Anda di halaman 1dari 3

Transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) pada pasien TB millier dengan

hemoptoe

Tuberkulosis millier (TB millier) merupakan bentuk TB yang berpotensi fatal yang
diakibatkan dari penyebaran limfohematogen masif dari basil Mycobacterium tuberculosis
(diagnosis di web). Tuberkulosis milier merupakan istilah yang dipakai dalam mediagnosis
kelainan radiologi paru dimana didapatkan adanya gambaran nodul dengan ukuran 1-2 mm yang
tersebar di kedua lapangan paru (Thwaites, 2014; Hopewell, Kato-Maeda and Ernst, 2016).
Istilah diseminata digunakan untuk menggambarkan proses infeksi TB yang menyebar luas ke
seluruh tubuh. Kedua istilah ini pada akhirnya digeneralisasikan menjadi suatu bentuk TB ekstra
paru, sehingga menjadi satu kesatuan penyakit yang mempunyai kesamaan dalam hal diagnosis
dan terapi (Shandera and Merchant, 2015). Tuberkulosis milier adalah bentuk tuberkulosis yang
paling ditakuti karena menyebar dengan cepat melalui sistem hematogen dan seringkali memiliki
presentasi yang samar. Oleh karena itu, sering terjadi kematian jika tidak terdeteksi tepat waktu
(8264 dan rr5211).

Tuberkulosis milier disebabkan oleh penyebaran lymphohematogenus M.tuberculosis


bacili yang dapat terjadi baik selama infeksi primer dengan mycobacteria atau bila ada reaktivasi
infeksi laten (Baker and Glassroth, 2004). Reaktivasi terjadi akibat ketidakmampuan sistem imun
untuk menahan infeksi primer sehingga menyebabkan terjadinya penyebaran secara hematogen
dan terjadinya infeksi diseminata yang progresif. Usia tua dan imunitas yang buruk akan
mempercepat penyebaran kuman dan menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskular
diseminata (DIC) (Rumende, 2020). Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) merupakan suatu
kondisi yang ditandai dengan adanya fibrin thrombi, hilangnya trombosit dan aktivasi sistem
fibrinolitik (milliary). Adanya bukti hemoragik diatesis yang dikaitkan dengan iskemia atau
nekrosis akibat dari pembentukan trombus fibrin serta adanya gangguan hematologi termasuk
leukemia akut, hemolisis intravaskular, kerusakan jaringan, anafilaksis atau perdarahan
(milliary).
Kaskade Koagulasi (12149)

Kemungkinan kelainan koagulasi juga ditandai dengan nilai prothrombin time (PT) dan
Activated prohtombin thromboplastin time (aPTT) yang memanjang. Prothrombin time (PT)
adalah uji lama waktu pembekuan darah di alur keluaran (extrinsic pathway) dan alur bersama
(common pathway). Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan perdarahan dan untuk
menilai pengobatan yang dilakukan untuk mencegah perdarahan. Activated prothrombin
thromboplastin time (aPTT) adalah uji lama waktu pembekuan darah di alur dasar (intrinsic
pathway). Uji aPTT biasanya dipanel dengan uji PT untuk mengetahui adanya kelainan
perdarahan dan kemungkinan perdarahan yang banyak saat tindakan pembedahan. Pemeriksaan
PT dan aPTT merupakan pemeriksaan penghentian perdarahan/hemostasis yang rutin terutama
bagi pasien prabedah (382).

Perdarahan yang terjadi pada seseorang biasanya disebabkan oleh adanya kelainan pada
trombosit atau faktor koagulasi (4474). Perdarahan yang terjadi dapat mengakibatkan hemoptisis.
Hemoptisis adalah pengeluaran darah dari saluran pernapasan bagian bawah, biasanya dari arteri
bronkial. Penyebab paling umum adalah infeksi saluran pernapasan akut, kanker, bronkiektasis,
dan penyakit paru obstruktif kronik (O’Gurek). Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah
besar maupun kecil. Perdarahan dari pemburuh darah kecil biasanya bersifat fokal atau difus
alveolar, paling sering disebabkan oleh penyakit imunologi, vaskulitis, kardiovaskular, dan
gangguan koagulasi. Perdarahan bisa berasal dari arteri pulmonal maupun arteri bronkial. Sekitar
90% dari hemoptisis masif disebabkan oleh perdarahan dari arteri bronkial karena memiliki
tekanan yang lebih tinggi dibandingkan arteri pulmonal. Hemoptisis dari arteri pulmonal dapat
disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan nekrosis, seperti tuberkulosis, abses paru,
aspergilosis, dan karsinoma (Khalil et al., 2008).

Gangguan koagulasi dapat dilakukan pengobatan dengan melakukan transfusi Fresh


Frozen Plasma (FFP). (Maharani and Noviar, 2018). FFP digunakan pada pasien dengan
gangguan proses pembekuan bila tidak tersedia faktor pembekuan pekat atau kriopresipitat,
contohnya pada defisiensi faktor pembekuan multipel pada penyakit hati dan dilusi koagulopati
akibat transfusi masif. FFP juga digunakan sebagai pengganti selama pertukaran plasma
teurapeutik (TPE) pada pasien dengan koagulopati (penyakit hati berat) yang sudah ada dan
sedang dijadwalkan untuk menjalani prosedur invasif, seperti pratransplantasi (James, 2020).
Plasma beku segar (FFP) digunakan untuk menyusun kembali sel darah merah menjadi
hematokrit antara 45% dan 60%. Plasma harus kompatibel dengan ABO, FFP mengembalikan
albumin dan faktor koagulasi (Kochhar, 2012).

FFP digunakan pada pasien dengan perdarahan karena multile deficiency pada faktor
koagulasi, seperti penyakit hati, koagulasi intravaskular diseminata (DIC) dan pengenceran
koagulopati (Mukherjee, 2016). Indikasi umum untuk transfusi plasma termasuk rekonstitusi
darah lengkap untuk transfusi tukar dan perdarahan aktif dalam koagulasi intravaskular
diseminata (DIC). Infus FFP pada neonatus efektif dalam mengurangi kehilangan darah yang
terkait dengan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) dan mengobati perdarahan aktif
karena DIC, gagal hati atau kekurangan vitamin K (Dogra et al., 2020).

Anda mungkin juga menyukai