Disusun Oleh:
Kelompok 3
MIA SEPTIANI
PUTRI FATMALYA
SANTO GUNAWAN
SEMESTER V B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
JURUSAN TARBIYAH
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Rumusan Tujuan Pendididikan dan
Pengembangan Ilamu Pengetahuan” sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah
Tafsir Tarbawi. Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak
langsung semoga Allah membalas budi baik kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini di susun agar pembaca dapat
mengetahui, memahami dan dapat mempermudah mengetahui Tafsir Tarbawi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan baik itu secara teknis maupun non teknis untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun agar ke depannya bisa lebih
baik lagi mohon maaf atas kekurangannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan yang makin tahun makin
meningkat, menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan
yang modern. Dalam hal ini yang dimaksud adalah mengikuti arus
perkembangan yang dibawa oleh modernitas atau biasa disebut dengan era
globalisasi. Dalam era globalisasi dan pasar bebas manusia dihadapkan
pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Untuk menghadapi
perubahan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat serta menghadapi tantangan masa kini yakni globalisasi yang
semakin modern ini, dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas dan handal. Salah satu sarana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dapat diperoleh melalui pendidikan yang
unggul dan bermutu. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu
sektor penentu keberhasilan untuk mewujudkan cita-cita pembangunan
nasionalPengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas
yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan
mendidik. Pendidikan juga dapat mempengaruhi perkembangan fisik,
mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia.
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Dalam pendidikan terdapat sebuah proses belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan
kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada setiap
individu yang belajar. Mouly, mengemukakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya
pengalaman. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa
1
2
3
4
dalam berdemokrasi.
4. Menjadi sumber-sumber inovasi sosial di masyarakat.
َّ ش َها َد َۚ ِة هُ َو
َّ الرحْ مٰ نُ ا
.لر ِح ْي ُم ِ ِي َ َٓل ا ِٰلهَ ا ََِّل هُ َۚ َو عَا ِل ُم ا ْلغَ ْي
َّ ب َوال ْ ّٰللاُ الَّذ
هُ َو ه
Artinya : "Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang
gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. " QS.
Al-Hasyr[59]:22.
Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah,
dan setiap orang yang menyembah selain Dia seperti tumbuh-tumbuhan,
batu, berhala, atau raja adalah batal. Allah maha mengetahui segala sesuatu
yang tampak dijagat raya baik yang tampak maupun tidak tampak, serta
tidak ada satu yang dilangit dan dibumi ini yang lepas dari pengetahuan
Tuhan. Allah memiliki rahmat yang amat luas yang menjangkau seluruh
ciptaan-Nya. Allah Maha Pengasih di dunia dan di akhirat serta pada
keduanya.
Menurut ulama ahli tafsir bahwa pada ayat 22 surat al-Hasyr paling
kurang berisi tiga penegasan, yaitu pertama, tentang sebutan Allah sebagai
Tuhan dalam islam, kedua tentang sifat Ar-Rahman, dan ketiga tentang sifat
Ar-Rahim bagi Allah SWT. Dalam kaitan dengan sebutan Allah sebagai
Tuhan, H.M. Quraish Shihab berpendapat bahwa Allah adalah nama Tuhan
yang paling popular. Para ulama berbeda pendapat menyangkut lafal mulia
5
ini, apakah ia termasuk Asma’ Al-Husna adalah sifat Allah. Bukankah yang
maha mulia itu sendiri menyatakan dalam kitab-Nya bahwa Wa lillahil
Asma’ Al Husna ( milik Allah nama-nama yang terindah)?. Karena asmaul
husna sifat Allah , maka tentu saja kata Allah bukan termasuk didalamnya.
