Anda di halaman 1dari 16

MODEL-MODEL DAN TAHAPAN ANALISIS KEBIJAKAN DAN

PENGELOLAAN PENDIDIKAN DASAR

Makalah Sebagai Tugas Mata Kuliah


Analisis Kebijakan dan Pengelolaan Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu:
Dr. Hafiz Hidayat, M.Pd

Disusun Oleh:
RICHE AFRINA (NIM. 23216059)
MUHENDA HAFIDH (NIM. 23216014)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS ADZKIA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tetang model-model dan tahapan analisis kebijakan dan
pengelolaan satuan pendidikan dasar bagi para pembaca dan juga penulis.
Kelompok juga mengucapkan terima kasih. Makalah yang kelompok
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kelompok nantikan dami kesempurnaa makalah ini.

Pekanbaru, April 2024

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis kebijakan dan pengelolaan pendidikan dasar menjadi kunci dalam
memastikan efektivitas sistem pendidikan di berbagai negara. Model-model analisis kebijakan
pendidikan dasar berkembang seiring dengan kompleksitas tantangan dan dinamika sosial
yang terus berubah. Salah satu model yang sering digunakan adalah model input-process-
output-outcome (IPOO), yang menyoroti langkah-langkah dari masukan awal hingga hasil
akhir dalam sistem pendidikan. Model ini membantu para pemangku kebijakan untuk
memahami dan mengevaluasi proses pendidikan dengan lebih sistematis.
Selain itu, model analisis kebijakan pendidikan dasar juga mencakup pendekatan
sistemik, yang meneliti interaksi antara berbagai komponen dalam sistem pendidikan, seperti
kurikulum, pengajaran, dan manajemen sekolah. Pendekatan ini memungkinkan pemangku
kebijakan untuk memahami dampak kebijakan tertentu pada seluruh sistem pendidikan, bukan
hanya pada satu aspek saja. Dengan demikian, mereka dapat merancang kebijakan yang lebih
holistik dan berkelanjutan.
Tahapan analisis kebijakan dan pengelolaan pendidikan dasar meliputi identifikasi
masalah, pengumpulan data, analisis kebutuhan, perumusan kebijakan, implementasi, dan
evaluasi. Setiap tahapan ini membutuhkan pendekatan yang berbeda, termasuk penggunaan
berbagai metode penelitian dan teknik analisis. Dengan memahami tahapan-tahapan ini, para
pemangku kebijakan dapat merancang kebijakan pendidikan dasar yang responsif terhadap
kebutuhan masyarakat dan menghasilkan dampak yang signifikan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana model-model kebijakan dan pengelolan di Pendidikan Dasar?
2. Bagaimana tahapan analisis kebijakan dan pengelolaann di Pendidikan Dasar?
3. Bagaimana rancangan program kebijakan di lembaga Sekolah Dasar berdasarkan
Standar Evaluasi?
C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan meganalisa terkait tentang:
1. Model-model kebijakan dan pengelolan di Pendidikan Dasar?
2. Tahapan analisis kebijakan dan pengelolaann di Pendidikan Dasar?
3. Rancangan program kebijakan di lembaga Sekolah Dasar berdasarkan Standar
Evaluasi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model-Model Kebijakan dan Pengelolaan di Pendidikan Dasar

Dalam konteks kebijakan dan pengelolaan pendidikan dasar, beberapa model telah
dikembangkan untuk membantu pemangku kebijakan dalam merancang,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi kebijakan pendidikan. Salah satu model yang sering
digunakan adalah model input-process-output-outcome (IPOO). Model ini menggambarkan
pendekatan sistematis terhadap analisis kebijakan pendidikan dasar dengan menyoroti
langkah-langkah dari masukan awal hingga hasil akhir dalam sistem pendidikan. Dengan
fokus pada input (masukan), proses, output, dan outcome (hasil), model IPOO membantu para
pemangku kebijakan untuk memahami dan mengevaluasi efektivitas kebijakan pendidikan
dasar dengan lebih komprehensif.

Selain itu, model-model analisis kebijakan pendidikan dasar juga mencakup pendekatan
sistemik. Pendekatan ini menyoroti kompleksitas interaksi antara berbagai komponen dalam
sistem pendidikan, seperti kurikulum, pengajaran, manajemen sekolah, dan faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi proses pembelajaran. Dengan memahami hubungan antara
berbagai elemen ini, para pemangku kebijakan dapat merancang kebijakan pendidikan dasar
yang lebih holistik dan terintegrasi.

Tahapan analisis kebijakan dan pengelolaan pendidikan dasar juga merupakan bagian
integral dari model-model tersebut. Tahapan-tahapan tersebut meliputi identifikasi masalah,
pengumpulan data, analisis kebutuhan, perumusan kebijakan, implementasi, dan evaluasi.
Melalui tahapan-tahapan ini, para pemangku kebijakan dapat memastikan bahwa kebijakan
pendidikan dasar yang dirancangnya meresponsi kebutuhan masyarakat dengan tepat dan
menghasilkan dampak yang signifikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut pandangan para tokoh pendidikan mengenai model –model kebijakan
pengelolaan adalah:

1. Prof. Dr. Anies Baswedan

Anies Baswedan sering menyoroti pentingnya memperkuat aspek manajerial dalam


sistem pendidikan, terutama di tingkat dasar. Beliau mempromosikan konsep pengelolaan
sekolah yang berbasis otonomi dan akuntabilitas. Salah satu model yang mungkin
ditekankan oleh Beliau adalah model pengelolaan sekolah mandiri (independent school
management).

Model ini memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengelola sumber daya dan
kegiatan pendidikan mereka sendiri, dengan tetap mempertanggungjawabkan hasilnya
kepada pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, sekolah dapat lebih responsif
terhadap kebutuhan lokal dan memiliki kebebasan untuk mengadopsi pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan mereka.

Selain itu, Anies Baswedan juga mungkin mengadvokasi pentingnya memperkuat


kemitraan antara sekolah, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengelola
pendidikan dasar. Model kemitraan ini menekankan kolaborasi antara pihak-pihak yang
terlibat dalam pendidikan, seperti guru, orang tua, pemerintah lokal, dan lembaga swadaya
masyarakat, untuk meningkatkan akses, mutu, dan relevansi pendidikan dasar.

Dengan demikian, menurut pandangan Anies Baswedan, model-model kebijakan


pengelolaan di pendidikan dasar harus memperhatikan aspek otonomi sekolah,
akuntabilitas, dan kemitraan dalam upaya meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan
dasar bagi semua anak di Indonesia

2. Nadiem Makarim
Nadiem Makarim memiliki visi untuk memperkuat integrasi teknologi dalam
pembelajaran dan pengelolaan sekolah. Salah satu model kebijakan yang mungkin
ditekankan oleh Nadiem adalah model pembelajaran berbasis teknologi. Melalui model ini,
Nadiem mungkin mendorong penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dalam proses pembelajaran di semua tingkat pendidikan dasar. Hal ini mencakup
penerapan platform pembelajaran daring, penggunaan aplikasi pembelajaran interaktif, dan
pengembangan konten digital yang sesuai dengan kurikulum nasional.
Selain itu, Nadiem Makarim juga mungkin memperjuangkan model pengelolaan sekolah
yang berbasis data. Dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan memanfaatkan data pendidikan secara efektif, model ini dapat membantu
para pemangku kebijakan dan pengelola sekolah dalam mengambil keputusan yang
didasarkan pada bukti dan informasi yang akurat. Hal ini dapat meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan efisiensi dalam pengelolaan pendidikan dasar.
Selain itu, Nadiem Makarim juga mungkin mendorong model pengelolaan pendidikan
dasar yang berorientasi pada hasil (outcome-based management). Model ini menekankan
pentingnya fokus pada pencapaian hasil pembelajaran yang konkret dan relevan bagi
peserta didik. Dengan mengukur dan mengevaluasi hasil pembelajaran secara terus-
menerus, model ini dapat membantu meningkatkan akuntabilitas sekolah dan memastikan
bahwa setiap anak mencapai potensinya secara optimal.
Dengan demikian, pandangan Nadiem Makarim tentang model-model kebijakan
pengelolaan pendidikan dasar cenderung mencerminkan dorongan untuk memanfaatkan
teknologi, data, dan orientasi pada hasil dalam upaya meningkatkan kualitas dan relevansi
pendidikan bagi anak-anak Indonesia.
3. Ki Hadjar Dewantara

Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh pendidikan Indonesia yang sangat dihormati,


memiliki pandangan yang mendalam tentang pendidikan dasar. Salah satu kontribusinya
yang paling penting adalah pendekatan pendidikan holistik yang dikenal sebagai "taman
siswa". Konsep ini menekankan pentingnya pendidikan yang mencakup aspek intelektual,
emosional, sosial, dan spiritual siswa.

Dalam konteks model-model kebijakan dan pengelolaan pendidikan dasar, Ki Hajar


Dewantara mungkin akan menyoroti pentingnya pendekatan yang berpusat pada peserta
didik. Model-model yang berfokus pada kebutuhan, bakat, dan potensi setiap anak
dianggap sesuai dengan pandangannya. Beliau mungkin akan menekankan pentingnya
pembelajaran yang bersifat inklusif, yang memperhatikan keberagaman siswa dan
memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga mungkin akan menekankan pentingnya melibatkan
komunitas dalam pengelolaan pendidikan dasar. Model-model yang mendorong
keterlibatan orang tua, masyarakat lokal, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya
dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan di sekolah diyakini sesuai dengan nilai-
nilai kepedulian sosial yang dipromosikan oleh Ki Hajar Dewantara.

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara juga mungkin akan mengadvokasi model-model


pendidikan yang menekankan pembelajaran aktif dan kreatif. Model-model yang
mendorong penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, pengalaman nyata, dan
kolaborasi antar siswa dianggap sesuai dengan pendekatan pendidikan yang dipromosikan
oleh Ki Hajar Dewantara.
Secara keseluruhan, pandangan Ki Hajar Dewantara tentang model-model kebijakan dan
pengelolaan pendidikan dasar cenderung mencerminkan nilai-nilai humanisme,
inklusivitas, partisipasi masyarakat, dan pembelajaran aktif yang menjadi landasan
filosofis dari pemikirannya.

B. Tahapan Analisis Kebijakan Pengelolaan di Pendidikan Dasar


Tahapan analisis kebijakan pengelolaan di pendidikan dasar melibatkan serangkaian
langkah yang sistematis untuk memahami, merumuskan, dan mengimplementasikan
kebijakan yang efektif. Berikut adalah tahapan-tahapan umum dalam analisis kebijakan
pengelolaan di pendidikan dasar:

1. Identifikasi Masalah: Tahap awal dalam analisis kebijakan adalah mengidentifikasi


masalah atau tantangan utama yang perlu diatasi dalam pengelolaan pendidikan dasar. Hal
ini dapat melibatkan analisis data, penelitian, dan konsultasi dengan berbagai pemangku
kepentingan untuk memahami masalah-masalah yang ada, seperti tingkat kualitas
pendidikan, aksesibilitas, ketidaksetaraan, atau masalah manajerial.
2. Pengumpulan Data: Setelah masalah-masalah yang relevan diidentifikasi, langkah
selanjutnya adalah mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung
analisis lebih lanjut. Data ini dapat mencakup informasi tentang prestasi akademik siswa,
ketersediaan sumber daya, kondisi infrastruktur sekolah, kebijakan yang ada, dan data
demografis.
3. Analisis Kebutuhan: Tahapan ini melibatkan analisis mendalam terhadap data yang
dikumpulkan untuk memahami kebutuhan yang mendasari masalah yang diidentifikasi.
Analisis kebutuhan ini mencakup identifikasi faktor-faktor penyebab masalah, potensi
solusi, serta prioritas kebijakan yang harus diambil.
4. Perumusan Kebijakan: Setelah kebutuhan-kebutuhan yang mendasari masalah
diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan kebijakan atau strategi intervensi
yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Perumusan kebijakan ini harus melibatkan
berbagai pemangku kepentingan dan didasarkan pada analisis data yang kuat.
5. Implementasi: Implementasi kebijakan merupakan langkah penting dalam analisis
kebijakan. Ini melibatkan pelaksanaan kebijakan yang dirumuskan dalam lingkungan
pendidikan dasar. Langkah-langkah implementasi harus disertai dengan perencanaan yang
cermat, alokasi sumber daya yang memadai, dan dukungan yang memadai dari berbagai
pemangku kepentingan.
6. Evaluasi: Tahap terakhir dalam analisis kebijakan pengelolaan di pendidikan dasar adalah
evaluasi kebijakan yang telah diimplementasikan. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengevaluasi efektivitas kebijakan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan,
mengidentifikasi dampak yang terjadi, serta mengevaluasi keberhasilan implementasi.
Evaluasi ini dapat membantu dalam penyempurnaan kebijakan di masa depan dan
pembelajaran organisasional.

Dengan mengikuti tahapan-tahapan tersebut secara sistematis, para pemangku


kebijakan dapat merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kebijakan
pengelolaan yang efektif dalam pendidikan dasar.

Pandangan Ki Hadjar Dewantara, Anies Baswedan, dan Nadiem Makarim tentang


tahapan analisis kebijakan pengelolaan di pendidikan dasar mungkin memiliki beberapa
persamaan dalam hal penekanan pada pentingnya pendekatan yang holistik dan berpusat
pada peserta didik.
1. Ki Hadjar Dewantara: Sebagai tokoh pendidikan yang menekankan pendekatan holistik
dalam pendidikan, Ki Hadjar Dewantara mungkin akan menyoroti pentingnya tahapan
identifikasi masalah yang mencakup aspek-aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual siswa. Beliau juga mungkin akan menekankan pentingnya melibatkan komunitas
dalam tahapan analisis kebijakan, dengan memperhatikan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat setempat.
2. Anies Baswedan: Sebagai seorang akademisi dan mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Anies Baswedan mungkin akan menekankan pentingnya pengumpulan data
yang komprehensif dan analisis kebutuhan yang mendalam dalam tahapan analisis
kebijakan. Beliau mungkin juga akan menyoroti pentingnya memperhatikan aspek
keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, sejalan dengan konsep
pengelolaan sekolah yang berbasis otonomi.
3. Nadiem Makarim: Sebagai seorang pengusaha dan mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim mungkin akan menekankan pentingnya penggunaan
teknologi dan data dalam tahapan analisis kebijakan. Beliau mungkin akan mendorong
penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pengumpulan dan
analisis data yang lebih efisien serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan pendidikan dasar.

Meskipun masing-masing tokoh memiliki latar belakang dan fokus yang berbeda,
mereka semua mungkin akan menekankan pentingnya pendekatan yang komprehensif,
partisipatif, dan berorientasi pada peserta didik dalam tahapan analisis kebijakan
pengelolaan di pendidikan dasar.

C. Rancangan Program Kebijakan Di Lembaga Sekolah Dasar Berdasarkan Standar


Evaluasi
Rancangan program kebijakan di lembaga Sekolah Dasar (SD) berdasarkan Standar
Evaluasi biasanya melibatkan beberapa langkah penting untuk memastikan bahwa program
tersebut memenuhi standar yang ditetapkan. Berikut adalah langkah-langkah yang mungkin
dilakukan:
1. Penetapan Tujuan: Tahap awal dalam merancang program kebijakan adalah menetapkan
tujuan yang jelas dan spesifik dari program tersebut. Tujuan harus sesuai dengan Standar
Evaluasi yang telah ditetapkan, yang mungkin mencakup pencapaian akademik,
kesejahteraan siswa, keamanan sekolah, keterlibatan orang tua, dan aspek-aspek lainnya.
2. Analisis Kebutuhan: Setelah tujuan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis kebutuhan untuk memahami masalah-masalah utama yang perlu diatasi dalam
lembaga SD. Analisis ini dapat melibatkan pengumpulan data tentang kinerja siswa,
kebutuhan sumber daya, kondisi infrastruktur sekolah, dan masukan dari stakeholder
terkait.
3. Perumusan Kebijakan: Berdasarkan analisis kebutuhan, program kebijakan kemudian
dirumuskan dengan mempertimbangkan strategi dan langkah-langkah konkret yang akan
diambil untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan tersebut harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip Standar Evaluasi, serta memperhatikan konteks lokal
dan kebutuhan khusus lembaga SD yang bersangkutan.
4. Pengembangan Rencana Aksi: Setelah kebijakan dirumuskan, rencana aksi yang lebih
rinci dan terinci perlu dikembangkan. Rencana aksi ini mencakup langkah-langkah konkret,
waktu pelaksanaan, alokasi sumber daya, dan tanggung jawab pelaksana untuk setiap
langkah dalam program kebijakan.
5. Implementasi Program: Implementasi program kebijakan dilakukan dengan memastikan
bahwa rencana aksi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Ini
melibatkan koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat, termasuk staf sekolah, guru,
orang tua, dan pihak-pihak lain yang relevan.
6. Monitoring dan Evaluasi: Tahap penting dalam rancangan program kebijakan adalah
monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan program tersebut. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan
yang ditetapkan, serta untuk mengidentifikasi perubahan atau perbaikan yang diperlukan.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini berdasarkan Standar Evaluasi yang relevan,


lembaga Sekolah Dasar dapat merancang program kebijakan yang efektif dan berkelanjutan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengelolaan sekolah.
Analisis model dan tahapan kebijakan pengelolaan pendidikan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana otonomi pendidikan diimplementasikan
dalam konteks pendidikan dasar. Salah satu model yang sering digunakan adalah model
input-process-output-outcome (IPOO), sementara tahapan-tahapan kebijakan umumnya
meliputi identifikasi masalah, perumusan kebijakan, implementasi, dan evaluasi. Mari kita
lihat lebih dalam dengan contoh otonomi pendidikan.

Model Kebijakan Pengelolaan:

1. Input: Tahap ini melibatkan masukan awal yang menjadi dasar kebijakan, seperti data
pendidikan, aspirasi masyarakat, kebutuhan siswa, dan sumber daya yang tersedia. Contoh
otonomi pendidikan dalam tahap ini bisa berupa penentuan kebutuhan spesifik sekolah
berdasarkan konteks lokal.
2. Process: Proses ini mencakup perumusan kebijakan berdasarkan input yang telah
dikumpulkan. Contoh otonomi pendidikan di tahap ini adalah sekolah-sekolah yang
memiliki kebebasan untuk menentukan kurikulum lokal yang sesuai dengan karakteristik
siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.
3. Output: Output dari kebijakan ini mencakup langkah-langkah konkret yang harus diambil
untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Contoh otonomi pendidikan di tahap ini adalah
sekolah yang memiliki wewenang untuk mengatur penggunaan anggaran mereka sendiri
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Outcome: Outcome atau hasil dari kebijakan pengelolaan ini adalah dampak yang
diharapkan dari implementasi kebijakan tersebut. Contoh otonomi pendidikan di tahap ini
adalah peningkatan prestasi siswa, peningkatan keterlibatan orang tua, atau peningkatan
kualitas pengajaran.

Tahapan Kebijakan:

1. Identifikasi Masalah: Identifikasi masalah yang spesifik yang perlu diatasi melalui
kebijakan pengelolaan. Contoh otonomi pendidikan dalam tahap ini mungkin adalah
identifikasi bahwa kurikulum nasional tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan lokal.
2. Perumusan Kebijakan: Merumuskan kebijakan berdasarkan masalah yang diidentifikasi,
dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip otonomi pendidikan. Contoh otonomi
pendidikan di tahap ini adalah pengembangan kebijakan lokal yang melengkapi atau
melengkapi kurikulum nasional.
3. Implementasi: Melaksanakan kebijakan dengan memberikan otonomi kepada lembaga
pendidikan untuk menerapkannya sesuai konteks lokal. Contoh otonomi pendidikan di
tahap ini adalah memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menentukan strategi
pembelajaran yang paling sesuai dengan siswa mereka.
4. Evaluasi: Evaluasi terhadap implementasi kebijakan untuk menilai efektivitasnya dan
membuat penyesuaian jika diperlukan. Contoh otonomi pendidikan di tahap ini adalah
melibatkan sekolah dalam proses evaluasi untuk menilai apakah kebijakan yang diterapkan
berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

Contoh otonomi pendidikan ini mengilustrasikan bagaimana kebijakan pengelolaan


dapat memberikan kebebasan kepada lembaga pendidikan untuk menyesuaikan praktik
mereka sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal mereka. Ini mendorong responsif
terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat setempat serta meningkatkan kualitas
pendidikan secara keseluruhan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menggali model dan tahapan kebijakan pengelolaan pendidikan bersama
contoh otonomi pendidikan, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting. Model
kebijakan pengelolaan seperti IPOO memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan pendidikan dasar. Ini mencakup
tahapan identifikasi masalah, perumusan kebijakan, implementasi, dan evaluasi, yang
masing-masing memegang peran penting dalam memastikan keberhasilan kebijakan.

Otonomi pendidikan memberikan kesempatan bagi lembaga pendidikan, terutama


sekolah, untuk beradaptasi dengan kebutuhan dan konteks lokal mereka. Contoh-contoh
otonomi pendidikan, seperti pengembangan kurikulum lokal atau penentuan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan siswa, menunjukkan pentingnya memberikan kebebasan
kepada lembaga pendidikan untuk mengambil keputusan yang paling tepat untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.

Melalui kombinasi model kebijakan yang sistematis dan pemberian otonomi


pendidikan, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih responsif, inovatif,
dan efektif. Dengan memperhitungkan kebutuhan lokal dan memungkinkan partisipasi
aktif dari lembaga pendidikan, kita dapat mengarahkan sistem pendidikan menuju
pencapaian tujuan yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan
dasar bagi semua peserta didik.

B. Saran
Sebagai saran, para pemangku kebijakan pendidikan dapat mempertimbangkan untuk
memperkuat implementasi model-model kebijakan yang telah terbukti efektif, sambil
memberikan lebih banyak ruang bagi otonomi pendidikan di tingkat lembaga pendidikan
dasar. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan panduan yang jelas dan dukungan
teknis untuk penerapan model-model kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan setempat,
sambil memberikan fleksibilitas bagi lembaga pendidikan untuk menyesuaikan praktik
mereka sesuai dengan konteks lokal dan mendukung kerja sama yang kuat antara lembaga
pendidikan, komunitas, dan pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Terjemahan dan Suharto. (2019). Pendidikan dan pembelajaran Ki Hajar Dewantara:

Pendekatan taman siswa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Baswedan, A. (2016). Merancang masa depan pendidikan: Pemikiran dan langkah Anies

Baswedan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Makarim, N. (2020). Membangun pendidikan untuk masa depan: Visi dan strategi Nadiem

Makarim. Jakarta: Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai