Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKEMIA

NAMA:RYAN SEPTYANI
NPM:2030702028
LOKAL:B1

UNIVESITAS BORNEO TARAKAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “makalah asuhan keperawatan pada
leukemia”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar tanpa ada
halangan suatu apapun. Dan tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada ibu Maria
Imaculata Ose M.Kep selaku dosen pengampu KMB I yang telah memberikan kami ilmu yang
bermanfaat dalam bidang yang kami tekuni saat ini.
Saya menyadari dalam tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
diharapkan untuk dikemudian hari.

Tarakan 2, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL…………...…………………………………………………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR …..………………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………………………………
1.2. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………………………………
1.3 TUJUAN PENULISAN……………………………………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI…………………………………………………………………………………………………………………………………
2.2 ETIOLOGI……………………………………………………………………………………………………………………………….
2.3 INSIDENSI………………………………………………………………………………………………………………………………
2.4 PATOFISIOLOGI……………………………………………………………………………………………………………………..
2.5 MANIFESTASI KLINIK……………………………………………………………………………………………………………..
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG………………………………………………………………………………………………….
2.7 TERAPI…………………………………………………………………………………………………………………………………..
2.8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN………………………………………………………………………………………………..
2.9. DIAGNOSA KEPERAWATAN…………………………………………………………………………………………………..
2.10. INTERVENSI…………………………………………………………………………………………………………………………
2.11. PENYIMPANGAN KDM…………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Leukemia merupakan salah satu keganasan hematologi yang dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan data yang diambil dari Survailance,Epidemiology,and End Result Program (2014)
diperkirakan tiap tahunnya didapatkan 13,7 per 100.000 kasus baru dan 6,7 per 100.000 kematian
akibat leukemia di seluruh dunia. Pada tahun 2017, leukemia termasuk peringkat 9 untuk kasus
baru dari semua jenis kanker (SEER, 2014).
Leukemia terjadi akibat produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh
mutasi yang bersifat kanker pada sel mielogen atau sel limfogen.Secara umum leukemia
diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), Leukemia
Limfoblastik Kronik (LLK), Leukemia Myeloid Akut (LMA), dan Leukemia Myeloid Kronik (LMK)
(Guyton and Hall, 2014).
Leukemia Mieloid Kronik (LMK) menempati kasus terbanyak kedua dari semua tipe
leukemia pada orang dewasa, yaitu sekitar 15%. Rata – rata usia pasien LMK yang terdiagnosis
umur 67 tahun, walaupun penyakit ini dapat terjadi pada semua kelompok usia. LMK paling banyak
ditemui pada laki – laki daripada wanita dengan perbandingan 1,6 : 1 (NCCN guidelines,2017).
LMK ditemukan dari munculnya kromosom Philadelphia (Ph) pada pasien
myeloproliferative neoplasm ( MPN). Kromosom Ph adalah hasil dari translokasi resiprokal antara
kromosom 9 dan kromosom 22 [t(9;22] yang memunculkan fusi gen BCR (Break Cluster Region)–
ABL1(Abelson Murine Leukemia), produk dari fusi gen tersebut adalah protein dengan regulasi
aktivitas tyrosine kinase (p210) memegang peran penting dalam patogenesis dari LMK. Fusi
protein lain yang juga diproduksi , p190 biasanya dalam pengaturan Ph positive leukemia
limfoblastik akut (LLA), p190 terdeksi hanya 1% pada pasien LMK (NCCN, 2017). Gen BCR – ABL1
secara terus menerus mengaktifkan tirosin kinase yang mendorong pertumbuhan dan replikasi
melalui jalur seperti RAS, RAF, JUN kinase, MYC dan STAT. Pengaruh dari leukomegenesis
terbentuk dari cytokine independent cell cycle dengan sinyal apoptosis yang terganggu
/menyimpang dalam respon mundurnya aktivitas sitokin (Bakta, 2015).
Tidak seperti LMA, LMK memiliki awitan yang lambat dan tidak khas. LMK dibagi menjadi 3
fase yaitu fase kronik (CML- CP), fase akselerasi (CML- AP), dan fase blast (CML-BP). Gejalanya
tidak spesifik, seperti fatigue, penurunan berat badan, malaise, dan perut penuh. Splenomegali
adalah pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan sekitar 50 – 60% pada kasus LMK. Ciri khas
pasien LMK lainnya, leukositosis (WBC > 20 × 109/L, dengan basofilia dan granulosit yang imatur
seperti neutrofil, metamyelosit dan myelosit. Goal standart diagnosis LMK dengan pemeriksaan
sitogenetik untuk mendeteksi t(9;22) (kromosom Philadelphia) atau transkrip gen Bcr – Abl
dengan pemeriksaan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) (Leukemia &
Lymphoma Society,2014).
Standart pemberian terapi pada pasien LMK secara historis terdiri dari transplantasi
sumsum tulang, hydroxyurea, busulpan atau interferon alpha. Pemberian hydroxyurea yang
