Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Rumusan Tujuan Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu


Pengetahuan Dalam Surah Al-Hasyr Ayat 22-23
Dan Ar-Rum Ayat 22-25
“Disusun Untuk Memehuni Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi”
Dosen Pengampu : Iwan, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 3
MIA SEPTIANI
PUTRI FATMALYA
SANTO GUNAWAN

SEMESTER V B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


(STAI)AL-HAUDL KETAPANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Rumusan Tujuan Pendididikan dan
Pengembangan Ilamu Pengetahuan” sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah
Tafsir Tarbawi. Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak
langsung semoga Allah membalas budi baik kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini di susun agar pembaca dapat
mengetahui, memahami dan dapat mempermudah mengetahui Tafsir Tarbawi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan baik itu secara teknis maupun non teknis untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun agar ke depannya bisa lebih
baik lagi mohon maaf atas kekurangannya penulis mengucapkan terima kasih.

Ketapang, 09 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Rumusan Tujuan Pendidkan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan ................ 3

B. Tafsir Surah Al-Hasyr Ayat 22-24 .................................................................. 4

C. Tafsir Surah Ar-Rum Ayat 22-25................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 16

A. Kesimpulan ................................................................................................... 16

B. Saran ............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan yang makin tahun makin
meningkat, menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan
yang modern. Dalam hal ini yang dimaksud adalah mengikuti arus
perkembangan yang dibawa oleh modernitas atau biasa disebut dengan era
globalisasi. Dalam era globalisasi dan pasar bebas manusia dihadapkan
pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Untuk menghadapi
perubahan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat serta menghadapi tantangan masa kini yakni globalisasi yang
semakin modern ini, dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas dan handal. Salah satu sarana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dapat diperoleh melalui pendidikan yang
unggul dan bermutu. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu
sektor penentu keberhasilan untuk mewujudkan cita-cita pembangunan
nasionalPengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas
yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan
mendidik. Pendidikan juga dapat mempengaruhi perkembangan fisik,
mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia.
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Dalam pendidikan terdapat sebuah proses belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan
kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada setiap
individu yang belajar. Mouly, mengemukakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya
pengalaman. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa

1
2

yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkain kegiatan


komunikasi antar manusia sehingga manusia itu bertumbuh sebagai pribadi
yang utuh. Tujuan pendidikan Indonesia ialah untuk membentuk manusia
seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara
berimbang, optimal dan terintregasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja rumusan tujuan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan?
2. Bagaimana rumusan tujuan pendidkan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam Q.S. Al- Hasyr ayat 22-24?
3. Bagaimana rumusan tujuan pendidkan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam Q.S. Ar-Rum ayat 22-25?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui rumusan tujuan pendidikan dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui rumusan tujuan pendidikan dan pengembangan
dalam tafsir Q.S. Al-Hasyr ayat 22-24.
3. Untuk mengetahui rumusan dan tujuan pendidikan dan
pengembangan dalam tafsir Q.S. Ar-Rum ayat 22-25.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rumusan Tujuan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun
1966 yang berbunyi tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah
terbentuknya manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas
terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur
material dan spiritual. Ilmu pengetahuan dapat dikembangkan dengan
berlandaskan tiga hal yaitu yaitu apa (ontologi), bagaimana (epistemologi)
serta untuk apa (aksiologi). Tidak hanya memecahkan persoalan yang
dihadapi manusia, ilmu pengetahuan juga diharapkan dapat meramalkan
serta mengontrol fenomena.
Salah satu tujuan utama dari pendidikan adalah mengembangkan
potensi dan mencerdaskan individu dengan lebih baik. Dengan tujuan ini,
diharapkan mereka yang memiliki pendidikan dengan baik dapat memiliki
kreativitas, pengetahuan, kepribadian, mandiri dan menjadi pribadi yang
lebih bertanggung jawab. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan juga memiliki fungsi diantaranya adalah mengembangkan
kemampuan, membentuk watak, kepribadian agar peserta didik dapat
menjadi pribadi yang lebih baik. Lembaga pendidikan memiliki fungsi
seperti:
1. Untuk mempersiapkan seluruh masyarakat dapat mandiri dalam
mencari nafkahnya sendiri.
2. Membangun serta mengembangkan minat dan bakat individu demi
kepuasan pribadi dan kepentingan umum.
3. Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan dalam keikutsertaan

3
4

dalam berdemokrasi.
4. Menjadi sumber-sumber inovasi sosial di masyarakat.

B. Rumusan Tujuan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Dalam Tafsir Q.S. Al-Hasyr Ayat 22-24
Surah Al-Hasyr (Pengusiran) adalah surah ke-59 dalam al-Qur'an.
Surah ini tergolong surah Madaniyah yang terdiri atas 24 ayat. Dinamakan
Al Hasyr yang berarti pengusiran diambil dari perkataan Al Hasyr yang
terdapat pada ayat ke-2 surat ini. Di dalam surat ini disebutkan kisah
pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama Bani Nadhir yang berdiam di
sekitar kota Madinah.
1. Tafsir Q.S. Al-Hasyr ayat 22

َّ ‫ش َها َد َۚ ِة هُ َو‬
َّ ‫الرحْ مٰ نُ ا‬
.‫لر ِح ْي ُم‬ ِ ‫ِي َ َٓل ا ِٰلهَ ا ََِّل هُ َۚ َو عَا ِل ُم ا ْلغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ ْ ‫ّٰللاُ الَّذ‬
‫هُ َو ه‬
Artinya : "Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang
gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. " QS.
Al-Hasyr[59]:22.
Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah,
dan setiap orang yang menyembah selain Dia seperti tumbuh-tumbuhan,
batu, berhala, atau raja adalah batal. Allah maha mengetahui segala sesuatu
yang tampak dijagat raya baik yang tampak maupun tidak tampak, serta
tidak ada satu yang dilangit dan dibumi ini yang lepas dari pengetahuan
Tuhan. Allah memiliki rahmat yang amat luas yang menjangkau seluruh
ciptaan-Nya. Allah Maha Pengasih di dunia dan di akhirat serta pada
keduanya.
Menurut ulama ahli tafsir bahwa pada ayat 22 surat al-Hasyr paling
kurang berisi tiga penegasan, yaitu pertama, tentang sebutan Allah sebagai
Tuhan dalam islam, kedua tentang sifat Ar-Rahman, dan ketiga tentang sifat
Ar-Rahim bagi Allah SWT. Dalam kaitan dengan sebutan Allah sebagai
Tuhan, H.M. Quraish Shihab berpendapat bahwa Allah adalah nama Tuhan
yang paling popular. Para ulama berbeda pendapat menyangkut lafal mulia
5

ini, apakah ia termasuk Asma’ Al-Husna adalah sifat Allah. Bukankah yang
maha mulia itu sendiri menyatakan dalam kitab-Nya bahwa Wa lillahil
Asma’ Al Husna ( milik Allah nama-nama yang terindah)?. Karena asmaul
husna sifat Allah , maka tentu saja kata Allah bukan termasuk didalamnya.
Tetapi ulama lain berpendapat bahwa kata tersebut demikian agung, bahkan
yang teragung, sehingga tidaklah wajar jika ia tidak termasuk Asma’ Al-
Husna. Tidak ada halangan menurut mereka menjadikan lafal Allah sebagai
salah satu dari Asma’ Al-Husna, bukankah Allah juga merupakan nama-Nya
yang indah? Bahkan apabila anda berkata Allah maka apa yang anda
ucapkan itu, telah mencakup nama-Nya yang lain, sedang bila anda
mengucapkan namanya saja yang lain misalnya Ar-Rahim, Al-Malik, dan
sebagainya, maka ia hanya menggambarkan sifat rahmat atau sifat
kepemilikan-Nya. Disisi lain, tidak satupun dapat dinamai Allah, baik
secara hakekat maupun majas, sedang sifat-sifat-Nya yang lain secara umum
dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk-Nya.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa para ulama pada
dasarnya sepakat bahwa Allah adalah nama bagi Tuhan dalam islam, dan di
dalam nama Allah tersebut terhimpun seluruh sifat-Nya yang agung.
Dengan demikian jika di sebut nama Allah, maka seluruh sifat agung ada
pada diri-Nya, sedangkan jika di sebut salah satu sifat-Nya seperti
arrahman,arrahim, dan seterusnya tidaklah menghimpun seluruh sifat-Nya.
Dalam kaitan ini H.M.Qurash Shihab lebih lanjut menegaskan, agaknya
dapat di sepakati bahwa kata Allah mempunyai kehususan yang tidak di
miliki oleh kata selainnya; ia adalah kata yang sempurna huruf-hurufnya,
sempurna makna serta memiliki kekhususan yang berkaitan dengan
rahasianya, sehungga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang
di namai Ismullah al-A’zam (nama Allah yang paling mulia).
2. Tafsir Q.S. Al-Hasyr Ayat 23

