Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA PROFESI AKUNTANSI


‘ISU – ISU ETIKA DALAM BISNIS DAN PROFESI’

DISUSUN OLEH:
DINI DWI CAHYANTI
40122100066

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
JL.Cikutra No.204 A, Sukapada
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Karena dengan rahmat serta karunianya saya dapat
menyusun makalah yang berjudul “Isu – Isu Etika Dalam Bisnis Dan Profesi” dengan lancar.
Harapan saya bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi terkait.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
memerlukan bimbingan dari berbagai pihak. Saran sangat di anjurkan untuk menambah
pengetahuan yang saya miliki.

Bandung, 05 Januari 2023

(Dini Dwi Cahyanti)


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Konflik kepentingan (conflict of interest)................................................................................6
2.2 Etika dalam tempat kerja.........................................................................................................8
2.3 Akuntabilitas sosial....................................................................................................................9
2.4 Manajemen krisis....................................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi bisnis dan profesi dihasilkan oleh ekspektasi publik terhadap bisnis dan pekerjaan
itu sendiri. Hal ini terlihat dari meningkatnya harapan bahwa perusahaan akan melayani
kebutuhan para pemegang saham dan masyarakat di sekitarnya. Juga, banyak orang tertarik
pada perusahaan, seperti bagaimana mereka beroperasi dan bagaimana mereka
mempengaruhi pengaruh mereka. Sebaliknya, tanpa dukungan pemangku kepentingan
(stakeholder) seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan, kreditur, pemasok, pemerintah,
masyarakat, dan aktivis, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan strategis jangka
panjangnya. Oleh karena itu, dukungan pemangku kepentingan sangat penting bagi
perusahaan.
Dukungan pemangku kepentingan tergantung pada kredibilitas perusahaan dan
profesional yang terlibat seperti, Komitmen perusahaan terhadap kepentingan stakeholders,
reputasi perusahaan dan profesinya, serta keunggulan kompetitifnya. Komitmen dan reputasi
kami terhadap kepentingan para pemangku kepentingan kami tercermin dalam etika bisnis
kami dan profesi terkait, termasuk profesional akuntansi. Hal ini membuat etika bisnis dan
profesi menjadi penting.
Profesi akuntan berkaitan erat dengan dunia usaha. Peran akuntan internal adalah
menyediakan pelaporan keuangan internal sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi
manajerial. Akuntan eksternal, di sisi lain, bertugas melindungi kepentingan pemangku
kepentingan dengan memastikan bahwa laporan keuangan eksternal yang disampaikan oleh
manajer sebagai pertanggungjawaban disajikan secara adil. Peran profesional akuntansi
sangat penting dalam dunia bisnis karena laporan yang dihasilkan oleh akuntan memberikan
dasar pengambilan keputusan ekonomi oleh para pemangku kepentingan. Oleh karena itu,
nilai profesi audit sangat erat kaitannya dengan harapan masyarakat terhadap keandalan
pekerjaan audit itu sendiri.
Skandal Enron, yang melibatkan akuntan dan manajer perusahaan besar, merupakan
mega-skandal yang berdampak besar pada situasi ekonomi di Amerika Serikat pada saat itu,
dan berperan dalam kemunduran profesional akuntansi di mata publik. . Inilah salah satu
alasan mengapa calon profesional perlu diajari etika bisnis dan profesi sejak dini. Selain itu,
tuntutan zaman yang semakin dinamis menuntut para pelaku bisnis dan akuntan untuk
mematuhi standar etika penting dalam bisnis dan profesi akuntan agar tidak terlibat dalam
tindakan dan perilaku tidak etis yang merugikan banyak orang. Masalah etika utama saat ini
menyangkut konflik kepentingan, etika budaya di tempat kerja, masalah tanggung jawab
sosial, dan manajemen risiko untuk organisasi yang terpengaruh oleh perilaku tidak etis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan sejumlah permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana konflik kepentingan menjadi isu etika dalam bisnis dan profesi
akuntansi?
2. Bagaimana konflik kepentingan menjadi isu etika dalam bisnis dan profesi
akuntansi?
3. Bagaimana konflik kepentingan menjadi isu etika dalam bisnis dan profesi
akuntansi?
4. Bagaimana konflik kepentingan menjadi isu etika dalam bisnis dan profesi
akuntansi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana isu konflik kepentingan menjadi isu
penting di dalam dunia bisnis dan profesi akuntansi.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana isu etika di tempat kerja menjadi isu
penting di dalam dunia bisnis dan profesi akuntansi.
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana isu akuntabilitas sosial menjadi isu
penting di dalam dunia bisnis dan profesi akuntansi.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana isu akuntabilitas sosial menjadi isu
penting di dalam dunia bisnis dan profesi akuntansi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konflik kepentingan (conflict of interest)


Menurut Hartman dan Desjardins (2012), konflik kepentingan adalah suatu posisi di
mana satu pihak dipercayakan untuk membuat keputusan atas nama pihak lain, tetapi
kepentingan atau kewajiban individu tersebut bertentangan dengan kepentingan pihak
lain. ). sisi lain. Konflik kepentingan juga muncul ketika kewajiban etis seseorang di tempat
kerja bertentangan dengan kepentingan pribadinya. Benturan kepentingan mempengaruhi
kepentingan publik atau perusahaan, yaitu mengabaikan kepentingan publik untuk
keuntungan pribadi, baik finansial maupun non finansial.Berdasarkan definisi tersebut,
benturan kepentingan merupakan bagian dari perilaku tidak etis dan karenanya menjadi isu
penting.
Konflik kepentingan adalah ketika seseorang dalam posisi membutuhkan kepercayaan
seperti, seorang akuntan, pengacara, manajer, atau direktur perusahaan memiliki konflik
kepentingan profesional dan kepentingan pribadi. Konflik kepentingan ini dapat mempersulit
individu untuk melakukan tugasnya. Konflik kepentingan dapat merusak kepercayaan pada
seseorang atau profesi. Dalam arti tertentu, konflik kepentingan bukan sekedar konflik antara
kepentingan yang berlawanan, tetapi sebenarnya saling terkait. Semua situasi benturan
kepentingan menghadirkan kecurigaan moral.Oleh karena itu, para profesional seperti
karyawan, manajer, direktur, serta akuntan internal dan eksternal peka terhadap situasi yang
menimbulkan atau menciptakan benturan kepentingan sangat penting
Potensi konflik kepentingan ada ketika pembuat keputusan belum dalam posisi untuk
mengambil keputusan. Konflik kepentingan yang sebenarnya muncul hanya ketika pembuat
keputusan berada dalam situasi di mana penilaian harus dibuat. Konflik kepentingan
terkadang dibicarakan dalam situasi di mana tidak ada konflik, tetapi pembuat keputusan
diduga melakukan kesalahan karena kesenjangan informasi di antara para pihak.
Contoh konflik kepentingan adalah kasus manajemen pendapatan Enron yang
melibatkan manajemen, pemegang saham, dan auditor. Semua pihak bertindak untuk
kepentingan pribadi mereka. Pemegang saham hanya tertarik pada keuntungan finansial yang
timbul dari investasi mereka di perusahaan. Manajer, di sisi lain, lebih mementingkan
imbalan finansial dan persyaratan yang menyertai hubungan tersebut. Akibat pertentangan
kepentingan tersebut, masing-masing pihak berusaha untuk meningkatkan kepentingan
pribadinya. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang maksimal, dan ini tercermin
dalam tingkat dividen yang lebih tinggi pada setiap sahamnya. Manajer ingin kepentingan
mereka dipertimbangkan, yaitu memberikan kompensasi, bonus, dan insentif lain yang
sebesar mungkin yang sepadan dengan kinerja mereka. Akibatnya, manajer menemukan diri
mereka dalam situasi konflik kepentingan, menyalahgunakan tanggung jawab mereka dengan
memanipulasi angka laba dalam laporan keuangan eksternal untuk membuat kinerja
perusahaan tampak melayani kepentingan keuangan pribadi mereka.
Benturan kepentingan dalam skandal Enron tidak hanya antara manajemen dan
pemegang saham, tetapi juga KAP Arthur Andersen, sebuah kantor akuntan terkenal pada
saat itu. David Duncan adalah akuntan manajemen Arthur Andersen, tetapi dia diperbantukan
ke Enron dan bekerja untuk mendapatkan gaji. Situasi seperti itu dapat menciptakan konflik
kepentingan yang jelas antara tugas profesional akuntan dan kepentingan keuangan
pribadinya. Selain itu, anggota profesi juga memiliki tanggung jawab profesi kepada
masyarakat. Namun, mereka bekerja untuk klien yang mungkin tidak selalu mendapat
manfaat dari pengungkapan yang lengkap, akurat, dan independen. Sementara itu, mereka
dibayar oleh manajemen yang memiliki benturan kepentingan dengan kepentingan pemegang
saham. Dengan demikian, dapat terjadi konflik yang nyata dan kompleks antara tugas
profesional dan kepentingan pribadi profesional itu sendiri, dan jika profesional tidak dapat
menahan diri, KAP Arthur's As seperti itu, tidak hanya mempengaruhi diri pribadi
profesional, tetapi juga citra profesional mereka. Andersen melakukannya.
Terungkapnya skandal besar-besaran seputar Enron dan KAP Arthur Andersen
berdampak sangat negatif terhadap citra profesi audit secara keseluruhan. Dengan demikian,
dalam Hartsman dan Desjardins (2012), Kevin Bahr mengidentifikasi beberapa sumber
konflik kepentingan di antara profesi akuntansi, khususnya akuntan publik:
1. Hubungan keuangan antara kantor akuntan publik dengan klien auditnya.
2. Konflik di antara jasa-jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik yaitu jasa
konsultasi manajemen yang mempengaruhi independensi dari opini perusahaan
akibat adanya fee tambahan.
3. Kurangnya independensi dan keahlian dari komite audit.
4. Peraturan yang dibuat sendiri oleh organisasi profesi akuntan.
5. Kurang aktifnya pemegang saham dalam mengawasi dewan direksi dan
manajemen.
6. Keserakahan jangka pendek eksekutif yang bertentangan dengan kemakmuran
pemegang saham jangka panjang.
7. Adanya skema kompensasi eksekutif.
8. Skema kompensasi untuk analis sekuritas yang menimbulkan konflik kepentingan
potensial bagi analis tersebut.
Hal-hal seperti contoh di atas direkomendasikan oleh para profesional manajemen dan
akuntansi untuk memastikan bahwa semua proses pengambilan keputusan publik dilakukan
secara profesional dan tidak menimbulkan kerugian, termasuk kerugian moral dan pribadi.
dunia bisnis dan profesi akuntansi.
Berikut adalah beberapa inisiatif yang diambil oleh perusahaan dan organisasi profesi
untuk menghindari konflik kepentingan dalam dunia bisnis dan profesional:
1. Menghindarkan diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan antara kepentingan pribadi dengan perusahaan sehingga konsekuensi
buruk dapat diminimalisir.
2. Memastikan bahwa seluruh karyawan, manajer, dan profesional akuntansi
memperhatikan dan mengetahui situasi-situasi yang berhubungan dengan konflik
kepentingan dan konsekuensi-konsekuensinya melalui penyusunan kode etik dan
pelatihan yang terkait.
3. Menginstruksikan karyawan, manajer dan profesi akuntan untuk menjaga
informasi-informasi perusahaan yang bersifat rahasia.
4. Karyawan, manajer, dan profesi akuntan diminta untuk tidak memiliki bisnis yang
sama dengan perusahaan dan perusahaan menghormati hak setiap karyawan,
manajer dan profesi akuntan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja yang sah
dan bebas dari konflik kepentingan.
5. Mengungkapkan dan melaporkan setiap kegiatan di luar perusahaan kepada
atasan.
6. Menghindarkan diri dari memiliki kepentingan baik finansial maupun non
finansial terhadap perusahaan pesaing, termasuk menghindari situasi yang dapat
menimbulkan kesan akan adanya konflik kepentingan.
7. Karyawan, manajer dan profesi akuntan diminta untuk tidak memegang jabatan di
luar perusahaan kecuali telah mendapat persetujuan atasan.

2.2 Etika dalam tempat kerja


Dunia kerja tentu memiliki banyak sisi. Memang benar orang memiliki ekspektasi
terhadap dunia kerja, memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, ketika tuntutan pekerjaan
tidak dikelola dengan baik, pekerja sendiri berada di bawah tekanan. Saat ini, etika tempat
kerja dikesampingkan demi keuntungan finansial yang cepat dan mudah. Akibatnya,
perusahaan memperlakukan karyawannya dengan buruk dan merugikan pemangku
kepentingannya.
Etika tempat kerja sangat sulit untuk didefinisikan. Secara umum, perilaku etis di
tempat kerja berarti memastikan bahwa kita bertindak sesuai dengan prinsip benar dan salah
yang diterima secara umum di tempat kerja. Etika adalah masalah yang terkait dengan proses
pengambilan keputusan berbasis integritas yang memandu pengambilan keputusan dan
bekerja dalam suatu perusahaan. Etika tempat kerja biasanya mencakup komitmen moral,
integritas, tidak ada kecurangan, kinerja pekerjaan yang baik, dan tidak ada penyalahgunaan
tanggung jawab. Di bawah ini adalah beberapa etika yang umumnya berlaku di tempat kerja:
1. Menghormati budaya kerja perusahaan tempat bekerja.
2. Menghormati senior dan memperlakukannya sebagaimana mestinya tanpa
bersikap berlebihan.
3. Menghormati batas-batas pribadi rekan kerja.
4. Menghormati cara pandang orang lain.
5. Menangani beban kerja tanpa perlu melimpahkannya kepada orang lain.
6. Bersikap sopan kepada semua orang di tempat kerja.
7. Tidak semena-mena menggunakan fasilitas tempat kerja.
Di atas hanyalah beberapa etika kerja yang harus diperhatikan dalam bekerja.
Padahal, etika tempat kerja lebih spesifik, menyesuaikan dengan budaya tempat kerja, tata
krama dan norma yang berlaku di tempat kerja, dan sebagainya. Secara umum, etika bisnis
memiliki dua komponen yang melekat: kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan
adalah cara kami menjaga integritas di tempat kerja. Tanggung jawab sekarang menjadi
ukuran pekerjaan sendiri.
Tanggung jawab moral yang paling penting dari karyawan dan manajer adalah
berjuang untuk pencapaian tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan yang dapat
membahayakan tujuan tersebut. Karyawan, manajer, dan akuntan dapat dengan mudah
membedakan antara tindakan yang benar dan salah. Namun, keberadaan “daerah abu-abu”
menjadikan etika sebagai isu penting. Oleh karena itu, karyawan, manajer, dan auditor harus
benar-benar memahami etika kerja agar tidak terjebak dalam “area abu-abu” yang merugikan
banyak pihak.

2.3 Akuntabilitas sosial


Akuntabilitas adalah istilah umum yang menggambarkan berapa banyak organisasi
yang telah menunjukkan bahwa mereka telah mencapai misinya (Benveniste dalam Lako,
2010). Akuntabilitas erat kaitannya dengan perangkat kegiatan manajemen, terutama dalam
mencapai hasil pelayanan publik dan mengkomunikasikannya secara transparan kepada
publik (Afriyadi dalam Lako, 2011). Padahal, konsep akuntabilitas secara harfiah dalam
bahasa Inggris biasa disebut akuntabilitas, dengan kata sifat “orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban” atau akuntabilitas. Pengertian akuntabilitas dan responsibilitas sering
dipertukarkan diartikan sebagai Tanggung jawab didefinisikan sebagai "tanggung jawab",
meskipun maknanya jelas sangat berbeda.
Perusahaan dan kelompok profesional, yang terutama ditujukan untuk pemegang
saham, kini perlu menyadari bahwa mereka perlu memperluas jangkauan mereka ke
khalayak pemangku kepentingan yang lebih luas. Sehingga pada titik ini terjadi pergeseran
paradigma dari akuntabilitas pemegang saham menjadi akuntabilitas pemangku kepentingan
atau akuntabilitas sosial. Akibatnya, perusahaan dan profesional, terutama auditor, perlu
lebih memperhatikan tidak hanya pelaporan keuangan tetapi juga penilaian untuk memuaskan
berbagai pemegang saham, seberapa baik teknik manajemen bekerja, seberapa baik dewan
direksi. Anda perlu memahami apa yang Anda perlu melapor ke panitia. Seberapa besar
tanggung jawab kepada publik atau masyarakat (society) serta pengungkapannya dalam
perjanjian kontrak.
Tanggung jawab sosial menjadi isu etis karena banyak perusahaan tidak
mempertimbangkan tanggung jawab sosial (masyarakat) dan hanya berfokus pada
memaksimalkan pemegang saham dan keuntungan. Padahal, dunia bisnis ditantang untuk
mencapai kinerja ekonomi (profit) dan menyeimbangkan kinerja sosial (people) dan kinerja
lingkungan (planet), atau yang disebut kinerja triple bottom line. Pencapaian ini pada
akhirnya akan menjadikan perusahaan sebagai warga korporasi yang baik, mampu
menghasilkan keuntungan yang langgeng dan melimpah (multiplier effect), serta
memungkinkan perusahaan tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan (sustainable
business). Oleh karena itu, pelaku bisnis harus mengikutsertakan dan mempertimbangkan
masyarakat sekitar dalam semua aktivitas bisnis, dan tidak mengabaikannya.
Tujuan adanya akuntabilitas sosial antara lain adalah:
1. Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat
bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
produksi suatu perusahaan.
2. Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap
lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social
auditing.
3. Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan
suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial
suatu perusahaan.
Tanggung jawab sosial memiliki dua aspek utama. Pertama, pelaporan dan
pengungkapan biaya dan manfaat dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan yang secara
langsung mempengaruhi profitabilitas (keuntungan). Biaya dan manfaat ini dapat dihitung
dan dihitung dalam akuntansi.Kedua, kami melaporkan biaya dan manfaat kegiatan ekonomi
perusahaan yang secara langsung mempengaruhi individu, masyarakat, dan lingkungan.
Laporan harus bersifat kualitatif karena manfaatnya sulit dihitung
Tanggung jawab sosial menjadi isu penting dewasa ini karena perkembangannya
sangat lambat. Salah satu penyebab utama lambatnya kemajuan akuntabilitas sosial adalah
sulitnya mengukur kontribusi dan kerugian. Proses mengukur tanggung jawab sosial terdiri
dari tiga langkah:
1. Menentukan biaya dan manfaat sosial dengan memperhatikan sistem nilai
masyarakat yang mana juga berguna dalam mengidentifikasi kontribusi dan
kerugian secara spesifik.
2. Menghitung biaya dan manfaat dari aktivitas yang menimbulkan biaya dan
manfaat sosial yang ditentukan dari kerugian dan kontribusi.
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.

2.4 Manajemen krisis


Adanya isu etika yang muncul di dunia bisnis dan profesi akuntan menyebabkan
krisis di kedua dunia tersebut. Beberapa perusahaan dan kantor akuntan mengalami
kemunduran dan krisis akibat pengabaian etika. Beberapa dari mereka bertahan hingga hari
ini. Namun seperti yang disaksikan KAP Arthur Andersen, ada yang tidak bertahan dan
bangkrut. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan, eksekusi strategis, dan taktik atau metode
untuk mencegah atau mengatasi dampak masalah kritis di perusahaan atau organisasi:
manajemen krisis.
Manajemen krisis adalah bagaimana kita berpikir dan bertindak ketika keadaan
menjadi kacau dan kacau. Manajemen krisis membutuhkan semua keterampilan dan
kemampuan yang tersedia dalam situasi yang penuh tekanan dan tekanan. Definisi lain
mendefinisikan manajemen krisis sebagai proses dimana organisasi menangani peristiwa
penting yang mengancam untuk merugikan organisasi, pemegang saham, atau masyarakat
umum.
Setiap peristiwa buruk atau krisis dapat menghentikan proses bisnis normal yang telah
dan masih berjalan dan memerlukan tanggapan segera oleh manajer dan organisasi profesi.
Tanggapan langsung ini disebut manajemen krisis. Manajemen krisis baru-baru ini diakui
sebagai disiplin baru perusahaan. Manajemen krisis adalah tanggapan pertama perusahaan
terhadap suatu peristiwa yang dapat mengubah jalannya bisnis normal. Pendekatan yang
dikelola dengan baik untuk menanggapi insiden tersebut telah berhasil meyakinkan
karyawan, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat luas tentang kemampuan perusahaan
untuk mengatasi krisis.
Krisis adalah situasi yang, dari perspektif bisnis, merupakan titik kritis yang
menjadikannya baik atau buruk. Krisis adalah proses perubahan yang membuat sistem lama
tidak berkelanjutan. Mengejar manfaat ekonomi jangka panjang dan mengabaikan lebih
banyak nilai sosial. Selain itu, krisis juga disebabkan oleh penipuan, salah urus, dan
profesional akuntansi.
Dari perspektif bisnis, krisis memiliki banyak dampak. Artinya, masalah dapat
meningkat intensitasnya, masalah dapat menarik perhatian publik, masalah dapat
mengganggu kelancaran operasi bisnis, atau masalah dapat merusak pekerjaan. sistem, dan
masalah mendorong intervensi pemerintah. Contoh krisis termasuk polusi dari pabrik,
demonstrasi pekerja, produk yang tidak dapat dipasarkan, dan pemaparan skandal bisnis dan
pekerjaan.
Pemikiran krisis membutuhkan kemampuan untuk memikirkan skenario terburuk
sambil membayangkan berbagai solusi. Organisasi bisnis dan profesional harus selalu
memiliki rencana tanggap cepat untuk situasi darurat yang memerlukan analisis. Kredibilitas
dan reputasi organisasi profesional atau perusahaan sangat dipengaruhi oleh persepsi tentang
bagaimana menanggapi situasi krisis. Organisasi dan komunikasi yang terkait dengan respons
tepat waktu terhadap krisis menimbulkan tantangan bagi bisnis.
Krisis tersebut berlangsung melalui beberapa tahapan yaitu tahap pra-krisis, tahap
krisis akut, tahap krisis kronis, dan tahap penyelesaian krisis. Setiap tahap dalam
perkembangan krisis membutuhkan manajemen krisis yang berbeda. Oleh karena itu, bisnis
dan asosiasi profesional harus menyadari evolusi krisis sehingga mereka dapat menerapkan
manajemen krisis secara efektif dan efisien.
Tindakan korektif oleh manajemen diperlukan untuk mencegah krisis memburuk atau
meluas. Tindakan korektif meliputi pengenalan krisis, analisis krisis, penanggulangan krisis,
dan penilaian krisis. Mengidentifikasi sifat krisis penting dalam proses manajemen krisis.
Krisis yang berbeda memerlukan penggunaan strategi manajemen krisis yang berbeda.
Manajemen krisis dan resolusi krisis yang harus dilakukan organisasi ketika
menghadapi krisis meliputi pencegahan, mitigasi, pelestarian reputasi, pemulihan, serta
keamanan dan keselamatan. Setelah fase program manajemen krisis dilaksanakan, langkah
selanjutnya adalah menentukan tindakan yang tepat tergantung pada skala dan sifat krisis.
Manajemen krisis berbeda dengan krisis manajemen. Manajemen krisis dapat
dipahami sebagai pemulihan citra perusahaan atau profesional dengan mengelola, mengatasi,
dan mengatasi krisis (memulihkan citra perusahaan). Krisis manajemen, di sisi lain, adalah
kegagalan peran manajemen krisis, membuat masalah lebih sulit dipecahkan, dan menjaga
citra kita di masyarakat, perusahaan kita dan profesi kita, dan yang terpenting, memulihkan
kepercayaan publik dan pulih dari krisis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Dukungan pemangku kepentingan dalam dunia bisnis dan akuntansi sangat
bergantung pada komitmen perusahaan dan profesional akuntansi untuk
selalu bertindak etis dalam mengejar tujuan perusahaan dan profesional. Oleh
karena itu, manajer, direktur, dan akuntan harus peka terhadap isu-isu etika
bisnis dan profesi akuntansi yang penting sehingga mereka tidak jatuh ke
dalam perangkap praktik yang tidak etis.
2. Benturan kepentingan adalah situasi dimana pengambil keputusan memiliki
kewajiban yang berbeda dengan kepentingan pribadinya. Konflik kepentingan
merupakan topik penting dalam bisnis dan akuntansi karena konflik
kepentingan seringkali merupakan situasi yang tidak dapat dihindari oleh
direktur, manajer, dan akuntan. Pemahaman yang baik tentang situasi konflik
kepentingan dapat membantu manajer, eksekutif, dan akuntan menghindari
perilaku tidak etis.
3. Etika kerja terdiri dari bertindak di tempat kerja sesuai dengan prinsip benar
dan salah yang diterima secara umum. Hal ini penting karena prinsip benar
dan salah di tempat kerja dipengaruhi oleh budaya organisasi dan norma
tempat kerja yang berbeda. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang
etika kerja diperlukan bagi para manajer, eksekutif, dan akuntan untuk
mempertahankan situasi bisnis dan profesional yang menguntungkan demi
tercapainya tujuan organisasi.
4. Tanggung jawab sosial ada karena para pebisnis dan akuntan menyadari
bahwa keuntungan yang terbaik bukanlah keuntungan yang besar dan sesaat,
melainkan keuntungan yang permanen. Oleh karena itu, manajer, eksekutif,
dan auditor harus mempertimbangkan dampak sosial dari pekerjaannya, atau
sering disebut tanggung jawab sosial.
5. Masalah etika yang tidak dikelola dengan baik oleh manajer, eksekutif, dan
akuntan dapat menyebabkan krisis dalam dunia bisnis dan akuntansi.
Manajemen krisis telah menjadi topik penting dalam dunia bisnis dan sektor
akuntansi, karena banyak perusahaan besar dan kantor akuntan besar yang
mengalami krisis dan akhirnya bangkrut karena kurangnya sumber daya yang
cepat dan tepat dalam manajemen krisis. Oleh karena itu, manajer, direktur,
dan auditor harus memahami sejak dini kesesuaian proses dan teknik
manajemen krisis.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan publikasi ini, dapat disusun beberapa saran dan
rekomendasi bagi dunia usaha dan akuntan serta pihak lain yang terlibat dalam
penggunaan isu-isu etika penting dalam dunia bisnis dan profesi akuntansi,
sebagai berikut:
1. Akuntansi merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab besar kepada
publik. Oleh karena itu, auditor harus selalu bertindak secara etis demi
kepentingan publik. Adanya mata kuliah etika bisnis dan akuntansi sebagai
mata kuliah wajib dalam kurikulum akuntansi sangat baik untuk
meningkatkan kepekaan akuntan terhadap masalah etika. Pengaruh
pemberian muatan etika lebih efektif jika calon akuntan juga menguasai
standar dan praktik akuntansi. Oleh karena itu, menyediakan konten etis
yang diintegrasikan ke dalam semua kursus akuntansi lainnya, seperti
akuntansi pengantar, akuntansi menengah, akuntansi keuangan lanjutan,
akuntansi manajerial, dan akuntan publik, dapat menyadarkan calon
auditor terhadap isu-isu etis yang penting. kehidupan bisnis dan
pembukuan. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan akuntansi harus
memasukkan isu-isu etika penting dalam setiap mata kuliah dasar
akuntansi.
2. Perilaku etis manusia dipengaruhi oleh aspek individu dan lingkungan.
Oleh karena itu, dunia pendidikan akuntansi mempengaruhi perilaku etis
calon akuntan profesional. Berdasarkan beberapa hasil penelitian diketahui
bahwa aspek individu seperti kecerdasan, kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap perilaku etis seseorang. Selama
ini dunia pendidikan hanya terfokus pada pengembangan kecerdasan
intelektual yang mengarah pada perilaku etis, rasional murni pada siswa,
yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dan mengabaikan
kepentingan bersama. Oleh karena itu, pengembangan kecerdasan
intelektual dalam dunia pendidikan dan profesi akuntan juga harus
diimbangi dengan pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual, misalnya pemberian pelatihan ESQ kepada mahasiswa dan
akuntan untuk membentuk calon akuntan dan akuntan profesional. .
dengan sikap etis yang tinggi.
3. Kode Etik sebagai panduan etika dirancang untuk menghasilkan tindakan
etis yang cukup dan menjadi dasar bagi citra profesional yang positif dan
kepercayaan umum pada auditor. Selain Kode Etik, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) telah merumuskan beberapa prinsip etika yang harus
dipatuhi oleh semua anggota dengan mengadopsi Kode Etik yang
dikembangkan oleh American Association of Certified Public
Accountants. Namun, perbedaan dimensi budaya Indonesia dan Amerika
Serikat menyebabkan tidak efektifnya aturan etika. Hal ini dikarenakan
nilai-nilai kehidupan kedua negara berbeda sehingga kode etik di
Indonesia tidak sesuai. Oleh karena itu, kajian IAI secara komprehensif
diperlukan untuk mengembangkan kode etik akuntan yang memenuhi
budaya dan standar di Indonesia.
4. Tanggung jawab sosial merupakan topik penting dalam kehidupan bisnis
dan profesi akuntansi, yang akhir-akhir ini menjadi fokus utama perhatian.
Kesadaran bahwa manfaat jangka panjang lebih baik daripada manfaat
jangka pendek membuat perusahaan memperhatikan nilai tambah bagi
lingkungan dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, perguruan tinggi
harus melakukan kajian dan penelitian akademik yang berkesinambungan
di bidang tanggung jawab sosial untuk mempersiapkan calon profesional
yang peka terhadap isu-isu sosial, karena topik ini merupakan topik
penting dalam kehidupan bisnis dan profesi akuntansi di era global ini. .
5. Budaya organisasi tempat kerja, atau etika, terkait erat dengan prinsip
benar-salah di tempat kerja. Budaya organisasi juga mempengaruhi
perilaku etis seseorang dan membentuk perilaku tersebut. Kurangnya
pengawasan atau pengendalian internal juga membuka peluang terjadinya
perilaku tidak etis oleh manajer, supervisor dan auditor. Oleh karena itu,
setiap perusahaan dan kantor audit harus memiliki standar dan pedoman
etika tersendiri yang lebih rinci dan tidak hanya berdasarkan peraturan dan
ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kepekaan dan kesadaran kehidupan bisnis dan akuntan
tentang masalah etika kehidupan bisnis dan akuntan.
DAFTAR PUSTAKA

brusseau. (2012). Dalam james, Business Ethics. USA: Pearson.

etika bisnis. (2012). Dalam h. L. J, pengambilan keputusan untuk ontegrasi pribadi dan tanggung
jawab sosial. jakarta: erlangga.

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Brooks, L. J. dan P. Dunn. 2012. Business & Professional Ethics for Directors, Executive &
Accountants. Sixth Edition. South Western: Cengage Learning

Anda mungkin juga menyukai