merupakan obat kemoterapi diberikan pada pasien LMK untuk mengontrol jumlah hematologi.
Pemberian terapi ini biasanya diberikan pada pasien baru didiagnosis LMK , dimana terapi ini akan
mengontrol jumlah leukosit yang meningkat tajam, jumlah trombosit yang meningkat tajam, dan
mempertahankan jumlah hemoglobin sehingga tidak terjadi anemia. Tetapi terapi hydroxyurea saat
ini tidak dapat diberikan sebagai terapi utama pada pasien LMK hanya sebagai terapi paliatif
karena senyawa kimia pada obat tersebut tersebar merata didalam tubuh dan dapat berikatan
dengan reseptor tubuh yang lain, yang menyebabkan efek yang tidak dikehendaki walaupun
sampai saat ini terapi hydroxyurea masih tetap dapat diberikan pada pasien LMK (FDA,2010).
Para peneliti akhirnya melakukan penelitian dan menemukan pengobatan yang tertuju pada satu
target saja dari tubuh , yaitu molecular targeted theraphy. Pada pasien LMK, molecular targeted
theraphy yang diberikan dengan terapi target tyrosin kinase inhibitor (TKI). TKI adalah kelas
molekul kecil yang bekerja dengan target tirosin kinase (TK), terutama tirosin kinase BCR-ABL,
yang menyebabkan leukemia transformasi dan leukemia dengan karakteristik Ph+ hematopoietik
stem sel. TKI merubah perjalanan natural dari penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup
pasien LMK (Elias Jabbour, 2012).
Imatinib mesyelate (Gleevac/Glivec) merupakan Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) BCR-ABL
pertama yang menunjukkan aktivitas yang sangat signifikan pada semua fase.Namun dalam
perkembangannya imatinib menimbulkan intoleransi dan resisten dalam pasien LMK yang dilihat
dari respon sitogenetik, respon molekular dan respon hematologinya .(NCCN 2017). Dalam
mengatasi intoleransi dan resisten imatinib dibutuhkan pengobatan alternatif. Pengobatan
alternatif yang dimaksud adalah generasi TKI setelah imatinib, seperti nilotinib, dasatinib,
bosutinib,dan ponatinib yang memiliki efektivitas yang baik untuk mutasi gen BCR-ABL (NCCN
guidelines, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Evaluating Nilotinib Efficacy and Safety in Clinical
Trials–Newly Diagnosed Patients (ENESTnd), sebagian besar pasien LMK yang resisten atau
intoleransi terapi imatinib diberikan terapi nilotinib. Hal ini dikarenakan nilotinib menunjukkan
respon pengobatan yang tinggi dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan imatinib. Selain itu
nilotinib diperkirakan 30 kali lebih poten in vitro dibanding imatinib dalam melawan tipe ganas
Bcr-Abl. Sehingga nilotinib selain diberikan pada pasien baru LMK fase kronis dapat pula diberikan
pada pasien LMK yang resisten terapi imatinib (FDA,2017).
Selama pengobatan pasien LMK harus selalu dimonitoring sitogenetik, molekular dan
hematologi selama 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan sampai 18 bulan. Pada penelitian ini, peneliti hanya
ingin melihat respon hematologi dari pasien LMK yang dirawat di RSUD Moewardi Surakarta.
Respon terapi yang ingin dilihat adalah pasien yang menggunakan terapi hydroxyurea dan
nilotinib. Respon Hematologi Lengkap pasien LMK berdasarkan Guideline NCCN 2017 adalah
normalnya pemeriksaan darah tepi lengkap dengan leukosit < 10 × 109/L, jumlah trombosit < 450
× 109/L, tidak ditemukan sel imatur seperti myelosit, promyelosit, atau sel blast di darah tepi, tidak
ada tanda dan gejala seperti splenomegali. Pemeriksaan hematologi yang akan peneliti teliti
meliputi jumlah leukosit, jumlah Hb, dan jumlah trombosit pada pasien LMK yang mendapat terapi
hydroxyurea dan yang mendapat terapi nilotinib selama 3 bulan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu definisi leukemia?
2. Apa itu etiologi leukimia?
3. Apa itu insidensi leukimia?
4. Apa saja patofisiologi leukimia?
5. Apa manifestasi klinik leukimia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada leukimia?
7. Apa dan bagaimana terapi pada leukimia?
8. Bagaimana pengkajian keperawatan leukimia?
9. Apa saja diagnosa leukimia?
10. Apa saja intervensi leukimia?
11. bagaimana penyimpangan KDM leukimia?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk memenuhi tugas mingguan KMB I
2. agar pembaca mengetahui leukimia, sehingga dapat berguna di tengah tengah masyarakat
saat menjumpai kasus leukimia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Leukemia, berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Leukemia
adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan
tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel
semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya. Tapi, terkadang
proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak
membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut
leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang
akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:


 Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
 Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 :
248 )
 Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
 Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-
kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
2. Radiasi
Salah satu penyebab penyakit leukimia karena disebabkan oleh radiasi, radiasi terbesar
bisa di dapatkan dari bom atom, namun radiasi yang kecil bukanya tidak bisa menjadi
penyebab penyakit leukimia, karena radiasi kecil jika sering terjadi lama kelamaan juga
akan memberikan dampak buruk oleh tubuh, dan salah satunya akan menyebabkan sel di
dalam tubuh berubah menjadi sel tidak normal sehingga berdampak untuk terkena penyakit
leukimia.
3. Infeksi Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya
RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel
normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis
leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk ( Kumala, 1990).
4. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang
yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).

2.3 INSIDENSI
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,
limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai jalur sel yang terkena, seperti limfositik atau
mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel imatur) atau kronis (sel
terdeferensiasi).

a. Leukemia mielogenus akut


Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia. Merupakan leukemia non limfositik yang paling sering terjadi .
b. Leukimia Mielogenus Kronis
Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid.
Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada
90% sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang menyerang individu berusia di bawah 20
tahun, namun insidensinya menignkat sesuai pertambahan usia.

c. Leukimia Limfositik Akut.


Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dengan
puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL jarang terjadi.

d. Leukimia Limfositik Kronis


Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama
mengenai individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara barat melaporkan penyakit ini sebagai
leukemia yang umum terjadi.

2.4 PATOFISIOLOGI
Leukemia adalah kanker yang terjadi pada jaringan yang menghasilkan leukosit dan terjadi
akibat beberapa faktor diantaranya faktor genetik, radiasi, infeksi virus, bahan kimia, dan obat-
obatan. Dari faktor penyebab tersebut maka terjadilah proliferasi sel kanker, sehingga sel darah
putih menyerang sel kanker dan sel normal, dimana sel yang seharusnya menjadi
pelindung/pertahanan dalam tubuh mengalami keabnormalan, sehingga sel-sel leukemik
menyusup ke dalam sumsum tulang (sebagai tempat produksi sel-sel darah). Sehingga timbul tiga
masalah utama yaitU depresi sumsum tulang, sel kekurangan nutrisi, dan infiltrasi SSP. Akibatnya,
mucul masalah-masalah lain yang menimbulkan tanda-tanda dan gejala klinis dari leukemia itu
sendiri seperti anemia, Berat Badan menurun, Kelelehan, memar tanpa sebab, anoreksia, mual
muntah, pembesaran hepar dan limpe, nyeri abdomen, nyeri otot. Dari munculnya tanda-tanda dan
gejala klinis tersebut maka muncullah masalah keperawatan yang diakangkat sesuai permasalahan
yang ada.

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
1. Pilek tidak sembuh-sembuh.
2. Pucat, lesu, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan
di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Darah tepi :
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi
monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik untuk leukimia.

2. Sum-Sum tulang :
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri
dari sel limfoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (apabila skunder).

3. Pemeriksaan lain :
- Biopsi limpa
- Kimia darah
- Cairan cerebrospinal
- Sitogenik

2.7 TERAPI
1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
 Melalui mulut
 Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
 Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam
kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa
tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
 Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan sel-sel
leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang, dokter
bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke
dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui
suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang
belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :


a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.
Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat


Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. Konsolidasi
pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.

2. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui
suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis,
jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri
pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid
kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk
memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.

3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar
akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya
sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)

4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)


Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel
induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya.
Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal
dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang
sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada
atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-
sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam
jumlah yang memadai.

2.8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
klien,mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
(Budi Anna Keliat, 1994).

Pengkajian pada leukemia meliputi :


a. Riwayat penyakit

b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :


 Pucat
 Kelemahan
 Sesak
 Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia


 Demam
 Infeksi

d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :


 Ptechiae
 Purpura
 Perdarahan membran mukosa

e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :


 Limfadenopati
 Hepatomegali
 Splenomegali

f. Kaji adanya :
 Hematuri
 Hipertensi
 Gagal ginjal
 Inflamasi disekitar rectal
 Nyeri

2.9. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Resiko cidera berhubungan dengan Intolenransi aktifitas
b. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
d. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri abdomen, Nyeri otot, Mual, kelelahan

2.10. INTERVENSI

NO DX Diagnose keperawatan Intervensi Implementasi


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan keperawatan Observasi ;
dengan Nyeri abdomen, Nyeri selama 1×24 jam maka diharapkan -Mengatur posisi yang nyaman
otot, Mual, kelelahan nyeri akut menurun dengan kriteria untuk tidur
Hasil : -Anjurkan klien berkemih
- Kemampuan menuntaskan sebelum tidur
aktivitas meningkat Teraupetik:
- Keluhan meringis menurun -Tempat tidur yang bersih dan
- Meringis menurun tidak boleh basah
- Gelisah menurun - Hindari kegiatan yang
- Frekuensi nadi membaik membangkitkan minat
sebelum tidur
Kolaborasi:
-Pada klien nyeri, berikan obat
analgesik menit sebelum tidur.
2 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan keperawatan Observasi ;
berhubungan dengan selama 1×24 jam maka diharapkan · Monitor status hidrasi
perdarahan keseimbangan volume cairan · Pertahankan catatan intake
meningkat dengan kriteria Hasil : dan output yang akurat
· Monitor vital sign
- Asupan cairan meningkat · Monitor masukan
- Haluaran urin meningkat makanan/cairan dan
- Kelembaban membrane hitung intake kalori harian
mukosa meningkat. · Monitor tingkat Hb dan
- Edema menurun hematocrit
- Dehiderasi menurun
- Tekanan darah membaik Kolaborasi :
- Denyut nadi radial membaik · Kolaborasikan pemberian
cairan IV
3 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan keperawatan Teraupetik ;
dengan menurunnya sistem selama 1×24 jam maka diharapkan · Bersihkan lingkungan setelah
pertahanan tubuh. resiko infeksi menurun dengan dipakai pasien lain
kriteria Hasil : · Pertahankan teknik isolasi
· Batasi pengunjung bila perlu
- Nafsu makan meningkat · Cuci tangan sebelum dn
- Demam menurun sesudah tindakan
- Kemerahan menurun kepeawatan
- Nyeri menurun · Monitor tanda dan gejala
- Bengkak menurun infeksii
- Kadar sel darah putih
membaik Kolaborasi :
- Kultur urin membaik · Berikan terapi antibiotik bila
- Kultur feses membaik perlu
Proteksi terhadap infeksi
4 Resiko cidera berhubungan Setelah dilakukan keperawatan observasi :
dengan Intolenransi aktifitas selama 1×24 jam maka diharapkan - Bantu klien untuk
resiko cidera menurun dengan mengidentkasi aktivitas
Kriteria Hasil : yang mampu dilakukan
- Sediakan lingkungan yang
- Nafsu makan meningkat aman untuk
- Tekanan darah membaik
pasien
- Frekuensi nadi membaik
- Menganjurkan keluarga
- Pola tidur membaik
untuk menemani pasien
- Memindah barang-barang
yang dapat membahayakan

- Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih.

Edukasi :
· Bantu klien untuk
mengembangkan motivasi dan
penguatan diri.

Kolaborasi :
· Kolaborasikan dengan tenaga
Rehabilitasi medic dalam
Merencanakan program terapi
yang tepat.
2.11. PENYIMPANGAN KDM

Faktor etiologi
Faktor pencetus

Mutase somatic sel induk


cvv
(stem cell, cell reticulum)

Sel blast

(limfoblast)

Proliferasi neoplastic &

Differentiation arrest

Proliferasi SDP Poliferilasi sel


immatur kanker

Overproduksi SDP Sel kanker bersaing dgn sel normal


u/mendapatkan nutrisi

Sel normal
Mekanisme imun Akumulasi sel metabolisme
digantikan dgn sel
terganggu abnormal kanker
Gg. Nutrisi kurang Sel kekurangan
dr kebutuhan infiltrasi makanan

Kaheksia
Sumsum tulang SPP Sumsum tulang Ekstra medular (berbagai organ)
Anoreksia
Depresi sumsum System neurologic terganggu
tulang neurologik Pembesaran Tulang
limpa,hepatomegaly,limfadenopati
Tulang menjadi
Hiperkatabolik Gagal sumsum Sakit kepala, rapuh
nausea,diplopia,pengelihatan Resiko injury
CVCV tulang
Katabolisme kabur Nyeri tulang&
meningkat Hematopoiesis terganggu persendian
pansitopenia
Eritropenia Leukopenia trombositopenia

Anemia Infeksi Perdarahan

T’pakaix zat Epitaksis Nyeri


Demam
nutrisi hiperurikemia
Suplai O2 ke Pucat,lesu,letargi, Faktor
Produksi SDM Produksi SDP
jaringan menurun dipneu pembentukan me
terganggu terganggu
Hipertermi Risiko infeksi
Gagal ginjal Gout
Gg. Perfusi Gg. Pola napas
jaringan

Intoleransi aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.scribd.com/doc/243520577/PENYIMPANGAN-KDM-LEUKEMIA-pdf
 Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
 Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika.
 Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2000, Medical Surgical Nursing, Amerika : Lippincott.
 Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson 1982; De Vita Jr.,1985, Archida, 1987; Lister,
1990; Rubin,1992.
 PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
 Tim pokja SDKI DPP PPNI
 Tim pokja SIKI DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai