Anda di halaman 1dari 20

BAB 3

STRUKTURALISME,
PRAGMATIK, ANALISIS
WACANA, SEMIOTIK, DAN
PERKEMBANGANNYA
Amellia Oktiaputri (1900958)
Maryam Dzikrul Muwahidah (1902037)
Wanda Widian Febriantina (1900161)
1. PENGANTAR
Lahirnya semiotik, tidak dapat diepaskan dari bayangan strukturalisme
yang mendahuluinya dalam perkembangan ilmu pengetahuan budaya.

Strukturalisme sering kali tidak dapat menjelaskan beberapa gejala budaya secara
tuntas sehingga diperlukan penjelasan dengan menggunakan semiotik. Dalam hal
ini, kebudayaan dilihat bukan sebagai struktur, melainkan sebagai sistem tanda.
Perkembangan dari strukturalisme ke semiotik
terbagi dua, yakni:

1) sifatnya melanjutkan (kontinuitas), seperti


pada Hjelmslev dan Barthes

2) sifatnya mulai meninggalkan tetapi masih


memperlihatkan dasar strukturalismenya
(evolusi), seperti pada Foucault, Lacan,
Ricoeur, dan Derrida.
2. STRUKTURALISME
Tahun 1960-an digambarkan oleh Francois Dosse (1992, Jilid II) sebagai tahun
berkembangluasnya strukturalisme.

Tahun 1967-1968 merupakan masa perluasan kawasan penyebarannya di Eropa berkat


diterbitkannya buku Le Structuralisme (1967) karangan Jean Piaget (guru besar psikologi
di Universitas Jenewa).

Melalui buku Piaget, strukturalisme tidak hanya berkembang di Perancis, dan menariknya
strukturalisme tak hanya berkembang di bidang linguistik, tetapi telah menjalar ke bidang
sastra, sejarah, arsitektur, psikologi, biologi, fisika, botani, ekonomi, serta manajemen.
3. Struktur, Sistem, Sintagmatik, dan Paradigmatik

Struktur adalah sebuah bangun abstrak yang terdiri dari sejumlah


komponen yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk
struktur itu.

Struktur juga mempunyai tiga sifat utama, yaitu:


1) merupakan satu totalitas
2) dapat bertransformasi (susunannya dapat berubah)
3) dapat mengatur dirinya sendiri sendiri (otoregulatif) bila
terjadi perubahan pada susunan komponen-komponennya
MASIH Sebuah struktur harus dilihat sebagai
BERBICARA suatu totalitas, dan struktur bukanlah
SOAL sesuatu yang statis, melainkan sesuatu
yang dapat bertransformasi karena
STRUKTUR konsep struktur bukan hanya
"terstruktur" (structuré), suatu keadaan,
melainkan "menstruktur" (structurant),
sesuatu yang berproses.
Struktur biasanya dibicarakan Pada intinya, perbedaan struktur dengan
bersamaan dengan sistem. sistem adalah bahwa struktur itu suatu
bangun (construct), sedangkan sistem
Struktur tersusun dari sejumlah adalah jaringan relasi antarkomponen.
komponen yang mempunyai relasi
tertentu (hubungan) satu sama lain. Relasi dalam suatu sistem dapat
merupakan relasi intrastruktur, dan relasi
Relasi itu merupakan suatu jaringan semacam itu disebut relasi sintagmatik.
yang secara keseluruhan disebut sistem.
Relasi antara komponen suatu struktur
dengan entitas di luar struktur yang
bersangkutan disebut relasi asosiatif
atau paradigmatik.
4. PERKEMBANGAN
STRUKTURALISME
Saussure memperkenalkan empat konsep
penting yang ditampilkan secara dikotomis,
yaitu:
1) langue vs. parole
2) sintagmatik vs. paradigmatik
3) sinkroni vs. diakroni
4) signifiant vs. signifie
1) Langue vs. Bahasa merupakan suatu sistem, dan struktur
Parole yang abstrak, yang berada dalam kognisi warga
masyarakat (diketahui secara kolektif).

Penerapan "langue" dalam kehidupan bermasya-


rakat itu disebut "parole".

Konsep "langue-parole" membentuk suatu


struktur budaya bahasa yang kemudian
menjadi acuan bagi teori strukturalisme dalam
memahami gejala sosial, budaya, dan alam.
2) Sintagmatik
vs.
Konsep ini menyangkut sifat relasi (hubungan)
Paradigmatik antarkomponen dalam struktur dan sistem.

Relasi sintagmatik adalah relasi antarkomponen


dalam struktur yang sama, sedangkan relasi
paradigmatik adalah relasi antara komponen
dalam suatu struktur dan komponen lain di
luar struktur itu.
3) Sinkroni vs.
Diakroni Dalam analisis struktural, Saussure
mengemukakan bahwa suatu gejala
kebahasaan dapat dilihat secara sinkronis
(pada lapisan waktu dan ruang tertentu),
atau diakronis (melihat perkembangannya
dari satu lapisan waktu ke lapisan waktu
yang lain).

Namun, perlu dicatat bahwa pandangan


sinkronis merupakan dasar analisis
diakronis.
4) Signifiant vs.
Signifiè Bagi de Saussure bahasa terdiri dari

sejumlah tanda yang terdapat dalam suatu

jaringan sistem dan dapat disusun dalam

sejumlah struktur.

Setiap tanda dalam sebuah jariangan

memiliki dua sisi yang tak terpisahkan.

Signifiant merupakan citra akustik yang

mempunyai relasi dengan konsep tanda

yakni signifiè.
5. PERKEMBANGAN

STRUKTURALISME
Dalam kaitannya

dengan kajian budaya


Kebudayaan yang dimiliki manusia mencakup 3

aspek, yakni kognitif, emotif, dan hasilnya dapat

berupa perilaku atau benda (artefak)

Teori dan kajian yang menitikberatkan definisi

kebudayaan pada aspek kognitif dan emotif disebut

teori "idealistik" sedangkan pada aspek perilaku dan

benda disebut " materialistik"


STRUKTURALISME

DAN "IDEALISTIK"
Strukturalisme melihat kebudayaan sebagai sesuatu yang tersturktur dan abstrak.

Artinya, berbagai "realitas" sebenarnya dapat dilihat strukturnya. Sedangkan

"abstrak" berada dalam kognisi manusia.

Teori tentang struktur tersebut bersifat "idealistik" yakni teori dan kajian yang

menitikberatkan definisi kebudayaan pada aspek kognitif dan emotif.

Teori "idealistik" mencari konsep yang berada di belakang berbagai gejala sosial, budaya,

dan alami.
Lèvi-Strauss melahirkan antropologi struktural.

ANTROPOLOGI
Strauss melihat ada suatu struktur (abstrak)

dalam masyarakat. Analisisnya yang terkenal

STRUKTURAL ialah tentang sistem kekerabatan dan mitos.

Dengan menganalisis mitos secara struktural,

Strauss dapat menagkap makna mitos sebagai

cara memahami "langue" atau "prinsip-prinsip"

individual dalam suatu kebudayaan yang

mendominasi perilaku masyarakat yang

beraangkutan.
6. PRAGMATIK
Dalam pragmatik perbedaan paham atas makna suatu lambang
bahasa tidak selalu berlaku sama bagi setiap kelompok dalam
masyarakat bahasa yang sama.

Gejala masalah pragmatik


1. Salah paham (miscommunication)
komunikasi akan berjalan baik jika memiliki satu pandangan sama,
maka jika berbeda akan terjadi gejala salah paham ini.
2. Implikatur (implicature)
makna yang tersirat di balik suatu ujaran
MASIH
BERBICARA
SOAL
Dalam teori pragmatik kebudayaan tidak hanya
PRAGMATIK dilihat dari sisi perilaku, tetapi dilihat juga dari
kognisi atau apa yang terpikir peserta interaksi
sosial tertentu

Jadi, teori ini berada di antara idealistik dan


materialistik
7. SEMIOTIK
Semiotik merupakan salah satu teori
Umberto Eco menerapkan teori semiotik
yang digunakan untuk mengkaji
untuk memahami kebudayaan dengan
kebudayaan.
membaginya menjadi dua jenis, yaitu:

Semiotik melihat berbagai gejala


1.Semiotik Signifikasi
dalam suatu kebudayaan sebagai
mengkaji pemaknaan tanda dari segi
tanda yang dimaknai
pemahamannya.
masyarakatnya.

2.Semiotik Komunikasi
Dalam semiotik kita bisa
mengkaji pemaknaan tanda dari segi
membedakan teori tentang tanda
interkasi antara pengirim dan penerima.
yang bersifat dikotomis dan
trikotomis.
8. PENUTUP
Strukturalisme sebagai suatu perangkat teori
telah mendominasi selama abad ke-20
hingga abad ke-21.

Uapya memahami kebudayaan melalui teori


strukturalisme, pragmatik, dan semiotik
adalah upaya penting yang jika digabung
sudah berumur sekitar dua abad.
TERIMA
KASIH!

Anda mungkin juga menyukai