Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dwi Narti

Nim : A1Q122065

Kelas : A

Jurusan : Bimbingan Dan Konseling

Pertemuan ke:9

A. Orientasi Bimbingan dan Konseling

Orientasi yang dimaksudkan di sini ialah “pusat perhatian” atau “titik berat pandangan”. Misalnya,
seseorang yang berorientasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitikberatkan pandangan atau
memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia
adakan dengan orang lain; sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat pergaulan itu sebagai
lapangan tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.

Apakah yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatiaan konselor terhadap kliennya?
Itulah orientasi bimbingan dan konseling yang menjadi pokok pembicaraan pada bagian ini.

1. Orientasi Perseorangan

Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelas, di dalam kelas itu ada sejumlah orang siswa
Apakah yang menjadi titik berat pandang konselor berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siswa
hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling Semua siswa. itu secara keseluruhan
ataukah Masing-masing siswa seorang demi seoarang orientasi perseorangan bimbingan dan konseling
menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. satu persatu
Siswa perlu mendapat perhatian Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai
kelompok dalam kelas itu penting juga tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan kepada
masing masing siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk
keseluruhan) yang dampak positif dan negatif nya terhadap siswa secara individual harus
diperhitungkan.

Berkenaan dengan isu “kelompok" atau “individu", konselor memilih. individu sebagai titik berat
pandangannya Dalam hal ini individu diutamakan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapal
memberikan pengaruh mentu terhadap individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan besar-
besarnya untuk kepentingan dan kebehagiaan individu, dan bukan baliknya. Pemusatan perhatian
terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok dalam hal ini
kepentingan kelompok diletakkan dalam katannya dengan hubungan timbal balik yang wajar antar
individu dan kelompoknya Kepentingan kelompok dalam arti misalnya keharuman nama dan citra
kelompok, kesetiaan kepada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan sebagainya, tidak akan terganggu
oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadi Nggota kelompok stu
Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditngkatkan melalus terpenuhinya kepentingan dan
tercapainya kebahagiaan individu. Apabila secara individual para anggota kelompok itu dapat penuhi
kepentingannya dan merasa bahagia dapat diharapkan kepentingan Kelompok pun akan terpenuhi pula.
Lebih-lebih lagi, pelayanan bimbingan konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak
boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang, di dalam kelompok
sepanjang nilai-nila dengan norma-norma umum Yang berlaku.

Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam Bimbingan dan konseling
dapat dicatat sebagai berikut:

a. semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling
diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu Yang menjadi sasaran
layanan.
b. pelayanan Bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk
memahami kebutuhan-kebutuhannya motivasi-motivasinya, dan kemampuan kemampuan
potensinya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai,
kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu ke arah pengembangannya, yang optimal, dan
pemanfaatan yang sebesar besarnya bagi diri dan lingkungannya.
C. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara, individual (Rogers,
dalam McDaniel, 1956).
d. adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami misal kemampuan, dan perasaan
klien serta untuk menyesuaikan progam, program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat
mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari individu
merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya progrm bimbingan (McDaniel, 1956)
Kaidah-kaidah tersebut akan diturunkan sampai dengan penerapannya, dalam berbagai jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
2. Orientasi Perkembangan
Ketika membahas fungsi-fungsi bimbingan dan konseling (Bab V) / telah dikemukakan
salah satu fungsi tersebut adalah fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi
perkembangan dalam bimbingan 638 konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan
perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu Bimbingan
dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.

Menurut Myrick (dalam Mayers, 1992) perkembangan individu secara tradisional dari
dulu sampai sekarang menjadi inti dan pelayanan bimbingan ' Sejak tahun 1950-an
penekanan pada perkembangan dalam bimbingan dan konseling sejalan dengan konsepsi
tugas-tugas perkembangan yang diteruskan oleh Havighurst (Hansen, dkk., 1976). Dalam
hal ini, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi
gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan ‘ konseling
berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak
menuju kematangan dalam perkembangannya.
Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi
perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan.
Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap
layanan bimbingan dan konseling selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek bimbingan dan
konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung perkembangan
yang berkelanjutan permasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai
terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong konselor dan klien
bekerjasama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya
perkembangan klien.
Secara khusus, Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari
sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak mak berkemungkinan
mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empet bentuk:
(a) hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di luar apa
yang dipahaminya,
(b) hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih
dari satu aspek tentang sesuatu hal,
(c) hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur
yang dipahami semula,
(d) hambatan transformasi, ketidak mampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan
yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah
menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.
3. Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembangan itu mengandung risiko. Perjalanan
kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami
hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling, sejalan dengan
tujuan hidup dan Perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam
Perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan menganggu tercapainya kebahagiaan itu.
Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan dan konseling,
itu dapat tercapai dengan sebaik- baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan
perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan
rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam Pelayanan bimbingan dan
konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan,
Orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan

Anda mungkin juga menyukai