long term effect of the war
vulnerable. Iron deficiency is the leading cause of on women of child bearing age. The objective of this
anaemia among pregnant women globally [2]. study was to determine the prevalence of anaemia
Other causes of anaemia in pregnancy are heavy and associ- ated risk factors among pregnant
blood loss as may occur during menstruation and women attending ante- natal care at Gulu and
parasitic infections, conditions such as malaria Hoima Regional Hospitals so that
evidence-based interventions can be put in place.
and HIV which lower blood haemoglobin (Hb)
concentrations, and micronutrient deficiencies [1].
Low intake and poor absorption of iron especially
during growth and pregnancy when iron Methods
requirements are higher remain risk factors for Study design and setting
anaemia [3]. The World Health Organisation
defines anaemia in pregnant women as Hb We conducted a cross sectional study at Gulu
concentration less than 11.0 g/dl [4]. In pregnant and Hoima Regional Hospitals from July to
women, anaemia increases risk for maternal and October 2012. Gulu and Hoima Regional
child mortality and has negative consequences on Hospitals are located in
the cognitive and phys- ical development of
children [5], and on work productivity [6, 7].
Severe anaemia is associated with fatigue,
weakness, breathlessness, dizziness, drowsiness
and perceived pale- ness of the skin [8]. In the
developing world, anaemia is a priority nutritional
problem because of the economic, social, and
other negative consequences associated with it
[9]. Africa carries a high burden of anaemia with
a preva- lence of 65.8 % among pregnant women
[1]. In Uganda, the prevalence of anaemia among
women of child bearing age has been reported to
be 24 % overall, and 13.1 and
18.8 % in Northern and Western Uganda,
respectively [10]. Poverty is one of the risk
factors for iron deficiency in pregnant women
[11, 12], and given the fact that North- ern region
is the poorest region in Uganda [13] with high
rates of malnutrition, the problem of anaemia
cannot be underestimated. Despite the known
consequences of an- aemia in pregnancy, there is
scanty information on the prevalence of anaemia
in pregnant women in Northern Uganda since the
end of the Lord’s Resistance Army (LRA)
rebellion in 2006. The two decades of civil war in
Northern Uganda led to the destruction of social
services and left the majority of the population in
Northern and Western Uganda, respectively. reliability. The questionnaires were both in
Gulu dis- trict headquarters are located English and the local languages. Trained research
approximately 340 km North of Uganda’s assistants who were fluent in both English and the
capital city, Kampala. The population of Gulu local language (Luo or Lunyoro) conducted face-
District is 443,733 [14]. The coordinates of the to-face interviews with the preg- nant women. The
district are: 02 45 N, 32 00E. Hoima district interviews were conducted in privacy to maintain
headquarters are located approximately 230 km confidentiality, within the hospital premises.
Northwest of Kampala. The population of
Hoima district is 573,903 [14]. The co- ordinates Collection and analysis of blood samples
of the district are: 01 24 N, 31 18E.
The vein puncture site was cleaned using a swab
Study population containing 70 % alcohol and using aseptic
methods, an appropriate vein was identified and a
Our study participants were pregnant women hypodermic needle introduced into the vein.
attending antenatal care in the two regional About 3–4 ml of venous blood was drawn
hospitals. All pregnant women who consented to
the study and who reported that they did not
have sickle cell disease were eligible to
participate in the study. This is because persons
who have sickle cell disease usually have lower
Hb levels than the normal persons.

Sample size and sampling procedures

The sample size for this study was calculated


using Kish Leslie formula. We considered 95 %
confidence interval, 5 % margin of error, and 45
and 64 % prevalence of an- aemia for Gulu
(Northern Uganda) and Hoima (Western
Uganda), respectively as was reported by
Ugandan Demo- graphic and Health surveys
[15]. We factored a 10 % non response rate in
the sample size calculation. The two hos- pitals
were purposively sampled since they are
regional re- ferral hospitals in the study areas
with high patient load, from different
backgrounds and settings. We used simple
random sampling to select the study participants.
Each day, before the provision of health
education, the names of every pregnant woman
attending the antenatal clinic was taken. Fifty
percent of the women were then randomly se-
lected until the required sample size was
attained. The probability sampling was employed
to avoid selection bias.

Socio-demographic data

Data on socio-demographic characteristics were


collected using structured questionnaires
(Additional file 1). The questionnaire was pre-
tested in an area with similar set- tings to those
of the study hospitals. The questionnaire was
then refined to further improve its validity and
Table 1 Socio-demographic characteristics of the study participants (N
= 743) Table 1 Socio-demographic characteristics of the study participants (N
= 743) (Continued)
/

Gravidity
///Hoima (N = 387) Gulu (N = 356)
Characteristic Number Percent Number Percent 1–4 309 79.8 301 84.6
Age
>4 78 20.2 55 15.4

≤19 102 26.4 97 27.3


Delivery gap
20–24 116 30.0 127 35.7
25–29 91 23.5 87 24.4
30–34 54 14.0 32 9.0 Never delivered 130 33.6 120 33.7

