Anda di halaman 1dari 32

MAJAS PERBANDINGAN DALAM NOVEL SURGA DI

TIMUR KARYA BRILLIANTO K. JAYA

(Tinjauan Stilistika)

Makalah

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Stilistika

M. ILHAM RAMADHAN 191010700330

RAPIKA SARI 191010700356

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PAMULANG

2022
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi majas
perbandingan dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya . Metode yang
digunakan adalah deskriptifkualitatif . Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Simak Bebas Libat Cakap yang di lanjutkan dengan teknik mencatat,
selanjutnya di anlisis mengunakan teknik padan refrensial. Hasil dari penelitian
menemukan bahwa bentuk majas perbandingan yang terdapat dalam novel Surga
di Timur karya Brillianto K. Jaya adalah majas simile, majas metafora, dan majas
personifikasi. Adapun fungsi dari majas perbandinga adalah memperindah
tuturan, mengkongkretkan tuturan, melukiskan dan sekaligus menekankan
perasaan jiwa penyair, menghidupkan tuturan, dan memberikan menjelaskan
tuturan secara kongkret.
Kata Kunci: Majas, Majas Perbandingan, Novel

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 3

1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 4

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 6

2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 9

2.2.1 Stilistika ............................................................................................ 9

2.2.2 Gaya Bahasa .................................................................................... 10

2.2.3 Pemajasan ........................................................................................ 11

2.2.4 Majas Perbandingan ........................................................................ 12

2.2.5 Novel ............................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 15

iii
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 15

3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................ 15

3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 15

3.4 Teknik Analisis Data .............................................................................. 16

BAB 1V PEMBAHASAN ................................................................................... 18

4.1 Majas Simile ........................................................................................... 18

4.2 Majas Metafora....................................................................................... 20

4.3 Majas Personifikasi ................................................................................ 22

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 27

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27

5.2 Saran ....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah karya sastra menjadi bernilai seni, menghibur danindah disebabkan

oleh banyak unsur yang berpadu harmonis. Dalam karya sastra unsur yang

pertamakali dijumpai dan yang utama adalah bahasa. Bahasa sendiri dalam karya

sastra termasuk ke dalam unsur bentuk. Unsur bentuk lainnya pun seperti

simbolisme dan permainan makna hanya dapat dilihat melalui bahasa. Bahkan

dalam puisi dikatakan bahasa lebih penting daripada unsur muatan makna, karena

lebih menentukan nilai keindahannya. Tetapi bentuk yang indah serta memiliki

muatan makna akan menjamin nilai literer sebuah karya sastra.

Masalah keindahan bahasa tidak dapat terpisahkan dari stilistika dan

penggunaan gaya bahasa. Stilistika sendiri dapat diartikan sebagai kajian stile atau

studi tentang gaya bahasa (Nurgiyantoro, 2018:74-76). Kajian stilistika berusaha

menentukan sejauh mana, pada hal apa, dan bagaimana penulis menggunakan

bentuk-bentuk kebahasaan untuk mencapai efek khusus atau tujuan tertentu.

Gaya bahasa kerap kali muncul di dalam karya sastra salah satunya adalah

Novel. Seperti pada novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya. Novel tersebut

kerap kali menggunakan majas perbandingan untuk memperindah, menghidupkan,

menekankan, membandingkan, dan menggambarkan suatu hal melalui pemajasan.

Oleh karena itu penggunaan majas perbandingan dalam novel tersebut menarik

untuk diteliti.

1
2

Penelitian ini dikhususkan membahas majas perbandingan yang ada dalam

novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya. membagi pemajasan ke dalam dua

kategori utama yaitu majas perbandingan dan majas pertautan. Tetapi dalam

kumpulan puisi ini pemunculan majas pertautan tidak sesering penggunaan majas

perbandingan. Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan mengkaji penggunaan

majas perbandingan dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya untuk

mencegah kesimpangsiuran karena permasalahan penelitian yang melebar.

Adapun pentingnya penelitian ini dilakukan karena dalam suatu karya

pemahaman majas sangatlah diperlukan. Pemajasan yang adalah bentuk

penyimpangan kebahasaan, yaitu penyimpangan terhadap makna, hal tersebut sulit

dimengerti oleh kalangan umum. Maka, pemahaman terhadap pengungkapan-

pengungkapan lewat pemajasan atau terkhusus majas perbandingan, kadang-

kadang memerlukan perhatian tersendiri.

1.2 Batasan Masalah

Masalah penelitian harus dibatasi untuk tidak memperluas pertanyaan atau

topik yang diteliti dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, penelitian akan dibatasi pada

isu-isu yang mencegah pembauran dalam diskusi yang luas.

Berdasarkan latar belakang, penulis membatasi pertanyaan penelitian pada

majas perbandingan, yang meliputi simili, metafora, personifikasi, dan alegori

(Nurgiyantoro, 2018:218). Dengan demikian, disimpulkan bahwa permasalahan

yang diteliti hanya berupa bentuk-bentuk dan fungsi dari majas perbandingan yang

terdapat dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya.


