Anda di halaman 1dari 6

Apa itu Sains?

Frida Kurniawati 11/313158/TK/37820 Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada kimririn93@ymail.com

Abstrak
Paper ini disusun bertujuan untuk menjawab pertanyaan what is science?, dengan mengacu pada taksonomi Bloom dan pendapat tiga orang ahli, yaitu Feynman, Hohenberg, dan Nickels. Bloom melakukan klasifikasi pemikiran menjadi enam level kognitif, di mana pengetahuan atau knowledge berada pada level paling rendah. Sedangkan dengan menceritakan pengalaman-pengalaman masa kecilnya yang atraktif, Feynman telah menjabarkan jati diri sains sebagai rangkaian pengalaman yang terakumulasi dan diteliti ulang untuk diuji kebenarannya. Terakhir, Hohenberg dan Nickels melalui papernya tentang sains, menjelaskan tentang sistematika sains itu sendiri, yang mencakup sifat-sifat dan paradigma sains. Kata kunci: sains, remembering, intelligible, pengalaman, metode ilmiah, kritis

Pendahuluan
Pada dasarnya, ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengenali alam semesta dan menceritakannya. Menurut Nickels, alam semesta yang dimaksudkan di sini adalah real (nyata) dan intelligible (dapat dimengerti cara bekerjanya). Ilmu pengetahuan, atau yang nantinya saya sebut sains ini menurut Hohenberg, dapat dibedakan menjadi sains dan Sains, yang saling berkaitan, lantaran Sains merupakan produk dari sains, berbagai aktivitas yang dilakukan manusia (ilmuwan) sesuai dengan metode ilmiah. Sedangkan, dalam Taksonomi Bloom, pengetahuan (knowledge) atau remembering (menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi) merupakan aspek kognitif yang paling rendah tapi mendasar. Lain lagi dengan Feynman, yang mengungkapkan jati diri sains, bahwa sains merupakan serangkaian pengalaman yang dialami oleh suatu ras makhluk hidup yang terus berkembang hingga pengalaman itu terakumulasi membentuk pengetahuan. Pengetahuan tersebut seringkali tidak menguntungkan manusia, sehingga untuk memilah mana yang menguntungkan dan tidak, diperlukan sikap keragu-raguan. Sikap ini pula yang mendorong ilmuwan untuk melakukan penelitian ulang hingga ditemukan penjelasan yang berpeluang lebih besar untuk menjadi benar.
1

Perspektif Pengetahuan
Menurut Taksonomi Bloom yang belum direvisi, pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah, tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan, individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Pengetahuan dibagi menjadi empat sebagai berikut. 1. Pengetahuan Faktual Pengetahuan jenis ini pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah; berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau dapat diartikan sebagai unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual dibagi menjadi pengetahuan tenang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur. 2. Pengetahuan Konseptual Pengetahuan ini menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersamasama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. 3. Pengetahuan Prosedural Pengetahuan ini merupakan pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu, terdiri dari pengetahuan tentang keterampilan khusus dan pengetahuan tentang algoritma, pengetahuan tentang
teknik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu, dan pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan. 4. Pengetahuan Metakognitif Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan strategik, pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang konteks dan kondisi yang sesuai, dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi, pengetahuan (knowledge) dinamai ulang menjadi mengingat (remembering).

Sumber:http://web.odu.edu/educ/llschult/blooms_ta xonomy.htm

Remembering berarti dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama. Dua proses yang berkaitan dengan
2

remembering adalah: Mengenali (recognizing atau identifying), mencakup menemukan pengetahuan yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang identik atau sama dengan informasi yang baru. Mengingat (recalling atau retrieving), mencakup menarik kembali pengetahuan yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang relevan dengan material yang dihadapi.

inersia terlebih dahulu, menjelaskan bagaimana itu terjadi.

tetapi

He said, Its very general, though, it happens all the time to anything; anything that is moving tends to keep moving; anything standing still tries to maintain that condition. If you look close you will see the ball does not run to the back of the wagon where you start from standing still. It moves forward a bit too, but not as fast as the wagon. The back of the wagon catches up with the ball, which has trouble getting started moving. Its called inertia, that principle.

Jati Diri Sains


Sains bukanlah belajar tentang definisi dari suatu hal, meskipun belajar tentang definisi itu diperlukan untuk memahami tentang hal tersebut. Oleh karena itu, mengetahui nama dari suatu hal (misalnya bahwa disebut Newtons First Law atau hukum kelembaman atau inersia) adalah tidak jauh lebih penting daripada mengetahui apa makna di balik hukum tersebut. Pemahaman akan ide tentang hukum kelembaman tersebut ditandai dengan dapat menceritakan kembali tentang kelembaman dengan bahasa kita sendiri tanpa menggunakan kata kelembaman atau inersia. Contoh pemahaman tentang hukum kelembaman yang menarik adalah seperti yang diceritakan oleh Feynman berikut ini.
When I was still pretty youngI dont know how old exactlyI had a ball in a wagon I was pulling, and I noticed something, so I ran up to my father to say that When I pull the wagon, the ball runs to the back, and when I am running with the wagon and stop, the ball runs to the front. Why?