35–39 22 5.7 9 2.5 1–11 months 10 2.6 12 3.4


>39 2 0.5 4 1.2 12–24 75 19.4 41 11.5
Education level 25–36 60 15.5 79 22.2

No education 26 6.7 23 6.5 >36 112 28.9 104 29.2

Primary 186 48.1 204 57.3


Secondary 149 38.5 104 29.2
Tertiary 26 6.7 25 7.0 into a syringe and then transferred into a sterile
Still in school vacutainer containing EDTA and transported to
Yes 26 6.7 13 3.7 the laboratory for analysis. Trained laboratory
No 361 93.3 343 96.3 technicians did the analyses both in Gulu and
Marital status Hoima Regional Hospitals. Laboratory analysis
Married was done using an automated analyser, (Celltac,
321 83.0 332 93.3
Automated Haematology Analyzer, MEK-6400.
Single 60 15.5 19 5.3
NIHON KOHDEN). The manufacturer supplied
Widowed 1 0.3 3 0.8
controls were run every morning to ensure that the
Separated/divorced 5 1.3 2 0.6
analyser was operating within 2.0 standard
Occupation
deviations. The closed mode of blood sampling
Farming 130 33.6 92 25.8
was used; the analyser automatically sampled
Trader 92 23.8 62 17.4
blood, processed, analysed and printed out the
Formal employment 51 13.2 32 9.0
haemoglo- bin concentration levels. Pregnant
Handicraft 0 0.0 10 2.8
women with haemoglo- bin concentration of less
Housewife 114 29.4 160 44.9
than 11.0 g/dl were categorised as anaemic.
Household size
Anaemia was considered severe when haemoglo-
1–5 286 73.9 249 69.9 bin concentration was less than 7.0 g/dL,
6–10 94 24.3 96 27.0 moderate when haemoglobin was between 7.0 and
>10 7 1.8 11 3.1
9.9 g/dL, and mild from 10 to 10.9 g/dL [4].
Wealth index

Lowest 278 71.8 184 51.7 Statistical analysis


Second lowest 85 22.0 149 41.9
Medium 15 3.9 17 4.8 Both the laboratory and questionnaire data were
High 9 2.3 6 1.7 checked and cleaned for completeness and
/Residence consistency. Participants with missing data on
haemoglobin level were excluded from the
analyses. Statistical analysis was performed using
Stata version 12. Quantitative variables were
categorised into groups basing on either
biologically recognised groupings
Table 2 Anaemia prevalence in Gulu and Hoima districts
Total anaemia 117 32.9

/
Mild anaemia 82 23.0
Moderate anaemia 32 9.0
/District Number Severe anaemia 3 0.8
Percent Gulu Hoima

Total anaemia 47 12.1


Mild anaemia 35 9.0
Moderate anaemia 10 2.5
Severe anaemia 2 0.5
Table 3 Chi- square tests of anaemia and associated risk factors Table 3 Chi- square tests of anaemia and associated risk factors
among pregnant women in Gulu and Hoima Regional Hospitals among pregnant women in Gulu and Hoima Regional Hospitals
(Continued)
/

Variable Anaemic Non anaemic P-value

Number Percentage Number Percentage 25–36 31 22.3 108 77.7


Age >36 44 20.4 172 79.6
≤19 47 23.6 152 76.4 Household size
20–24 48 19.8 195 80.2 0.62 1–5 111 20.8 424 79.2 0.3
25–29 42 23.6 136 79.4 6–10 48 25.3 142 74.7
30–34 21 24.4 65 75.6 >10 5 27.8 13 72.2
35–39 4 12.9 27 87.1 0.58b Wealth index
>39 2 33.3 4 66.7 Lowest 100 21.7 362 78.3 0.7
Education Second lowest 56 23.9 178 76.1
No education 11 45.8 13 54.2 Middle 5 15.6 27 84.4
Primary 87 22.8 295 77.2 0.01a High 3 20.0 12 80.0
/ Statistically significant
a

b
Fisher’s exact test

like trimester in pregnancy or societal recognised


groupings like education levels. Descriptive
statistics was employed for the analysis of
demographic data. We used odds ratios as a
measure of association, with a 95 % confidence
interval. Variables with p-values <0.2 at bivariable
analysis and those with biological plausibility with
respect to anaemia were put into backward
stepwise multivariable logistic regressions to
determine the independent predictors for anaemia
in preg- nancy. Statistical significance was set at P <
0.05.

Ethical considerations

The study was approved by Gulu University


Research Ethics Committee. Written informed
consent was ob- tained from each study
participant before data collection. Privacy and
confidentiality was maintained throughout the
study process.
Results
A total of 743 pregnant women took part in this
study for a response rate of 91.1 %. Some
participants withdrew from the study at the point
of blood collection. A large majority of the study
Delivery gap
(months)
participants were below the age of 25 years (Table
1). A total of 164 (22.1 %) women were anaemic.
Never delivered 61 24.4 189 75.6 0.8 The prevalence of anaemia in Gulu was 32.9 %
1–11 5 22.7 17 77.3 (117/ 356) and that in Hoima was 12.1 % (47/387).
The prevalence of mild, moderate and severe
12–24 23 19.8 93 80.2 anaemia in Gulu were 23, 9, and 0.8 %
respectively; and in Hoima were 9, 2.5, and
0.5 %, respectively (Table 2). In the bivariable
analysis, anaemia was significantly associated with
the level of education attained, occu- pation,
being in or out of school, and being a resident
of Gulu district (Table 3). Being a housewife
(AOR = 1.7, 95 % CI: 1.05–2.68) and a resident
in Gulu districts (AOR = 3.6, 95 % CI: 2.41–5.58)
were inde- pendent risk factors for anaemia
(Table 4).
/Table 4 Multivariable logistic regression analysis for risk factors for
anaemia in Gulu and Hoima Regional Hospitals Table 4 Multivariable logistic regression analysis for risk factors for
anaemia in Gulu and Hoima Regional Hospitals (Continued)

Variable Number Anaemic (%) Crude OR AOR (95 % CI)


/

(95 % CI)
/Household size

Age

<20 199 47 (23.6) 1.0 1.0


20–24 243 48 (19.8) 0.8 (0.51–1.60) 1.8 (0.50–1.32) /Wealth index
25–29 178 42 (23.6) 1.0 (0.62–1.61) 1.1 (0.63–1.80)
30–34 86 21 (24.4) 1.0 (0.58–1.89) 1.3 (0.68–2.56)
35–39 31 4 (12.9) 0.5 (0.16–1.45) 0.6 (0.19–1.85)
≥40 6 2 (33.3) 1.6 (0.29–9.16) 1.4 (0.22–8.99)
Education

No education 24 16 (32.7) 1.0 1.0


Primary 382 86 (22.1) 0.3 (0.15–0.81) 0.5 (0.27–1.10)
Secondary 283 55 (21.7) 0.3 (0.13–0.74) 0.6 (0.30–1.31)
Higher 547 7 (13.0) 0.2 (0.52–0.60) 0.4 (0.11–1.20)

Occupation

Farmer 222 38 (17.1) 1.0 1.0 Discussion


Trader 154 31 (20.1) 1.2 (0.72–2.07) 1.3 (0.73–2.21) The overall prevalence of anaemia was 22.1 % which
Formal 83 15 (18.1) 1.1 (0.55–2.07) 1.4 (0.63–2.96) agrees with findings in Ethiopia and Nigeria, [16,
employment
17] but lower than those reported elsewhere [18–
21], and the
Handicraft 10 3 (30.0) 2.1 (0.51–8.44) 1.1 (0.25–4.45) WHO estimate of 40–60 % in developing
Housewife 274 77 (28.1) 1.9 (1.22–2.94) 1.7 (1.05–2.68)
countries [1]. The variations in the prevalence
of anaemia may be due to the fact that the
interventions employed to address anaemia in
pregnancy vary in different settings.
/The prevalence of anaemia was significantly
higher in Gulu than in Hoima (P < 0.001). Gulu
district was ravaged by a twenty-year war
between the LRA and the Government of
Uganda that left most of the so- cial services
in the district in ruins and a large major- ity of
its population in poverty [22]. Our findings also
show that being a housewife is an independent
risk factor for anaemia. Because most housewives
depend solely on their husbands’ earnings for
their financial needs, the majority of them tend to
be of low socio- economic status which has been
reported as a known determinant of anaemia [23,
24]. This is also mani- fested by the finding that
anaemia was more prevalent among women
who had low monthly family income. Anaemia
was also more prevalent among women who
live in big households (>5 people) compared
to those who live in small households. These
might be low in- come families that were
displaced from their family land during the
LRA insurgency but have since de- cided to
remain in the urban settings for a better life.
Education level attained was also found to be
associ- ated with anaemia. In Uganda, low
level of education is associated with
unemployment, which consequently leads to
poverty, a known risk factor for anaemia in
pregnancy [21, 24].
Anaemia prevalence was highest (24.3 %)
during the
third trimester as compared to the first
trimester (14.6 %) and second trimester (20.7
%). Haemodilution
Conclusion
in pregnancy increases to peak during the second
trimester which may explain the high prevalence The prevalence of anaemia in pregnant women in
of anaemia during this period. However, the Gulu is higher than in Hoima. Amongst pregnancy
increased incidence of anaemia during the third women, being a housewife is an independent risk
trimester may also indicate poor antenatal care factor for an- aemia. Greater efforts are required to
and nutrition. These findings agree with that of encourage early antenatal attendance from women
Karaoglu and the WHO report [23, 25], but in these at risk groups. This would allow iron and
differ to those from Porto Novo, Cape Verde folic acid supplemen- tation during pregnancy,
and Abeokuta, Nigeria [24, 26]. Although a which would potentially reduce the prevalence of
study conducted in Trinidad and Tobago reported anaemia.
increased presence of anaemia with increasing
gravid- ity [27], this study found no evidence of
increased in- cidence of anaemia in a grand
multigravid woman as compared to primigravid,
Additional file
secundigravid or multigravid woman. This finding
/
is in agreement with other stud- ies [16].
Perhaps the health education provided to
pregnant women during antenatal visits leads
to bet- ter health seeking behaviour and dietary
habits, espe- cially during pregnancy.
These findings will go a long way in addressing
the problem of anaemia, which can affect
psychological and physical behaviour. This is
especially important because even very mild
forms of anaemia have been reported to influence
the sense of well being, lessen resistance to fa-
tigue, lower productivity [28], aggravate other
disorders, and affect work capacity [26]. In
pregnant women, an- aemia can result in
increased risk of maternal and peri- natal
mortality, low birth weight, [29] and reduced
resistance to blood loss with the result that death
may occur from the blood loss associated with
delivery. The strength of this study is the use of
power formula to cal- culate the sample size and
the random sampling of the study participants
which enhances its generalisability.

Limitations of this study

We did not consider other factors like parasitic


infec- tions which can lead to anaemia. We were
therefore not able to determine their contribution
to anaemia in our study population. Being a cross
sectional study, we could not identify the cause
and effect relationship.
blind randomised placebo controlled trial. BMJ. 2003;326(7399):1124.
8. Gies S, Brabin BJ, Yassin MA, Cuevas LE. Comparison of screening methods for anaemia
in pregnant women in Awassa, Ethiopia. Trop Med Int Health. 2003;8(4):301–9.
Abbreviations
9. Jamil KM, Rahman AS, Bardhan PK, Khan AI, Chowdhury F, Sarker SA, et al.
Micronutrients and anaemia. J Health Popul Nutr. 2008;26(3):340–55.
AOR: adjusted odds ratio; Hb: haemoglobin; HIV: human immuno-deficiency virus; 10. Uganda Bureau of Statistics (UBOS) and ICF International Inc. Uganda Demographic
LRA: Lord’s Resistance Army; WHO: World Health Organisation. and Health Survey 2011. 2012. ICF International Inc.: Kampala; UBOS and
Calverton: Maryland.
11. Bodnar LM, Cogswell ME, Scanlon KS. Low income postpartim women are at risk
of iron deficiency. J Nutr. 2002;132(8):2298–302.
Competing interests 12. U.S. Preventive Services Task Force. Screening for iron deficiency anemia,
including iron supplementations for children and pregnant women:
The authors declare that they have no competing interests. recommendation statement. Am Fam Physician. 2006;74(3):461–4.
13. Uganda Bureau of Statistics (UBOS), ICF Macro. Uganda Malaria Indicator Survey
2009. Calverton: UBOS and ICF Macro; 2010.
14. Uganda Bureau of Statistics. National Population and Housing Census 2014.
Kampala: UBOS; 2014. http://www.ubos.org/onlinefiles/uploads/ubos/NPHC/
Authors’ contributions

GO participated in designing the study, data collection, and statistical


analyses and served as the lead author of the manuscript. RW conceived and
participated in designing the study, data collection and data entry. PO
participated in designing the study, data collection and proof read the
manuscript. All authors read and approved the final manuscript.

Acknowledgements

We are grateful to Dr Benjamin Hopwood, Medical Officer, Paediatric


Department, Hoima Regional Referral Hospital, who edited the manuscript to
address typographical and grammatical errors. This work was supported by
Training Health Researchers into Vocational Excellence in East Africa (THRiVE); grant
number 087540 funded by the Welcome Trust. Its contents are solely the
responsibility of the authors and do not necessarily represent the official views
of the supporting offices.

Author details

1
Department of Physiology, Faculty of Medicine, Gulu University, P.O Box 166,
Gulu, Uganda. 2Department of Internal Medicine, Hoima Regional Hospital, P.O
Box 5, Hoima, Uganda. 3Department of Biochemistry, Faculty of Medicine, Gulu
University, P.O Box 166, Gulu, Uganda.

Received: 20 May 2015 Accepted: 7 April 2016

References

1. World Health Organisation. Worldwide prevalence of anaemia 1993–2005.


WHO Global Database on Anaemia. Geneva: WHO; 2008.
2. World Health Organization. The World Health Report 2002: reducing risks,
promoting healthy life. Geneva: WHO; 2002.
3. Cusick SE, Mei Z, Freedman DS, Looker AC, Ogden CL, Gunter E, et al. Unexplained
decline in the prevalence of anemia among US children and women between
1988–1994 and 1999–2002. Am J Clin Nutr. 2008;88:1611.
4. WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and
assessment of severity. Vitamin and Mineral Nutrition Information System.
Geneva: WHO; 2011. http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf.
Accessed 24 Dec 2015.
5. Halterman JS, Kaczorowski JM, Aligne CA, Auinger P, Szilagyi PG. Iron deficiency
and cognitive achievement among school-aged children and adolescents in
the United States. Pediatrics. 2001;107:1381–6.
6. Haas JD, Brownlie T. Iron deficiency and reduced work capacity: a critical
review of the research to determine a casual relationship. J Nutr.
2001;131:2S-2.
7. Verdon F, Burnand B, Stubi CL, Bonard C, Graff M, Michaud A, et al. Iron
supplementation for unexplained fatigue in non-anaemic women: double
NPHC%202014%20PROVISIONAL%20RESULTS%20REPORT.pdf. Accessed 5

Jan 2016.

15. Uganda Bureau of Statistics (UBOS), Macro International Inc. Uganda Demographic
and Health Survey 2006. Calverton: UBOS and Macro International Inc; 2007.
16. Buseri FI, Uko EK, Jeremiah ZA, Usanga EA. Prevalence and risk factors of anaemia among
pregnant women in Nigeria. Open Hematol J. 2008;2:14–9.
17. Alem M, Enawgaw B, Gelaw A, Kena T, Seid M, Olkeba Y. Prevalence of anemia and
associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in Azezo
Health Center Gondar town, Northwest Ethiopia. J Interdiscip Histopathol.
2013;1(3):137–44.
18. Ahmad N, Kalakoti P, Bano R, Syed MMA. The prevalence of anaemia and associated
factors in pregnant women in a rural Indian community. AMJ. 2010;3(5):276–80.
19. Getachew M, Yewhalaw D, Tafess K, Getachew Y, Ahmed ZA. Anaemia and associated risk
factors among pregnant women in Gilgel Gibe dam area, Southwest Ethiopia. Parasites
Vectors. 2012;5:296.
20. Hoque M, Kader SB, Hoque E. Prevalence of anaemia in pregnancy in the Uthungulu
health district of KwaZulu-Natal, South Africa. SA Fam Pract. 2007;49:6.
21. Lokare PO, Karanjekar VD, Gattani PL, Kulkarni AP. A study of prevalence of anemia and
sociodemographic factors associated with anemia among pregnant women in
Aurangabad city, India. Nigerian Med. 2012;6(1):30–4.
22. Economic Development Policy and Research Department. Poverty status report 2014:
Structural Change and Poverty Reduction in Uganda. Kampala: Ministry of finance,
planning and economic development; 2014.
23. Karaoglu L, Pehlivan R, Egri M, Deprem C, Gunes G, Genc FM, et al. The prevalence of
nutritional anemia in pregnancy in an east Anatolian province, Turkey. BMC Public
Health. 2010;10:329.
24. Idowu OA, Mafiana CF, Sotiloye D. Anaemia in pregnancy: a survey of pregnant
women in Abeokuta, Nigeria. Afr Health Sci. 2005;5(4):295–9.
25. WHO. The prevalence of anaemia in women: a tabilation of available
information. Geneva: WHO; 1992.
26. Okeke PU. Anaemia in pregnancy-is it a persisting public health problem in Porto Novo-
Cape Verde? Res J Med Sci. 2011;5(4):193–9.
27. Uche-Nwachi EO, Odekunle A, Jacinto S, Burnett M, Clapperton M, David Y, et al.
Anaemia in pregnancy: associations with parity, abortions and child spacing in primary
healthcare clinic attendees in Trinidad and Tobago. Afr Health Sci. 2010;10(1):66–70.
28. Balarajan Y, Ramakrishnan U, Ozaltin E, Shankar AH, Subramanian SV. Anaemia in low-
income and middle-income countries. Lancet. 2011;378: 2123–35.
29. Kozuki N, Lee AC, Katz J. Moderate to severe, but not mild, maternal anemia is associated
with increased risk of small-for-gestational-age outcomes.
J Nutr. 2012;142:358–62.

/
/Study on Prevalence of Anemia among Pregnant Women attending
Antenatal Clinic at Rural Health Training Centre (RHTC) and Chalmeda
Anand Rao Institute of Medical Sciences Teaching Hospital, Karimnagar,
Telangana, India
Rajamouli J1, Ravinder A2, SCK Reddy1, Sujatha Pambi3

/ spaced pregnancies.1,2 The pregnant women suffering


from Iron deficiency anemia are with associated risk,
born babies with low birth weight, preterm delivery,
increased peri-natal and neonatal mortality.3-5 In
INTRODUCTION another analysis, iron deficiency anemia (IDA) was an
Anemia during pregnancy is a major public health underlying risk factor for maternal and perinatal
problem mortality and morbidity.6
The ministry of Health, Government of India has
recommended intake of 100mg of elemental iron with
500 mcg folic acid tablets in second half of the
pregnancy for a period of at least 100 days. In the
World Health Organization (WHO) / World Bank
rankings, IDA is the third leading cause of disability-
adjusted life years lost for females aged 15–44years. 1,7
In 1993, the World Health Organization instituted its
Safe Motherhood Initiative with a goal of reducing the
number of maternal deaths by half before the year
2000.8 In India, anemia is the second most common
cause and accounting for 20% of total maternal
deaths.9
The prevalence of anemia ranges from 33% to 89%
among pregnant women and is more than women
from 60% among adolescent girls with wide
variations in different regions of the country.10 The
study shows that Pregnant women in rural
Maharashtra, one of the developed states of India
registered a prevalence of anemia 56.4%.11
1970 National Nutritional Anemia Prophylaxis
Programme (NNAPP) was initiated in India, with the
aim to reduce the prevalence of anemia to 25
percent.12 Since 1992, the daily dosage of elemental
iron for prophylaxis and therapy has been increased to
100 mg and 200 mg, respectively under Child
Survival and Safe Motherhood (CSSM) Programme.
The present cross sectional study was designed to
estimate the haemoglobin levels in pregnant women
attending at Rural Health Training Centre (RHTC)
Annaram and teaching hospital CAIMS Karimnagar of anemia in pregnancy 2-45%. Global prevalence
revealed 58.33%. In developed countries Prevalence
throughout the world, particularly the developing countries.
//Anemia refers to a condition in which the 1Associate Professor, 2Assistant Professor/Statistician, 3Assistant
hemoglobin (Hb) content of the blood is lower than
Professor, Department of Community Medicine, CAIMS, Karimnagar,
normal for a person´s age, gender and environment, Telangana, India
resulting in the oxygen carrying capacity of the blood
being reduced.1,2 During the pregnancy plasma
Corresponding author: Dr. Rajamouli J, MD (Community Medicine),
volume expands (maximum around 32 weeks) Associate Professor, Department of Community Medicine, Chalmeda
resulting in haemoglobin dilution. For this reason, Anand Rao Institute of Medical Sciences, Karimnagar-505001,
haemoglobin level below 10gm/dl at any time during Telangana, India.
pregnancy is considered anaemia. Hb level at below
9gm/dl requires detailed investigation and appropriate How to cite this article: Rajamouli J, Ravinder A, SCK Reddy, Sujatha
Pambi. Study on prevalence of anemia among pregnant women
treatment.
attending antenatal clinic at rural health training centre (RHTC) and
The main causes of anemia in developing countries chalmeda anand rao institute of medical sciences teaching hospital,
include: inadequate intake and poor absorption of iron, karimnagar, Telangana, India. International Journal of Contemporary
malaria, hookworm infestation, diarrhoea, HIV/AIDS, Medical Research 2016;3(8):2388-2391.
genetic disorders(e.g., sickle cell anaemia and
thalasemia), blood loss during labor and closely
/

