Citra Laporan Tugas Akhir Citra 3des
Citra Laporan Tugas Akhir Citra 3des
Materai
Penulis
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir
oleh
CITRA PUTRI UTAMI
E.0105.18.007
Cimahi, …………………………
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Reini Astuti, S.Kp., M. Kep Ns. Tri Wahyuningsih, M.Kep Ns. Bagja Angga Sukma, MAN
NIP. 197604242007091086 NIP. 198208142010051129 NIP.
Mengetahui
STIKes Budi Luhur Cimahi Program Studi D III Keperawatan
Ketua Ketua
iii
KATA PENGANTAR
iv
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakannya.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Ruang Lingkup.........................................................................................6
E. Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................8
A.1. Pengertian................................................................................................8
B.2. Penyebab...............................................................................................19
B.3. Patofisiologi..........................................................................................20
vi
B.4. Manifestasi Klinis.................................................................................22
B.5. Komplikasi............................................................................................23
B.8. Penatalaksanaan....................................................................................25
C.1. Definisi..................................................................................................29
D. Jurnal Pendukung...................................................................................34
BAB III..................................................................................................................39
METODE...............................................................................................................39
2. Waktu Publikasi.....................................................................................39
BAB IV..................................................................................................................42
vii
A.2 Proses penurunan tekanan darah dengan menggunakan senam lansia.......52
BAB V....................................................................................................................56
A. Simpulan................................................................................................56
B. Saran......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 3. 1 Identifikasi Kriteria Inklusi dan Eksklusi.............................................40
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
koroner. [2] Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi hipertensi secara nasional adalah sebesar 25,8%. Jika saat ini
penduduk Indonesia sebanyak 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110
jiwa yang menderita hipertensi. [2]
Hipertensi atau tekanan darah tinggi pada lansia adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien
hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus
meningkat. [1]
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung mengalami
peningkatan. Salah satu tanda dan gejala hipertensi adalah pusing atau
sakit kepala, hal ini dapat menimbulkan resiko jatuh atau cedera pada
lanjut usia. Selain itu kualitas hidup pada lanjut usia juga akan menurun,
lanjut usia akan mengalami keterbatasan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. [1] Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dari jumlah
penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa, 25,8% menderita hipertensi yaitu
sebanyak 65.048.110 jiwa. Hipertensi merupakan penyakit tertinggi dari
10 penyakit terbesar faktor penyebab kematian. Jawa Barat menempati
urutan ke empat (29,4%) dengan penyakit hipertensi tertinggi yaitu
13.612.359 jiwa. [1]
Salah satu cara mencegah dan mengontrol risiko terjadinya
hipertensi adalah dengan berolahraga yang dilakukan secara teratur.
Beberapa studi menunjukan bahwa kombinasi antara terapi tanpa obat
(non-farmakoterapi) dengan obat (farmakoterapi) tidak hanya menurunkan
tekanan darah, namun juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung
iskemik. Terapi dengan obat bisa dilakukan dengan pemberian obat anti
hipertensi, sedangkan untuk terapi tanpa obat bisa dilakukan dengan
4
berolahraga secara teratur, dari berbagai macam olahraga yang ada, salah
satu olahraga yang dapat dilakukan lansia yaitu olahraga senam lansia.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa senam adalah serangkaian
gerakan nada yang teratur, terarah, serta terencana yang dilakukan secara
sendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga. [2]
Penatalaksanaan nonfarmakologis bisa menjadi pilihan untuk
menurunkan tekanan darah pada lanjut usia, karena sedikit kemungkinan
adanya efek samping. Salah satu contoh nonfarmakologis adalah latihan
fisik. Latihan fisik yang teratur akan membantu tubuh tetap bugar dan
tetap segar. [1] Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia adalah
senam. Senam lansia sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga
kesehatan tubuh mereka. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya
adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih
nyenyak dan pikiran tetap segar serta dapat menurunkan tekanan darah
apabila dilakukan secara teratur. Hasil uji menunjukkan pemberian senam
lansia berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah sistolik pada
lansia dengan hipertensi. [1]
Melakukan olahraga seperti senam lansia mampu mendorong
jantung bekerja secara optimal, dimana olahraga untuk jantung mampu
meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh,
dimana akibat peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas
pernafasan dan otot rangka, dari peningkatan aktivitas pernafasan akan
meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan peningkatan
volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung
sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat sedang, setelah
tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu,
akibat dari fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot
rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan epinefrin menurun,
namun aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan
kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun,
5
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
6
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penyusunan laporan tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan
suatu informasi atau bahan acuan untuk penulis selanjutnya terkait
dengan literature review pada keluarga yang memiliki lansia dengan
hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk
dimasukan ke dalam pembelajaran materi dan tambahan
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan.
b. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan wawasan yang tinggi
serta pengalaman dalam penulisan laporan literature review
tentang senam lansia pada lansia dengan hipertensi.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan. [5]
Sedangkan menurut undang-undang No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan, lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan
ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,
termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan usia lanjut perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuan sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan. [6]
a. Teori Biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan
pada perubahan kondisi tingkat scructural sel/organ tubuh,
termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari
teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat
proses penurunan fungsiorganisme. Yang dalam konteks sistemik,
dapat mempengaruhi atau memberi dampak terhadap organ sistem
tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia
kronologis.
1. Teori Genetik Clock
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat
adanya program jam genetik didalam nuclei. Jam ini akan
berputar dalam jangka waktu dan jika jam ini sudah habis
putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses
mitosis. Radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur
menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada DNA sel
somatic akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.
2. Teori Error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang
kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat
kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan
sel dan fungsi sel secara perlahan.
Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi
beberapa perubahan alami pada sel DNA dan RNA, yang
11
5. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan perenggangan torak berkurang.
6. Sistem Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata
karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar
menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah
7. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8. Sistem Persyarafan
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
a. Perubahan Kognitif
1. Memory (daya ingat, Ingatan).
2. IQ (Intellegent Quotient).
17
B.2. Penyebab
B.3. Patofisiologi
B.5. Komplikasi
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Hemoglobin/hematokrit : untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas,
anemia.
- BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi atau
fungsi ginjal.
- Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mngisaratkan disfungsi
ginjal dan diabetes melitus.
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor celebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu
ginjal, perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area
katup, pembesaran jantung
B.8. Penatalaksanaan
C.1. Definisi
Senam lansia merupakan serangkaian gerakan yang teratur dan
terarah yang diikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk latihan fisik
yang berpengaruh terhadap kemampuan tubiuh lansia. Aktivitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar
karena melatih tulang tetap kuat dan membantu menghilangkan radikal
bebas yang berkeliaran dalam tubuh.
Senam lansia pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin dapat
meningkatkan kebugaran fisik, sehingga senam lansia secara tidak
langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan
tekanan darah serta mengurangi resiko penumpukan lemak pada
pinggir pembuluh darah, selin itu dapat melatih otot jantung
berkontraksi sehingga kemampuan memompanya selalu terjaga.
Saat melakukan aktivitas fisik senam lansia, tekanan darah akan
naik cukup banyak. Tekanan darah yang sistolik yang misalnya 110
mmHg sewaktu istirahat akan naik menjadi 150 mmHg. Sebaliknya,
segera setelah melakukan senam selesai, tekanan darah akan turun
30
a) Indikasi
Klien yang menderita hipertensi
Klien yang mampu mengikuti senam
b) Kontra Indikasi
Klien penderita hipertensi yang mengalami kelemahan fisik
Klien yang memiliki berisiko jatuh atau cedera
4. Latihan punggung
a. Bagian tangan disamping bengkokkan badan ke satu sisi
kemudian ke sisi yang lain
b. Letakkan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu ke kiri dan ke kanan
c. tepukkan kedua tangan ke belakang dan regangkan kedua bahu
ke belakang
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan
memegang dan kursi atau dengan posisi tidur
b. Lipat satu lutut sampai paha dada dimana kaki yang ingin tetap
lurus, dan tahan beberapa waktu
c. Duduklah dengan kedua kaki lurus dan ke depan, tekankan
kedua lutut pada tempat tidur hingga bagian belakang hingga
lutut menyentuh tempat tidur
d. Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokkan lutut, kemudian
tarik telapak kaki ke arah kita dan regangkan kembali
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakkan lutut
f. Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki ke dalam jadi
permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi
34
D. Jurnal Pendukung
BAB III
METODE
Dalam literature review ini waktu publikasi dari seluruh jurnal yang di
dapat adalah kurun waktu tertentu yaitu selama kurun waktu 8 tahun,
dari tahun 2012 s.d 2021.
40
BAB IV
RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan
ada pengaruh
yang signifikan
tekanan darah
sebelum
dilakukan
senam lansia
dengan tekanan
darah setelah
dilakukan
senam lansia di
Panti Sosial
Tresna Werdha
Wargatama
Ogan Ilir
Pengaruh Kecamatan 33 Dijurnal Pada - Quasy Hasil penelitian
senam lansia darussalam responden tidak kelompok Eksperime untuk melihat
terhadap kecamatan tercantum intervensi ntal tekanan darah
tekanan aceh usia diberikan dengan sebelum dan
darah pada responden senam lansia rancangan sesudah senam
lansia selama 6 kali pre and lansia
dengan dalam waktu 2 post test menggunakan
hipertensi/C minggu pada without uji t-test.
ut Rahmiati, lansia yang control Setelah
Tjut Irma mengalami dilakukan
Zurijah hipertensi senam lansia
selama 6 kali
dalam waktu 2
minggu pada
lansia yang
mengalami
hipertensi,
secara umum
terdapat
perbedaan
tekanan darah
pada lansia
45
sebelum dan
sesudah senam
lansia dengan
p-value 0,000.
Pengaruh Banjar kaja 24 Dijurnal Kelompok - Pre- Hasil analisis
senam lansia sesetan responden tidak intervensi eksperime menggunakan
terhadap denpasar tercantum adalah pasien ntal uji non
tekanan selatan usia yang dengan parametrik uji
darah lansia responden menderita rancangan wilcoxon bahwa
dengan hipertensi dan one group senam
hipertensi mendapatkan pretest- pernafasan dan
pada intervensi posttest senam pada
kelompok terapi senam design lansia
senam lansia lansia selama berpengaruh
di Banjar 30 menit pada lansia
Kaja Sesetan dengan
Denpasar hipetensi,
Selatan/Putu tekanan darah
Dyah Astari, (p<0,05).
I Putu Gede
Adiatmika,
Kadek Eka
Swedarma
Pengaruh Panti sosial 21 Dijurnal Kelompok - Pre- Hasil penelitian
senam lansia tresna responden tidak intervensi eksperime menunjukkan
terhadap werdha tercantum adalah paseien ntal tidak ada
tekanan budi luhur usia yang dengan penurunan rata-
darah di jambi responden menderita rancangan rata tekanan
Panti Sosial hipertensi dan one-group darah sistolik
Tresna mendapatkan pretest and pada lansia
Werdha intervensi posttest (8.112 mmHg
Budi Luhur terapi senam design 5.930 mmHg)
Jambi/M. lansia dan tekanan
Dody Izhar darah diastolik
(3.824 mmHg +
2.949 mmHg).
Berdasarkan uji
46
paired
dependen
sampel t-test
diketahui
berpengaruh
signifikan
terhadap
penurunan
tekanan darah
sistolik (-4,235,
p 0,002) dan
tekanan darah
diastolik (t-
4,100, p 0,003).
Artinya ada
pengaruh senam
lansia terhadap
tekanan darah
pada lansia
dengan
hipetensi di
panti sosial
trersna werdha
budi luhur kota
jambi.
Pengaruh Panti 21 Dijurnal Kelompok - One group Hasil uji
senam lansia werdha responden tidak intervensi pra test statistik
terhadap santo tercantum adalah paseien post test Wilcoxon
tekanan yoseph usia yang design Match Pair
darah lansia kediri responden menderita Test didapatkan
di Panti hipertensi dan p = 0,000
Werdha mendapatkan dimana p < a
Santo intervensi maka Ho
Yoseph terapi senam ditolak dan Ha
Kediri/Srinal lansia diterima. Jadi
esti senam lansia
Maharani, efektif terhadap
47
wilcoxon.
Didapatkan
nilai p value
0,023 (p <0,05)
maka Ho
ditolak dan Ha
diterima.
Penharuh Puskesmas 60 Dijurnal Kelompok Kelompok Pretest Instrumen
senam lansia banjar sari responden tidak intervensi kontrol and penelitian
terhadap metro utara tercantum adalah paseien adalah posttest berupa tekanan
tekanan usia yang pasien yang design darah
darah pada responden menderita menderita (stetoskop) dan
wanita lansia hipertensi dan hipertensi lembar
dengan mendapatkan dan tidak observasi
hipetensi di intervensi mendapatka pelaksanaan
wilayah terapi senam n terapi senam lansia.
kerja lansia senam lansia Uji statistik
Puskesmas yang digunakan
Banjarsari adalah uji T
Metro Utara dengan tingkat
tahun signifikan 0,05.
2018/Yuli Tekanan darah
Yantina, rata-rata untuk
Ajeng kelompok
Saputri kontrol di
tekanan darah
sistolik 167,17,
dan diastolik
99,33. Pada
kelompok
eksperimen
sistolik 160,83
dan diastolik
94,97. Uji
statistik
pengaruh senam
lansia terhadap
49
penurunan
tekanan darah
lansia wanita
hipetensi
dengan p untuk
nilai sistolik (p:
0,002) dan
diastolik (nilai
p: 0,004).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Patofisiologi terjadinya hipertensi
Ada banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hipertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem
saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin,
angiotensin, sodium, dan air. Sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
2. Proses penurunan tekanan darah dengan terapi senam lansia
Dari hasil literatur review, terapi senam lansia yang dilakukan
selama 30 menit menunjukkan terdapat perubahan yang signifikan
pada tekanan darah lansia. Hal ini dikarenakan melakukan olahraga
seperti senam lansia mampu mendorong jantung bekerja secara
optimal, dimana olahraga untuk jantung mampu meningkatkan
kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh.
3. Prosedur pemberian terapi senam lansia
Prosedur pemberian terapi senam lansia secara umum dilakukan
3 kali dalam seminggu selama 30 menit. Sebelum pemberian terapi
lansia diminta untuk duduk tenang dan nyaman. Adapun gerakan-
57
B. Saran
1. Saran bagi STIKes Budi Luhur Cimahi
Diharapkan lebih banyak buku atau referensi diperpustakaan mengenai
terapi nonfarmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah pada
lansia.
2. Saran bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dengan adanya penelitian literature review ini dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang terapi senam lansia
sebagai salah satu terapi alternatif dan disarankan agar melanjutkan
penelitian terkait dengan terapi pengobatan alternatif untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia dengan metode yang berbeda.
3. Saran bagi Keluarga dan Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi keluarga, pengelola lansia, dan petugas kesehatan
dapat mempraktekkan terapi senam lansia sebagai salah satu upaya
untuk menurunkan hipertensi
58
DAFTAR PUSTAKA
[1] Susilowati, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Yang Mengalami Hipertensi Di Kelompok Prolanis Wilayah Puskesmas
Padasuka Cimahi 2018,” Jurnal Kesehatan Kartika, vol. 15, pp. 18-25, 2020.
[7] Depkes RI. 2013 Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI..
[9] R. (. Aspiani, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media.
[33]