Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NURUL HAMIDAH

STAMBUK : 03120220078
KELAS : D1

TUGAS 1
ASPEK HUKUM KONSTRUKSI

Soal
Tuliskan pengertian kontrak sebanyak enam macam kontrak dilengkapi dengan 2 contoh
masing-masing kontrak!

Jawaban
Bentuk dan jenis kontrak yang dilihat dari segi aspek pembagian tugas sendiri dibagi menjadi
beberapa poin, yakni :

1. Bentuk kontrak konvensional,


2. Bentuk kontrak spesialis,
3. Bentuk kontrak rancang bangun (design construction/built, turn-key),
4. Bentuk kontrak engineering, procurement dan construction (EPC),
5. Bentuk kontrak BOT/BLT, dan
6. Bentuk swakelola (force account).

Adapun penjelasan tentang keenam poin tersebut akan dijelaskan terpisah di bawah ini.

1. Kontrak Konvensional/Tradisional
Bentuk kontrak konvensional atau tradisional adalah bentuk yang paling umum
digunakan dalam proyek-proyek konstruksi. Dalam bentuk ini terdapat pemisahan jelas
antara pemilik proyek, kontraktor, dan konsultan. Dengan demikian terdapat beberapa
kontrak terpisah, misalnya kontrak antara pemilik proyek dan konsultan perencana,
kontrak antara pemilik proyek dan konsultan pengawas, serta kontrak antara pemilik
proyek dan kontraktor. Untuk lebih jelasnya bentuk pembagian tugas pada kontrak
konvensional dapat dilihat pada gambar berikut :

PEMILIK
PROYEK

KONSULTAN

KONTRAKTOR UTAMA

Subkontraktor/ Pemasok/
Subkontraktor dinominasikan Pemasok Dinominasikan
2. Kontrak Spesialis
Bentuk kontrak spesialis merupakan perkembangan dari bentuk kontrak konvensional
dimana dalam pelaksanaannya, pemilik proyek menunjuk beberapa kontraktor utama
dengan tujuan efisiensi waktu dan kepastian kualitas pekerjaan karena item pekerjaan
diserahkan kepada kontraktor spesialis, penghematan biaya, kemudahan untuk mengganti
kontraktor utama. Meskipun demikian bentuk ini menimbulkan kecakapan pemilik
proyek dalam menilai performa kontraktor dan biasanya hanya diterapkan oleh pemilik
proyek yang telah berpengalaman dan memang bergerak di sektor konstruksi.

PEMILIK
KONSULTAN
PROYEK

KONTRAKTOR UTAMA KONTRAKTOR UTAMA KONTRAKTOR UTAMA

NSC/SC NSC/SC NS/S NS/S


NS/S NSC/SC

3. Kontrak Design-Build
Bentuk kontrak selanjutnya yakni bentuk kontrak design-build, sering disingkat DB,
adalah bentuk kontrak dimana kontraktor tidak hanya bertanggung jawab atas
pelaksanaan konstruksi tetapi juga terhadap desain konstruksi. Dengan demikian
kontraktor utama berfungsi pula sebagai konsultan perencana. Tujuan utama dari
diterapkannya bentuk ini adalah agar waktu perencanaan dan perancangan desain dengan
waktu pelaksanaan konstruksi dapat berjalan overlapping sehingga memperpendek durasi
siklus proyek konstruksi.

PEMILIK
PROYEK

KONTRAKTOR UTAMA

Konsultan Desain Subkontraktor/ Pemasok/


Subkontraktor dinominasikan Pemasok Dinominasikan
4. Kontrak EPC
Bentuk kontrak EPC (Engineering, Procurement, and Construction) adalah kontrak
konstruksi dimana kontraktor memegang tanggung jawab terhadap jasa desain
(engineering), pengadaan material (procurement) dan pelaksanaan konstruksi
(construction). Bentuk kontrak ini hampir sama dengan bentuk kontrak design-build
dimana kontraktor bertanggung jawab atas desain dan pelaksanaan konstruksi. Pada
umumnya bentuk kontrak design-build lebih banyak diterapkan untuk proyek bangunan
gedung sedangkan bentuk kontrak EPC lebih banyak diterapkan untuk proyek-proyek
infrastruktur yang lebih menekankan pada aspek operasional sistem infrastruktur.

5. Kontrak BOT/BLT
Bentuk kontrak BOT (build-operate-transfer) dan BLT (build-lease-transfer) merupakan
bentuk kontrak konstruksi dimana pemilik lahan mengajak kontraktor untuk berinvestasi
dengan cara melaksanakan sebuah pembangunan di atas lahan pemilik. Dengan demikian
kontraktor mendanai seluruh biaya pekerjaan dan ketika pekerjaan telah selesai,
kontraktor diberikan hak untuk mengelola (operate) maupun menyewakan (lease)
bangunan tersebut kepada pemilik atau pihak lain, Setelah kurun waktu tertentu dimana
pembiayaan telah dianggap lunas, barulah bangunan tersebut dikembalikan kepada
pemilik proyek/lahan.

6. Kontrak swakelola/Force Account


Bentuk kontrak swakelola (force account) adalah bentuk kontrak konstruksi dimana
seluruh tahapan proyek konstruksi dipegang hanya oleh salah satu pihak. Bentuk ini
biasanya hanya mampu diterapkan oleh para pengembang besar atau kontraktor besar
yang memiliki sumber daya dan teknologi yang memadai. Dalam bentuk ini, seluruh
tahapan proyek konstruksi, mulai dari desain, pengadaan, hingga pelaksanaan proyek
dilakukan oleh pemilik proyek dengan menggunakan personel dan peralatannya sendiri.
Dari berbagai bentuk kontrak konstruksi yang ada, yang perlu diperhatikan adalah
distribusi resiko kedua belah pihak. Dengan memahami berbagai pendekatan terhadap
bentuk kontrak konstruksi tersebut, kedua belah pihak dapat mengerti sejauh mana
pengaruh bentuk kontrak terhadap harga pekerjaan/nilai kontrak serta pengaruhnya
dalam meminimalkan potensi terjadinya sengketa konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai