Karya Ilmiah
Karya Ilmiah
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dan
atas segala Rahmat-Nya, karya ilmiah dengan judul “Perbandingan Cerita Antara
Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dengan Film Laskar Pelangi Karya Riri
Riza” dapat terselesaikan.
Karya ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Karya tulis ini menganalisis tentang perbedaan dan persamaan yang
terdapat dalam suatu novel terkenal berjudul Laskar Pelangi. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dalam bentuk
yang kompleks sehingga dengan mudah diterima oleh masyarakat.
Karya ilmiah ini dapat tersusun karena mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan karya ilmiah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Sita selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,
2. Seluruh warga kelas XI IPA 4 SMA Negeri 38 Jakarta.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan penulis terima
dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini.
Mudah-mudahan karya ilmiah ini menggugah minat penulis lain untuk
meneliti, menulis, dan membahas serta mempelajari karya-karya film yang diangkat
dari novel-novel, bermanfaat, khususnya bagi para pembacanya
Penulis
-1-
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Bab I
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Bab II
Pengertian novel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Pengertian Film . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Perbedaan antara Novel dan Film Laskar Pelangi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Analisis Perbedaan antara Novel dan Film Laskar Pelangi . . . . . . . . . . . . . . 6
Analisis Persamaan antara Novel dan Film Laskar Pelangi . . . . . . . . . . . . . . .12
Bab III
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
-2-
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, banyak seniman muda yang mencurahkan ide-ide atau cerita-
ceritanya dalam bentuk karya tulis. Kegiatan tersebut merupakan suatu wujud yang
mempunyai maksud-maksud tertentu, antara lain dikarenakan untuk kegiatan mengisi
waktu luang, hobi, atau bahkan untuk mencari uang.
Banyak karya tulis yang ditampilkan dalam bentuk yang beraneka ragam,
salah satunya yaitu novel. Jenis novel bermacam-macam, diantaranya novel lama
(novel perjuangan, novel tentang seorang tokoh, novel hikayat, dan novel tentang
suatu tempat ), novel terjemahan dan novel Indonesia (novel tentang pengalaman
pribadi, novel percintaan, novel kehidupan modern, novel tentang kehidupan, bahkan
ada novel yang diangkat dari sebuah buku harian). Di Indonesia, novel merupakan
karya tulis yang digemari oleh penduduknya, sehingga mucullah istilah Teenlit dan
Best Seller. Teenlit merupakan ajang untuk memotivasi para remaja dalam novel. Tak
hanya itu, di Indonesia sudah banyak penulis yang berpengalaman. Biasanya, karya
novelnya menceritakan tentang kehidupan manusia yang sangat bermakna atau
menambah wawasan dan inspirasi bagi para pembacanya sehingga novel tersebut
sangatlah diminati.
Agar masyarakat semakin tertarik untuk menikmati cerita yang telah dikarang
penulisnya dan karena tak semua orang gemar membaca, maka hal itu merupakan
kendala yang paling mendasar bagi penulis novel dalam menyampaikan atau
mencurahkan ide atau ceritanya ke dalam bentuk novel (karya tulis), maka secara
kreatif dibuatlah film yang ceritanya diangkat dari novel-novel yang diminati
masyarakat. Salah satunya adalah ”Laskar Pelangi”. Laskar Pelangi merupakan novel
karya Andrea Hirata yang dijadikan sebuah karya film yang disutradarai oleh Riri
Riza.
Namun kenyataannya, dalam penggambaran cerita novel Laskar Pelangi
kedalam film Laskar Pelangi ditemukan banyak perbedaan. Sehingga menimbulkan
-3-
pendapat yang bermacam-macam antar para penikmat Laskar Pelangi. Ada yang
menyatakan puas, namun ada pula yang menyatakan tidak. Maka dalam karya ilmiah
ini kami akan membahas dimana letak perbedaan-perbedaan maupun persamaan-
persamaan dalam penggambaran ceritanya.
Berdasarakan latar belakang tersebut, masalah yang akan kami bahas dalam
karya ilmiah ini adalah perbandingan antara novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata dengan film Laskar Pelangi yang disutradarai oleh Riri Riza. Sehingga
perumusan masalah dalam karya ilmuah ini adalah perbandingan penggambaran cerita
antara novel Laskar Pelangi dengan film Laskar Pelangi.
