Anda di halaman 1dari 1

Nama : Deklin Frantius

NIM : 2208939
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Tugas : Pertemuan IV
Tanggal : 27 September 2022

INFERENSI ILMIAH DAN METODE KEILMUAN


Ilmiah dapat ditafsirkan sebagai representasi dari makna “apa adanya”. Sesuatu hal
yang independen, objektif, dan tidak terpengaruh kepentingan pribadi. Berpikir ilmiah berarti
bertindak pada keadaan yang sebenarnya sehingga dalam memperoleh pengetahuan secara
ilmiah juga harus berdasarkan pada metode keilmuan. Berpikir ilmiah wajib bersandar pada
penalaran ilmiah. Ada tida kategori dasar penalaran ilmiah yaitu deduksi, induksi, dan
abduksi.
Penalaran deduksi adalah penalaran dari prinsip yang telah diketahui menuju
kesimpulan spesifik. Deduksi penalaran premis umum, yakni prinsip yang diketahui menuju
kesimpulan spesifik. Kesimpulan yang ditarik dari proses deduksi dipastikan akan “selalu
benar”. Sebagai contoh, logam menghantarkan listrik maka besi “pasti” bersifat konduktor.
Penalaran deduksi cocok untuk penelitian teoritik yang bersifat konfirmatori. Tipe alur
pembentukan pengetahuan secara deduksi adalah waterfall karena bermula dari umum ke
khusus.
Selain penalaran deduksi, pendekatan ilmiah dapat berupa induksi. Penalaran ini bisa
diterjemahkan sebagai kebalikan dari deduksi. Karateristik utama penalaran induksi adalah
khusus ke umum. Tentunya penalaran dengan alur khusus ke umum memiliki kelemahan.
Kesimpulan yang diberikan bersifat tidak pasti jika diberlakukan bagi objek yang dianggap
serupa. Penarikan kesimpulan secara induksi masih mengandung ketidakpastian karena data
berasal dari sampling representatif. Kesimpulan “belum tentu” berlaku bagi objek lainnya
meskipun objek tersebut memiliki karakteristik yang mirip. Jika dilihat dari proses penarikan
kesimpulan, penalaran induksi cocok untuk penelitian ekploratori. Tipe alur pembentukan
pengetahuan dengan penalaran induksi disebut hill climbing.
Tipe penalaran yang lain adalah abduksi. Penalaran ini muncul akibat dari
keterbatasan fakta ilmiah sehingga diperlukan penjelasan terbaik yang dikenal dengan istilah
Inference to the Best Explanation (IBE). Ketidaklengkapan data atau hasil observasi bukan
karena diakibatkan oleh kesengajaan tetapi karena keadaan yang tidak memungkinkan.
Sebagai contoh teori evolusi. Tidak memungkinkan bagi manusia untuk kembali ke masa
lalu. Kesimpulan dari proses abduksi bersifat “mungkin benar”.
Ketiga penalaran yang telah diuraikan tentu didasari pada pandangan rasionalisme dan
empirisme. Kombinasi dari kedua pandangan tersebut menghasilkan metode keilmuan yang
handal. Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis sedangkan
empirisme memandu kerangka pengujian dalam memastikan validitas fokus penelitian. Dapat
dikatakan bahwa metode keilmuan berangkat dari proses analisa fakta empiris yang
berpegang pada logika.

Anda mungkin juga menyukai