Anda di halaman 1dari 13

Nama : Arifnofian Rohman

Nim : 20052004

Mata Kuliah : Kebijakan Pendidikan

Dosen Pembina : Dr.Suryanef, M.si

RESUME

STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DALAM


BIDANG MANAJEMEN PENDIDIKAN DI KABUPATEN MAJALENGKA

Pengembangan model strategi kebijakan umum manajemen pendidikan di daerah


Kabupaten Majalengka merupakan konstruksi dari suatu konsep yang digunakan sebagai
pendekatan untuk memahami suatu realitas. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan di
daerah memerlukan dukungan pemerintah pusat sebagai pemegang otoritas konstitusional
otonomi di Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dalam pelaksanaannya senantiasa
memegang prinsip konsistensi dalam penetapan kebijakaN yang sejalan dengan maksud
pemberian otonomi manajemen pendidikan di daerah serta mempertimbangkan kekhasan dan
keanekaragaman potensi daerah dan aspirasi masyarakat daerah.

Secara teoritis, substansi pembangunan pendidikan di Kabupaten Majalengka akan


berkenaan dengan tugas-tugas pengelolaan dalam bidang: pengembangan dan implementasi
kurikulum;pengelolaan peserta didik; pengelolaan ketenagaan; pengelolaan tanah,
bangunan/gedung/sarana/ prasarana dan fasilitas serta sumber belajar; pengelolaan anggaran
dan pembiayaan pendidikan; pengelolaan kerjasama kelembagaan pendidikan dengan
masyarakat; pengelolaan bidangbidang khusus lainnya yang sesuai dengan jenis dan
karakteristik kelembagaan pendidikan. Namun demikian, setelah ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, terdapat kejelasan
substansi atau bidang garapan dalam manajemen pendidikan dalam konteks implementasi
kebijakan otonomi daerah yaitu berkenaan dengan aspek: kebijakan, pembiayaan, kurikulum,
sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, dan pengendalian mutu pendidikan.

Berdasarkan substansi tersebut, mak Kabupaten Majalengka akan berkenaan dengan


serangkaian prosedur manajemen berkaitan dengan ke enam bidang garapan tersebut, sesuai
dengan batas-batas kewenangan yang menjadi tanggungjawabnya. Batas-batas kewenangan
tersebut antara: Pertama, bidang kebijakan. Kedua, dalam aspek pembiayaan. Kewenangan
Pemda Kabupaten Majalengka berkenaan dengan: Penyediaan bantuan biaya penyelenggaraan
PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan nonformal sesuai
kewenangannya; Pembiayaan penjaminan mutu satuan pendidikan sesuai kewenangannya.
Ketiga, dalam aspek kurikulum. Kewenangan Pemda Kabupaten Majalengka berkenaan
dengan: Pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan prasarana PAUD,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal; Pengawasan
pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan; Pengawasan penggunaan buku
pelajaran PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal. Kelima,
dalam aspek pendidik dan tenaga kependidikan. Kewenangan Pemda Kabupaten Majalengka
berkenaan dengan: Perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan nonformal sesuai kewenangannya;
Pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk PAUD,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan nonformal sesuai kewenangannya;
Pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNSdi kabupaten; Peningkatan kesejahteraan,
penghargaan, dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan nonformal; Pembinaan dan pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
nonformal; Pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan PNS pada PAUD, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal selain karena alasan pelanggaran
peraturan perundang-undangan.

Masalah pelaksanaan otonomi penyelenggaraan pendidikan di daerah sebetulnya


merupakan realitas sosial yang bersifat kontekstual. Dengan demikian, pendekatan penelitian
yang paling dianggap cocok digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif.

Oleh karena tujuan penelitian bukan hanya sekedar mendeskripsikan realitas sosial,
tetapi perlu analisis-analisis yang bersifat prediktif, maka metode yang paling dianggap sesuai
dengan konteks masalah yang diteliti, digunakan metode penelitian analisis kebijakan atau
metode post policy analysis

Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan di daerah secara umum memerlukan


dukungan satuan kerja pemerintah daerah yang memberikan keleluasaan kepada pengelola
pendidikan di daerah sebagai pemegang otoritas konstitusional otonomi manajemen
pendidikan, yang dalam pelaksanaannya berprinsip konsistensi dalam penetapan kebijakan
yang sejalan dengan maksud pemberian otonomi manajemen pendidikan di daerah serta
mempertimbangkan kekhasan dan keanekaragaman potensi daerah dan aspirasi masyarakat
daerah.

Efektivitasnya perlu didukung adanya Grand Design tentang sistem pengembangan


tenaga kependidikan, sistem perencanaan pendidikan, sistem pengawasan, evaluasi, pelaporan
dan pertanggungjawaban, sistem pembiayaan pendidikan, sistem pendayagunaan sarana dan
aset pendidikan, sistem informasi kependidikan dan tata hubungan antara kelembagaan satuan
pendidikan dengan stakeholders pendidikan, yang dapat dijadikan rujukan bagi kebijakan
operasional yang menyertai.
LAMPIRAN p-ISSN 2615-4625

Jurnal Elementaria Edukasia e-ISSN 2655-0857


Volume 3 No 1 Tahun 2020

STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DALAM


BIDANG MANAJEMEN PENDIDIKAN DI KABUPATEN MAJALENGKA

Toto Sumianto
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Majalengka
Email: totosumianto@gmail.com

ABSTRACT

The main problem examined in this study is focused on analyzing the


implementation of policies on the implementation of the elements of regional autonomy
in the field of education management in the district, with the aim offormulating policy
implementation strategy points as an alternative model of regional autonomy policy in
the field of education implementation at the district level. By using a qualitative post-
policy analysis approach and method on the basic elements of the implementation of
education management autonomy in the case in Majalengka District, it can be
concluded that the implementation of education management autonomy in the regions
generally requires the support of government policies (both central, provincial, district)
as the holder of the constitutional authority ofgovernment autonomy, which in its
implementation always holds the principle of consistency in policymaking that is in line
with the purpose of granting autonomy in the management of education in the region,
as well as taking into account the uniqueness and diversity of the regional potential and
the aspirations of the regional community.

Keyword: Policy, Regional autonomy, Management of education.

ABSTRAK
Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan pada analisis
implementasi kebijakan tentang pelaksanaan elemen-elemen otonomi daerah
dalam bidang manajemen pendidikan di daerah kabupaten, dengan tujuan
dapat merumuskan butir-butir strategi implementasi kebijakan sebagai
alternatif model kebijakan otonomi daerah dalam bidang penyelenggaraan
pendidikan pada tingkat kabupaten. Dengan menggunakan pendekatan dan
metode qualitative-post policy analysis terhadap elemen-elemen dasar
pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan pada kasus di Kabupaten
Majalengka, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan otonomi manajemen
pendidikan di daerah secara umum memerlukan dukungan kebijakan
pemerintah (baik pusat, provinsi, kabupaten) sebagai pemegang otoritas
konstitusional otonomi pemerintahan, yang dalam pelaksanaannya senantiasa
memegang prinsip konsistensi dalam penetapan kebijakan yang sejalan
dengan maksud pemberian otonomi manajemen pendidikan didaerah, serta
mempertimbangkan kekhasan dan keanekaragaman potensi daerah dan
aspirasi masyarakat daerah.

Kata kunci: Kebijakan, Otonomi daerah, Manajemen pendidikan.


Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
PENDAHULUAN yang sejalan dengan maksud pemberian
Pengembangan model strategi otonomi manajemen pendidikan di
kebijakan umum manajemen pendidikan daerah serta mempertimbangkan
di daerah Kabupaten Majalengka kekhasan dan keanekaragaman potensi
merupakan konstruksi dari suatu konsep daerah dan aspirasi masyarakat daerah.
yang digunakan sebagai pendekatan
untuk memahami suatu realitas. Untuk menyusun agenda
Pengembangan model akan pembangunan pendidikan yang
memudahkan untuk melakukan dituangkan dalam prioritas program
berbagai terobosan-terobosan dalam diperlukan kesepahaman tentang
penuangan gagasan, karena penyusunan substansi, proses dan konteks
model di sini memerlukan kriteria yang kelembagaan pendidikan yang menjadi
dapat mengungkapkan adanya kewenangan pemerintah daerah untuk
gambaran fungsi-fungsi, tujuan atau mengurusnya.
proses, orientasi tingkah laku, dan Secara teoritis, substansi
adanya tindakan nyata yang berorientasi pembangunan pendidikan di Kabupaten
pada pengawasan terhadap fungsi- Majalengka akan berkenaan dengan
fungsi dalam pelaksanaan model yang tugas-tugas pengelolaan dalam bidang:
efektif. (1) pengembangan dan implementasi
Implementasi kebijakan tentang kurikulum; (2) pengelolaan peserta didik;
otonomi manajemen pendidikan daerah, (3) pengelolaan ketenagaan; (4)
pada dasarnya tidak hanya berkaitan pengelolaan tanah,
dengan mekanisme menterjemahkan bangunan/gedung/sarana/ prasarana
tujuan kebijakan dalam bentuk prosedur dan fasilitas serta sumber belajar; (5)
rutin dan teknis, melainkan melibatkan pengelolaan anggaran dan pembiayaan
berbagai faktor atau elemen manajemen pendidikan; (6) pengelolaan kerjasama
pendidikan yang menopang efektivitas kelembagaan pendidikan dengan
penyelenggaraan otonomi manajemen masyarakat; (7) pengelolaan bidang-
pendidikan di daerah yang diberikan bidang khusus lainnya yang sesuai
pemerintah pusat. Bidang garapan dengan jenis dan karakteristik
manajemen pendidikan yang dijadikan kelembagaan pendidikan.
penopang tersebut meliputi Namun demikian, setelah
pengembangan kurikulum, ditetapkannya Peraturan Pemerintah
pendayagunaan tenaga kependidikan, No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian
sumber daya keuangan daerah dalam Urusan Pemerintahan Antara
membiayai pendidikan, pendayagunaan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
asset-asset pemerintahan daerah, dan dan Pemerintah Daerah
peningkatan partisipasi masyarakat Kabupaten/Kota, terdapat kejelasan
dalam pendidikan. substansi atau bidang garapan dalam
Pelaksanaan otonomi manajemen manajemen pendidikan dalam konteks
pendidikan di daerah memerlukan implementasi kebijakan otonomi daerah
dukungan pemerintah pusat sebagai yaitu berkenaan dengan aspek: (1)
pemegang otoritas konstitusional kebijakan, (2) pembiayaan, (3)
otonomi di Negara Kesatuan Republik kurikulum, (4) sarana dan prasarana, (5)
Indonesia, yang dalam pelaksanaannya pendidik dan tenaga kependidikan, dan
senantiasa memegang prinsip (6) pengendalian mutu pendidikan.
konsistensi dalam penetapan kebijakan Berdasarkan substansi tersebut, maka
proses nanajemen pendidikan di
2 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di
Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
Kabupaten Majalengka akan berkenaan Kedua, dalam aspek pembiayaan.
dengan serangkaian prosedur Kewenangan Pemda Kabupaten
manajemen berkaitan dengan ke enam Majalengka berkenaan dengan: (1)
bidang garapan tersebut, sesuai dengan Penyediaan bantuan biaya
batas-batas kewenangan yang menjadi penyelenggaraan PAUD, pendidikan
tanggungjawabnya. Batas-batas dasar, pendidikan menengah dan
kewenangan tersebut antara: pendidikan nonformal sesuai
Pertama, bidang kebijakan. kewenangannya; (2) Pembiayaan
Kewenangan Pemda Kabupaten penjaminan mutu satuan pendidikan
Majalengka berkenaan dengan: (1) sesuai kewenangannya.
Penetapan kebijakan operasional Ketiga, dalam aspek kurikulum.
pendidikan di kabupaten sesuai dengan Kewenangan Pemda Kabupaten
kebijakan nasional dan provinsi; (2) majalengka berkenaan dengan: (1)
Perencanaan operasional program Koordinasi dan supervisi pengembangan
PAUD, pendidikan dasar, pendidikan KTSP pada pendidikan dasar; (2)
menengah dan pendidikan nonformal Sosialisasi kerangka dasar dan struktur
sesuai dengan perencanaan strategis kurikulum PAUD, pendidikan dasar, dan
tingkat provinsi dan nasional; (3) pendidikan menengah; (3) Sosialisasi dan
Sosialisasi dan pelaksanaan standar implementasi standar isi dan standar
nasional pendidikan di tingkat kompetensi lulusan pendidikan dasar;
kabupaten; (4) Pengelolaan dan (4) Sosialisasi dan fasilitasi implementasi
penyelenggaraan PAUD, pendidikan KTSP pada PAUD dan pendidikan dasar;
dasar, pendidikan menengah dan (5) Pengawasan pelaksanaan KTSP pada
pendidikan nonformal; (5) pPemberian pendidikan dasar.
ijin pendirian serta pencabutan ijin
satuan pendidikan dasar, satuan Keempat, dalam aspek sarana dan
pendidikan menengah dan prasarana. Kewenangan Pemda
satuan/penyelenggara pendidikan Kabupaten Majalengka berkenaan
nonformal; (6) Penyelenggaraan dan atau dengan: (1) Pengawasan terhadap
pengelolaan satuan pendidikan sekolah pemenuhan standar nasional sarana dan
dasar bertaraf internasional; (7) prasarana PAUD, pendidikan dasar,
Pemberin ijin pendirian serta pencabutan pendidikan menengah, dan pendidikan
ijin satuan pendidikan dasar dan satuan nonformal; (2) Pengawasan
pendidikan menengah berbasis pendayagunaan bantuan sarana dan
keunggulan lokal; (8) Penyelenggaraan prasarana pendidikan; (3) Pengawasan
dan atau pengelolaan pendidikan penggunaan buku pelajaran PAUD,
berbasis keunggulan lokal pada pendidikan dasar, pendidikan
pendidikan dasar dan menengah; (9) menengah, dan pendidikan nonformal.
Pemberian dukungan sumber daya Kelima, dalam aspek pendidik dan
terhadap penyelenggaraan perguruan tenaga kependidikan. Kewenangan
tinggi; (10) Pemantauan dan evaluasi Pemda Kabupaten Majalengka
satuan pendidikan sekolah dasar bertaraf berkenaan dengan: (1) Perencanaan
internasional; (11) Peremajaan data kebutuhan pendidik dan tenaga
dalam sistem informasi manajemen kependidikan PAUD, pendidikan dasar,
pendidikan nasional untuk tingkat pendidikan menengah dan pendidikan
kabupaten. nonformal sesuai kewenangannya; (2)
Pengangkatan dan penempatan pendidik
dan tenaga kependidikan PNS untuk

3 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
PAUD, pendidikan dasar, pendidikan emmenuhi standar internasional; (9)
menengah dan pendidikan nonformal Supervisi dan fasilitasi satuan pendidikan
sesuai kewenangannya; (3) Pemindahan berbasis keunggulan lokal dalam
pendidik dan tenaga kependidikanPNSdi penjaminan mutu; (10) Evaluasi
kabupaten; (4) Peningkatan pelaksanaan dan dampak penjaminan
kesejahteraan, penghargaan, dan mutu satuan pendidikan skala kabupaten.
perlindungan pendidik dan tenaga
kependidikan PAUD, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan METODE PENELITIAN
nonformal; (5) Pembinaan dan Masalah pelaksanaan otonomi
pengembangan pendidik dan tenaga penyelenggaraan pendidikan di daerah
kependidikan PAUD, pendidikan dasar, sebetulnya merupakan realitas sosial
pendidikan menengah dan pendidikan yang bersifat kontekstual. Karena itu,
nonformal; (6) Pemberhentian pendidik tujuan utama penelitian ini bukanlah
dan tenaga kependidikan PNS pada untuk menguji suatu hipotesis, namun
PAUD, pendidikan dasar, pendidikan ditujukan untuk mendeskripsikan objek
menengah, dan pendidikan nonformal yang diteliti melalui proses
selain karena alasan pelanggaran pengeksplorasian fakta dan data
peraturan perundang-undangan. lapangan sebagaimana adanya. Dengan
demikian, pendekatan penelitian yang
Keenam, dalam aspek peningkatan paling dianggap cocok digunakan adalah
mutu pendidikan. Kewenangan Pemda pendekatan penelitian kualitatif
Kabupaten Majalengka berkenaan (Nasution, 1988).
dengan: (1) Membantu pelaksanaan ujian
nasional pendidikan dasar, pendidikan Namun demikian, untuk mendalami
menengah dan pendidikan nonformal; setiap permasalahan yang diteliti
(2) Koordinasi, fasilitasi, monitoring dan sehingga pemecahannya sesuai dengan
evaluasi pelaksanaan ujian sekolah skala kaidah-kaidah keilmuan dan akhirnya
kabupaten; (3) Penyediaan biaya dapat memberikan sumbangan yang
penyelenggaraan ujian sekolah skala berarti bagi maksud dan tujuan
kabupaten; (4) Pelaksanaan evaluasi penelitian, diperlukan kajian secara
pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis mendalam sesuai dengan karakteristik
pendidikan pada PAUD, pendidikan permasalahan yang diteliti. Oleh karena
dasar, pendidikan menengah dan tujuan penelitian bukan hanya sekedar
pendidikan nonformal skala kabupaten; mendeskripsikan realitas sosial, tetapi
(5) Pelaksanaan evaluasi pencapaian perlu analisis-analisis yang bersifat
standar nasional pendidikan pada prediktif, maka metode yang paling
PAUD, pendidikan dasar, pendidikan dianggap sesuai dengan konteks masalah
menengah dan pendidikan nonformal yang diteliti, digunakan metode
skala kabupaten; (6) Membantu penelitian analisis kebijakan atau metode
pemerintah dalam akreditasi pendidikan post policy analysis (McMillan &
nonformal; (7) Supervisi dan fasilitasi Schumacher, 2001:526-581).
satuan PAUD, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan PEMBAHASAN
nonformal dalam penjaminan mutu Masalah yang perlu dibenahi
untuk memenuhi standar nasional dalam strategi implementasi kebijakan
pendidikan; (8) Supervisi dan fasilitasi otonomi daerah bidang manajemen
satuan pendidikan bertaraf internasional
dalam penjaminan mutu untuk

4 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
pendidikan di kabupaten Majalengka pelaksanaan analisis kebutuhan
meliputi : organsasi yang obyektif serta
1. Bidang pengembangan kurikulum mempertimbangkan kebutuhan
yang perlu dibenahi, berkenaan kecepatan pelayanan umum untuk
dengan: kepentingan penyelenggaraan
a. Belum adanya kejelasan tentang pendidikan;
pedoman implementasi KTSP c. Sistem karier yang sejak dini
yang sesuai dengan karakteristik belum mampu melahirkan proses
potensi wilayah Kabupaten pengangkatan PNS yang
Majalengka dan karakteristik akuntabel, pengangkatan dalam
kelembagaan satuan pendidikan. jabatan yang berbasis komptensi,
b. Muatan-muatan kurikulum pada ditunjang oleh kejelasan sistem
setiap jenjang satuan pendidikan penilaian kinerja yang langsung
masih bersifat umum, belum berimplikasi kepada peningkatan
dikembangkan ke arah muatan kesejahteraannya. Sehingga,
kurikulum berbasis pada potensi netralitas PNS, belum dijadikan
unggulan pada setiap wilayahyang acuan dalam meningkatkan
berpotensi pula untuk dijadikan pelayanan kepada masyarakat
unggulan-unggulan bertaraf tanpa digerogoti oleh semangat
regional, nasional dan sempit kedaerahan atau
internasional. kepentingan politik jangka pendek
2. Bidang ketenagaan pendidikan, tertentu.
masalah yang perlu dibenahi 3. Bidang pembiayaan pendidikan,
berkenaan dengan: masalah yang perlu dibenahi
a. Ketenagaan pada kelembagaan berkenaan dengan:
daerah belum didasakan pada a. Belum jelasnya sumber-sumber
pertimbangan yang utuh terhadap keuangan yang memadai untuk
kebutuhan masyarakat daerah membiayai urusan
dengan menggunakan sumber penyelenggaraan pendidikan yang
daya yang efisien dan diserahkan pusat, dimana dalam
memperhatikan kemudahan pengembangannya tetap
dalam memberikan memperhatikan pendapatan
akuntabilitasnya. Selain itu, daerah yang tidak mendistortif
derasnya dinamika sosial yang ada kapasitas perekonomian daerah
maka kelembagaan tetap memiliki dan menghindarkan dari perilaku
fleksibilitas untuk senantiasa ekonomi biaya tinggi.
mengikuti perubahan kebutuhan b. Pendayagunaan sistem keuangan
masyarakat terhadap otonominya. daerah belum dilandasi olehsistem
b. Kelembagaan pengelola akuntansi keuangan yang makin
pendidikan di daerah belum transparan, akuntabel, partisipatif
mampu memberikan batasan dan dan efisien. Kapasitas keuangan
netralitas hubungan antara daerah belum
kepentingan penempatan jabatan sepenuhnya berorientasi pada
politis dan jabatan karier, karena target pelayanan dalam
belum adanya pedoman yang penyelenggaraan pendidikan yang
tegas tentang penyusunan seimbang antara biaya tetap
organisasi perangkat daerah, pemerintahan (rutin) dengan
kebutuhan operasional

5 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
pelayanannya, karena belum daerah belum aktif dalam
adanya standarisasi pembiayaan memberikan fasilitasi terhadap
untuk setiap satuan pengembangan kelembagaan
penyelenggaraan pendidikan. satuan pendidikan dan organisasi
Sehingga anggaran pendidikan yang ada di masyarakat lainnya.
yang ditetapkan pemerintah b. Belum adanya pola hubungan
daerah belum berpihak kepada antara pemerintah dengan
kebutuhan langsung satuan stakeholders pendidikan dalam
pendidikan peningkatan partisipasi
4. Bidang sarana dan prasarana masyarakat terhadap
pendidikan, masalah yang perlu penyelenggaraan pendidikan,
dibenahi berkenaan dengan: sehingga dalam upaya
a. Kebijakan pengelolaan aset-aset meningkatkan partisipasi
pendidikan di daerah belum masyarakat belum dikembangkan
dikembangkan dalam tatanan ke arah tersedianya sistem
sistem pengelolaan dan pelayanan kependidikan yang
pendayagunaan asset yang menerapkan pelayananan terpadu
terintegrasi dengan sistem yang sesungguhnya (one stop
akuntansi keuangan daerah; services), seperti halnya
b. Belum dapat mengembangkanpola pengembangan model-model
kemitraan dalam penyediaan pelayanan pendidikan satu atap,
kebutuhan asset daerah terutama dan kebijakan alokasi anggaran
prasarana pendidikan yang pendidikan yang terus mengikuti
bersifat mobilisasi; kebutuhan penciptaan pelayanan
c. Ketersediaan data yang belum yang makin prima.
akurat, terpelihara, sehingga Berpedoman pada gamabaran
aktualitasnya belum dapat tersebut maka dalam aspek
mewujudkan sistem analisis pengembangan strategi kebijakan yang
kebutuhan barang daerah yang dapat dijadikan rujukan dalam
efisien dan mendukung penyelenggaraan pendidikan di daerah
kepentingan pelayanan meliputi :
pendidikan. A. Pengembangan Strategi Kebijakan
5. Bidang partisipasi masyarakat, 1. Strategi pengembangan kurikulum
masalah yang perlu dibenahi yang dapat dikembangkan ialah
berkenaan dengan: upaya berupa penetapan Perda
a. Belum adanya pola hubungan urusan implementasi dan
kepemerintahan di antara penyelenggaraan evaluasi
organisasi pengelola pendidikan kurikulum sebagai tindak lanjut
dengan stakeholders pendidikan, peraturan pemerintah tentang
sehingga hubungan pembagian urusan pemerintahan,
kepemerintahan yang dicapai penyiapan peraturan kepala daerah
belum dapat mewujudkan sistem untuk pedoman operasionalnya di
check and ballances dalam sistem daerah, penyiapan fasilitasi dan
tata hubungan dengan pembinaan dalam pelaksanaan
masyarakat, yang bisa dijadikan urusan oleh seluruh satuan
rujukan komunikasi politik antara pendidikan di kabupaten termasuk
pemerintah daerah dengan untuk Dinas Pendidikan.
masyarakat. Peran pemerintah

6 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
2. Strategi pengembangan ketenagaan pendayagunaan sarana dan barang-
kependidikan ialah pengembangan barang pendidikan yang makin
regulasi tentang sistem karier yang sinergi dengan sistem akuntasi dan
utuh, sejak pengangkatan, informasi keuangan daerah,
penempatan dalam jabatan, pengembangan mental kepemilikan
pembinaan karier, pemberian asset demi negara di kalangan
kesejahteraan hingga aparatur, sistem pelaporan yang
pemensiunannya. Selain itu berkesinambungan terhadap para
pengkajian terhadap besaran ideal pengguna asset negara yang bisa
kepegawaian daerah, baik dalam diakses masyarakat, serta penajaman
jabatan struktural maupun dalam penyusunan rencana kebutuhan
jabatan fungsional masih harus terus barang unit dan rencana kebutuhan
dilakukan dan pengembangan tahunan daerah, yang sinergi
potensi tenaga kependidikan yang dengan dokumen perencanaan
memanfaatkan kerjasama tahunan (RKPD), RPJM dan RPJP di
manajemen pengembangan pegawai daerah.
yang melibatkan unsur pofesional di 5. Strategi yang bisa dikembangkan
luar pemerintahan. Hal lainnya, yang dalam peningkatan partisipasi
harus dipertajam berkaitan dengan masyarakat dalam pendidikan ialah:
pembinaan dan pengawasan Pertama, penyusunan dan
pendayagunaan manajemen penetapan Perda pembentukan
kepegawaian daerah oleh kelembagaan daerah yang dapat
kabupaten, sebagai sarana untuk membedakan tugas pokok dan
membangun kepegawaian terpadu fungsi dinas, badan dan lembaga
sebagai aset NKRI. (DIBALE), penyusunan tata
3. Strategi pembiayaan pendidikan hubungan kelembagaan daerah,
yang dapat dikembangkan ialah penyusunan pedoman evaluasi
penembangan peraturan-peraturan kinerja kelembagaan pada setiap
daerah (Perda) tentang standarisasi unit organisasi pemerintahan
anggaran untuk setiap kelembagaan termasuk organisasi satuan
satuan pendidikan, pengelolaan dan pendidikan; Kedua,
pertanggungjawabannya, perda mengembangkan model komunikasi
pengawasan dan pelaporan pemerintahan antara DPRD,
keuangan daerah, perda standar pemerintah daerah serta masyarakat
pelayanan minimal untuk sipil daerah dan kelompok
memperkuat akurasi penggunaan masyarakat lainnya, yang
APBD untuk sektor pendidikan; berbasiskan etika kenegaraan serta
Menyiapkan sistem informasi menghormati keanekaragaman
keuangan daerah, penerapan dalam kesatuan dan kearipan
undang-undang keuangan daerah budaya lokal; Ketiga, membangun
dan pembendaharaan daerah yang sistem informasi pelayanan
sinergi dengan sistem pereneanaan pendidikan berbasis teknologi
pembangunan pendidikan di informasi yang makin didekatkan ke
daerah. pusat-pusat komunitas masyarakat,
4. Strategi pengelolaan sarana dan sehingga mendorong berbagai
prasarana pendidikan yang patut bentuk partisipasi masyarakat.
dikembangkan yaitu pemantapan B. Pengembangan Model Strategi
sistem teknologi pencatatan dan Implementasi Kebijakan

7 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
PP No.38 tahun 2007 telah dan model-model program
ditetapkan untuk menjadi dasar dalam implementasi, sesuai dengan tugas dan
implementasi otonomi daerah dalam kewenangan dalam pendidikan yang
bidang manajemen pendidikan di diberikan pemerintah pusat kepada
daerah. Dalam rangka pelaksanaan asas pemerintah kabupaten.
desentralisasi dibentuk dan disusun
daerah kabupaten yang berwenang SIMPULAN
mengatur dan mengurus kepentingan Pelaksanaan otonomi manajemen
masyarakat setempat menurut pendidikan di daerah secara umum
kebutuhan, kemampuan dan tingkat memerlukan dukungan satuan kerja
perkembangan sendiri. pemerintah daerah (SKPD) yang
Pembaharuan sistem manajemen memberikan keleluasaan kepada
dalam pemerintah tersebut mempunyai pengelola pendidikan di daerah sebagai
implikasi langsung terhadap sistem pemegang otoritas konstitusional
pendidikan di daerah, terutama yang otonomi manajemen pendidikan, yang
berkaitan dengan masalah substansi, dalam pelaksanaannya berprinsip
proses dan konteks manajemen konsistensi dalam penetapan kebijakan
penyelenggaraan elemen-elemen yang sejalan dengan maksud pemberian
penopang pelaksanaan pendidikan di otonomi manajemen pendidikan di
daerah. Namun, penyelenggaraan sistem daerah serta mempertimbangkan
pemerintahan untuk masa-masa kekhasan dan keanekaragaman potensi
mendatang, masih dihadapkan pada daerah dan aspirasi masyarakat daerah.
sejumlah tantangan dalam penerapan Efektivitasnya perlu didukung adanya
desentralisasi manajemen pembangunan Grand Design tentang sistem
di daerah. pengembangan tenaga kependidikan,
Seperti tingkat perkembangan sistem perencanaan pendidikan, sistem
ekonomi dan sosial budaya setiap pengawasan, evaluasi, pelaporan dan
daerah, kualitas SDM yang diperlukan pertanggungjawaban, sistem
oleh daerah, perkembangan ilmu dan pembiayaan pendidikan, sistem
teknologi, dan tingkat perkembangan pendayagunaan sarana dan aset
lembaga-lembaga pelayanan masyarakat pendidikan, sistem informasi
di setiap daerah. Ini semua kependidikan dan tata hubungan antara
mengisyaratkan perlunya pemikiran dan kelembagaan satuan pendidikan dengan
kajian yang lebih matang dalam stakeholders pendidikan, yang dapat
menyiapkan situasi lokal atau dijadikan rujukan bagi kebijakan
kelembagaan pemerintahan, agar operasional yang menyertainya.
desentralisasi dalam manajemen Perlunya grand design ini berkaitan
penyelenggaraan sistem pendidikan dengan kejelasan tujuan dan sasaranyang
dapat dilaksanakan dengan baik. dituju asumsi-asumsi strategis serta
Strategi sebagaimana implementasi yang terencana,
dikemukakan di atas, maka untuk terorganisir dan terkendali.
mengembangkan strategi implementasi
otonomi manajemen pendidikan di
lingkungan Pemda Kabupaten DAFTAR PUSTAKA
Majalengka seyogyanya mempunyai Abdul Wahab, Solichin, (1990),
grand disign untuk implementasi kelima Pengantar Analisis
aspek tersebut. Grand design tersebut Kebi¬jaksanaan Negara, Jakarta:
harus mencakup standarisasi, spesifikasi Rineka Cipta.

8 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
Akdon, (2004), “Estimasi Kinerja Universitas Pendidikan
Manajemen Melalui Kompetensi Indonesia.
Organisasi dalam Implementasi ---------, (2006), Otonomi dan
Desentralisasi Pendidikan”, Desentralisasi Pembangunan
Disertasi, Bandung: PPS UPI. Pendidikan, Bandung:
Atmosudirdjo, Prajudi, (1983), Laboratorium Administrasi
Administrasi dan Manajemen Pendidikan Universitas
Umum, Jakarta: Ghalia Indonesia. Pendidikan Indonesia.
Beeby, C.E., (1981), Pendidikan di Makmun, Abin Syamsuddin, (1996),
Indonesia, Jakarta: LP3ES. Pengembangan Profesi dan
Bryant, Carolie dan Louise G. White,, KinerjaTenaga Kependidikan,
(1987), Manajemen Pembangunan Bandung: PPs UPI.
untuk Negara Berkembang, --------, (2000), Konsep Dasar dan
Terjemahan R.L. Simatupang, Penilaian Kompetensi Profesional
Jakarta: LP3ES. Tenaga Kependidikan, Bandung:
Davey, K.J., (1988), Pembiayaan UPI Bandung.
Pemerintahan Daerah: Prak¬tek Nasution, S, (1988), Metode Penelitian
dan Relevansi bagi Dunia Ketiga, Naturalistik Kualitatif, Bandung :
Jakarta: Univ. Indonesia. Tarsito.
Dye, Thomas R., (1976), Policy Analysis, Pide, Andi Mustari, (1997), Otonomi
Alabama: University of Alabama Daerah Dan Kepala Daerah
Press. Memasuki Abad XXI, Jakarta:Gaya
Engkoswara, (1986), Kecendrungan Media Pratama
Kehidupan di Indonesia Rasyid, Ryaas, (1998), Desentralisai
Menjelang Tahun 2000 dan dalam Menunjang Pembangunan
Implikasinya terhadap Sistem Daerah dalam Pembangunan
Pendidikan. Jakarta: Intermedia. Administrasi di Indonesia.
Fiske, Edward B., (1996), Jakarta: LP3ES
Decentralization of Education: Salusu, J., (1996), Pengambilan
Politics and Consensus, Keputusan Stratejik: Untuk
Washington Dc: The World Bank. Organi¬sasi Publik dan
Gaffar, M. Fakry, (1989), Perencanaan Organisasi Nonprofit, Jakarta:
Pendidikan: Teori dan Grassindo.
Metodologi. Jakarta: P2LPTK. Sepandji, Kosasih Taruna, (2000),
Irianto, Yoyon Bahtiar, (1997), Manajemen Pemerintahan
Manajemen Mutu Terpadu Daerah: Era Reformasi Menuju
(MMT): Konsep dan Strategi Pembangunan Otonomi Daerah,
Implementasi 'TQM' dalam Bandung: Penerbit Universal.
Lembaga Pendidikan, Bandung: Siagian, Sondang P., (1995), Manajemen
Labolatorium Pengembangan Stratejik, Jakarta: Bumi Ak¬sara.
Manaje¬men Pendidikan Jurusan Soemitro, (1989), Desentralisasi dalam
Administrasi Pendidikan FIP Pelaksanaan Manajemen
IKIP Bandung, 1997. Pembangunan, Jakarta: Pustaka
--------, (2006), Pembangunan Manusia Sinar Harapan.
dan Pembaharuan Pendidikan, Sutrisno, Lukman, (1996), Kembali ke
Bandung: Laboratorium Otonomi Sejati: Nasionalisme
Administrasi Pendidikan Refleksi Kritis Kaum Ilmuwan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

9 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857
Wahyudi, Sri Agustinus, (1996), Manan, Bagir, (1980), “Hubungan antara
Manajemen Strategik, Jakarta: Pusat dan Daerah Berdasarkan
Bina Aksara. Asas Desentralisasi Menurut
Widodo, Joko. (2001), Good Government: UUD 1945”, Disertasi, Bandung:
Telaah dari Dimensi Universitas Padjajaran.
Akuntabilitas dan Control Tjokroamidojo dan Mustopadidjaja,
Birokrasi pada Era Desentralisasi (198), “Alternatif Kebijaksanaan
dan Otonomi Daerah, Surabaya: Perencanaan Administrasi: Suatu
Insan Cendikia Analisis Retrospektif dan
Disertasi/Tesis/Laporan Prospektif”, Laporan Penelitian,
Penelitian/Makalah: Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
Ali, Mohammad, (2002), “Analisis dan Ilmu Politik Universitas
Kefektivifan Biaya Dalam Gadjah Mada.
Manajemen dan Evaluasi Jurnal/Artikel:
Program Pengembangan Sumber Blegur, I.E., (2004), “Otonomi Daerah,
Daya Manusia”, Pidato Etika, dan Budaya Politik Lokal”,
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Artikel,
Tetap pada FIP UPI tanggal 15 www.suarapembaruan.com/Ne
Oktober 2002., Bandung: UPI ws/2007/02/28/Editor/edit02.ht
Gaffar, M. Fakry, (1996), “Peningkatan m
Efisiensi dan Efektivitas Effendi, Sofyan, (1991), “Membangun
Manajemen Pendidikan Nasional Kapasitas Untuk Pelaksanaan
Pendidikan Nasional Indonesia”. Otonomi Daerah”, Prospektif No.
Makalah. Tidak Diterbitkan. 3 Volume 3:213.
Irianto, Yoyon Bahtiar, (2000), “Faktor- Peraturan Perundangan/Produk
Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan:
Pelaksanaan Percontohan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Otonomi Daerah dan Kabupaten Majalengka (2006),
Implikasinya terhadap “Kumpulan Perundang-
Manajemen Pendidikan: Studi undangan Tentang Otonomi
Deskriptif-Analitik di Kabupaten Daerah”, Majalengka: Bagian
Bandung”, Tesis, Bandung: PPS Tata Usaha Dinas Pendidikan
UPI. Kabupaten Majalengka.
Irianto, Yoyon Bahtiar, dkk., (2007), -------- (2006), “Kumpulan Peraturan
“Evaluasi dan Strategi Perundangan Pendidikan Tahun
Pembiayaan Pendidikan Kota 2000-2006”, Majalengka: Bagian
Bandung”, Laporan Penelitian, Tata Usaha Dinas Pendidikan
Bandung: Bappeda Kota Kabupaten Majalengka.
Bandung. Departemen Pendidikan Nasional,
Karhi, Nisjar dan Winardi, (1996), (2006), Rencana Strategis
“Pelaksanaan Asas Desentralisasi Pendidikan Nasional: Konferensi
dan Otonomi Daerah di dalam Nasional Revitalisasi Pendidikan,
Sistem Administrasi Negara Jakarta: Sesjen Depdiknas.
Republik Indonesia”, Pidato Himpunan Peraturam Penteri
Pengukuhan Guru Besar Ilmu Pendidikan Nasional No.12, 13, 15,
Administrasi Negara, Bandung: 16, 17, 18, 19, 20 Tahun 2007,
Universitas Padjadjaran. Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri.

10 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 1 Tahun 2020
e-ISSN 2655-0857

Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor: 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Kurikulum untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor: 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat,
(2007), Perencanaan Pendidikan
Dasar dan Menengah Provinsi
Jawa Barat, Bandung: Bapeda
Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah Daerah Kabupaten
Majalengka, (2006), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten
Majalengka Tahun 2006-2010),
Majalengka: Badan Perencanaan
Daerah Kabupaten Majalengka.
--------, (2006), Rencana Strategis Dinas
Pendidikan Kabupaten
Majalengka, Majalengka: Dinas
Pendidikan Kabupaten
Majalengka.

11 Strategi Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Di


Kabupaten Majalengka – Toto Sumianto

Anda mungkin juga menyukai