1.3 Tujuan
Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode
penelitian non hipotesis yang hanya menggambarkan suatu data yang diperoleh dari
mengganalisis novel dan film. Sedangkan sumber datanya berupa novel dan film
Laskar Pelangi.
-4-
Bab II
ISI
-5-
waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tokoh
tentu ada penyebabnya,dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa
sebelumnya. Adapun pengertian penokohan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi kedua adalah penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra. Sedangkam menurut
penulis sendiri penokohan adalah pelukisan tokoh/pelaku melalui sfat-sifat dan
tingkah laku dalam cerita.
-6-
film ini berawal dari rasa kagum Mira Lesmana dan Riri Riza selaku Produser dan
Sutradara film ini terhadap buku karya Andrea Hirata yang diterbitkan pertama kali
pada tahun 2004. Mira Lesmana selaku produser mengungkapkan bahwa buku novel
Laskar Pelangi sanggup membuat kita merasa bangga jadi orang Indonesia dan
memompa semangat serta optimisme kebangasaan dengan adanya karakter anak-anak
Laskar Pelangi, Ibu Muslimah dan Bapak Harfan yang ambisius dan mempunyai cita-
cita luhur dan besar.
2.4.1. Penokohan
Sebelum penulis menganalisa perbedaan penokohan antara film dan novel Laskar
Pelangi, berikut ini akan dicantumkan daftar pemeran tokoh-tokoh dalam film Laskar
Pelangi :
Ikal : Zulfanny
Lintang : Ferdian
A Kiong : Suhendri
-7-
Borek : Febriansyah
A Ling : Levina
Contoh pertama yaitu di dalam novel Laskar Pelangi tidak terdapat tokoh Pak
Guru Bakri, sedangkan di dalam filmnya terdapat tokoh Pak Bakri yang perankan
oleh Teuku Rifnu Wikana. Di dalam film, tokoh tersebut digambarkan sebagai
seorang guru SD Muhammadiyah yang tidak ikhlas dalam mengajar. Hal itu
dilatarbelakangi oleh gajinya selama beberapa bulan yang dibayarkan, karena
pendapatan dari SD tersebut sangat minim, sehingga pada akhirnya Pak Bakri
memutuskan untuk pindah ke SD PN Timah.
Contoh selanjutnya ialah tokoh Pak Mahmud. Sebenarnya tokoh Pak Mahmud
ditemukan di novel maupun film Laskar Pelangi. Namun yang membedakan dari
tokoh tersebut adalah sifat dari tokoh tersebut antara di novel dan film Laskar Pelangi.
Jika yang di novel Laskar Pelangi, Pak Mahmud adalah tokoh antagonis karena pada
saat cerdas cermat beliau menyalahkan jawaban dari Lintang yang sebenarnya betul.
Namun walaupun begitu, tim dari Lintang tetap menjuarai cerdas cermat tersebut.
Sedangkan tokoh Pak Mahmud di dalam film Laskar Pelangi adalah tokoh
protagonis , karena membenarkan jawaban Lintang yang dianggap salah oleh juri,
sehingga sangat membantu proses kemenangan tim dari Lintang.
Penulis juga menemukan perbedaan tokoh antara novel dan film Laskar Pelangi
yaitu pada peserta lomba cerdas cermat yang mewakili SD Muhammadiyah. Di dalam
novel, tim yang mewakili SD Muhammadiyah terdiri dari : Lintang, Ikal, dan Sahara.
Sahara membantu kemenangan dari segi Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan di
-8-
dalam film, tim yang mewakili SD Muhammadiyah terdiri dari: Lintang, Ikal, dan
Mahar. Mahar membantu kemenangan dari segi Pengetahuan Lagu Nasional karena
saat ditanyakan judul lagu yang dinyanyikan oleh juri, hanya Mahar yang dapat
menjawab pertanyaan tersebut.
Perbedaan lain dari segi penokohan ialah tokoh yang mengantar kepindahan Flo
dari SD PN Timah ke SD Muhammadiyah. Jika di novel, yang mengantar Flo adalah
ayahnya langsung karena ayahnya ingin menitipkan anaknya secara langsung kepada
guru SD Muhammadiyah. Sedangkan di dalam film, yang mengantar kepindahan Flo
adalah asisten ayahnya yang sangat lucu yang kerap kali bersin setiap berbicara.
Menurut penulis, perbedaan penggambaran cerita dalam novel dan film Laskar
Pelangi cukup dominan, karena cukup banyak ditemukan perbedaannya. Maksud dari
perbedaan penggambaran cerita ialah cerita atau peristiwa-peristiwa yang terjadi
antara film dan novel Laskar Pelangi berintikan hal yang sama, namun dalam
penyampaian ceritanya, diungkapkan dalam lakon dan ekspresi diri yang berbeda.
Contoh pertama adalah ketika A Ling memberikan kado kenangan kepada Ikal.
Di dalam novel, kado tersebut berisikan sebuah buku yang berjudul “ Seandainya
Mereka Bisa Bicara” karangan Herriot. Sedangkan pada film, hadiah yang diberikan
adalah kotak yang berisi buku harian dan bunga-bunga.
Perbedaan yang ketiga adalah pada saat Flo tersesat di hutan. Pada novelnya,
digambarkan para pencari yang meminta bantuan paranormal, lalu Laskar Pelangi
juga dengan sukarela membantu. Lalu disinilah awal persahabatan Laskar Pelangi
dengan Flo. Sedangkan pada filmnya,digambarkan para pencari berteriak memanggil
nama Flo, lalu tak lama kemudian di layar, langsung nampak Flo sedang melamun
diatas pohon. Jadi pada saat pencarian, penggambaran cerita di novel, Flo lebih cepat
ditemukan dibandingkan dengan penggambaran di dalam film.
-9-
Perbedaan penggambaran cerita lainnya ialah persahabatan antara Flo dan Mahar.
Jika di buku, diceritakan panjang lebar persahabatan mereka yang membentuk
perkumpulan spiritual. Sedangkan di dalam film, tidak digambarkan dan diceritakan
bagaimana Flo dan Mahar membangun perkumpulan spiritual tersebut dan berkelana
ke tempat-tempat mistis bersama.
Contoh perbedaan penggambaran cerita yang terakhir adalah pada saat Flo dan
Laskar Pelangi menemui Tuk Bayan Tula. Jika di dalam novel perjalanan
digambarkan dengan penuh bahaya dan rintangan . Perjalanan tersebut dipimpin oleh
Flo. Sedangkan di dalam filmnya, tidak digambarkan bagaimana perjalanan mereka
berlayar menemui Tuk Bayan Tula secara menarik.
2.4.3 Setting
Contoh pertama adalah perbedaan setting waktu yang ditemukan penulis pada
pertemuan pertama antara Ikal dan A Ling. Jika di dalam novel, A Ling dan Ikal
bertemu sehabis sembahyang rebutan di Klenteng. Sedangkan pada filmnya, mereka
bertemu saat acara keluarga A Kiong. A Kiong adalah anggota Laskar Pelangi yang
merupakan sepupu dari A Ling.
Bila contoh pertama tadi adalah contoh perbedaan setting dari segi waktu,
perbedaan yang kedua adalah dari segi tempat. Di dalam novel, Flo tersesat dihutan
yang settingnya benar-benar ditonjolkan hutan yang sangat liar.Sedangkan di dalam
film, settingnya tidak digambarkan seperti hutan yang liar, melainkan campuran
antara hutan dan rawa serta danau sehingga tidak terlihat menyeramkan.
Perbedaan setting yang ketiga ialah dari segi suasana. Jika dalam novel, suasana
pada saat perjalanan berlayar menemui Tuk Bayan Tula sangat menegangkan dan
memicu adrenalin. Sedangkan suasana dalam film pada saat berlayar tidak
digambarkan secara menegangkan, jadi seperti perjalanan biasa yang tidak memicu
adrenalin.
- 10 -
Perbedaan setting yang terakhir adalah dari segi waktu,yaitu tentang lama
bersekolah di SD Muhammadiyah. Di dalam novel, Laskar Pelangi bersekolah selama
sembilan tahun , dengan kata lain masa SMP ( Sekolah Menengah Pertama) mereka
dihabiskan di situ juga. Sedangkan di dalam film, seluruh kejadian seolah-olah terjadi
ketika mereka duduk di kelas 5 SD atau saat masih SD.
Dalam anak sub bab ini, penulis akan membahas perbedaan adegan-adegan yang
merupakan buah pikir dari Andrea Hirata yang dituangkan dalam bentuk karya novel
dengan buah pikir dari Riri Riza yang disajikan dalam sebuah karya film pada cerita
Laskar Pelangi. Perbedaaan adegan yang dimaksud oleh penulis adalah cerita-cerita
atau peristiwa-peristiwa yang sama hanya pada segi tokoh-tokoh yang
memarankannya. Namun, pada segi lainnya antara lain dari segi maksud/inti cerita
dan setting/ latar serta penggambaran cerita berbeda.
Contoh yang pertama adalah ketika Lintang mendaftar ke sekolah. Adegan dalam
novel, Lintang diantar oleh orang tua. Sedangkan adegan dalam film, Lintang tidak
diantar oleh orang tuanya melainkan ia pergi sendiri ke sekolah dengan mengendarai
sepeda tua milik ayahnya.
Perbedaan adegan selanjutnya adalah ketika Pak Harfan meninggal di dalam film,
yang sebenarnya tidak ada adegan tersebut didalam novel. Hal itu hanya ada dalam
skenario film.
Contoh perbedaan adegan selanjutnya adalah saat peran tokoh Trapani, salah satu
anggota Laskar Pelangi. Di dalam novel tokoh Tripani digambarkan sebagai tokoh
yang paling tampan dan sering dibicarakan. Berbeda dengan di novel, peran tokoh
Trapani di dalam film sangat kurang.
Perbedaan adegan yang terakhir adalah adegan pada saat proses lomba cerdas
cermat dalam mengejar skor. Di dalam novel, adegan ini didominasi oleh tim SD
- 11 -
Muhammadiyah yang selalu berhasil menjawab pertanyaan terlebih dahulu dibanding
SD PN Timah sehingga skorny berbeda jauh. Sedangkan di dalam film, adegan dalam
menjawab setiap pertanyaan berlangsung secara cepat, karena terjadi persaingan yang
ketat, siapa yang menjawab pertanyaan lebih dahulu, sehingga skor hanya berbeda
tipis.
Selain dari kisahnya, persamaan juga ditemukan pada nilai – nilai yang
terkandung di dalam kedua karya tersebut khususnya nilai moral dan nilai sosial.
Untuk nilai moral, Laskar Pelangi mengajarkan kepada kita untuk berjuang demi
hidup, apalagi untuk pendidikan. Karena segala sesuatunya harus dicapai dengan
perjuangan dan niat yang kuat maka perjuangan itu pun tidak akan sia. Lalu mereka
juga mengajarkan tentang eratnya persahabatan dalam berjuang menghadapi rintangan
yang ada. Hal itu merupakan nilai sosial yang dapat ditemukan pada kedua karya
tersebut.
- 12 -
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lalu perbedaan yang kedua adalah dari segi penggambaran cerita yang terlihat
perbedaan sangat dominan. Sebenarnya inti yang diceritakan sama antara novel dan
filmnya, yang membedakan ialah penyajian atau penyampaian dalam bentuk drama.
Untuk perbedaan ketiga, penulis menemukan perbedaan dari segi setting atau
latar yang terdiri atas latar tempat, waktu dan suasana. Dan yang terakhir adalah pada
segi adegan dalam cerita. Penulis menemukan perbedaan adegan dalam cerita yaitu,
adanya babak antara film dan novel yang tokohnya sama, tapi tidak pada unsur-unsur
lainnya seperti cerita dan latar.
Dan yang terakhir, kedua karya tersebut mengandung amanat dan nilai-nilai
yang sangat baik untuk kita pelajari dan kita terapkan pada kehidupan sehari-hari,
yaitu mengenai perjuangan dalam menghadapi kerasnya hidup.
- 13 -
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan untuk para pembaca adalah diharapkan para pembaca
novel ini dapat lebih mengenal dan mengetahui akan perbedaan penggambaran cerita
penokohan yang ada dalam novel ini. Lalu hendaknya pembaca mengambil hikmah
dan nilai-niai yang terkandung melalui kedua karya tersebut sebagai salah satu
pelajaran dalam hidup untuk memotivasi pemuda Indonesia berubah lebih baik demi
kemajuan bangsa. Dan hendaknya kita semua dapat meneladani sifat-sifat dari tokoh
utama dalam kehidupannya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
- 14 -
Daftar Pustaka
Sumardjo, Jakob. 1981. Segi Sosiologis Novel Indonesia. Jakarta: Pustaka Prima
Moeliono, Anton M. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka
Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Pustaka
Sayuti, Prof. Dr. Suminto. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama
Media
Ismail, H. Usmar. 1986. Mengupas Film. Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga
- 15 -