Kemudian, jawaban mengejutkan. Beliau

ayahnya sangat tidak menyebut

Seperti halnya Feynman yang belajar tentang sains dari pengalamanpengalamannya, demikian juga sains itu sendiri. Adalah hewan yang pandai di bumi yang memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalamannya sendiri. Mereka berkembang secara bertahap, hingga beberapa hewan dapat belajar dari pengalaman dengan lebih cepat dan bahkan dapat belajar dari pengalaman individu lain. Ada kemungkinan bahwa semua makhluk telah mempelajarinya, tapi karena ketidakefisienan proses transmisi dan mereka mati, lalu mungkin salah satu yang mempelajarinya mati juga, sebelum ia dapat menularkan pengetahuannya kepada yang lain. Kemudian muncul spesies tertentu, yang dapat belajar dari pengalaman dengan lebih cepat, sehingga cukup cepat untuk menularkan pengetahuan itu kepada yang lain sebelum hal itu hilang atau dilupakan. Fenomena ini memungkinkan terjadinya akumulasi pengetahuan dari ras tertentu yang diwariskan dari generasi ke generasi, tapi bisa saja muncul penyakit di mana ideide tersebut tidak menguntungkan. Untuk menghindari penyakit ini, diperlukan keragu-raguan apakah yang telah diwariskan secara turun temurun itu benar. Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa sains adalah hasil dari
3

penemuan yang diteliti ulang dengan pengalaman langsung, dan tidak perlu memercayai pengalaman masa lalu dari suatu ras tentang hal itu.

Sistematika Sains
Sains merupakan perwujudan dari kejujuran; cerita tentang perilaku alam semesta yang real (nyata) dan bekerja secara intelligible (dapat dimengerti atau dinalar). Definisi sains dapat dibedakan antara sains dengan Sains (perbedaan pada penggunaan huruf s pertama kapital dan tidak). Pertama, sains merupakan berbagai aktivitas dari para ilmuwan, yang seringnya tergabung dalam suatu komunitas tertentu, dan hasil dan pernyataan atau keputusan dari penelitiannya seringkali saling bertentangan. Para ilmuwan ini bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang disebut scientific method (Hohenberg, 2010). Kedua, Sains adalah produk dari aktivitas para ilmuwan; kreasi unik dari komunitas manusia, yang memiliki sifatsifat sebagai berikut. 1. Kolektif, merupakan pengetahuan publik; Sains bukan milik siapa-siapa (anonim) sehingga mewakili pengetahuan objektif, meskipun Sains adalah produk dari ilmuwan (ada penemunya), tapi setelah sains memunculkan Sains, maka Sains itu terbebas dari penciptanya. 2. Universal, kebenaran ilmiah dimaksudkan untuk diterapkan di mana saja, tak terikat oleh individu ataupun sekelompok orang. Hasil penelitian yang baru seringkali dapat menggantikan hasil yang sudah ada dan menjadikannya tidak berlaku lagi, selama ia konsisten dengan elemen-elemen Sains tersebut. Sifat ini kontras dengan sifat non-Sains,

seperti kesenian, politik, agama, di mana ketidakseragaman ide dianggap sebagai ekspresi individu atau kebebasan kolektif. 3. Sains muncul dari sains, bagaimana terjadinya masih merupakan hal yang misterius, harus dianggap sebagai fakta empiris, tapi satu yang pasti adalah Sains tidak tunduk pada kontrol individu. 4. Sains bermandikan ketidaktahuan dan tunduk pada perubahan, tunduk pada modifikasi dikarenakan munculnya bukti baru (Sains hanya berdasarkan pada bukti-bukti dan evaluasi) dan cara baru dalam berpikir. Maksud ketidaktahuan di sini adalah bahwa pengetahuan yang melekat pada Sains bersifat parsial, di mana masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Dengan kata lain, penjelasan yang kita yakini tentang sesuatu hanyalah sebagian kecil dari segala penjelasan yang mungkin. Kemudian, bentuk dari pengetahuan ilmiah dapat dibagi menjadi tiga seperti berikut. Fakta, merupakan observasi empiris yang telah dikonfirmasi, atau paling tidak disetujui. Hipotesis, adalah penjelasan yang dikemukakan atas fakta-fakta tertentu yang mestinya dapat diuji secara empiris dalam beberapa cara yang dapat dipahami. Teori, merupakan sebuah penjelasan yang komprehensif dan terintegrasi atas banyak fakta dan sebuah penjelasan yang mampu menghasilkan hipotesis tambahan dan prediksi yang teruji tentang bagaimana cara dunia alam semesta terlihat dan bekerja. Contohnya adalah teori relativitas Einstein.
4

Paradigma Sains dan Metode Ilmiah


Proses munculnya Sains dari sains dibangun dari suatu kumpulan asumsi dasar yang diterima secara umum; sebuah paradigma yang tampak implisit dalam sejarah sains, sedikitnya lebih dari 400 tahun yang lalu. Asumsi implisit minimal di mana Sains (fenomena manusia kolektif) secara praktis berdasarkan pada: Dunia yang terdiri dari fenomena yang dapat diamati itu nyata dan dapat dimengerti (real and intelligible). Pengetahuan publik tunduk pada persyaratan logis dan konsistensi. Pengetahuan harus berdasarkan pada observasi dan eksperimen. Sains berdasarkan pada methodological naturalism; secara khusus, penjelasan supernatural ditolak. Alam semesta beroperasi secara seragam dalam ruang dan waktu, sehingga dapat disimpulkan memiliki kegunaan dan aplikabilitas umum. Inilah yang dikenal sebagai prinsip keseragaman. Selain paradigma Sains, proses munculnya Sains juga tunduk pada metode ilmiah. Metode ilmiah yang sebenarnya adalah berpikir kritis (Nickels, 1998). Penjelasannya adalah sebagai berikut. a. Asumsi dan pengetahuan yang ada masa kini tunduk pada review (tinjauan) dan re-assessment (penilaian ulang), khususnya dilihat dari bukti baru. b. Secara ideal, observasi dan atau hasil eksperimen membutuhkan duplikasi mandiri dan konfirmasi dari orang lain untuk mendapatkan kepercayaan dan penerimaan.

c. Suatu kumpulan data dicari sebagai bukti yang mendukung dan nyata (concordant evidence) untuk penjelasan. d. Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan publik yang tersedia untuk penelitian yang dilakukan dengan cermat dan pembelajaran oleh setiap orang yang ingin melakukannya. e. Keahlian dalam pengetahuan sangatlah dihormati, tetapi tidak ada kepercayaan atau kebergantungan pada kekuasaan mutlak untuk menentukan kebenaran. Untuk mengevaluasi berbagai penjelasan ilmiah yang ada, ilmuwan menggunakan cara berpikir kritis komparatif. Ilmuwan akan menganggap satu penjelasan lebih baik daripada yang lainnya apabila penjelasan itu: lebih konsisten dengan proses alamiah yang dikenal, lebih bisa diandalkan atau kekuatan yang diprediksi lebih besar, mencatat lebih banyak data dan fenomena yang tak terjelaskan sebelumnya, memiliki lebih sedikit anomali atau perkecualian yang belum terjelaskan, lebih sederhana, dapat diteliti lebih jauh.

Kesimpulan
Sains adalah berbagai aktivitas para ilmuwan (observasi dan eksperimen) untuk menceritakan perilaku alam semesta yang nyata dan dapat dimengerti cara bekerjanya, yang nantinya dapat menghasilkan suatu produk yang unik, kolektif, universal, dan tunduk pada perubahan, yang kemudian diteliti ulang dengan pengalaman langsung dan tidak perlu memercayai pengalaman masa lalu tentangnya.

Daftar Pustaka
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (Eds.) (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Blooms Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman. Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain. New York: David

McKay. Eisner, E.W. (2002). Benjamin Bloom 1913-99, Retrieved March 31, 2005 from International Bureau of Education: UNESCO. http://www.ibe.unesco.org/International/ Publications/Thinkers/ThinkersPdf/bloo me.Pdf. Feynman, Richard. (1968). What is Science?. Resonance September 2011. 861-873. Forehand, M. (2005). Blooms Taxonomy: Original and Revised. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on Learning, Teaching, and Technology. http://www.coe.uga.edu/epltt/bloom.htm Gronlund, N. E. (1978). Stating Objectives for Classroom Instruction. 2nd ed. New York: Macmilan Publishing. Hohenberg, Pierre J. (2010). What is Science?. New York University. Krathwohl, David R. (2002). A Revision of Blooms Taxonomy: An Overview. Theory Into Practice, Vol. 41, No. 4. Ohio: College of Education, The Ohio State University. Mayer, Richard E. (2002). Rote Versus Meaningful Learning. Theory Into Practice, Vol. 41, No. 4. Ohio: College of Education, The Ohio State University. Nickels, Martin. (1998). The Nature of Modern Science & Scientific Knowledge. Illinois: Illinois State University. Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik 3(2), 18-29.

Anda mungkin juga menyukai