Tetapi ulama lain berpendapat bahwa kata tersebut demikian agung, bahkan
yang teragung, sehingga tidaklah wajar jika ia tidak termasuk Asma’ Al-
Husna. Tidak ada halangan menurut mereka menjadikan lafal Allah sebagai
salah satu dari Asma’ Al-Husna, bukankah Allah juga merupakan nama-Nya
yang indah? Bahkan apabila anda berkata Allah maka apa yang anda
ucapkan itu, telah mencakup nama-Nya yang lain, sedang bila anda
mengucapkan namanya saja yang lain misalnya Ar-Rahim, Al-Malik, dan
sebagainya, maka ia hanya menggambarkan sifat rahmat atau sifat
kepemilikan-Nya. Disisi lain, tidak satupun dapat dinamai Allah, baik
secara hakekat maupun majas, sedang sifat-sifat-Nya yang lain secara umum
dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk-Nya.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa para ulama pada
dasarnya sepakat bahwa Allah adalah nama bagi Tuhan dalam islam, dan di
dalam nama Allah tersebut terhimpun seluruh sifat-Nya yang agung.
Dengan demikian jika di sebut nama Allah, maka seluruh sifat agung ada
pada diri-Nya, sedangkan jika di sebut salah satu sifat-Nya seperti
arrahman,arrahim, dan seterusnya tidaklah menghimpun seluruh sifat-Nya.
Dalam kaitan ini H.M.Qurash Shihab lebih lanjut menegaskan, agaknya
dapat di sepakati bahwa kata Allah mempunyai kehususan yang tidak di
miliki oleh kata selainnya; ia adalah kata yang sempurna huruf-hurufnya,
sempurna makna serta memiliki kekhususan yang berkaitan dengan
rahasianya, sehungga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang
di namai Ismullah al-A’zam (nama Allah yang paling mulia).
2. Tafsir Q.S. Al-Hasyr Ayat 23
س الس َّٰل ُم ْال ُمؤْ ِمنُ ْال ُم َهي ِْمنُ ْالعَ ِزي ُْز
ُ َل ا ِٰلهَ ا ََِّل ه َۚ َُو اَ ْل َم ِلكُ ْالقُد ُّْو
ٓ َ ِي ْ ّٰللاُ الَّذ
ه َُو ه
. َّٰللا َع َّما يُ ْش ِر ُك ْون ِ سبْحٰ نَ ه ُ َّار ْال ُمتَ َك ِب ُۗ ُر
ُ ْال َجب
6
Artinya : ”Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang
Mahasuci, Yang Maha sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara
Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala
Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan." QS. Al-
Hasyr[59]:23.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya penguasa
terhadap apapun juga. Dialah yang menggerakkan segala sesuatu tanpa ada
yang mampu menghalangi dan menolaknya. Dia terhindar dari segala
sesuatu yang tercela dan hal-hal yan menunjukkan kekurangan, yang
mengamankan makhluk-Nya dari sesuatu yang menzalimi-Nya dan dia pula
yang mengintai-Nya. Dia pula yang memuliakan terhadap sesuatu yang
dinilai rendah, yang mampu mengalahkan sesuatu melalui keagungan dan
daya paksa-Nya.
Dari ayat ini para ulama mencatat sifat-sifat Allah yang tergolong
dari Asma’ Al-Husna lainnya, yaitu sifat al-Malik, al-Qudus, al-Salam, al-
Mukmin, al-Muhaimin, al Aziz, al-Jabbar, al-Mutakabbir. Menurut H.M.
Quraish Shihab, bahkan kata al-Malik yang dalam al-Qur’an terulang
sebanyak lima kali secara umum berarti raja atau penguasa, dan juga
mengandung makna kekuatan dan keshahihan, yaitu penguasaan terhadap
sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Dalam
al-Qur’an tanda-tanda kepemilikan kerajaan-Nya adalah kehadiran banyak
pihak kepada-Nya untuk memohon agar dipenuhi kebutuhannya, dan atau
untuk menyampaikan persoalan-persoalan besar agar dapat tertanggulangi.
Selanjutnya al-Quddus yang dalam al-Qur’an terulang sebanyak dua
kali adalah kata yang mengandung makna kesucian. Hubungannya dengan
al-Malik, H.M. Quraish Shihab memberikan alasan bahwa karena raja yang
dikenal dalam kehidupan duniawi tidak luput dari kesalahan, bahkan tidak
jarang melakukan pengrusakan dan kekejaman, maka dengan disusulnya
oleh sifat al-Quddus adalah untuk menunjukkan kesempurnaan kerajaa-Nya
sekaligus menampik adanya kesalahan, pengrusakan atau kekejaman dari-
Nya, karena kekudusan seperti ditulis Albiqa’iy dalam tafsirnya “nazem
7
dengan segala isinya yang dibutuhkan oleh manusia. Dia pula yang
menciptakan waktu malam sebagai saat beristirahat, dan waktu siang saat
berusaha mencari karunia-Nya. Dia pula yang menurunkan hujan dari langit
yang menyebabkan bumi menjadi subur dengan tumbuhan. Selanjutnya jika
tiga ayat surat al-Hasyr sebagaimana telah diuraikan dihubungkan dengan
empat ayat surat Ar-Rum berikutnya tampak dijumpai keserasian yang
indah. Ayat-ayat tersebut tampak sebagiannya menafsirkan sebagian yang
lain (yufassir ba’dluhu ba’dlan).
Ayat-ayat surat Al-Hasyr menjelaskan tentang sifat-sifat Tuhan,
sedangkan ayat-ayat surat Ar-Rum berikutnya menjelaskan tanda-tanda
sifat-sifat Tuhan tersebut. Sedangkan makna pragmatis yang dapat diambil
dari keterangan tersebut adalah bahwa Allah merasa perlu untuk
mengaktualisasikan sifat-sifat yang ada pada-Nya. Karena dengan cara
demikianlah, selain Allah akan dapat dikenal, juga akan dirasakan
eksistensinya secara fungsional oleh manusia.
Demikian pula halnya manusia yang memiliki berbagai predikat atau
gelar. Ia harus diaktualisasikan predikat dan gelarnya itu secara nyata
ditengah-tengah kehidupan. Hanya dengan cara demikian itulah manusia
selain dapat dikenal, juga dapat dirasakan keberadaan dan manfaatnya baik
oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
intinya ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. memiliki sifat-sifat
yang agung dan sempurna. Dengan sifat-sifat yang demikian itu Allah SWT.
menciptakan dan melindungi seluruh ciptaan-Nya. Manusia disuruh
mengimani Allah dan mempelajari sifat-sifat-Nya bukan semata-mata untuk
Allah SWT. melainkan untuk manusia sendiri. Dengan keimanan tersebut
diharapkan manusia dapat memiliki sikap yang optimis, terbuka,
demokratis, bertanggung jawab serta senantiasa melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya dan bagi masyarakat dan makhluk lainnya.
10
bangun dan tidur, manusia pergi ke mana saja yang ia sukai dengan akal dan
rohnya. Ia bisa melanglang buana ke balik alam materi yang tidak
mempunyai belenggu dan halangan. Di sana dia dapat merealisir apa yang
tidak dapat direalisasikannya di dalam dunia serba benda ini. Dalam alam
mimpi itu dia akan mendapat kepuasan.
3. Tafsir Q.S. Al-Hasyr ayat 24
َ ي بِ ِه ْاَلَ ْر
ض ٖ س َما ِء َما ًء فَيُ ْح
َّ ط َمعًا َّويُن َِز ُل ِمنَ ال َ َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه يُ ِر ْي ُك ُم ْالبَ ْرقَ خ َْوفًا َّو
ٍ بَ ْعدَ َم ْوتِ َه ُۗا ا َِّن فِ ْي ٰذلِكَ َ َٰل ٰي
. َت ِلقَ ْو ٍم يَّ ْع ِقلُ ْون
Tafsir Surah Ar-Rum ayat 23 ini masih membicarakan tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran Allah, alam semesta dan hubungannya dengan
keadaan manusia, pergantian siang dan malam, serta tidur manusia di malam
hari dan bangunnya mencari rezeki di siang hari. Manusia tidur di malam
hari agar badannya mendapatkan ketenangan dan istirahat, untuk
memulihkan tenaga-tenaga yang digunakan waktu bangunnya. Tidur dan
bangun itu silih berganti dalam kehidupan manusia, seperti silih bergantinya
siang dan malam di alam semesta ini.
Dengan keadaan yang silih berganti itu, manusia akan mengetahui
nikmat Allah serta kebaikan-Nya. Di waktu tidur manusia mengistirahatkan
tubuhnya. Dia akan mendapatkan pergerakan anggota tubuhnya dengan
leluasa di waktu bangun.
Dalam ayat ini, tidur didahulukan daripada bangun, padahal
kelihatannya bangun itu lebih penting daripada tidur karena ketika bangun
orang bekerja, berusaha, dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam
hidup, sebagaimana terkandung dalam firman-Nya, “dan usahamu mencari
sebagian dari karunia-Nya.
Pada umumnya manusia itu sedikit sekali yang memperhatikan
kenikmatan tidur. Kebanyakan mereka memandang tidur itu sebagai suatu
hal yang tidak penting. Ini adalah pengertian yang salah dalam memahami
nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Tidur merupakan
pengasingan manusia dari kesibukan-kesibukan hidup, dan terputusnya
13
ِ ض بِا َ ْم ِر ٖ ُۗه ث ُ َّم اِذَا دَ َعا ُك ْم دَع َْو ًۖةً ِمنَ ْاَلَ ْر
ض َّ َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن تَقُ ْو َم ال
ُ س َما ُء َو ْاَلَ ْر
. َاِذَآ اَ ْنت ُ ْم تَ ْخ ُر ُج ْون
Artinya : "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit
dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu
sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur)”. QS. Ar-
Rum[30]:25
Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah berdirinya langit
tanpa penyangga dan bumi yang terhampar dengan kehendak-Nya.
Kemudian, apabila kamu wafat dan Dia memanggil kamu sekali panggil
dari bumi pada hari kiamat, seketika itu kamu keluar dari kubur untuk
menghadap Allah guna menjalani proses hisab dengan seadil-adilnya.
Ayat ini menerangkan bahwa di antara tanda-tanda yang lain dari
kekuasaan Allah adalah langit tanpa tiang penyangga dan bumi yang bulat
tanpa ada tiang pancangnya. Berdirinya langit dan bumi dengan iradat Allah
mengandung arti bahwa eksistensi keduanya tetap dalam penjagaan dan
pengaturan-Nya. Dengan iradat Allah (bi amrihi) di sini maksudnya ialah
kekuasaan dan kesanggupan-Nya. Bila seseorang berpendapat bahwa alam
semesta ini, baik langit maupun bumi, telah ada sedemikian rupa menurut
tabiatnya, tanpa dipelihara oleh Allah, bagaimana pula pendapat mereka
tentang aturan alam yang sangat harmonis itu, sehingga yang satu dengan
yang lainnya, tak pernah bertabrakan.
14
Sebagian manusia mengingkari alam ini ciptaan Allah dan berada di bawah
penjagaan-Nya karena tidak mau mengakui keesaan-Nya. Langit dan bumi
akan tetap dalam keadaannya yang sekarang ini sampai datangnya suatu saat
yang telah ditentukan, yaitu terjadinya Kiamat. Ketika saat itu datang,
manusia akan memenuhi panggilan Tuhan untuk bangkit dari dalam
kubur.Kapan datangnya hari kebangkitan itu tidak diketahui oleh seorang
pun. Suatu hal jelas adalah seruan kebangkitan itu datang setelah manusia
mati semuanya. Ungkapan "seketika itu kamu keluar (dari kubur)",
menunjukkan bahwa kebangkitan dari kubur itu langsung setelah seruan,
tidak terlambat walaupun sesaat.
Alquran telah merekam bukti-bukti kekuasaan Allah itu salah
satunya dalam surat ar-Rum secara beriringan, yaitu ayat 20-25. Ada enam
kehebatan Allah yang diinformasikan dalam ayat-ayat tersebut. Pertama,
penciptaan manusia. Kedua, mempersatukan pasangan suami istri. Ketiga,
penciptaan langit dan bumi serta isinya yang beraneka ragam. Keempat,
tidurnya manusia di malam dan siang hari yang dilanjutkan dengan
usahanya mencari rezeki. Kelima, fenomena kilat dan hujan. Keenam,
adanya hari kebangkitan (yawm al-ba’th). Keenam bukti itu tidak lain
adalah hal-hal yang sudah terbiasa ada di sekitar kita, di kehidupan kita
sehari-hari. Akan tetapi sangat disayangkan hanya sedikit orang yang
menyadarinya, terlebih yang dapat mengungkap rahasia di balik itu semua.
Hal ini yang oleh Alquran diistilahkan dengan ‘kaum yang berpikir, orang-
orang yang alim, dan kaum yang mendengarkan.
Ayat-ayat di atas memberikan informasi kepada kita bahwa Allah
hadir dimana-mana. Melalui ayat-ayat-Nya di pentas alam raya, Allah
menampakkan dza-tNya dengan jelas (adh-Dhahir), tetapi secara bersamaan
Dia juga al-Bathin, Yang tersembunyi hakikat, Zat dan SifatNya, bukan
karena tidak jelas, namun karena terlalu jelas, sehingga mata biologi
manusia tidak dapat menjangkaunya.
Keindahan alam yang sangat luar biasa, keserasian dan
keharmonisannya mulai dari penciptaan manusia yang hanya dari tanah
15
A. Kesimpulan
1. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun
1966 yang berbunyi tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah
terbentuknya manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab
atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan
makmur material dan spiritual. Ilmu pengetahuan dapat dikembangkan
dengan berlandaskan tiga hal yaitu yaitu apa (ontologi), bagaimana
(epistemologi) serta untuk apa (aksiologi). Tidak hanya memecahkan
persoalan yang dihadapi manusia, ilmu pengetahuan juga diharapkan
dapat meramalkan serta mengontrol fenomena.
2. Tafsir Q.S. Al-Hasyr: 22-24
Pada intinya ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. memiliki
sifat-sifat yang agung dan sempurna. Dengan sifat-sifat yang demikian
itu Allah SWT. menciptakan dan melindungi seluruh ciptaan-Nya.
Manusia disuruh mengimani Allah dan mempelajari sifat-sifat-Nya
bukan semata-mata untuk Allah SWT. melainkan untuk manusia
sendiri. Dengan keimanan tersebut diharapkan manusia dapat memiliki
sikap yang optimis, terbuka, demokratis, bertanggung jawab serta
senantiasa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi
masyarakat dan makhluk lainnya.
3. Tafsir Q.S. Ar-Rum: 22-25
Ayat-ayat di atas memberikan informasi kepada kita bahwa Allah hadir
dimana-mana. Melalui ayat-ayat-Nya di pentas alam raya, Allah
menampakkan dza-tNya dengan jelas (adh-Dhahir), tetapi secara
bersamaan Dia juga al-Bathin, Yang tersembunyi hakikat, Zat dan
SifatNya, bukan karena tidak jelas, namun karena terlalu jelas, sehingga
mata biologi manusia tidak dapat menjangkaunya.
16
17
B. Saran
Demikian tugas pembuatan makalah ini, meskipun jauh dari
kesempurnaan, harapan kami dengan adanya makalah ini kita dapat
mngetahui tentang Rumusan Tujuan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan Dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 22-24 dan Q.S. Ar-Rum Ayat 22-
25. Dan semoga dengan adanya pembuatan makalah ini kita dapat
mengambil manfaatnya, khususnya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsiralquran.id/tafsir-surah-al-hasyr-ayat-21-24/
https://tafsiralquran.id/merenungi-tanda-tanda-kekuasaan-allah-di-surat-ar-rum
ayat-20-25/
http://kependidikan07.blogspot.com/2017/09/tafsir-tarbawi-mengenal-allah-
tafsir.html?m=1
https://polindo.ac.id/applicatlon/pendidikan/rumusan-tujuan-pendidikan-nasional-
indonesia4984.php
18