of anemia among pregnant women is 55.9% (WHO) haemorrhage were excluded. The diagnosis of
and higher in developing countries (5-90%). In India anaemia was estimated by using the standard
prevalence of anemia has been reported to be in the peripheral blood smear examination and shale’s acid
range of 33%-89%. haematin method of Haemoglobin estimation.
Aims and objectives Study period: 1 year i.e.: from 1st October- 2014 to
30th September 2015. Anaemia was classified as per the
1. To study the prevalence of anemia among pregnant
World Health Organization (WHO) grading criteria is
women in RHTC Annaram & CAIMS teaching Hospital
taken to be 11 g/dL. WHO further divides anaemia in
Karimnagar.
2. To study the various factors influencing among the pregnancy in to mild anaemia (haemoglobin 10-10.9
anaemic g/dl), moderate anaemia (haemoglobin 7.0-9.9 g/dl)
groups. and severe anemia (haemoglobin <7 g/dL).
MATERIAL AND METHODS STATISTICAL ANALYSIS
The Cross sectional study was conducted on the Data were analyzed using SPSS version 17.0 and chi
pregnant women attending in the Anti-natal Clinic in square test for categorical data were performed.
Rural Health Training Centre Annaram, and Obstetric P<0.05 was considered statistically significant.
clinic at teaching hospital CAIMS, Karimnagar. Total
RESULTS
sample of study subject was 269 pregnant women,
interviewed by using 29 Pre designed and pre tested The total study subjects were 269 pregnant women.
questionnaire, including prime gravida, second Among them 157 pregnant women (58.36%) suffered
gravida and > second gravida. We have used with mild, moderate and severe anemia. Table-1
purposive sampling technique to select the sample. shows 77.3% of pregnant women were 20-29 years of
Inclusion criteria: The study subjects age of less than age group among participants. This result shows that
20 years to 30 and > 30 years. We had also observed Anti-Natal Cases majority are in the age group below
the anaemia in 1st, 2nd & 3rd trimester. 30 years.
/Table-2. shows that high prevalence anaemia (96.8%)
Exclusion criteria: In our study group recently blood
among housewife’s and agricultural labours as
transfused, who had chronic medical diseases,
compared with employees. Chi.square test: 7.71 & P<
diagnosed haemo-globinopathies, and bleeding
0.021 (significant). Results indicate that agricultural
disorders or ante partum
labours and housewives were not utilizing the heath
care services which provide prophylaxis doses of iron
& folic acid (100 days) for prevention of anaemia.
Table-3 showed that among the parity group second
gravid majorities (43.3%) suffered with anaemia. This
shows that causes of anaemia like close pregnancies,
malnutrition, not taking prophylaxis doses of iron &
folic acid tablets may be
/
Groups Severity Of Anemia
Mild Moderate Severe Total
N % N % N % N %
Age years <20 18 11.4 23 14.6 3 1.9 44 28.0
20-24 32 20.4 50 31.8 8 5.0 90 57.4
25-29 12 7.6 8 5.0 3 1.9 23 14.6
≥30 0 0 0 0 0 0 0 0.0
Education Illiterate 32 20.3 35 22.2 6 3.8 73 46.4
Primary school 9 5.7 25 15.9 3 1.9 37 23.6
Secondary school 12 7.6 15 9.5 3 1.9 30 19.2
Graduate/Pg 9 5.7 6 3.8 2 1.2 17 10.8
Occupation Housewife, agricultural Working Women 62 39.4 78 49.6 12 7.6 152 96.8
Employed women 0 0 3 1.9 2 1.3 5 3.2
Table-2: Distribution of Anemia in study group according to age, education & occupation

Parity Normal N(%) Mild Anemia N(%) Moderate Anemia N (%) Severe Anemia N(%) Total Anemic N (%)
Primi gravida (1) 88(32.7) 24 (8.92) 31 (11.52) 5 (1.85) 60(38.2)
Gravida 2 21 (7.80) 28 (10.40) 33 (12.26) 7 (2.60) 68(43.3)
Gravida >2 3 (1.11) 10 (3.71) 17 (6.31) 2 (0.74 29(18.5)
Table-3: Anemia distribution among parity

Diet Normal N(%) Mild Anemia N(%) Moderate Anemia N (%) Severe Anemia N(%) Total Anemic N (%)
Mixed 50 (18.58) 20(7.43) 24(8.92) 5(1.85) 49(18.21)
Veg 62 (23.04) 61(22.67) 38(14.12) 9(3.34) 108(40.14)
Table-4: Prevalence of anemia among vegetarian’s & mixed diet.

/ /
(3.2%) was anemic. The similar study shows that the
reason for high prevalence of anaemia in second proportion of pregnant women suffering from anaemia
gravid. in classes I and II were less (47.61% and 71.42%,
Table-4 showed that vegetarian group suffered with respectively) as compared with the lower
high prevalence of anaemia (40.14%) as compared socioeconomic status (93.51%, 94.49%, and 94.11% in
with mixed diet. Results showed that readily available classes III-V, respectively). It was obvious that as the
iron absorbed better in mixed dietary groups. socioeconomic status decreased, the prevalence of
anaemia increased. This association between the
socioeconomic status of the family and anaemia in
DISCUSSION pregnancy was found to be statistically significant (P<
The prevalence of anaemia in pregnant women of 0.05).21
RHTC & CAIMS Hospital was high (58.36%) among Table-3 shows, higher prevalence of anaemia (43.9%)
the 269 study subjects of Pregnant women. The seen in second gravid and 25.7% 2nd trimester pregnant
similar study was done on pregnant women in rural women. The same explanation was given by similar
Maharashtra, one of the developed states of India study, with the mean gestational age at booking of 22
registered a prevalence of 56.4%.10 Similar reports weeks in this study; physiologic
from WHO shows that up to 56% of all women living
in developing countries are anaemic.17
In India, National Family Health Survey -2 in 1998 to
99 shows that 54% of women in rural and 46%
women in urban are anaemic.18 The National
Nutritional Anaemia Prophylaxis Programme
(NNAPP) was initiated in 1970 with the aim to reduce
the prevalence of anaemia to 25 percent.11
Table-1 reveals that the maximum participant of
pregnant women was in the age group of 20 to 29
years (77.3%) at both RHTC & CAIMS Hospital.
The similar study was conducted in Aurangabad city,
India by Pushpa O Lokare, found that maximum
(87.2%) subjects were between ages above 20 to 30
years.21
Table-2 shows anemia among age group 20 years to
29 years were in total 72.0% (mild 28.0%, moderate-
36.8% severe 6.9%). Among the education category,
majority suffering with anaemia were illiterates
(46.4%) as compared with other education levels, less
in primary school (23.6%), secondary school (19.2%)
and graduates/ PG’s (10.8%).
The similar study done in 7 states by K.N.Agarwal,
D.K.Agarwal and group of health care & Research
Association revealed that the anaemia in illiterates
(those who neither read nor write) among pregnant
women was highest in M.P (68.0%) followed by
46.3%, 45.3%, 30.7% 28.7%, 8.8% and
1.3 % in the states of Orissa, Assam, Haryana, Tamilnadu, H.P
and Kerala, respectively.22 The similar study done by Pushpa
and all revealed that proportion of pregnant women suffering
from anaemia were 96.4%, 94.8%,92.1% and 91.5% among
illiterates, those educated up to primary, middle school and
high school respectively. it was found that the lower the
educational level of women, the probability of suffering from
anaemia during pregnancy.21
Among occupation category, shows that the high
prevalence of (96.8%) anemia among housewives and
agricultural labours as compared with employees
timely interventions for reducing the burden of the
haemo dilution in pregnancy may explain the malaria, worm infestations and other infectious
increased prevalence of mild anemia.17 diseases. All practitioners handling obstetrics cases
Women who receive daily antenatal iron should be motivated for prescribing iron preparations
supplementation are less likely to have iron and balanced diet with good compliance.
deficiency anaemia at term.19 Even two injection of
irondextran (250 mg each) given intramuscularly at
4 week intervals along with tetanus toxoid injection ACKNOWLEDGMENT
have been recommended for better compliance and
adequate results.20 Table-4 shows that dietary habits Authors are thankful to Dr. T. Surender Principal, Dr.
have influence on anaemia. The vegetarian group Aasim Medical Superintendent, Dr. Suryanarayan
of pregnant women were maximum (40.14%) with Reddy Director and Mr. Laxminarsimha Rao
anaemia as compared with having mixed dietary Chairman of Chalmeda Ananda Rao Institute of
habits (18.21%). In similar study by Baig Ansary.N, Medical Sciences for valuable suggestions, guidance,
Badruddin SH it was stated in the literature that tea support by providing field staff for estimating the
consumption and low intake of red meat were haemoglobin samples. Also I thank to my department
associated with anaemia.23 staff that helped me to complete the study.
Meat is a good source of high quality protein, iron,
zinc and all the B vitamins except folic acid. Meat
consumption reported to be 21kg/ capita/ year for REFERENCES
Turkey, 124 kg/capita/year for USA and 1. Karine Tolentino, Jennifer F. Friedman. An Update on
100kg/capita in European contries.24 These data Anemia in Less Developed Countries. A M J Med Hyg.
2007;77:44-51.
explains the lower anaemia prevalence among those
2. World Health Organization, 2001. Iron Deficiency Anemia:
developed countries. Assessment, Prevention and Control. Geneva, World
Health Organization.
3. Scholl T, Hediger M, Fischer R, Shearer J. Anemia vs.
CONCLUSION Iron deficiency: increased risk of preterm delivery in a
prospective study. Am J Clin Nutr. 1992;55:985-8.
A very high prevalence of anaemia (58.36%) in 4. Roy S, Chakravorty PS. Maternal and perinatal outcome
pregnant women is an indicator of the failure of in severe anaemia. J Obstet Gynae India. 1992;42:743-50.
national and WHO programmes to address this 5. Rangnekar AG, Darbari R. Foetal outcome in anaemia
during pregnancy. J Obstet Gynae India. 1993;43:172-6.
problem. Shift in the programme to mandatory 6. Stoltzfus, Mullany and Black. Iron Deficiency
regular supply of IFA tablets to adolescent girls and Anemia,“Comparative quantification of health risks:
pregnant women from 24th week onwards till 12 Global and regional burden of disease attributable to
weeks of postpartum period. We have to rectify the selected major risk factors,” WHO 2004.
nutritional deficiencies with Food fortification and 7. Yip R, Ramakrishnan U. Experiences and challenges in
developing countries. J Nutr. 2002;132:827S-30S.

/
8. DeMaeyer EM,
Dallman P, Gurney JM,
Hallberg L, Sood SK,
Srikantia SG.
Preventing and
controlling iron
deficiency anemia
through primary health
care: a guide for health
administrators and
programme managers.
Geneva, Switzerland:
World Health
Organization, 1989.
9. Govt. of India. Health
information of India,
1995, DGHS, Nirmal
Bhawan, New Delhi.
10. Fred Arnold, Sulabha
Parasuraman, P.
Arokiasamy, Monica
Kothari. 2009.
Nutrition in India.
National Family Health
Survey (NFHS-3), India,
2005-06. Mumbai:
International Institute
for Population
Sciences; Calverton,
Maryland, USA: ICF
Macro.
11. Agarwal DK, Agarwal
KN, Roychaudhary S.
Targets in National
Anemia prophylaxis
Programme for
pregnant women.
Indian Paediatr.
1988;25:319-22.
12. DeMaeyer E.M.,
Dallman P., Gurney
J.M., Hallberg L., Sood
S.K. & Srikantia S.G.
Preventing and
controlling iron
deficiency anaemia
through primary health
care, WHO, Geneva,
1989.
13. Firkin F, Chesterman C,
Penington D, Rush B.
DeGruchy's Clinical
Haematology in
Medical Practice,
Oxford University
Press, 5th edition
1990, P31.
14. The text book of
Preventive and Social
Medicine. In: Mahajan,
Gupta, editors. 3rd ed.
2003; 117-8.
15. Economic Survey 2000-
2001. Govt. of India,
Ministry of Finance,
Economic Division.
16. Virender P. Gautam,
Yogesh Bansal, D.K.
Taneja, Renuka Saha.
Prevalence of anaemia
amongst women and
its socio- demographic.
IJCM. 2002;27:4.
17. World Health
Organization. The
prevalence of anemia
in women; a tabulation
of available
information; second
edition Geneva WHO;
1992
(WHO/MCH/MSM/92.2
).
18. Kennedy E, Dietary
reforms intakes;
development and uses
for assessment of
micronutrient status of
women- a global
prospective. Am J Clin
Nutr. 2005;81:1194-
S7S.
19. Bhatt. RV. Poor iron
compliance the way
out. J Obstet Gynecol
India. 1997;47:185-
190.
20. Pena Rosas J, Viteri F.
Effect of routine oral
supplementation with
or without folic acid for
women during
pregnancy. Cochrane
Database syst Rev.
2006;19:3;CD004736.
21. Pushpa O Lokare,
Vinod D Karajekar,
Prakash L Gattani,
Ashok P Kulakarni. A
study of prevalance of
anemia and socio
demographic factors
associated with
anaemia among
pregnant women in
Aurangabad city, India.
2012;6:30-34.
22. Agarwal KN, Agarwal
DK, Sharma, Sharma
AK, Prasad K, Kalita
MC, Khetarpaul N,
Kapoor AC,
Vijayalaksmi L, Govilla
AK, Panda SM, Kumari
P. Prevalence of
anaemia in pregnant
and lactating women in
India. Indian J Med
Res. 2006;124:173-184.
23. Baig Ansary N,
Badruddin SH,
Karmaliani R, Harish H,
Jehan I, Pasha O, Moss
N, McClure EM, Golden
berg RL. Anemia
prevalence and risk
factors in pregnant
women in a urban area
of pakisthan. Food
Nutr Bull. 2008; 29:
24. Speedyp AW, Global
production and
consumption of animal
source foods. J Nutr.
2003;133:4048-4053.
/

/ /
BAB III
CRITICAL APPRAISAL
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan

Pendidikan dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Muaro Kiawai

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2021, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Lebih dari separuh responden (58,3 %) mengalami anemia di Wilayah

Kerja Puskesmas Muaro Kiawai Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2021.

2. Lebih dari separuh responden (61,1 %) memiliki pendidikan rendah di

Wilayah Kerja Puskesmas Muaro Kiawai Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2021.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian

anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Muaro Kiawai Kabupaten Pasaman

Barat Tahun 2021, dengan nilai (P value 0,011 = P value < 0,05).

B. SARAN

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang

anemia pada ibu hamil dan faktor-faktor penyebab terjadinya anemia.

2. Bagi Responden

Diharapkan kepada responden untuk dapat teratur dalam mengkonsumsi

tablet Fe selama hamil dan mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi.

3. Bagi Puskesmas
Diharapkan pada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan lagi dalam

memberikan penyuluhan tentang anemia pada ibu hamil.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi kepustakaan bagi kampus dan

sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai