Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Dzilfikri Al Baihaqi

18105030037

Respon Paper pertemuan ke-10

Kitab suci merupakan objek kajian yang tidak dapat dipisahkan dalam kajian sejarah
agama-agama. Hal itu terjadi karena setiap agama memiliki ciri dan keberagaman dalam kitab
suci yang dimiliki. Problem yang muncul pertama dalam penkajiannya adalah bagaimana kitab
suci tidak menjadi suatu konsep.

Moqsith al-Ghazali dalam bukunnya menyebutkan bahwa padanan kata dari kitab suci
adalah scripture, yang membuat sisi yang ditonjolkan dari sebuah kitab suci adalah sisi
ketertulisannya. Hal ini akan mereduksi sisi lain dari kitab suci yang tak kalah penting dari sisi
ketertulisannya, yakni sisi oralitas. Al-Quran sendiri merupakan kitab suci yang mana oralitas
menjadi transmisinya.

Dari Allah melalui Malaikat Jibril dan disampaikan kepada Nabi Muhammad. Hal ini
menandakan bahwa Al-Quran sangat oral pada awal sampai akhir diturunkannya. Penulisan
menjadi masa-masa selanjutnya yang juga memegang peran penting sebagai pencatat sejarah dan
penjaga eksistensi. Hemat penulis, setelah mengikuti beberapa kajian mengenai hal terkait,
bahwa Alquran merupakan transisi antara budaya lisan dan literasi yakni pra-literasi. Diturunkan
dengan cara lisan, namun kontennya berupa bahasa literasi.

Beberapa problem ditemukan dalam pendefinisian tentang kitab suci. Sebab lahirnya
problem-problem itu adalah keberagaman yang cukup besar dari kitab suci yang ada dalam suatu
agama maupun antar agama. Berdasar keteraangan tersebut, salah seorang ilmuwan bernama
Smith melihat fenomena ini dari aspek sosiologis, namun tidak menolak adanya h\kepercayaan
transendensi kitab suci. Titik beratnya adalah ilahiah secara historis. Hal ini merujuk kepada
pembahsan tentang kepercayaan tentang bangsa Arab pra-Islam yang menjadi gerbang diskusi
kitab suci dalam wilayah itu.

Pada masa pra-Islam, di wilayah Arab sendiri sudah memiliki beberapa agama yang
sudah ada. Dari beberapa agama yang ada, kiranya ada perbedaan besar yang dapat kita lihat.
Ada agama yang memiliki kitab suci dan ada yang tidak. Agama yang memiliki kitab suci yakni
Yahudi dan Nasrani atau Kristen. Sedangkan yang tidak mempunyai kitab suci yakni agama-
agama tradisional Arab. Dalam Al-Quran disebutkan keduanya antara Yahudi dan Nasrani atau
Kristen sebagai Ahl al-Kitab. Dan kemudian yang pertama disebut dengan Ummiy.

Terdapat dua polarisasi besar yakni Ummiy dan Ahl al-Kitab. Ummiy sendiri merupakan
sifat dari masyarakat Arab waktu itu yang tidak mendapatkan wahyu sebagaimana yang
didapatkan oleh Ahl al-Kitab dan bukan merupakan sifat pribadi dari Nabi Muhammad.
Masyarakat Ummiy disini adalah bangsa Arab karena memang Arab adalah wilayah dakwah
Nabi. Sehingga ketika disebutkan Nabi al-Anbiyya’ al-Ummiy adalah NAbi sebagai Nabi yang
berdakwah di kalangan masyarakat Ummiy.

Pada masa itu bisa dikatakan bahwa masyarakat Arab sudah mulai merambah ke dunia
tulisan. Dengan adanya kebiasaan bersyair dapat dikemungkinkan masyarakat Arab memasuki
masa tengah-tengah atau bisa disebut sebaagai pra-literasi sebagaimana yang penulis sebutkan
diatas.

Anda mungkin juga menyukai