3

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan batasan masalah, maka masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk majas perbandingan yang terdapat dalam novel Surga di

Timur karya Brillianto K. Jaya?

2. Bagaimana fungsi majas perbandingan yang terdapat dalam novel Surga di

Timur karya Brillianto K. Jaya?

1.4 Tujuan Penelitian

Dari rumusan pertanyaan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk majas perbandingan yang terdapat dalam

novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya.

2. Mendeskripsikan fungsi majas perbandingan yang terdapat dalam kumpulan

novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, baik secara teoritis maupun prakti,

sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dapat menambah

khazanah bahasa tentang pemajasasn yang terdapat dalam sebuah puisi dengan

kajian stilistika khususnya majas perbandingan yang terdapat dalam novel Surga di

Timur karya Brillianto K. Jaya.


4

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini untuk penulis yaitu menambah pengetahuan

tentang pemajasan dalam karya sastra, khususnya majas perbandingan. Selain itu

manfaat penelitian ini untuk pelajar dan mahasiswa diharapkan dapat memberi

gambaran tentang penggunaan majas perbandingan yang terdapat dalam sebuah

puisi. Serta diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap kajian stilistika,

sebagai data kepustakaan yang dapat dijadikan refrensi bagi mahasiswa dalam

mencari data dalam menyusun skripsi.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan memudahkan tahapan penyusunan

makalah. Sistem penulisan dalam penelitian ini, yaitu.

Kajian ini dimulai dengan pengenalan BAB Satu. Bab ini menjelaskan

secara rinci tentang latar belakang masalah, pengertian masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian dan manfaat, serta diakhiri dengan sistematika yang menjelaskan

urutan usulan penulisan makalah ini.

Dalam tinjauan Pustaka BAB Dua. Ada dua inti isi yang diuraikan dalam

bab ini yaitu penelitian terdahulu atau penelitian yang pernah dilakukan yang

berkaitan dengan penelitian penulis yaitu penelitian stilistika dan penelitian

metafora; beberapa teori yang mendukung penelitian.

Dilanjutkan dengan BAB Tiga, Metode Penelitian, dimana bab ini

membahas secara mendalam metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini

menyajikan metodologi penelitian, data dan sumber data.


5

Pada BAB Empat Pembahasan, yang didalamnya terdiri dari Tiga pokok

pembahasan. Tiga hal tersebut adalah; Majas Simile; Majas Metafora; dan Majas

Personifikasi yang terdapat dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya.

Dan BAB Lima Penutup. Pada bab ini terdapat simpulan serta saran dari

hasil penelitian serta daftar pustaka


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan kepustakaan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa

penelitian yang relvan dengan penelitian ini, yaitu penelitian sejenis yang

membahas tentang stilistika, majas, atau gaya bahasa di dalam karya sastra.

Penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut;

Pertama, penelitian yang dilakukan Fausen dkk (2021) dengan skripsinya

yang berjudul “Majas Perbandingan dalam Antologi Puisi Jangan Lupa Bercinta

karya Yudhistira Anm Massardi”. Penelitian tersebut dimuat di STKIP PGRI

Bangkalan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah Mencari bentuk-bentuk majas

perbandingan dalam antologi puisi.

Sumber data penelitian ini adalah puisi JanganLupa Bercinta karya

Yudhistira Anm Massardi. Dalam melaksanakan penelitiannya Fausen dkk

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lalu teknik

pengumpulan data yang dipakai adalah teknik baca dan catat. Dalam penelitian

tersebut data dianalisis dengan menekankan pada majas perbandingan yang

meliputi personifikasi dan hiperbola.

Hasil dari penelitian tersebut, Fausen dkk menemukan majas perbandingan

yang terdapat pada Antologi Puisi Jangan Lupa Bercinta karya Yudhistira Anm

Massardi. Majas perbandingan tersebut meliputi dua jenis majas yaitu personifikasi

dan hiperbola. Selain itu hasil dari penelitian tersebut, Fausen dkk juga
7

mendeskripsikan fungsi dari majas personifikasi sepeti mempercantik susunan

kalimat, membangun suasana, memberi kesan imajinatif, dan menghubungkan para

pembaca dengan benda mati. Serta fungsi dari majas hiperbola seperti memberi

kesan dramatis, menyusun kalimat dengan indah, dan memberi penekanan emosi.

Kedua, penelitian yang dilakukan Ningsih (2020) dengan skripsinya yang

berjudul “Metafora dalam Kumpulan Puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana

Rosa”. Penelitian tersebut dimuat di Eprints.binus.ac.id. Tujuan dari penelitian

tersebut adalah untuk menemukan makna metafora antropomorfik, metafora

pengabstrakan, metafora kehewanan, dan metafora sinestetik dalam kumpulan

puisi.

Sumber data penelitian ini adalah kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta karya

Helvy Tiana Rosa. Dalam melaksanakan penelitiannya Ningsih menggunakan

metode kualitatif dengan teknik penelitian analisis isi (content analysis). Dalam

penelitian tersebut data dianalisis dengan menekankan pada kajian makna

(semantik) dari sebuah metafora. Metafora yang dimaksud adalah metafora

antropomorfik, metafora pengabstrakan, metafora kehewanan, dan metafora

sinestetik.

Hasil dari penelitian tersebut, Ningsih menemukan metafora yang terdapat

dalam kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana Rosa. Metafora

tersebut meliputi empat jenis metafora yaitu metafora antropomorfik, metafora

pengabstrakan, metafora kehewanan, dan metafora sinestetik.


8

Ketiga, penelitian yang dilakukan Hasriani dkk (2019) dengan jurnalnya

yang berjudul “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kumpulan Puisi TidakAda New

York Hari Ini karya M. Aan Mansyur”. Penelitian tersebut diterbitkan di Jurnal

Bastra (Bahasa dan Sastra) volume 4, nomor 1, halaman 16-32. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan puisi.

Sumber data penelitian tersebut adalah kumpulan puisi Tidak Ada New York

Hari Ini karya M. Aan Mansyur. Dalam melaksanakan penelitiannya, Hasrani dkk

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sementara teknik

pengumpulan data yang dipakai adalah baca dan catat. Dalam penelitian tersebut

data dianalisis dengan menekankan pada gaya bahasa perbandingan yang terdapat

dalam kata, frasa, maupun kalimat dalam puisi.

Hasil penelitian tersebut Hasrani dkk menemukan gaya bahasa

perbandingan yang terdapat dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini

karya M. Aan Mansyur. Gaya bahasa perbandingan tersebut meliputi empat jenis

gaya bahasa yaitu asosiasi/perumpamaan, metafora, personifikasi, dan disfemisme.

Berdasarkan pemaparan beberapa penelitian terdahulu baik skripsi maupun

jurnal tidak ada kesamaan yang signifikan antara penelitian tersebut dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

Majas Perbandingan dalam Novel Surga Di Timur Karya Brillianto K. Jaya adalah

penelitian stilistika yang baru dan belum pernah diteliti sebelumnya.


9

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Stilistika

Penelitian ini mengunakan teori stilistika, pemajasan, bentuk majas

perbandingan, dan novel yang dijabarkan sebagai berikut:

Stilistika berkaitan erat dengan gaya bahasa, karena bidang kajian

stilistika adalah style. Style jika diIndonesiakan dapat menjadi ‘stile’ atau

‘gaya bahasa’. Hal serupa juga terjadi pada kata stilistika yang berasal dari

kata Stylistic yang dapat diartikan sebagai ‘kajian stile’ atau ‘kajian gaya

bahasa’ (Nurgiyantoro, 2018:74-75).

Pengertian lain dikemukakan oleh Wicaksono (2014:4) menurutnya

stilistika adalah ilmu yang mempelajari tentang gaya. Secara tradisional,

gaya didefinisikan sebagai cara bagaimana seorang pembicara atau penulis

mengatakan apa yang sebenarnya mereka maksud. Stilistika lebih spesifik

pada suatu karya atau jenis karya yang telah dianalisis, seperti situasi

retorika, karakter penggunaan kata atau pilihan kata, struktur kalimat,

sintaksis dan kepadatan, dan jenis gaya bahasa.

Selanjutnya, Umar Junus dalam (Pradopo, 2021:3) berpendapat

bahwa hakikat stilistika adalah penggunaan atau pemakaian bahasa dalam

karya sastra, tetapi kesadaran akan hal itu muncul dalam linguistik. Oleh

karena itu, stilistika dipahami sebagai ilmu yang terintegrasi antara

linguistik dan sastra. Akan tetapi ia juga berpendapat bahwa stilistika itu

adalah ilmu yang berdiri sendiri bukan sastra maupun linguistik.


10

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli di atas, dapat diartikan

stilistika adalah ilmu yang bidang studinya stile atau gaya bahasa. Posisi

stilistika berada pada pertengahan antara ilmu sastra dan linguistik. Akan

tetapi tidak jarang stilistika itu dianggap sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Oleh karena itu penelitian ini akan ditinjau dari segi kajian stilistika.

2.2.2 Gaya Bahasa

Berdasarkan yang telah dibahas sebelumnya bahwa stile atau gaya

bahasa merupakan fokus dari kajian stilistika, oleh karena itu penting bagi

kita mengetahui apa itu gaya bahasa. Secara etimologi, stile berasal dari

bahasa Inggris, yaitu ‘Style’ berarti ‘gaya’ atau ‘gaya bahasa’. Sedangkan

secara harfiah, stile dapat berarti teknik pemilihan ungkapan kebahasaan

yang bertujuan untuk mewakili suatu ungkapan dan untuk mencapai efek

keindahan (Nurgiyantoro, 2018).

Selanjutnya, Keraf (2019) mendefinisikan stile atau gaya bahasa

sebagai cara pengungkapan gagasan melalui media bahasa yang khas,

memperlihatkan perasaan dan kepribadian penulis. Jadi dapat disimpulkan

bahwa stile atau gaya bahasa adalah teknik atau cara pengungkapan bahasa

yang secara khusus dilakukan untuk memperindah suatu ungkapan dan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Dewasa ini analisis gaya bahasa seringkali berasal dari pembagian

Aristoteles, yang membedakan gaya bahasa menjadi dua komponen yaitu (i)

figures of thought atau disebut sebagai pemajasan dan (ii) figures of speech
11

atau disebut sebagai penyiasatan struktur. Pemajasan merupakan gaya

bahasa yang mendayakan makna penuturan lewat makna kias. Sementara

penyiasatan struktur merupakan gaya bahasa yang mendayakan struktur

sintaksis untuk memperoleh efek tertentu (Nurgiyantoro, 2018:211-212).

Dari kedua pembagian tersebut, pemajasan merupakan bentuk gaya

bahasa yang paling banyak muncul dalam karya sastra. Pemajasan memiliki

berbagai jenis yang jumlahnya terbilang banyak. Hal serupa juga terjadi

dengan penyiasatan struktur, dari segi jumlah pun penyiasatan struktur

bahkan lebih banyak dibanding pemajasan, tetapi malah pemunculannya

relatif rendah dalam karya sastra. Adapun penyiasatan struktur yang masih

sering dijumpai dalam karya sastra adalah bentuk perulangan seperti repetisi

dan bentuk pertentangan seperti hiperbola.

2.2.3 Pemajasan

Pemajasan atau majas adalah istilah lain untuk bahasa kiasan. Majas

menurut Nurgiyantoro (2018:212) dapat diartikan sebagai gaya “bermain”

dengan bias makna. Penyimpangan makna yang disengaja adalah memberi

makna pada tuturan melalui makna tidak langsung, makna tersirat, makna

literal, makna konotatif, atau makna sekunder. Parsing dimaksudkan untuk

membangkitkan makna asosiatif yang lebih luas. Selain itu, majas

digunakan untuk menciptakan suasana atau kesan tertentu, dan majas

digunakan dengan maksud untuk memperindah tuturan dalam teks sastra

atau nonsastra.
12

Ada banyak jenis retorika, dan ada juga banyak sastra dan karakter,

ada gaya struktural dan retoris. Di antara banyak bentuk kiasan, kiasan ini

umumnya muncul sebagai majas perbandingan, dan beberapa di antaranya

adalah majas pertautan. Majas yang termasuk ke dalam majas perbandingan

itu adalah simile, metafora, personifikasi, dan alegori, sedangkan majas

pertautan adalah metonimi dan sinekdoki (Nurgiyantoro, 2018:218).

Menurut Nurgiyantoro (2018:218) majas perbandingan dapat

diartikan sebagai majas yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang

lain berdasarkan kesamaan ciri antara keduanya. Kesamaan itu misalnya

berupa ciri fisik, sifat, sikap, keadaan, suasana, perilaku, dan sejenisnya.

Sementara majas pertautan adalah majas majas yang di dalamnya terdapat

unsur keterkaitan atau hubungan erat antara maksud yang sebenarnya

dengan apa yang diucapkan secara khusus oleh penutur. Artinya, makna

sebenarnya juga bukan yang disebut makna literal, melainkan makna dari

keterkaitannya (Nurgiyantoro, 2018:243).

2.2.4 Majas Perbandingan

Dalam penelitian ini teori majas perbandingan yang digunakan

adalah teori majas perbandingan yang dikutip dari Nurgiyantoro yang

mengklasifikasikan bentuk-bentuk dari majas perbandingan menjadi

beberapa kategori yaitu simile, metafora, personifikasi, dan alegori. Yaitu

sebagai berikut sebagai berikut:

1) Simile
13

Simile adalah majas yang menggunakan kata pembanding langsung

atau eksplisit untuk membandingkan hal-hal yang dibandingkan. Kata

pembandinga yang dimaksud dapat berupa seperti, bagaikan, bagai, mirip,

bak, laksana, sebagai dan masih banyak lainnya. Kata-kata yang

diperbandingkan itu tidak sama dari kualitas, karakter, sifat, atau lainnya.

karena mereka tidak sama itulah maka mereka dibandingkan untuk

membuat mereka seolah-olah sama (Nurgiyantoro, 2018:219).

2) Metafora

Metafora adalah majas yang hampir mirip dengan simile,

perbedaanya jika simile memakai kata-kata pembanding langsung atau

eksplisit sementara metafora menggunakan perbandingan yang tidak

langsung dan atau tidak eksplisit. Jadi perbandingan antara keduanya

tersirat. Perbandingannya juga mirip dengan simile, yang pertama adalah

pembandingnya dan yang kedua adalah yang bandingannya. Dengan kata

lain, hal yang dibandingkan disebut juga unsur primer dan hal yang

pembandingnya disebut unsur sekunder. Juga, dua hal yang dibandingkan

sebenarnya adalah nilai yang berbeda (Nurgiyantoro, 2018:224).

3) Personifikasi

Personifikasi adalah bentuk pemajasan yang menanamkan

karakteristik seperti manusia pada benda mati. Jadi, majas ini disebut juga

majas pengorangan, yaitu suatu hal yang bersifat dimanusiakan, sama

seperti manusia. Ciri-ciri kemanusiaan yang ditransfer ke benda atau

makhluk bukan manusia dapat berupa ciri fisik, sifat, kepribadian, perilaku
14

verbal dan nonverbal, pikiran dan pikiran, perasaan dan sensasi, sikap dan

perilaku, serta bentuk-bentuk lain yang khas pada manusia. bisa lakukan.

Benda non-manusia lainnya, termasuk makhluk tertentu, binatang dan

fakta alam lainnya tidak memilikinya (Nurgiyantoro, 2018:235).

4) Alegori.

Alegori memiliki kesamaan karakteristik dengan metafora, yaitu

adanya unsur pembanding dan yang dibandingkan. Jika metafora

pembandingnya itu dapat berada pada hal atau sesuatu yang di eksplisitkan

dalam larik-larik tertentu, dalam majas alegori perbandingan tersebut

mencangkup keseluruhan makna dalam teks yang bersangkutan. Pada

hakikatnya alegori adalah cerita kiasan yang maknaya tersembunyi pada

makna yang tersirat atau pada makna literal (Nurgiyantoro, 2018:239).

2.2.5 Novel

Menurut Abrams dalam (Al-Ma’ruf & Nugrahani, 2017:74) novel

merupakan cerita atau novel, disebut juga teks naratif. Novel adalah cerita

fiktif (fiktif), narasi yang isinya tidak menyiratkan kebenaran sejarah.

Damono mengemukakan pengertian lain dalam (Al-Ma'ruf &

Nugrahani, 2017: 76), novel adalah karya sastra bergenre fiksi, namun alur

cerita dapat menjadi pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi,

novel memiliki tugas pengalaman mendalam mendidik pembaca.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan deskriptif sebagai metode

penelitian ditambah dengan pendekatan kualitatif. Hadi dkk (2021:13) Penelitian

kualitatif tujuan mendeskripsikan data natural dari suatu fenomena melalui

deskripsi data natural dan berbagai metode natural.

Jadi penelitian ini merupakan deskriptif-kualitatif yaitu memuat data berupa

majas perbandingan dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya. Data

yang telah didapatkan secara kualitatif untuk dideskripsikan bentuk majas

perbandingan dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya.

3.2 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat yang teridentifikasi

mengandung majas perbandingan dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K.

Jaya. Sedangkan sumber penelitian berasal dari novel Surga di Timur karya

Brillianto K. Jaya (2014).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah metode

simak dan teknik mencatat. Bahasa yang digunakan penelitian ini adalah bahasa

yang digunakan dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya yang

mengandung majas perbandingan di dalamnya.

15
16

Teknik simak yang yang digunakan adalah SBLC, karena peneliti cuma

berperan untuk mengamati data, dan tidak terlibat langsung dalam proses

menghasilkan data prospektif (Sudaryanto, 2015:135).

Tahap selanjutnya dalam pengumpulan data adalah teknik mencatat. Para

peneliti mencatat kata, frase, dan kalimat yang diidentifikasi mengandung kiasan

komparatif untuk klasifikasi menurut teori interpretatif. Setelah data terkumpul,

peneliti mengambil sampel dari populasi yang ada, melakukan reduksi terhadap

data yang sama, dan dilanjutkan ke tahap analisis data.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode padan referensi.

Sudanaryanto (Sudaryanto, 2015: 13) berpendapat metode padanan sebagai cara

mengidentifikasi alat yang berada di luar, tidak dipengaruhi oleh, dan bukan bagian

dari bahasa. Dalam hukum kesepadanan denotasi, yang berfungsi sebagai alat

penilaian adalah kenyataan bahwa bahasa itu sendiri merujuk. Alasan

menggunakan metode padanan denotasi adalah karena dalam penelitian ini alat

penilaiannya berada di luar bahasa itu sendiri.

Sudaryanto (2015: 22) berpendapat bahwa satuan linguistik suatu kata

terbagi menjadi beberapa jenis, misalnya harus diketahui terlebih dahulu kata itu

merujuk atau mengacu pada apa; untuk menemukan perbedaan antara referensi

tersebut, setiap peneliti harus menggunakan Possessed kemampuan

klasifikasi mental.
17

Daya pilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk konseptual,

dan konteks dalam kata, frase, atau kalimat. Pada langkah ini, kita akan

menginterpretasikan kata, frase dan kalimat dalam novel “Surga di Timur” karya

Brillianto K. Jaya. Selain itu, bahasa kiasan komparatif yang telah ditemukan oleh

analisis teknis lanjutan akan digunakan, yaitu teknik perbandingan daya tarik

komparatif (HBS) atau teknik perbandingan pembeda (HBB) atau membandingkan

dan membandingkan pembeda, dan teknik membandingkan dan membandingkan.

menyeimbangkan hal-hal pokok (HBSP) atau kekuatan komparatif. setara dengan

benda. Ketiga teknik lanjutan ini digunakan untuk menemukan majas perbandingan

dalam bentuk simile, metafora, personifikasi, dan alegori.


BAB 1V

PEMBAHASAN

Hasi dan pembahasan penelitian terhadap majas perbandingan dalam novel

Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya ditemukan terdapat tiga jenis majas

perbandingan yaitu simile, metafora, dan personifikasi. Data tersebut akan

diuraikan menjadi tiga sub-bab sebagai berikut:

4.1 Majas Simile

Majas simile merupakan majas perbandingan yang mengunakan kata

hubung eksplitit sebagai kata pembandingya misal seperti, bak, bagai, mirip,

laksana, dll. Majas simile dalam novel Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya

dapat kita lihat dari kutipan berikut:

(Data 1)
“Memasuki rumah ini, Anda seperti diajak kembali melihat Banda
Neira di masa lalu.” (Jaya, 2014:10)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena saat anda memasuki

rumah ini diibaratkan anda diajak kembali melihat Banda Neira di masa lalu yang

ditandai dengan kata banding ekplisit seperti yang merupakan ciri dari majas simile.

(Data 2)
“Berjalan di tempat ini seperti berjalan di salah satu sudut Kebun
Raya Bogor, Jawa Barat.” (Jaya, 2014:45)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena membandingkan

berjalan di tempat ini dengan berjalan di salah satu sudut Kebun Raya Bogor, Jawa

Barat yang ditandai dengan kata banding ekplisit seperti yang merupakan ciri dari

majas simile.

18
(Data 3)
“Mbak ani seperti takut untuk masuk lebih dalam ke ruangan yang
mirip rumah angker” (Jaya, 2014:60-61)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena membandingkan

ruangan dengan rumah angker yang ditandai dengan kata banding ekplisit mirip

yang merupakan ciri dari majas simile.

(Data 4)
“Saat mengantarkan turis asing yang hendak di pulau ini, badan
Pak Edi pernah seperti ditindih oleh mahkluk halus.” (Jaya,
2014:63)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena membandingkan

keadaan badan Pak Edi dengan yang ditandai dengan kata banding ekplisit seperti

yang merupakan ciri dari majas simile.

(Data 5)
“Negeri Saleman dikelilingi bukit karst yang menjulang pipih
seperti di Kepulauan Raja Ampat” (Jaya, 2014:91)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena membandingkan

Negeri Saleman dikelilingi bukit karst yang menjulang pipih dengan Kepulauan

Raja Ampat yang ditandai dengan kata banding ekplisit seperti yang merupakan

ciri dari majas simile

(Data 6)
“Cahayanya membuat beberapa rumah yang terbuat dari kayu dan
berada di atas laut itu seperti berbentuk siluet hidup.” (Jaya,
2014:103)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena membandingkan

membuat beberapa rumah yang terbuat dari kayu dan berada di atas laut dengan

19
berbentuk siluet hidup yang ditandai dengan kata banding ekplisit seperti yang

merupakan ciri dari majas simile

(Data 7)
“Kami melanjutkan perjalanan. Deru suara mesin tempel seolah
memantul pada deretan pohon-pohon bakau yang tumbuh liar.”
(Jaya, 2014:108)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena membandingkan Deru

suara mesin tempel dengan memantul pada deretan pohon-pohon bakau yang

tumbuh liar yang ditandai dengan kata banding ekplisit seolah yang merupakan

ciri dari majas simile.

(Data 9)
“Saking jadi primadona, masyarakat setempat memperlakukan
cengkih seperti perlakuan terhadap anak sendiri.” (Jaya,
2014:135)

Data di atas merupakan bentuk majas simile, karena membandingkan

perlakuan terhadap cengkih dengan perlakuan terhadap anak sendiri yang ditandai

dengan kata banding ekplisit seperti yang merupakan ciri dari majas simile.

Berdasarkan beberapa data diatas majas simile berfungis untuk melukiskan

dan sekaligus menekankan perasaan jiwa penyair, memberi gambaran kongkret

lewat pembanding dengan hal-hal dilihat ataupun dirasakan indra lainnya yang

menjadikan tuturan lebih indah dan berkesan.

4.2 Majas Metafora

Sama halnya dengan majas simile, majas metafora juga membandingkan

satu hal dengan hal lainnya. Tetapi pada majas metafora tidak memakai kata

pembanding eksplisit. Majas metafora dalam novel Surga di Timur karya Brillianto

K. Jaya dapat kita lihat sebagai berikut:

20
(Data 1)
“kami pun kemudian duduk membentuk lingkaran” (Jaya, 2014:7)
Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bentuk dari majas metafora yang

membandingkan secara implisit antara posisi duduk dengan bentuk lingkaran. Jadi

data tersebut merupakan bentuk majas metafora.

(Data 2)
‘Selain berteduh, kami juga rehat sejenak untuk menyambung
kembali napas yang kembang kempis.” (Jaya, 2014:35)
Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bentuk dari majas metafora yang

membandingkan secara implisit antara keadaan nafas mereka dengan keadaan

kembang-kempis. Jadi data tersebut merupakan bentuk majas metafora.

(Data 2)
“Mereka terus mengikuti Pak Bahri berjalan meliak-liuk di antara
makam.” (Jaya, 2014:45)
Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bentuk dari majas metafora yang

membandingkan secara implisit antara posisi berjalan Pak Bahri seperti meliuk-

liuk. Jadi data tersebut merupakan bentuk majas metafora.

(Data 3)
“Hantaman air gelombang tersebut membuat perahu katiting yang
kami naiki jadi ajrut-ajrutan, bahkan sesekali 'terbang' Saat
perahu terbang, saya dan Sindhi berteriak, "Allahu Akbar!"”
(Jaya, 2014:46)
Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bentuk dari majas metafora yang

membandingkan secara implisit antara keadaan perahu katiting yang ajrut-ajrutan

dengan keadaan seperti terbang. Jadi data tersebut merupakan bentuk majas

metafora.

21
(Data 4)
“Sebelum sore menjelang, saya pun berburu Kakek Robo Lanua,
pria yang dituakan di Pulau Ai ini.” (Jaya, 2014:71)
Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bentuk dari majas metafora yang

membandingkan secara implisit antara aktifitas mencari kakek Robo dengan

keadaan berburu. Jadi data tersebut merupakan bentuk majas metafora.

(Data 5)
“Sesampai di Terminal Bus Masohi, kami masih harus
menggunakan kendaraan roda empat untuk mencapai Negeri
Saleman.” (Jaya, 2014:83)
Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bentuk dari majas metafora yang

membandingkan secara implisit kendaraan roda empat yang merupakan metafor

dari mobil. Jadi data tersebut merupakan bentuk majas metafora.

(Data 6)
“Matahari bertengger di atas kepala ketika kami memasuki
pelabuhan Nalahia di Saparua” (Jaya, 2014:120)
Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bentuk dari majas metafora yang

membandingkan secara implisit posisi matahari dengan bertengger. Jadi data

tersebut merupakan bentuk majas metafora.

Berdasarkan beberapa data di atas, fungsi dari majas metafora adalah untuk

memperindah dan mengkongkretkan tuturan suatu hal yang memiliki kesamaan ciri

fisik, sifat, aktifitas, maupun keadaan.

4.3 Majas Personifikasi

Majas personifikasi merupakan majas perbandingan yang meletakan sifat-

sifat atau prilaku manusia kedalam benda non-human atau benda mati. Majas ini

22
juga dapat disebut sebagai majas pengorangan. Majas personifikasi dalam novel

Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya dapat kita lihat sebagai berikut:

(Data 1)
“Pasar Sandar, itu sebutannya. Pedagang-pedang ini memang
cuma berdagang saat ada kapal yang bersandar di pelabuhan
tersebut.” (Jaya, 2014:2)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena kapal

diibaratkan seperti manusia yang sedang bersandar, hal tersebut merupakan

kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia. Mengorangkan benda mati

merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 2)
“Hanya ada lapak-lapak kosong yang dibiarkan berdiri di situ.”
(Jaya, 2014:3)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena lapak-lapak

kosong diibaratkan seperti manusia yang sedang berdiri, hal tersebut merupakan

kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia. Mengorangkan benda mati

merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 3)
“Semilir angin ditemani suara deburan air laut menyambut
kedatangan kami di Penginapan Likes.” (Jaya, 2014:4)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena semilir

angin dan suara deburan air diibaratkan seperti manusia yang sedang menyambut

kedatangan seseorang, hal tersebut merupakan kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh

manusia. Mengorangkan benda mati merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 4)
“Air lautnya yang bersih dan jernih rupanya menggoda dirinya.”
(Jaya, 2014:5)

23
Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena air laut yang

bersid dan jernih diibaratkan seperti manusia yang sedang menggoda, hal tersebut

merupakan kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia. Mengorangkan benda

mati merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 5)
“Matahari sore yang ada di atas Gunung Api menyiram kami yang
duduk di pinggir benteng.” (Jaya, 2014:7)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena Matahari

sore diibaratkan seperti manusia yang sedang menyiram tanaman, hal tersebut

merupakan kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia. Mengorangkan benda

mati merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 6)
“Sejarah telah mengajarkan pada kita semua untuk berani
berkorban untuk kepentingan negeri, bukan untuk kepentingan diri
sendiri” (Jaya, 2014:9)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena Sejarah

diibaratkan seperti manusia yang sedang mengajarkan sesuatu kepada manusia lain,

hal tersebut merupakan kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia.

