Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TERAPI MODALITAS TERAPI BERMAIN

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh Kelompok 4:

 Citra Latongkaya
 Elesgenesia Mbae
 Meiske Sindulat
 Meisi Molilat
 Murniati Laguni
 Sinta Oktaviani

PRODI D3 KEPERAWATAN LUWUK


POLTEKKES KEMENKES PALU
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah meninggikan derajat orang-
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Atas rahmat dan karunialah kami
dapat menyelesaikan ”Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa dengan judul “Terapi
Progresif Terapi Bermain”. Salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW
atas karunia islam yang telah beliau wariskan di zamannya. Dan tidak lupa pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa dan teman-teman sekalian yang ikut serta amembatu atau
mensuport dalam menyelesaikan tugas ini.

Meskipun kami telah menyelesaikan tugas ini semaksimal mungkin namun, kami
menyadari masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan tugas ini. Semoga tuhan
selalu melimpahkan hidayahnya pada kita semua, Amin.

2
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................6

2.1 Definisi ................................................................................................................6

2.2 Terapi Bermain ....................................................................................................7

2.3 Empat Hal Utama dalam Mengatasi Hal Anak ...................................................7

2.4 Manfaat Terapi Bermain .....................................................................................7

2.5 Prosedur Dalam Terapi Bermain .........................................................................8

2.6 Kategori Media Bermain .....................................................................................8

2.7 Mode Terapi Bermain .........................................................................................9

2.8 Fase Pelaksanaan .................................................................................................9

BAB III PENUTUP .................................................................................................12

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................12

3.2 Saran ....................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau
kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa
depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak
membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang
mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang berbeda dengan orang
dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting
untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan
sosial.
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana
untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan
suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan
tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang.
Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk
menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik pengalaman
dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman dan
kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang
cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan
secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress,komunikasi, dan
mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka
belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya bagaimana

4
menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di
dalamnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok membuat makalahyang bejudul
Terapi Bermain.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi bermain?
1.2.2 Apa itu terapi bermain?
1.2.3 Apa sajakah hal-hal utama dalam mengatasi hal anak?
1.2.4 Apa manfaat terapi bermain?
1.2.5 Bagaimanakah prosedur terapi bermain?
1.2.6 Apa kategori terapi bermain?
1.2.7 Apa saja model terapi bermain?
1.2.8 Bagaimana fase pelaksanaan terapi bermain?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi bermain.
1.3.2 Untuk mengetahui tentang terapi bermain
1.3.3 Untuk mengetahui hal-hal utama dalam mengatasi hal anak
1.3.4 Untuk mengetahui manfaat terapi bermain
1.3.5 Untuk mengetahui prosedur terapi bermain
1.3.6 Untuk mengetahui kategori terapi bermain
1.3.7 Untuk mengetahui model terapi bermain
1.3.8 Untuk mengetahui fase pelaksanaan terapi bermain

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bermain
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai
pendidikan yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling
tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela, dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang
sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah
kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri
dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luar”. Bermain secara garis
besar dapat dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan pasif (“hiburan”). Pada semua
usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang dicurahkan ke
masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan
dan kesenangan yang diperoleh dari masing-masing kategori. Meskipun umumnya
permainan aktif lebih menonjol pada awal usia prasekolah dan permainan hiburan
ketika anak mendekati masa puber, namun hal itu tidak selalu benar.

2.2 Terapi Bermain

Menurut Thompson dan Henderson (2007 : 415) Terapi bermain adalah


penggunaan model-model teoritis secara sistematis untuk menjalin sebuah proses
interpersonal dimana seorang terapis menggunakan kekuatan-kekuatan terapetik dari
kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam mencegah atau mengatasi
masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal.
Bermain dapat digunakan sebagai terapi karena selama bermain perilaku anak
akan tampil lebih bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah
terberi pada seorang anak. Untuk melakukan terapi bermain ini diperlukan pendidikan

6
dan pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh dilakukan
sembarangan.

Beberapa contoh kasus anak yang beermasalah yang memerlukan terapi


adalah:

1. Anak yang agresif, suka menyerang orang lain, agresif muncul karena
gangguan emosional yang dialami anak. Mungkin anak diperlakukan
terlalu keras oleh orang tuanya sehingga merasa marah, memberontak
2. Anak yang mempunyai kebiasaan mencabut rambutnya sampai botak
sebagian atau seluruhan. Menggigit kuku sampai luka-luka, menahan
buang air besar, mengompol walaupun usianya sudah tiga tahun ke
atas, cemas atau phobia sekolah yang bisa ditandai dengan munculnya
gangguan ke tubuh seperti mual, sakit perut, muntah-muntah menjelang
pergi sekolah.
3. Anak yang sulit bergaul kurang percaya diri secara berlebihan sehingga
menghambat perkembangannya. Anak yang tidak mau berbicara
dengan orang lain selain anggota keluarga terdekat.

2.3 Empat Hal Utama Dalam Mengatasi Hal Anak

Menurut Hutchison (2003 : 190-192) :


1. Melakukan advokasi terhadap anak-anak dari keluarga miskin untuk
memperoleh pelayanan yang dibutuhkan.
2. Mengatasi masalah-masalah prilaku anak.
3. Meningkatkan efektifitas pengasuhan perawatan orang tua terhadap anak.
4. Meningkatkan keyakinan diri dan harga diri anak.

2.4 Manfaat Terapi Bermain


1. Membangun kembali rasa hormat dan penerimaan terhadap orang lain
dan diri sendiri.

7
2. Mengganti pola-pola sebelumnya dalam bereaksi terhadap orang lain dengan pola-
pola yang bersifat saling menguntungkan dan menyenangkan.
3. Mengembangkan cara-cara baru untuk berlatih pengendalian diri
4. Memperoleh pengalaman dan cara-cara baru dalam mengungkapkan
emosi secara tepat dalam berinteraksi.
5. Belajar untuk lebih empati terhadap jalan pikiran dan perasaan orang
lain.
6. Mengembangkan pandangan dan perasaan-perasaan baru sebagai individu
yang lebih baik.

2.5 Prosedur Dalam Terapi Bermain


Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 435)
meliputi 3 tahap yaitu :

1. Membangun relasi, dimana terapis memusatkan perhatian pada


bentuk-bentuk emosi yang muncul saat anak bermain dan harus
memberikan respon yang tepat dalam hal tersebut.

2. Menentukan bentuk permainan secara spesifik, dimana hubungan


semakin terbentuk dengan baik dan terapis secara asertif mengarahkan
permainan bagi anak

3. Konfrontasi untuk mengatasi masalah dimana terapis secara aktif lebih


mendekatkan diri dalam struktur kegiatan bermain untuk membantu
mendorong dan membesarkan hati anak dalam menghhadapi dan
menyelesaikan masalah

2.6 Kategori Media Bermain

Rasmussen dan Cunningham (dalam Thompson dan Henderson, 2007 : 437-


438) menyatakan dalam strategi penggunaan media bermain harus

8
pulamempertimbangkan karakteristik anak, masalah dan kebutuhan anak, serta
tahapan dalam proses terapi atau konseling.
Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 473)
yaitu :
1. Real Life Toys ; rumah boneka, boneka-boneka, baju-baju boneka,
kereta-keretaan, keluarga boneka, mainan alat-alat rumah tangga,
mobil-mobilan, dll.
2. Acting Out and Agressive Release Toys ; borgol, bola, pistol-pistolan,
pisau karet, topeng, mainan yang dapat dipukul dengan aman, dll.
3. Creative Expression and Emotional Release Toys ; kapur warna,
penghapus, box pasir, lem, gunting, kain atau handuk bekas, boneka
tangan, kertas perekat, dll.

2.7 Model Terapi Bermain

Parent-Child Interaction Therapy(PCIT); terapi yang berorientasi terhadap


perubahan perilaku anak dan orang tua secara bersamaan, dimana orang tua akan
belajar menjadi model perilaku positif sehingga dapat dipelajari anak. PCIT melatih
orang tua untuk bertindak sebagai agen perubahan bagi masalah-masalah perilaku dan
emosional anaknya.
Menurut Herschell & McNeil pelaksanaan PCIT membutuhkan waktu satu
kali seminggu selama 1  jam, dengan durasi treatment antara 10 sampai 14 sesi.
Menurut Child Welfare Information Gateway, U.S Department of Health and
Human Servicespelaksanaan PCIT dilakukan selama 1 jam sebanyak 14 sampai 20
sesi sesuai kebutuhan. Sedangkan Kot & Tyndall-Lind secara intensif menyatakan
bahwa anak dapat memperoleh 12 sesi dalam 2 atau 3 minggu

2.8 Fase Pelaksanaan

1. Child Directed Interaction (CDI)


Tujuan : memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua
dengan anak.

9
 Fase ini dibentuk sedemikian rupa sehingga anak bebas memilih
berbagai mainan, permainan dan aktivitas yang akan dilakukan
bersama orang tua.
 Fase ini menekankan pada pembentukan hubungan pengasuhan yang
penuh kasih sayang dan ikatan yang aman.
 Selama fase CDI orang tua dan terapis diinstruksikan tidak
memberikan hukuman dan mengabaikan perilaku negatif anak yang
tidak membahayakan orang lain maupun dirinya.
 Pusat perhatian adalah perilaku positif anak yang akan diberikan
penguatan-penguatan positif.
 Orang tua diarahkan dan dibimbing oleh terapis untuk tidak
menggunakan kata-kata negatif (“tidak”, “jangan” dan “tidak
boleh”),serta tidak bertanya secara negatif.
 Kata-kata atau kalimat negatif yang mengandung ancaman hanya akan
memperburuk perilaku anak, apalagi jika disertai dengan hukuman
fisik.
 Tindakan-tindakan negatif orang tua akan menjadi model perilaku
negatif (fisil maupun verbal) bagi anak.
 Fase CDI diarahkan untuk memberikan pekerjaan rumah bagi orang
tua melatih setiap keterampilan baru yang diperolehnya selama 5
sampai 10 menit (setiap hari) bersama anaknya.
Keterampilan dalam pelaksanaan CDI yaitu :
 Praise (penghargaan), orang tua menyediakan berbagai hadiah atau
ganjaran baik dalam bentuk pujian maupun sistem token
 Reflection(refleksi), orang tua mengulangi atau merangkai kembali
kata-kata yang telah disampaikan anaknya. Hal ini menunjukkan
bahwa orang tua telah mendengarkan dan memberikan perhatian,
sehingga dapat mendorong komunikasi yang baik dengan anak.

10
 Description(penjelasan), orang tua menjelaskan aktivitas bermain
apa yang sedang dilakukan anak. Tujuannya untuk menunjukkan
perhatian orang tua terhadap anak dan mengembangkan
perbendaharaan kata pada anak.
 Entusiasm(ketertarikan), orang tua menunjukkan ketertarikan dan
rasa senang terhadap kegiatan bermain yang sedang dilakukan anak.
2. Parent Directed Interaction
Tujuan : memusatkan perhatian orang tua terhadap pembentukan struktur dan
konsistensi penerapan disiplin.
 Orang tua memberikan instruksi secara jelas dan langsung pada anak,
serta memberikan konsekuensinya yang konsisten.
 Selain pemberian pujian atau token pada perilaku positif anak,
senyuman dan sentuhan di kepala /bahu anak juga akan memberikan
dampak yang lebih baik.
 Jika perilaku negatif ditampilkan maka anak diberikan tanda berupa
bulatan hitam/lingkaran, sedangkan jika perilaku positif yang
ditampilkan maka anak diberikan tanda bintang atau token (pada buku
hariannya).
 Pada saat anak tidak mematuhi perintah orang tua maka dapat
diberlakukan “setrap‟yaitu dengan memindahkan anak untuk duduk
pada tempat atau area hukuman, yang mudah diawasi orang tua.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai
pendidikan yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling
tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela, dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
Terapi bermain adalah penggunaan model-model teoritis secara sistematis
untuk menjalin sebuah proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan
kekuatan-kekuatan terapetik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam
mencegah atau mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

3.2 Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan terapi bermain.

12
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/resource/work/17450695

13

Anda mungkin juga menyukai