‫س الس َّٰل ُم ْال ُمؤْ ِمنُ ْال ُم َهي ِْمنُ ْالعَ ِزي ُْز‬
ُ ‫َل ا ِٰلهَ ا ََِّل ه َۚ َُو اَ ْل َم ِلكُ ْالقُد ُّْو‬
ٓ َ ‫ِي‬ ْ ‫ّٰللاُ الَّذ‬
‫ه َُو ه‬
. َ‫ّٰللا َع َّما يُ ْش ِر ُك ْون‬ ِ ‫سبْحٰ نَ ه‬ ُ ‫َّار ْال ُمتَ َك ِب ُۗ ُر‬
ُ ‫ْال َجب‬
6

Artinya : ”Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang
Mahasuci, Yang Maha sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara
Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala
Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan." QS. Al-
Hasyr[59]:23.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya penguasa
terhadap apapun juga. Dialah yang menggerakkan segala sesuatu tanpa ada
yang mampu menghalangi dan menolaknya. Dia terhindar dari segala
sesuatu yang tercela dan hal-hal yan menunjukkan kekurangan, yang
mengamankan makhluk-Nya dari sesuatu yang menzalimi-Nya dan dia pula
yang mengintai-Nya. Dia pula yang memuliakan terhadap sesuatu yang
dinilai rendah, yang mampu mengalahkan sesuatu melalui keagungan dan
daya paksa-Nya.
Dari ayat ini para ulama mencatat sifat-sifat Allah yang tergolong
dari Asma’ Al-Husna lainnya, yaitu sifat al-Malik, al-Qudus, al-Salam, al-
Mukmin, al-Muhaimin, al Aziz, al-Jabbar, al-Mutakabbir. Menurut H.M.
Quraish Shihab, bahkan kata al-Malik yang dalam al-Qur’an terulang
sebanyak lima kali secara umum berarti raja atau penguasa, dan juga
mengandung makna kekuatan dan keshahihan, yaitu penguasaan terhadap
sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Dalam
al-Qur’an tanda-tanda kepemilikan kerajaan-Nya adalah kehadiran banyak
pihak kepada-Nya untuk memohon agar dipenuhi kebutuhannya, dan atau
untuk menyampaikan persoalan-persoalan besar agar dapat tertanggulangi.
Selanjutnya al-Quddus yang dalam al-Qur’an terulang sebanyak dua
kali adalah kata yang mengandung makna kesucian. Hubungannya dengan
al-Malik, H.M. Quraish Shihab memberikan alasan bahwa karena raja yang
dikenal dalam kehidupan duniawi tidak luput dari kesalahan, bahkan tidak
jarang melakukan pengrusakan dan kekejaman, maka dengan disusulnya
oleh sifat al-Quddus adalah untuk menunjukkan kesempurnaan kerajaa-Nya
sekaligus menampik adanya kesalahan, pengrusakan atau kekejaman dari-
Nya, karena kekudusan seperti ditulis Albiqa’iy dalam tafsirnya “nazem
7

addurar”sebagaimana dikutip H.M. Quraish Shihab adalah kesucian yang


tidak menerima prubahan, tida disentuh kekotoran, dan terus menerus
terpuji dengan langgengnya sifat kekudusan itu”. al salam yang dalam al-
Qur’an hanya disebut satu kali terambil dari kata salima yang maknanya
berkisar pada keselamatan dan terhindar dari segala yang tercela. Allah
adalah al-salam, karena yang Maha Esa itu terhindar dari segala aib,
kekurangan dan kepunahan yang dialami oleh para makhluk. Sifat ini
semakin menambah kokoh kedudukannya sebagai al-malik. Dengan
demikian Allah adalah penguasa yang juga terhindar segala sifat yang
tercela.
Selanjutnya al-mukmin terambil dari akar kata amina yang
mengandung arti “pembenaran” dan “ketenangan hati”. Seperti antara lain
iman, amanah, dan aman. Amanah adalah lawan dari kata khianat yang
melahirkan ketenangan batin. Iman adalah pembenaran dan kepercayaan
terhadap sesuatu. Dalam pada al-muhaiminu yang dalam al-Qur’an hanya
disebut sebanyak dua kali menurut al-Ghazali adalah berarti yang
menangani dan mengawasi urusan makhluk-Nya dari sisi amal perbuatan
mereka, rezeki dan ajalnya.
Mengenai kata al-Aziz yang terulang sebanyak 99 kali dalam al-
Qur’an antara lain bermakna angkuh, tidak terbendung, kasar, keras,
dukungan dan semangat membangkang. Allah adalah aziz yang berarti
bahwa Dia-lah yang maha mengalahkan siapa saja yang melawan-Nya dan
tidak terkalahkan oleh siapapun. Sejalan dengan itu al-Jabbar yang dalam al-
Qur’an hanya disebut satu kali mengandung arti ketinggian yang tidak
mampu dijangkau.
Al-mutakabbir sebagai sifat Allah sebagaiman halnya al-jabbar, juga
tidak ditemukan dalam al-Qur’an kecuali sekali. Kata ini terambil dari akar
kata yang mengandung makna kebesaran serta lawan dari kemudaan dan
kekecilan. Mutakabbir biaa diterjemahkan dengan “angkuh”, sementara
ulama berpendapat bahwa makna asal dari kata ini adalah keanggunan dan
ketidaktundukan. Jadi, Allah yang bersifat mutakabbir adalah dia yang
8

enggan untuk menganiaya hamba-hamba Nya. Terasa padat mengenai sifat-


sifat Allah yang dapat dipahami dari kandungan surah Al-Hasyr ayat 23
diatas, tentu saja bukan ditujukan semata-mata untuk dipahami secara benar,
melainkan untuk dihayati dan diamalkan. Dengan cara demikian
pemahaman tersebut tidak semata-mata bersifat teo-centris tetapi juga
antropo-centris.
3. Tafsir Q.S. Al-Hasyr ayat 24

َ ُ‫ص ِو ُر لَهُ ْاَلَ ْس َما ُء ْال ُحس ْٰن ُۗى ي‬


ِ ‫سبِ ُح لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‫ت‬ َ ‫ئ ْال ُم‬ ُ ‫ار‬ ِ َ‫ّٰللاُ ْالخَا ِل ُق ْالب‬
‫ه َُو ه‬
ࣖ ‫ض َوه َُو ْالعَ ِزي ُْز ْال َح ِك ْي ُم‬ َۚ ِ ‫َو ْاَلَ ْر‬
Artinya : "Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit
dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana." QS. Al-Hasyr[59]:24.
Berkenaan dengan ayat tersebut, al-Mataghi mengatakan bahwa Dia-
lah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan menampakkannya dialam
jagat raya berdasarkan sifat yang dikehendaki-Nya. Dia-lah Allah yang
memiliki asma’ Al-husna dan tidak ada satupun yang dapat menyamai-Nya.
Dengan sifat-sifat-Nya yang demikian itulah maka segala apa yang ada di
langit dan dibumi memuji-Nya.
Hal yang menarik ini dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang
dilakukan oleh manusia pada akhirnya agar ditujukan untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. dengan cara demikian manusia akan berada dalam
kekuasaan-Nya yang akan di jamin keselamatan, kedamaian, perlindungan,
kasih sayang dan sebagainya. Dalam realisasinya upaya ini dilakukan
dengan melakanakan berbagai aktivitas kehidupan melalui segenap potensi
dan kemampuan yang dimilikinya. Manusia yang demikian itulah yang
ingin dituju dalam pendidikan islam.
Hal yang demikian dapat dipahami dengan melihat lebih jauh
realisasi dari sifat-sifat Allah tersebut diatas. Allah SWT. dengan sifat-sifat-
Nya yang demikian itu adalah Tuhan yang kreatif. Ia menciptakan alam raya
9

dengan segala isinya yang dibutuhkan oleh manusia. Dia pula yang
menciptakan waktu malam sebagai saat beristirahat, dan waktu siang saat
berusaha mencari karunia-Nya. Dia pula yang menurunkan hujan dari langit
yang menyebabkan bumi menjadi subur dengan tumbuhan. Selanjutnya jika
tiga ayat surat al-Hasyr sebagaimana telah diuraikan dihubungkan dengan
empat ayat surat Ar-Rum berikutnya tampak dijumpai keserasian yang
indah. Ayat-ayat tersebut tampak sebagiannya menafsirkan sebagian yang
lain (yufassir ba’dluhu ba’dlan).
Ayat-ayat surat Al-Hasyr menjelaskan tentang sifat-sifat Tuhan,
sedangkan ayat-ayat surat Ar-Rum berikutnya menjelaskan tanda-tanda
sifat-sifat Tuhan tersebut. Sedangkan makna pragmatis yang dapat diambil
dari keterangan tersebut adalah bahwa Allah merasa perlu untuk
mengaktualisasikan sifat-sifat yang ada pada-Nya. Karena dengan cara
demikianlah, selain Allah akan dapat dikenal, juga akan dirasakan
eksistensinya secara fungsional oleh manusia.
Demikian pula halnya manusia yang memiliki berbagai predikat atau
gelar. Ia harus diaktualisasikan predikat dan gelarnya itu secara nyata
ditengah-tengah kehidupan. Hanya dengan cara demikian itulah manusia
selain dapat dikenal, juga dapat dirasakan keberadaan dan manfaatnya baik
oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
intinya ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. memiliki sifat-sifat
yang agung dan sempurna. Dengan sifat-sifat yang demikian itu Allah SWT.
menciptakan dan melindungi seluruh ciptaan-Nya. Manusia disuruh
mengimani Allah dan mempelajari sifat-sifat-Nya bukan semata-mata untuk
Allah SWT. melainkan untuk manusia sendiri. Dengan keimanan tersebut
diharapkan manusia dapat memiliki sikap yang optimis, terbuka,
demokratis, bertanggung jawab serta senantiasa melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya dan bagi masyarakat dan makhluk lainnya.
10

C. Rumusan Tujuan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


dalam Q.S. Ar-Rum Ayat 22-25
1. Tafsir Q.S. ar-Rum ayat 22

َ‫ف اَ ْل ِسنَتِ ُك ْم َواَ ْل َوانِ ُك ُۗ ْم ا َِّن ِف ْي ٰذلِك‬


ُ ‫اختِ ََل‬
ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اَل ْر‬ ِ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه خ َْل ُق السَّمٰ ٰو‬
َ ْ ‫ت َو‬
ٍ ‫َ َٰل ٰي‬
. َ‫ت ِل ْلعٰ ِل ِميْن‬
Artinya : "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan
langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui”. QS. Ar-Rum[30]:22
Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang
lain, yaitu penciptaan langit dan bumi sebagai peristiwa yang luar biasa
besarnya, sangat teliti, dan cermat. Orang yang mengetahui rahasia kejadian
itu sangat sedikit sekali jumlahnya. Hanya sedikit sekali yang mengetahui
bahwa di langit ada galaksi-galaksi) yang tidak terbilang jumlahnya. Tiap-
tiap galaksi itu mempunyai bintang, planet, satelit, dan benda angkasa
lainnya yang berjuta-juta jumlahnya. Bumi yang didiami manusia ini tidak
ubahnya seperti atom yang sangat kecil yang hampir saja tidak mempunyai
berat dan bayangan, jika dibandingkan dengan semua galaksi tersebut.
Sesungguhnya galaksi-galaksi itu banyak jumlahnya di angkasa luas, dan
masing-masing galaksi itu merupakan sistem peredaran yang paling teratur,
mereka tidak pernah berantakan akibat bertubrukan antara yang satu dengan
yang lain, atau antara planet-planet yang ada pada masing-masing galaksi
itu. Semuanya itu berjalan menurut aturan yang telah ditentukan.
Itu adalah dari segi jumlah dan sistemnya. Adapun rahasia-rahasia
benda-benda alam besar itu, sifat-sifatnya, apa yang tersembunyi dan yang
tampak padanya, hukum-hukum alam yang menjaga, mengatur, dan
menjalankannya, hal itu amat banyak macam dan ragamnya dibanding
dengan apa yang telah diketahui manusia.
11

2. Tafsir Q.S. ar-Rum ayat 23

ٍ ‫ض ِل ٖ ُۗه ا َِّن فِ ْي ٰذ ِلكَ َ َٰل ٰي‬


‫ت ِلقَ ْو ٍم‬ ِ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه َمنَا ُم ُك ْم بِالَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
ْ َ‫ار َوا ْبتِغَا ُؤ ُك ْم ِم ْن ف‬
. َ‫يَّ ْس َمعُ ْون‬
Artinya : "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada
waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-
Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang mendengarkan”. QS. Ar-Rum[30]:23.
Tafsir Surah Ar-Rum ayat 23 ini masih membicarakan tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran Allah, alam semesta dan hubungannya dengan
keadaan manusia, pergantian siang dan malam, serta tidur manusia di malam
hari dan bangunnya mencari rezeki di siang hari. Manusia tidur di malam
hari agar badannya mendapatkan ketenangan dan istirahat, untuk
memulihkan tenaga-tenaga yang digunakan waktu bangunnya. Tidur dan
bangun itu silih berganti dalam kehidupan manusia, seperti silih bergantinya
siang dan malam di alam semesta ini.
Dengan keadaan yang silih berganti itu, manusia akan mengetahui
nikmat Allah serta kebaikan-Nya. Di waktu tidur manusia mengistirahatkan
tubuhnya. Dia akan mendapatkan pergerakan anggota tubuhnya dengan
leluasa di waktu bangun. Dalam ayat ini, tidur didahulukan daripada
bangun, padahal kelihatannya bangun itu lebih penting daripada tidur karena
ketika bangun orang bekerja, berusaha, dan melaksanakan tugas dan
kewajibannya dalam hidup, sebagaimana terkandung dalam firman-Nya,
“dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Pada umumnya manusia
itu sedikit sekali yang memperhatikan kenikmatan tidur. Kebanyakan
mereka memandang tidur itu sebagai suatu hal yang tidak penting. Ini
adalah pengertian yang salah dalam memahami nikmat besar yang
dianugerahkan Allah kepada manusia.
Tidur merupakan pengasingan manusia dari kesibukan-kesibukan
hidup, dan terputusnya hubungan antara jiwa dengan zatnya sendiri, seakan-
akan identitasnya hilang waktu itu. Ketika tidur atau dalam keadaan antara
12

bangun dan tidur, manusia pergi ke mana saja yang ia sukai dengan akal dan
rohnya. Ia bisa melanglang buana ke balik alam materi yang tidak
mempunyai belenggu dan halangan. Di sana dia dapat merealisir apa yang
tidak dapat direalisasikannya di dalam dunia serba benda ini. Dalam alam
mimpi itu dia akan mendapat kepuasan.
3. Tafsir Q.S. Al-Hasyr ayat 24

َ ‫ي بِ ِه ْاَلَ ْر‬
‫ض‬ ٖ ‫س َما ِء َما ًء فَيُ ْح‬
َّ ‫ط َمعًا َّويُن َِز ُل ِمنَ ال‬ َ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه يُ ِر ْي ُك ُم ْالبَ ْرقَ خ َْوفًا َّو‬
ٍ ‫بَ ْعدَ َم ْوتِ َه ُۗا ا َِّن فِ ْي ٰذلِكَ َ َٰل ٰي‬
. َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَّ ْع ِقلُ ْون‬
Tafsir Surah Ar-Rum ayat 23 ini masih membicarakan tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran Allah, alam semesta dan hubungannya dengan
keadaan manusia, pergantian siang dan malam, serta tidur manusia di malam
hari dan bangunnya mencari rezeki di siang hari. Manusia tidur di malam
hari agar badannya mendapatkan ketenangan dan istirahat, untuk
memulihkan tenaga-tenaga yang digunakan waktu bangunnya. Tidur dan
bangun itu silih berganti dalam kehidupan manusia, seperti silih bergantinya
siang dan malam di alam semesta ini.
Dengan keadaan yang silih berganti itu, manusia akan mengetahui
nikmat Allah serta kebaikan-Nya. Di waktu tidur manusia mengistirahatkan
tubuhnya. Dia akan mendapatkan pergerakan anggota tubuhnya dengan
leluasa di waktu bangun.
Dalam ayat ini, tidur didahulukan daripada bangun, padahal
kelihatannya bangun itu lebih penting daripada tidur karena ketika bangun
orang bekerja, berusaha, dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam
hidup, sebagaimana terkandung dalam firman-Nya, “dan usahamu mencari
sebagian dari karunia-Nya.
Pada umumnya manusia itu sedikit sekali yang memperhatikan
kenikmatan tidur. Kebanyakan mereka memandang tidur itu sebagai suatu
hal yang tidak penting. Ini adalah pengertian yang salah dalam memahami
nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Tidur merupakan
pengasingan manusia dari kesibukan-kesibukan hidup, dan terputusnya
13

hubungan antara jiwa dengan zatnya sendiri, seakan-akan identitasnya


hilang waktu itu. Ketika tidur atau dalam keadaan antara bangun dan tidur,
manusia pergi ke mana saja yang ia sukai dengan akal dan rohnya. Ia bisa
melanglang buana ke balik alam materi yang tidak mempunyai belenggu
dan halangan. Di sana dia dapat merealisir apa yang tidak dapat
direalisasikannya di dalam dunia serba benda ini. Dalam alam mimpi itu dia

akan mendapat kepuasan.

4. Tafsir Q.S. Ar-Rum ayat 25

ِ ‫ض بِا َ ْم ِر ٖ ُۗه ث ُ َّم اِذَا دَ َعا ُك ْم دَع َْو ًۖةً ِمنَ ْاَلَ ْر‬
‫ض‬ َّ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن تَقُ ْو َم ال‬
ُ ‫س َما ُء َو ْاَلَ ْر‬
. َ‫اِذَآ اَ ْنت ُ ْم تَ ْخ ُر ُج ْون‬
Artinya : "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit
dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu
sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur)”. QS. Ar-
Rum[30]:25
Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah berdirinya langit
tanpa penyangga dan bumi yang terhampar dengan kehendak-Nya.
Kemudian, apabila kamu wafat dan Dia memanggil kamu sekali panggil
dari bumi pada hari kiamat, seketika itu kamu keluar dari kubur untuk
menghadap Allah guna menjalani proses hisab dengan seadil-adilnya.
Ayat ini menerangkan bahwa di antara tanda-tanda yang lain dari
kekuasaan Allah adalah langit tanpa tiang penyangga dan bumi yang bulat
tanpa ada tiang pancangnya. Berdirinya langit dan bumi dengan iradat Allah
mengandung arti bahwa eksistensi keduanya tetap dalam penjagaan dan
pengaturan-Nya. Dengan iradat Allah (bi amrihi) di sini maksudnya ialah
kekuasaan dan kesanggupan-Nya. Bila seseorang berpendapat bahwa alam
semesta ini, baik langit maupun bumi, telah ada sedemikian rupa menurut
tabiatnya, tanpa dipelihara oleh Allah, bagaimana pula pendapat mereka
tentang aturan alam yang sangat harmonis itu, sehingga yang satu dengan
yang lainnya, tak pernah bertabrakan.
14

Sebagian manusia mengingkari alam ini ciptaan Allah dan berada di bawah
penjagaan-Nya karena tidak mau mengakui keesaan-Nya. Langit dan bumi
akan tetap dalam keadaannya yang sekarang ini sampai datangnya suatu saat
yang telah ditentukan, yaitu terjadinya Kiamat. Ketika saat itu datang,
manusia akan memenuhi panggilan Tuhan untuk bangkit dari dalam
kubur.Kapan datangnya hari kebangkitan itu tidak diketahui oleh seorang
pun. Suatu hal jelas adalah seruan kebangkitan itu datang setelah manusia
mati semuanya. Ungkapan "seketika itu kamu keluar (dari kubur)",
menunjukkan bahwa kebangkitan dari kubur itu langsung setelah seruan,
tidak terlambat walaupun sesaat.
Alquran telah merekam bukti-bukti kekuasaan Allah itu salah
satunya dalam surat ar-Rum secara beriringan, yaitu ayat 20-25. Ada enam
kehebatan Allah yang diinformasikan dalam ayat-ayat tersebut. Pertama,
penciptaan manusia. Kedua, mempersatukan pasangan suami istri. Ketiga,
penciptaan langit dan bumi serta isinya yang beraneka ragam. Keempat,
tidurnya manusia di malam dan siang hari yang dilanjutkan dengan
usahanya mencari rezeki. Kelima, fenomena kilat dan hujan. Keenam,
adanya hari kebangkitan (yawm al-ba’th). Keenam bukti itu tidak lain
adalah hal-hal yang sudah terbiasa ada di sekitar kita, di kehidupan kita
sehari-hari. Akan tetapi sangat disayangkan hanya sedikit orang yang
menyadarinya, terlebih yang dapat mengungkap rahasia di balik itu semua.
Hal ini yang oleh Alquran diistilahkan dengan ‘kaum yang berpikir, orang-
orang yang alim, dan kaum yang mendengarkan.
Ayat-ayat di atas memberikan informasi kepada kita bahwa Allah
hadir dimana-mana. Melalui ayat-ayat-Nya di pentas alam raya, Allah
menampakkan dza-tNya dengan jelas (adh-Dhahir), tetapi secara bersamaan
Dia juga al-Bathin, Yang tersembunyi hakikat, Zat dan SifatNya, bukan
karena tidak jelas, namun karena terlalu jelas, sehingga mata biologi
manusia tidak dapat menjangkaunya.
Keindahan alam yang sangat luar biasa, keserasian dan
keharmonisannya mulai dari penciptaan manusia yang hanya dari tanah
15