Mengorangkan benda mati merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 7)
“Bahkan kabarnya di zaman Belanda, air dari sumur ini pernah
mensuplai air bersih sampai ke Batavia” (Jaya, 2014:43)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena air dari

sumur diibaratkan seperti seorang yang memberikan air kepada orang lain, hal

24
tersebut merupakan kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia. Mengorangkan

benda mati merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 8)
“Di tengah pemakaman terdapat beberapa pohon besar yang
memayungi makam-makam di bawahnya.” (Jaya, 2014:45)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena pohon-

pohon besar diibaratkan seperti manusia yang sedang memayungi makam-makam

dari panas atau pun hujan, hal tersebut merupakan kegiatan atau sifat yang dimiliki

oleh manusia. Mengorangkan benda mati merupakan ciri utama dari majas

personifikasi.

(Data 9)
“Bagea sangat cocok menjadi teman minum kopi, baik di pagi
maupun sore hari” (Jaya, 2014:43)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena Bagea

(makanan) diibaratkan seperti seorang teman minum kopi, hal tersebut merupakan

kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia. Mengorangkan benda mati

merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

(Data 10)
“Perut kami sudah mula keroncongan. Memang sudah waktunya
makan siang.” (Jaya, 2014:148)

Data di atas merupakan benduk dari majas personifikasi karena Perut

diibaratkan seperti seorang yang bermain musik keroncongan, hal tersebut

merupakan kegiatan atau sifat yang dimiliki oleh manusia. Mengorangkan benda

mati merupakan ciri utama dari majas personifikasi.

25
Berdasarkan beberapa data di atas fungsi dari majas personifikasi adalah

untuk menghidupkan penuturan dan lebih mengkongkretkan penuturan.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

(1) terdapat tiga bentuk majas perbandingan yaitu, majas simile, majas metafora,

dan majas personifikasi. Adapun fingsi dari majas perbandingan ialah (2)

memperindah tuturan, mengkongkretkan tuturan, melukiskan dan sekaligus

menekankan perasaan jiwa penyair, menghidupkan tuturan, dan memberikan

menjelaskan tuturan secara kongkret.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang talah dilakukan peneliti, maka penulis

mendorong peneliti lainnya ataupun mahasiswa untuk melakukan pengkajian

secara mendalam tentang stilistika dan novel Surga di Timur karya Brillianto K.

Jaya dengan pendekatan lainya karena penelitian ini hanyalah mengungkap sedikit

sisi dari novel tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Fausen, Ulfa, M., & Sakrim. (2021). Majas Perbandingan dalam Antologi Puisi
Jangan Lupa Bercinta Karya Yudustira Anm Massardi. http://repo.stkippgri-
bkl.ac.id/1393/

Hadi, A., Asrori, & Rusman. (2021). Penelitian Kualitatif Studi Fenomenologi,
Case Study, Grounded Theory, Etnografi, Biografi. In Banyumas : CV. Pena
Persada (1st ed.). CV. Pena Persada.

Hasriani, Sulfiah, & Brahim, I. (2019). Gaya Bahasa Perbandingan Dalam


Kumpulan Puisi Tidak Ada New York Hari Ini Karya M. AAN Mansyur. 4(1),
16–32.

Isdalisa, W. O., Balawa, L. O., & Syukur, L. O. (2020). Gaya Bahasa Perbandingan
dalam Kumpulan Puuisi Ada Apa Hari Ini, Den Sastro? Karya Supardi Djoko
Damono (Tinjauan Stilistika). BASTRA, 5(1), 88–97.

Jaya, B. K. (2014). Surga Di Timur (E. Sant & D. Rahma (eds.); 1st ed.).
SALSABILA.

Keraf, G. (2019). Diksi dan Gaya Bahasa (21st ed.). PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ningsih, R. Y. (2020). Metafora Dalam Kumpulan Puisi “Mata Ketiga Cinta”


Karya Helvy Tiana Rosa. http://eprints.binus.ac.id/36536/

Nurgiyantoro, B. (2018). Stilistika (Siti (ed.)). Gadjah Mada University Press.

Pradopo, R. D. (2021). Stilistika (D. Ratna (ed.); 1st ed.). Gadjah Mada University
Press.

Rahayu, Y. D., Suslistyowati, E. D., & Hanum, I. S. (2021). Majas dalam kumpulan
cerpen. 5(1), 152–163.

Soekarni, M., Hidayat, S., Pujiastuti, T. N., & Gismar, A. M. (2018). Metode
Penelitian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial: Bagi Peneliti Pemula (M.
Soekarni & S. Hidayat (eds.); 1st ed.). LIPI Press.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (1st ed.). Sananta
Dharma university Press.

Wicaksono, A. (2014). Catatan Ringkas Stilistika. Garudhawaca.

28

Anda mungkin juga menyukai