LP RPK Kel.4 Pak Wahid
LP RPK Kel.4 Pak Wahid
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
FAKULTAS KESEHATAN
A. PENGERTIAN
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat
5. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
C. PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya factor herediter yaitu
adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan
perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai
hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu
kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul
adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk
berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
2. Faktor Prespitasi
1. Respon Adaptif
Keterangan :
Kegagalan
Intimidasi
Malu
Takut
Frustasi
kecemasan
Kurangnya rasa
percaya diri Stress
G3 proses G3 afek
pikir Tegang, emosi
curiga
Perilaku Kekerasan
F. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Medis
1) Psikofarmaka
5) Manipulasi lingkungan
2. Tindakan Keperawatan
Perilaku Kekerasan
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI
DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Perilaku Pasien mampu : Setelah pertemuan 1. Identifikasi penyebab
kekerasan 1. Mengidentifikasi pasien mampu : tanda dan gejala serta
penyebab dan 1. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
tanda perilaku penyebab, tanda, 2. Latih secara fisik 1 : tarik
kekerasan gejala dan akibat nafas dalam
2. Menyebutkan perilaku kekerasan 3. Masukkan dalam
jenis perilaku 2. Memperagakan cara jadwal harian pasien
kekerasan yang fisik 1 untuk
pernah dilakukan mengontrol perilaku
3. Menyebutkan kekerasan
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
4. Mengontrol
perilaku
kekerasan
secara : fisik,
sosial/verbal,
spiritual,
terapi
psikofarmaka
Setelah pertemuan 1. Evaluasi SP1
pasien mampu : 2. Latih cara fisik 2 :
1. Menyebutkan pukul kasur/bantal
kegiatan yang sudah 3. Masukkan dalam jadwal
dilakukan harian pasien
2. Memperagakan cara
fisik untuk
megontrol perilaku
kekerasan
Setelah pertemuan 1. Evaluasi SP1 dan
pasien mampu : SP2
1. Menyebutkan 2. Latih secara sosial/verbal
kegiatan yang sudah
dilakukan 3. Menolak dengan baik
2. Memperagakan 4. Memeinta dengan baik
seara 5. Mengungkapkan dengan
fisik untuk baik
mengontrol perilaku 6. Masukkan dalam
kekerasan jadwal kegiatan pasien
Setelah pertemuan 1. Evaluasi SP 1, 2 dan 3
pasien mampu : 2. Latih secara spiritual
1. Menyebutkan berdo’a
kegiatan yang sudah
dilakukan
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan
Tujuan Khusus :
Tindakan :
Fase Orientasi:
“Selamat Pagi mas, perkenalkan nama saya Paulina Aprilianu, bisa dipanggil Paulina saya
mahasiswa Keperawatan dari Universitas Ngudi Waluyo. Hari ini saya yang akan
melakukan interaksi dengan mas ya. Nama mas siapa, senangnya dipanggil dengan nama
siapa?”
“Bagaimana perasaan mas saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah mas”
“Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 15 menit?
“Bagaimana posisi mas sudah nyaman untuk berbincang-bincang atau ingin berganti tempat
terlebih dahulu?”
Fase Kerja :
“Apa yang menyebabkan mas marah?, Apakah sebelumnya mas pernah marah? Terus,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang mas rasakan?”
“Apakah mas merasakan kesal kemudian dada mas berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang mas lakukan?. Apa kerugian cara yang mas lakukan? Maukah mas
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, mas. Ada beberapa cara seperti fisik,
obat, verbal/ ucapan dan spiritual (sesuai kepercayaan masing-masing) untuk menyalurkan
rasa marah.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Kita bisa mulai yang awal yaitu cara fisik
yaitu dengan terapi napas dalam dilanjut dengan pukul bantal dan kasur.”
”Begini mas, kalau tanda-tanda marah tadi sudah mas rasakan maka mas berdiri, lalu tarik
napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, mas sudah bisa melakukannya terapi
napas dalam.”
“Kita lanjutkan dengan latihan memukul bantal di kasur ya. Jadi, Jika mas kesal dan ingin
marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba mas lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali mas
melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya”
Fase Terminasi :
“O ya mas, karena sudah … menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau
dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang kemarahan mas?”
”Iya jadi ada 2 penyebab mas marah ........ (sebutkan) dan yang mas rasakan ........
(sebutkan) dan yang mas lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah mas yang lalu, apa yang mas
lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalam kemudian
di lanjut pukul kasur dan batal ya bapak. ‘Sekarang kita buat jadwal latihannya ya mas,
berapa kali sehari mas mau latihan napas dalam dan pukul kasur dan bantal?, jam berapa
saja mas?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya mas”
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi latihan nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
b. Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
c. Susun jadwal kegiatan pengontrolan perilaku kekerasan dengan obat
Fase Orientasi :
“Selamat Pagi masa, masih ingat dengan saya, nama saya Paulina dari mahasiswa
keperawatan Universitas Ngudi Waluyo. Sesuai janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bagaimana perasaan mas saat ini, adakah hal yang menyebabkan mas marah?”
“Baik, bagaimana kalau kita berbincang-bincang?
“Baik sekarang kita akan belajar tentang obat ya pak”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“Dimana kita bicara. Apakah posisi mas sudah nyaman atau ingin berganti tempat”
Fase Kerja :
“mas adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Berapa macam obat yang mas
minum? Ini obat risperidone 1 kali sehari dan fluoxetine 1 kali sehari agar badan mas
tenang. Obat tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, kalau obat
habis mas bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Pasatikan obatnya benar,
artinya mas harus memastikan bahwa obat itu benar-benar punya mas. Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baacakan nama kemasanya. Pasatikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar dan tepat jamnya. Mas juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus minum 8 gelas perhari.”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tadi?”
“apakah mas masih ingat apa saja nama obatnya tadi? Bisa mas sebutkan? Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari mas.
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa mas? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Fase Orientasi :
“Selamat Pagi mas, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana mas, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal serta
control obat?, apa yang dirasakan setelah melakukan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
Fase Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita
perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya ms: Meminta dengan
baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata mas bilang
penyebab marahnya. Coba mas berkomunkasi dengan baik terhadap orang lain: “mas saya tid
ak suka jika mas seperti itu,saya merasa terusir dari rumah.” Nanti bisa dicoba di sini untuk b
erkomunikasi dengan baik saat meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba mbak
praktekkan. Bagus mas.”
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan mas tidak ingin melakukannya, katakan:
‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba mas praktekkan.
Bagus mas”
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal mas
dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan.
Bagus”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba mas sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari mas mau latihan
bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus
nanti dicoba ya mas!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah mas yaitu dengan cara
ibadah, mas setuju? Mau di mana mas? Di sini lagi? Baik sampai nanti
Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan mas. Mau berapa kali mas sholat.
Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba mas sebutkan lagi cara ibadah yang dapat mas lakukan bila mas merasa marah”
“Setelah ini coba mas lakukan jadwal sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan
sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA
Habbi Yulsar Rahman, F., Widodo, A., & Kep, A. (2017). Upaya Penurunan
Risiko Perilaku Kekerasan Pada Dengan Melatih Asertif Secara Verbal
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52404
Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149-156.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226
Pardede, J.A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko
Perilaku Kekerasan.