menjadi sosok makhluk yang gagah dengan segala kesempurnaan yang


dimilikinya (dibekali pengetahuan) yang tidak dimiliki oleh makhluk
selainnya. Manusia yang awalnya hanya satu menjadi banyak dan beragam,
ada manusia Arab, manusia Amerika, manusia Prancis, manusia Jerman,
manusia Belanda, manusia Indonesia dan yang lainnya dengan disertai
identitasnya masing-masing. Manusia tidak sendiri, ada makhluk lain di
sekelilingnya yang ikut menemaninya dan mendukung keberlangsungan
hidupnya, seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Langit dan bumi sebagai tempat tinggal manusia sudah dilengkapi
olehNya dengan berbagai hal yang sudah tersistem sedemikian rupa, ada
daratan-lautan, ada gunung, hutan, gurun pasir dan yang lainnya. semuanya
berdampingan dengan harmonis. Ada juga air, angin, kilat, petir, halilitar,
guruh, batu, debu, bintang, planet, meteor dan seterusnya dengan masing-
masing tugasnya, kadang hujan, kadang terik, kadang ada badai, gempa dan
lainnya. Tidak terlewatkan pula adanya siang-malam, terang-gelap, terjaga-
tidur, bergerak-diam, senang-sedih yang waktunya sudah disediakan sendiri-
sendiri oleh Allah. Semua itu merupakan kerajaan dan kuasaNya yang
menyadarkan kita bahwa dalil wujudnya terbentang dimana-mana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun
1966 yang berbunyi tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah
terbentuknya manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab
atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan
makmur material dan spiritual. Ilmu pengetahuan dapat dikembangkan
dengan berlandaskan tiga hal yaitu yaitu apa (ontologi), bagaimana
(epistemologi) serta untuk apa (aksiologi). Tidak hanya memecahkan
persoalan yang dihadapi manusia, ilmu pengetahuan juga diharapkan
dapat meramalkan serta mengontrol fenomena.
2. Tafsir Q.S. Al-Hasyr: 22-24
Pada intinya ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. memiliki
sifat-sifat yang agung dan sempurna. Dengan sifat-sifat yang demikian
itu Allah SWT. menciptakan dan melindungi seluruh ciptaan-Nya.
Manusia disuruh mengimani Allah dan mempelajari sifat-sifat-Nya
bukan semata-mata untuk Allah SWT. melainkan untuk manusia
sendiri. Dengan keimanan tersebut diharapkan manusia dapat memiliki
sikap yang optimis, terbuka, demokratis, bertanggung jawab serta
senantiasa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi
masyarakat dan makhluk lainnya.
3. Tafsir Q.S. Ar-Rum: 22-25
Ayat-ayat di atas memberikan informasi kepada kita bahwa Allah hadir
dimana-mana. Melalui ayat-ayat-Nya di pentas alam raya, Allah
menampakkan dza-tNya dengan jelas (adh-Dhahir), tetapi secara
bersamaan Dia juga al-Bathin, Yang tersembunyi hakikat, Zat dan
SifatNya, bukan karena tidak jelas, namun karena terlalu jelas, sehingga
mata biologi manusia tidak dapat menjangkaunya.

16
17

B. Saran
Demikian tugas pembuatan makalah ini, meskipun jauh dari
kesempurnaan, harapan kami dengan adanya makalah ini kita dapat
mngetahui tentang Rumusan Tujuan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan Dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 22-24 dan Q.S. Ar-Rum Ayat 22-
25. Dan semoga dengan adanya pembuatan makalah ini kita dapat
mengambil manfaatnya, khususnya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://tafsiralquran.id/tafsir-surah-al-hasyr-ayat-21-24/

https://tafsiralquran.id/merenungi-tanda-tanda-kekuasaan-allah-di-surat-ar-rum
ayat-20-25/

http://kependidikan07.blogspot.com/2017/09/tafsir-tarbawi-mengenal-allah-
tafsir.html?m=1

https://polindo.ac.id/applicatlon/pendidikan/rumusan-tujuan-pendidikan-nasional-
indonesia4984.php

18

Anda mungkin juga menyukai